(Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng)
Oleh :
ANGGA ARDIYANSYAH A3420138
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
ANGGA ARDIYANSYAH. Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol.
Studi Kasus Jalan Tol Cawang – Tomang – Cengkareng. Di bawah bimbingan NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN.
Kegiatan pengawasan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pelaksanaan proyek lanskap agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan profesionalitas kerja dibidang arsitektur lanskap. Tujuan kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan wawasan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta pengalaman dalam pengawasan pelaksanaan proyek, khususnya proyek lanskap jalan tol.
Kegiatan magang ini dilaksanakan dalam sebuah proyek penataan lanskap jalan tol pada ruas Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) dengan cara berpartisipasi aktif sebagai seorang Landscape Inspector (LI) pada sebuah konsultan PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK), baik dalam kegiatan pengawasan lapang maupun kegiatan administratif. Pelaksanaan konstruksi lanskap dilaksanakan oleh PT. Sinar Kemala (SK) dengan sub-kontraktor CV. Bumi Indah Flora (BIF). Lokasi pelaksanaan pekerjaan penanaman terletak pada tiga lokasi berbeda, yaitu lanskap jalan tol ruas Cengkareng sepanjang 11,8 km, lanskap ruas Jagorawi sepanjang 2,8 km dan nurseri Cipinang. Pekerjaan magang dimulai pada bulan November 2007 hingga Februari 2008 didalam masa pekerjaan penanaman.
Manajemen proyek yang dimaksudkan dalam kegiatan magang mencakup pengertian proyek dan bagaimana sebuah proyek dijalankan, terutama pada pengaturan dan pengorganisasian sumber daya. Sumber daya dalam pelaksanaan proyek mencakup sumberdaya manusia dan modal. Kedua sumberdaya tersebut diorganisasikan ke dalam sebuah kegiatan manajemen yang mencakup kegiatan manejemen waktu, kualitas, perubahan, resiko dan masalah serta manajemen komunikasi dalam menghasilkan pelayanan jasa konsultasi yang baik kepada PT. Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC yang berperan sebagai pihak pemberi kerja.
Dalam pekerjaan pengawasan, kegiatan pertama yang dilaksanakan adalah dilaksanakannya pekerjaan pendahuluan berupa pemeriksaan terhadap dokumen kerja atau kontrak yang digunakan. Pemeriksaan tersebut mencakup
kekeliruan yang ada dalam masing-masing dokumen. Kesalahan yang terdapat dalam dokumen kontrak mencakup ketidaklengkapan persyaratan administrasi, kesalahan notasi gambar kerja dan kesalahan perhitungan dalam dokumen kuantitas dan kualitas barang (Bill of Quantity).
Setelah koreksi dilakukan, tahap selanjutnya adalah pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan agar menghasilkan kualitas produk pekerjaan sesuai dengan keinginan pemberi kerja. Pengawasan dilakukan terhadap pekerjaan persiapan, revitalisasi nurseri Cipinang, pekerjaan penanaman dan ruang terbuka gerbang tol. Kegiatan yand dilaksanakan selama pekerjaan persiapan mencakup kegiatan mobilisasi dan demobilisasi, pengadaan kantor dan gudang lapang, pengadaan tempat penampungan tanaman sementara, pengadaaan keamanan dan keselamatan kerja, kegiatan pengaturan lalu lintas, pengadaan alat bantu kerja, kegiatan pembersihan lahan, pekerjaan pematokan lubang tanam dan pengadaan penyangga bambu.
Pengawasan pekerjaan penanaman dibagi kedalam dua daerah kerja, yaitu penanaman pada lanskap ruas jalan tol Cengkareng dan lanskap ruas jalan tol Jagorawi. Berdasarkan jumlah dan kategori, tanaman yang digunakan terdiri atas tanaman semak sebesar 95 %, pohon 1,97 %, perdu 1,55 %, rumput 1,18 % dan palm sebesar 0,38 %. Sedangkan berdasarkan bobot penanaman terhadap penyelesaian proyek yaitu semak 35,32 % , pohon 33,75 %, palm 26, 97 %, perdu 3,11 %, dan rumput 0,99 %. Pengawasan penataan ruang terbuka gerbang tol merupakan pengawasan terhadap pekerjaan instalasi pot pada gerbang Prof. Dr. Sedyatmo dan gerbang tol Cililitan. Tanaman yang digunakan dalam penataan gerbang tol adalah pandan bali (Pandanus sp.), bunga kertas (Bougenvillea glabra.), lili bakung (Hymenocalis speciosa) dan lantana (Lantana cammara). Sedangkan pengawasan revitalisasi nurseri Cipinang mencakup pengawasan pembersihan lahan, instalasi paranet dan tiang penyangga, pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi, pengadaan titik air, pemangkasan pohon eksisting dan pembuatan lubang pengolahan kompos.
Kegiatan pemeriksaan dan pengawasan dilakukan terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan. Pemeriksaan terhadap kualitas berkenaan dengan mutu pekerjaan atau produk yang dihasilkan, sedangkan pengawasan terhadap kuantitas pekerjaan dilakukan terhadap ketepatan jumlah dan volume pekerjaan.
terhadap kualitas pekerjaan dilakukan melalui kegiatan seleksi berdasarkan standar mutu masing-masing jenis pekerjaan. Hasil dari kegiatan pengawasan secara keseluruhan terangkum dalam lembar rencana dan realisasi proyek serta lembar dokumen perubahan kerja.
Hasil kemajuan (progress) kontraktor secara kumulatif terhadap penyelesaian pekerjaan penanaman adalah sebesar 96,89 %. Dalam pekerjaan ini, kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan atau mencapai bobot realiasi pekerjaan 100 %. Diakhir masa pekerjaan penanaman, kontraktor masih memiliki nilai minus terhadap rencana kerja sebesar -2,61 %. Selain hal tersebut, realisasi pelaksanaan kerja kontraktor yang digambarkan melalui kurva-s juga selalu berada dibawah garis rencana kerja pada setiap minggunya. Seluruh hal tersebut merupakan indikasi bahwa proyek berjalan dengan kurang baik dan kontraktor memiliki tingkat performa yang rendah. Selain itu, juga terdapat sejumlah masalah yang berkenaan dengan teknis pelaksanaan di lapangan.
Masalah tersebut mencakup penentuan titik tanam, ketidaksesuaian ukuran lubang, pengadaan tanah urugan dan hingga perawatan tanaman pasca-tanam.
Untuk mengatasi permasalahan dalam proyek, terutama keterlambatan penyelesaian pekerjaan, diperlukan pengadopsian metodologi proyek dengan perencanaan kerja mendetil. Hal tersebut kemudian dilengkapi dengan pengorganisasian anggota dengan baik. Sedangkan untuk mengatasi permasalahan ketidaktepatan kualitas produk pekerjaan, diperlukan adanya itikad baik masing-masing stake holder mulai dari proses perencanaan hingga penutupan proyek.
(Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh :
ANGGA ARDIYANSYAH A34201038
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc.
NIP 131 578 796
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 130 422 698
Tanggal lulus: ………..
Judul : PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP
JALAN TOL (Studi Kasus Lanskap Jalan Tol Cawang – Tomang – Cengkareng)
Nama : ANGGA ARDIYANSYAH
NRP : A34201038
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada rasul Allah yang paling mulia Baginda Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang setia hingga akhir masa.
Skripsi ini berjudul “Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng)” merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian dari Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rasa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi dukungan. Dalam kesempatan ini penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir.
Nurhayati Hadi Susilo Arifin, MSc. selaku dosen pembimbing studi yang memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Atas selesainya penulisan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu dan Bapakku, A Fikar dan istri, Doni, Niko, dan seluruh keluarga yang
telah memberi dukungan secara moral, material, doa, dan nasihat serta semua pengorbanannya,
2. Omah, Mas Iya, Mba Ida, Mba Indri dan Mba Hera beserta suami di Bekasi, Om Mumuh dan Bi Euis yang ada di Majalengka, serta Om Didi dan Bi Tuti yang selalu memberikan dukungannya tanpa kenal lelah,
3. Bapak Ir. Soeliantoro selaku Direktur PT. Buetari Nusa Kreasi yang telah menerima dan mengizinkan penulis untuk melangsungkan praktek. Bapak Ir.
Soedirmanto untuk kesempatan, bimbingan dan arahannya selama magang.
Bapak Ir. Khairul Tanjung dan Istri atas saran, bimbingan dan dorongannya, baik secara profesi maupun pribadi.
4. Mas Munawir, Yames Sumitra, Kang Asep dan Mas Aris sebagai rekan kerja yang sangat baik sepanjang pekerjaan,
5. Bapak Subari, Bapak Pudjo, Bapak Dede, Bapak Sugianto dan seluruh Satgas Pemeliharaan maupun pihak PT Sinar Kemala selaku Kontraktor Pelaksana yang telah memberikan bantuannya baik secara langsung maupun secara tidak langsung kepada penulis,
lainnya yang selalu memberi semangat kepada penulis.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Juga semoga apa yang telah kita lakukan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amin Yaa Rabbal’alamiin
Bogor, Juni 2008
Penulis
Penulis merupakan anak ke dua dari empat orang bersaudara pasangan Ahmad Firmansyah Rasyid dan Ika Rifka Tisna.
Riwayat pendidikan formal penulis dimulai di TK Anggraeni pada tahun 1987, kampung Ciomas, Bogor. Pada tahun 1989 penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Rimba Putra Madya Bogor. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan studi di SLTPN 6 Bogor, dan kemudian pada tahun 1998 melanjutkan ke SMUN 5 Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama masa studi, penulis pernah berperan sebagai anggota perencanaan rest area tol Palimanan- Kanci, sebagai Lanskap Inspector (LI) pada pekerjaan penataan lanskap jalan tol Cawang-Tomang-Cengkareng dan freelance ilustrator.
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Magang ... 3
1.2.1. Tujuan Umum ... 3
1.2.2. Tujuan Khusus ... 3
1.3. Kegunaan Magang ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan ... 4
2.2. Klasifikasi Jalan di Indonesia ... 4
2.3. Jalan Tol ... 5
2.4. Lanskap Jalan ... 6
2.5. Proyek ... 8
2.6. Manajemen Proyek ... 10
2.7. Pelayanan Jasa Konsultasi ... 11
III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Magang ... 13
3.2. Kerangka Kerja ... 14
3.3. Metode Pelaksanaan Magang ... 16
3.3.1. Persiapan ... 16
3.3.2. Pekerjaan Pengawasan ... 16
3.3.3. Pengumpulan Data ... 17
3.3.4. Analisis ... 18
3.3.5. Perumusan Solusi ... 18
3.4. Batasan Studi ... 18
IV. ORGANISASI PROYEK 4.1. PT Beutari Nusa Kreasi (BNK) ... 19
4.2. PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) ... 19
4.3. Organisasi Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol ... 20
4.3.1. Satgas PT Jasa Marga (Persero), Tbk ... 20
4.3.2. Konsultan Perencana ... 21
4.3.3. Konsultan Pengawas ... 21
4.3.4. Kontraktor dan Sub-Kontraktor Lanskap ... 23
V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK 5.1. Manajemen Waktu ... 26
5.5. Manajemen Masalah/Kendala ... 28
5.6. Manajemen Komunikasi ... 28
VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN 6.1. Pekerjaan Pendahuluan ... 31
6.1.1. Pemeriksaan Aspek Legal Kontrak ... 32
6.1.2. Pemahaman Rencana Proyek dan Alur Kerja Pengawasan ... 33
6.1.2.1. Pemeriksaan Rencana Kerja Non-Penanaman ... 33
6.1.2.2. Pemeriksaan Rencana Kerja Penanaman ... 34
6.1.3. Pemeriksaan Disain ... 42
6.1.3.1. Konsep Lanskap Ruas Jalan Tol Cengkareng ... 44
6.1.3.1.1. Konsep Areal Gerbang Bandara ... 45
6.1.3.1.2. Konsep Areal Median dan Bahu Jalan ... 45
6.1.3.2. Konsep Lanskap Ruas Jalan Tol Jagorawi ... 46
6.1.3.2.1. Konsep Areal Gerbang Tol ... 47
6.1.3.2.2. Konsep Areal Kantor Cabang ... 48
6.1.3.2.3. Konsep Areal Bahu Jalan ... 48
6.1.3.2.4. Konsep Penataan Areal Median Jalan ... 49
6.1.3.2.5. Konsep Welcome Area Nurseri ... 49
6.1.4. Pemeriksaan (Review) Gambar Kerja ... 50
6.2. Pengawasan Pekerjaan Persiapan ... 55
6.2.1. Mobilisasi dan Demobilisasi Kontraktor ... 55
6.2.2. Pengadaan Kantor dan Gudang Lapangan ... 57
6.2.3. Pengadaan Penampungan Tanaman (Nurseri) Sementara ... 58
6.2.4. Pengadaan Keamanan dan Keselamatan Kerja ... 59
6.2.5. Pengaturan Lalu Lintas ... 60
6.2.6. Pengadaan Foto Proyek ... 61
6.2.6. Pengadaan Alat Bantu Kerja ... 61
6.2.7. Pembersihan Lahan Penanaman ... 61
6.2.8. Pekerjaan Pematokan Lubang Tanam ... 62
6.2.9. Pengadaan Steger Bambu ... 63
6.3. Pengawasan Pekerjaan Revitalisasi Nurseri ... 64
6.3.1. Pembersihan Lahan ... 65
6.3.2. Instalasi Paranet dan Tiang Penyangga ... 65
6.3.3. Pemeliharaan Jalur Sirkulasi ... 66
6.3.4. Pengadaan Titik Air ... 67
6.3.5. Pemangkasan Pohon Eksisting ... 67
6.3.6. Pembuatan Lubang Pengolahan Tanah ... 68
6.4. Pengawasan Pekerjaan Penanaman ... 69
6.4.1. Pemeriksaan Kriteria dan Kualitas Tanaman ... 69
6.4.2. Metode Pemindahan Tanaman ... 71
6.4.3. Spesifikasi Lubang Tanam ... 73
6.4.4. Metode Penanaman ... 76
6.5.1. Pemupukan ... 80
6.5.2. Penjarangan ... 80
6.5.3. Penyiraman ... 80
6.5.4. Pemangkasan dan Perbaikan ... 83
6.5.5. Penyiangan/Pendangiran ... 83
6.5.6. Pemupukan Awal ... 84
6.6. Pengawasan Pekerjaan Gerbang Tol ... 85
6.6.1. Kriteria Pemilihan Tanaman ... 85
6.6.2. Mekansime Pekerjaan Pemasangan Pot ... 86
6.7. Kegiatan Administrasi Konsultan Pengawas ... 87
6.7.1. Penyusunan Materi Rapat ... 87
6.7.2. Penerbitan Surat Resmi ... 88
6.7.3. Penyusunan Laporan Bulanan Konsultan Pengawas ... 89
VII. PEMBAHASAN 7.1. Manajemen Proyek ... 90
7.2. Kondisi dan Permasalahan Teknis ... 93
7.2. Peran Pengawasan ... 97
VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan ... 98
8.2. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 100
LAMPIRAN ... 102
1. Alokasi waktu kerja konsultan pengawas ... 15
2. Alokasi waktu pekerjaan magang ... 15
3. Jenis, sumber dan cara pengambilan data ... 17
4. Susunan anggota Satgas (satuan tugas) PT. Jasa Marga ... 20
5. Susunan anggota konsultan pengawas dan lingkup pekerjaannya ... 22
6. Kontraktor dan sub-kontraktor pekerjaan lanskap CTC ... 23
7. Rangkuman lembar data proyek penataan lanskap jalan tol ruas CTC ... 30
8. Aspek legal kontrak pelaksana kerja (kontraktor) ... 31
9. Aspek legal kontrak konsultan pengawas ... 33
10. Spesifikasi tanaman lanskap yang digunakan dalam pekerjaan penanaman .. 35
11. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan tol ruas Cengkareng ... 38
12. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi ... 39
13. Alokasi waktu pemeriksaan konsep dan gambar kerja ... 43
14. Ringkasan pemeriksaan gambar rencana dan gambar kerja jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi ... 50
15. Hasil pemeriksaan (review) dan koreksi terhadap gambar kerja lanskap jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi ... 51
16. Acuan skala gambar kerja ... 54
17. Ketentuan ukuran lubang tanam ... 74
18. Ketentuan jumlah air yang digunakan untuk penyiraman masing-masing tanaman ... 82
19. Jadwal pelaksanaan rapat mingguan (management meeting) ... 87
20. Daftar surat resmi yang diterbitkan oleh konsultan pengawas ... 88
21. Bobot rencana dan realisasi pekerjaan penataan lanskap CTC ... 91
22. Pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman pasca-penanaman ... 96
1. Siklus pelaksanaan proyek ... 10
2. Ruas jalan tol penataan lanskap lokasi pekerjaan magang ... 13
3. Alur pikir pekerjaan magang ... 14
4. Skematik hubungan seluruh pihak yang terlibat langsung dalam penataan lanskap jalan tol ruas CTC ... 24
5. Alur pelaksanaan kerja penataan lanskap jalan tol ... 25
6. Persentase jumlah tanaman berdasrkan jumlah ... 36
7. Persentase jumlah tanaman berdasrkan bobot pekerjaan ... 37
8. Kondisi tanaman palm pada lokasi penampungan (nurseri) sementara .... 41
9. Konsep umum penataan lanskap ruas Cengkareng ... 44
10. Konsep penataan tanaman pada median dan bahu jalan Cengkareng ... 45
11. Konsep umum penataan lanskap ruas Jagorawi ... 46
12. Konsep penataan gerbang tol ... 47
13. Konsep penataan lanskap areal kantor cabang ... 48
14. Konsep penataan areal bahu jalan ruas Jagorawi ... 49
15. Konsep penataan median jalan ruas Jagorawi ... 49
16. Konsep penataan area penerimaan nurseri ... 50
17. Kendaraan yang digunakan dalam kegiatan mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja dan material ke dalam dan ke luar tapak ... 56
18. Kantor dan gudang sementara pekerjaan lanskap ruas Jagorawi ... 58
19. Lokasi penampungan tanaman (nurseri) sementara ... 59
20. Kondisi kelengkapan keselamatan para pekerja lapangan ... 60
21. Pekerjaan pembersihan lahan penanaman ... 62
22. Pekerjaan pematokan lubang tanam yang didampingi oleh konsultan pengawas ... 62
23. Kondisi eksisting nurseri Cipinang ... 64
24. Kondisi nurseri setelah dilaksanakannya pekerjaan pembersihan lahan .. 65
25. Pekerjaan pemasangan paranet dan tiang penyangga ... 66
26. Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi ... 67
27. Pekerjaan pengadaan titik air penyiraman ... 67
28. Pekerjaan pemangkasan tanaman eksisting pada nurseri Cipinang ... 68
29. Pekerjaan pengadaan lubang pengolahan tanah ... 69
30. Pemeriksaan tanaman yang akan digunakan dalam proyek ... 70
33. Metode penanaman dan pemasangan steger tanaman yang ideal ... 77 34. Pelaksanaan pekerjaan instalasi pot ... 86
1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan ... 103
2. Alur manajemen pengawasan dan penjaminan kualitas pekerjaan ... 104
3. Alur manajemen pengadaan perubahan kerja ... 105
4. Alur manajemen resiko dan masalah/kendala ... 106
5. Alur manajemen komunikasi ... 107
6. Visualisasi tanaman yang digunakan pekerjaan penataan lanskap CTC ... 108
7. Gambar kerja B-01 pada ruas Jagorawi ... 109
8. Gambar kerja B-02 pada ruas Jagorawi ... 110
9. Gambar kerja B-03 pada ruas Jagorawi ... 111
10. Gambar kerja B-04 pada ruas Jagorawi ... 112
11. Gambar kerja B-05 pada ruas Jagorawi ... 113
12. Gambar kerja B-06 pada ruas Jagorawi ... 114
13. Gambar kerja B-07 pada ruas Jagorawi ... 115
14. Gambar kerja B-08 pada ruas Jagorawi ... 116
15. Gambar kerja B-09 pada ruas Jagorawi ... 117
16. Gambar kerja B-10 pada ruas Jagorawi ... 118
17. Gambar kerja B-11 pada ruas Jagorawi ... 119
18. Gambar kerja B-12 pada ruas Jagorawi ... 120
19. Jenis, lokasi, ruas jalan tol dan jumlah tanaman yang digunakan ... 121
20. Ketentuan pemasangan penopang pada pohon dan palm ... 122
21. Detil penanaman pot ... 123
22. Aplikasi metode WBS (Work Break Down Structure) dalam proyek penataan lanskap CTC... 124
23. Rencana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC .... 125
24. Kurva-s perkembangan rencana dan realisasi pekerjaan kontraktor ... 126
25. Standar pelayanan jalan tol berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNo.392/PRT/M/2005 ... 127
26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ ... 129
27. Daftar istilah ... 133
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan darat merupakan unsur penting dalam usaha perkembangan perekonomian. Pada wilayah–wilayah yang telah tinggi tingkat perkembangannya serta telah menunjukkan adanya potensi ekonomi dan finansial yang cukup tinggi, terdapat kecenderungan ketidak- efisienan waktu perjalanan dan berkurangnya kenyamanan berkendara. Untuk menghindari kondisi tersebut, maka diperlukan suatu jalan arteri bertipe bebas hambatan yang menghubungkan antara satuan wilayah ekonomi yang ada di dalam sebuah pulau atau antar propinsi yang memungkinkan (PP No. 18 Tahun 1990) yang ditujukan untuk memperlancar arus lalu lintas pada daerah yang telah berkembang, menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi serta membantu meringankan beban pemerintah.
Gagasan pemabangunan jalan arteri bertipe bebas hambatan dengan biaya yang diperoleh diluar APBN, yaitu berasal dari para pemakai jalan itu sendiri dihasilkan karena adanya asas pemerataan ekonomi yang diusung oleh pemerintah. Jalan semacam ini kemudian dikenal dengan istilah jalan tol. Jalan tol pertama yang ada di Indonesia diresmikan oleh presiden Indonesia H.M.
Soeharto pada tanggal 9 Maret 1978 dengan nama Jagorawi (Jakarta-Bogor- Ciawi) dengan panjang 43 Km. Pada tanggal 1 Maret 1978, pemerintah terlebih dahulu membentuk dan meresmikan sebuah badan usaha yang bertugas dalam mengelola seluruh jalan tol yang ada di Indonesia dan dinamakan PT. Jasa Marga (Persero) sebagai salah satu bentuk badan usaha pemerintah yang bergerak dalam pelayanan jasa pengelolaan jalan tol. Pada awalnya perkembangannya, keberadaan jalan tol lebih ditekankan pada pembangunan struktur jalan dan kurang memperhatikan penataan terhadap lanskap di sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan sebagai bentuk peningkatan pelayanan terhadap pengguna jalan, penataan terhadap lanskap yang ada di sekitar jalan tol saat kini telah mendapatkan perhatian khusus dan menjadi salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola untuk meningkatkan kenyamanan dan pelayanan.
Hal yang membedakan sebuah lanskap jalan tol dengan lanskap lainnya, yaitu : 1.) lanskap jalan tol merupakan bentang lanskap luas yang terdiri dari berbagai jenis lanskap yang berbeda, 2.) tingkat keberagaman tanaman yang
tinggi, 3.) kondisi iklim mikro pada daerah sepanjang jalan yang kurang mendukung terhadap pertumbuhan tanaman, 4.) pertimbangan keamanan- kenyamanan pengguna jalan tol serta pertimbangan terhadap 5.) aspek visual dalam menciptakan suatu lanskap yang fungsional dan estetis.
Lanskap jalan tol merupakan bagian tak terpisahkan dalam sebuah ruas jalan tol yang berfungsi selain untuk meningkatkan pelayanan, juga berkaitan dengan upaya penanggulangan permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh tingginya tingkat pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor.
Dalam hubungannya dengan ilmu arsitektur lanskap, penanggulangan permasalahan dari adanya dampak negatif suatu aktifitas manusia dilakukan melalui penataan lanskap yang dilakukan melalui kegiatan perencanaan, perancangan, konstruksi lanskap dan kegiatan pengelolaan.
Pada lanskap jalan tol, pengelolaan lanskap yang berada di dalam daerah milik jalan (damija) sepenuhnya berada dalam tanggung jawab PT. Jasa Marga (Persero) di bawah Departemen Bagian Pemeliharaan pada masing-masing kantor cabang yang termasuk ke dalam kegiatan rutin. Jenis pekerjaan pengeloaan jalan tol yang dilakukan oleh PT. Jasa Marga (Persero) mencakup pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan jalan tol dan jalan penghubungnya yang meliputi pelaksanaan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, peningkatan dan penanganan darurat dan peningkatan jalan tol dan jalan penghubung (Peraturan Menteri PU No. 02 tahun 2007 pasal 13).
Dalam praktiknya, PT Jasa Marga (Persero) sebagai pengelola jalan tol tidak melaksanakan seluruh kegiatan pemeliharaan tersebut secara mandiri.
Sejumlah pekerjaan pengelolaan dilimpahkan kepada pihak rekanan melalui proses lelang pekerjaan atau tender, termasuk didalamnya adalah pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) yang berada dibawah daerah kerja PT. Jasa Marga (Persero) cabang CTC yang merupakan lokasi magang.
Pengawasan terhadap pekerjaan penataan lanskap jalan tol merupakan salah satu cabang ilmu arsitektur lanskap yang kurang mendapat perhatian dan jarang digunakan dalam penelaahan dan penelitian untuk pengembangan ilmu arsitektur lanskap. Hal ini menjadikan kegiatan pengawasan terhadap pekerjaan penataan lanskap, dalam kasus ini adalah lanskap jalan tol sebagai sebuah kegiatan yang menarik untuk dipelajari dan ditelaah lebih lanjut.
1.2. Tujuan
Dalam kegiatan magang yang dilaksanakan, tujuan yang hendak dicapai dibagi atas tujuan umum dan tujuan khusus.
1.2.1. Tujuan Umum
Kegiatan magang yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan wawasan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta pengalaman dari kegiatan/
pekerjaan yang sesungguhnya di lapang pada bidang arsitektur lanskap, khususnya pekerjaan pengawasan pelaksanaan proyek lanskap jalan tol serta melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan pengawasan.
1.2.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam kegiatan ini adalah untuk mengetahui dan memahami sistematika dan alur pelaksanaan sebuah proyek lanskap jalan tol, melaksanakan tugas pengawasan yang didelegasikan serta melakukan analisis terhadap berbagai kondisi dan pelaksanaan di lapang dan alternatif pemecahan masalah.
1.3. Kegunaan
Kegiatan magang ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, profesionalitas dan pengalaman kerja di dalam dunia arsitektur lanskap, khususnya pada manajemen proyek lanskap jalan tol. Selain itu, hasil magang ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan bagi pihak (stake holder) yang terlibat dalam pelaksanaan sebuah proyek lanskap.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jalan
Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi kepentingan lalu-lintas serta merupakan satu kesatuan sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hirarki (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996).
2.2. Klasifikasi Jalan di Indonesia
Sesuai Undang-undang tentang jalan, No.13 tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah (PP) No.26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dibedakan atas dua kategori utama, yaitu :
1) Jalan primer, yaitu jaringan jalan pada tingkat nasional yang menghubungkan satu kota dengan kota lainnya; dan
2) Jalan sekunder, yaitu jaringan jalan yang berada di dalam kota
Sedangkan secara hirarkis, jalan masih terbagi lagi dalam tiga kelompok berdasarkan peranannya sebagai prasarana transportasi:
1) Jalan arteri, diperuntukkan bagi perjalanan jarak jauh dengan kecepatan tinggi. Adapun jalan yang diklasifikasikan sebagai jalan arteri adalah jalan propinsi, jalan tol dan atau jalan bebas hambatan
2) Jalan kolektor, disediakan bagi lalu lintas jarak menengah dengan kecepatan kendaraan sedang, jalan yang termasuk dalam kategori ini adalah jalan kabupaten
3) Jalan lokal, merupakan jalan yang berfungsi untuk melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri jarak dekat dengan kecepatan kendaraaan rendah
Jalan sebagai bagian dari lanskap jalan, terdiri atas sejumlah komponen jalan yang saling berhubungan satu sama lain, Peraturan No. 13 Tahun 1980 yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Bina Marga mendefinisikan komponen tersebut kedalam beberapa bagian, yaitu:
1) Daerah Manfaat Jalan (damaja) adalah ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk konstruksi jalan.
Terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya.
Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar dari Damaja dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan.
2) Daerah Milik Jalan (damija) adalah ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu, dikuasai oleh pembina jalan. Damija dimanfaatkan untuk Damaja, pelebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan.
3) Daerah Pengawasan Jalan (dawasja) adalah ruas di sepanjang jalan di luar Damija yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan dengan tujuan agar tidak menganggu pengemudi dan konstruksi bangunan jalan.
2.3. Jalan tol
Berdasarkan Undang-undang No. 38 tahun 2004 Pasal 44 tentang jalan, jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Jalan tol sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif.
Namun, dalam keadaan tertentu jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif.
Sebagai jalur lintas alternatif, jalan tol ditujukan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain dimana para pengguna jalan harus membayar sesuai dengan tarif yang berlaku yang didasarkan pada golongan kendaraan. Di Indonesia, jalan tol sering dianggap sebagai sinonim untuk jalan bebas hambatan, meskipun hal ini sebenarnya kurang tepat. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua jalan bebas hambatan memerlukan bayaran. Jalan bebas hambatan seperti ini dinamakan freeway atau expressway (free berarti gratis, dibedakan dari jalan-jalan bebas hambatan yang memerlukan bayaran yang dinamakan tollroad atau tollway - kata toll berarti biaya) (Anonim, 2008).
Untuk memenuhi standar sebagai sebuah jalur lintas alternatif (Anonim, 2008) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah jalan tol yang membedakannya dengan jalan sejenis, perbedaan tersebut mencakup :
1) Jalan tol harus merupakan jalan alternatif dari jalan umum yang ada, sehingga tidak ada pemaksaan pemakai jalan menggunakan jalan tol.
2) Tidak memiliki simpangan sebidang dengan jalan lainnya sehingga kelancaran lalu lintas di jalan tol dapat terjamin.
3) Jalur untuk masuk dan keluar terkendali, artinya setiap jalan masuk dan keluar harus mempunyai lajur penyesuaian kecepatan (taper) yang memadai sehingga lalu lintas yang masuk atau keluar jalan tol.
4) Mempunyai spesifikasi teknis tinggi, dan dirancang untuk kecepatan tinggi.
5) Biaya operasi kendaraan melalui jalan tol ditambah pembayaran tol harus masih lebih rendah dari pada biaya operasi kendaraan melalui lintas alternatif jalan umum yang ada. Biaya operasi kendaraan meliputi antara lain bahan bakar, pelumas, keausan dan nilai waktu.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/ PRT/
M/ 2005 tentang standar pelayanan jalan tol, perbedaan tersebut dinyatakan dalam sebuah standar pelayanan jalan tol yang dapat dilihat pada Lampiran 25.
2.4. Lanskap Jalan
Lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi dengan segala sifatnya dan kehidupan yang ada didalamnya baik yang bersifat alami maupun buatan manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat menjangkau serta membayangkan (Simonds, 1983).
Lanskap jalan merupakan wajah dari karakter lahan atau tapak pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) dan merupakan bentukan permanen yang dapat mengubah karakter sebuah lanskap (Simonds, 1983).
Lanskap jalan mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi pemakai jalan serta diusahakan untuk meciptakan lingkungan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) dengan fungsi untuk mendukung aktifitas penggunaan terus-menerus, membimbing, mengatur irama pergerakan, mengatur waktu istirahat, mendefinisikan penggunaan lahan, memberikan pengaruh, mempersatukan, membentuk
lingkungan, membangun karakter lingkungan, membangun karakter spasial dan membangun visual (Booth, 1983).
Jalur tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun di dalam Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja). Sering disebut sebagai jalur hijau karena didominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau (Dirjen Bina Marga, 1996). Menurut Dirjen Bina Marga (1996), terdapat beberapa ketentuan teknis yang harus diperhatikan dalam merencanakan dan merancang jalur hijau jalan, yaitu:
1) Pada jalur tanaman tepi.
Jalur tanaman sebaiknya diletakkan pada tepi jalur lalu lintas, yaitu antara jalur lalu lintas kendaraan dan trotoar. Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik peletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman.
2) Pada median jalan.
Lebar jalur median yang dapat ditanami minimal 0.8 meter, sedangkan lebar yang ideal adalah 4-6 meter. Pemilihan jenis tanaman harus memperhatikan tempat peletakannya terutama pada daerah persimpangan pada daerah bukaan (u-turn), pada tempat diantara persimpangan dan daerah bukaan dan untuk bentuk median yang ditinggikan atau diturunkan.
3) Pada tikungan.
Pemilihan tanaman sebaiknya mempertimbangkan jarak pandang henti, panjang tikungan dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah (perdu atau semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0.8 meter sangat disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan.
4) Pada daerah persimpangan.
Persyaratan geometrik yang harus dipenuhi adalah bebas pandangan harus terbuka agar tidak mengurangi jarak panfang pengemudi. Pilihan jenis tnaman dan peletakannya harus memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang atau tidak sebidang.
Tujuan dari penanaman jalur tepi jalan adalah untuk memisahkan pejalan kaki dari jalan raya dengan alasan keselamatan dan kenyamanan, memberikan ruang bagi utilitas dan perlengkapan jalan baik yang terletak di atas maupun di bawah
permukaan tanah serta untuk penanaman pohon tepi jalan (Lynch 1971) serta berfungsi juga sebagai alat perbaikan lanskap dan memberi kesempatan pengalaman visual bagi pengemudi kendaraan atau pemakai jalan, di samping memenuhi kebutuhan lalu lintas (Erawati, 2006).
Permasalahan utama lanskap jalan adalah pencemaran (polusi) udara yang berasal dari emisi kendaraan bermotor yang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan organisme hidup terutama manusia dan hewan, menyebabkan kerusakan properti dan menurunkan tingkat keamanan dan kenyamanan berkendara (de Nevers, 2000) sehingga diperlukan suatu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Frick dan Mulyani (2006) mengatakan bahwa solusi dalam mengatasi permasalahan pencemaran udara dapat dilakukan melalui penanaman di sekitar lanskap jalan.
Ismayadi dan Subiandono (2008) mengatakan bahwa terdapat sejumlah pertimbangan khusus yang harus diperhatikan dalam melakukan penanaman yang ditujukan terhadap perbaikan lingkungan. Eckbo (1955) memberikan klasifikasi hotikultura dan klasifikasi fisik dalam pemilihan tanaman yang dapat digunakan pada lanskap jalan. Klasifikasi hortikultura meliputi syarat tumbuh dan toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama, penyakit dan pemangkasan. Sedangkan klasifikasi fisik meliputi tujuan desain, ukuran dewasa tanaman, kecepatan tumbuh, sifat umur, bentuk, tekstur, warna, aroma dan sifat budidayanya. Sedangkan Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengatakan bahwa tanaman yang akan ditanam disekitar jalur jalan atau di daerah perkotaan harus dipilih dan memiliki toleransi terhadap lingkungan sekitar yang kurang bersahabat agar bisa bertahan hidup.
2.5. Proyek
Kata ‘proyek’ berasal dari bahasa latin ‘projectum’ yang dalam kata kerjanya berubah menjadi ‘proceire’ yang berarti ‘melemparkan sesuatu ke depan’ dan berasal dari dua suku kata, yaitu ‘pro-‘ (πρό) yang berarti ‘sesuatu yang mendahului’ dan ‘-iacere’ yang berarti ‘melemparkan’. Kata ‘proyek’ itu sendiri berarti sebagai ‘sesuatu yang ada atau muncul sebelum ada hal lain yang terjadi’ (Anonim, 2008).
Proyek merupakan suatu fungsi yang terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing bagian bertanggung jawab dan mengacu kepada dasar kesepakatan yang telah disetujui dan ditentukan baik sebelum maupun pada
masa pelaksanaan pekerjaan (Burges dan White, 1984). Sedangkan Westland (2006) mendefinisikan proyek sebagai sebuah upaya unik untuk menghasilkan serangkaian produk dan atau jasa dalam lingkup waktu, biaya dan kualitas yang terdefinisi dengan jelas yang memenuhi standar ketentuan pemberi kerja, dan berbeda dengan operasional bisnis yang serupa dikarenakan :
1) Bersifat unik
Proyek tidak melibatkan adanya pengulangan terhadap proses pekerjaan.
Setiap pelaksanaan proyek yang dilaksanakan berbeda dengan kegiatan sebelumnya. Pengulangan terjadi hanya pada proses pelaksanaan aktifitas identik dan bukan pada produk yang dihasilkan
2) Memiliki jangka waktu pelaksanaan yang jelas
Sebuah proyek memiliki jangka waktu yang ditentukan dari awal hingga akhir waktu pelaksanaan untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek
3) Terdapat anggaran pekerjaan baku
Alokasi anggaran pelaksanaan proyek direncanakan sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan keinginan pemilik proyek 4) Keterbatasan penggunaan sumberdaya tersedia
Jumlah tenaga kerja, alat dan bahan yang dapat digunakan terbatas pada kesepakatan masing-masing pihak yang terlibat dalam pekerjaan
5) Melibatkan resiko
Pelaksanaan proyek selalu disertai dengan adanya ketidakpastian yang terhadap hal tidak terduga
6) Tercapainya perubahan yang menguntungkan
Umumnya tujuan dari pelaksanaan proyek adalah untuk meningkatkan kemampuan organisasi melalui penanganan perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pelaksanaan kerja
Sebuah proyek pada umumnya memiliki sebuah siklus yang mencakup 4 (empat) tahap, yaitu : 1) inisiasi proyek, 2) perencanaan proyek, 3) pelaksanaan dan 4) pengakhiran atau penutupan proyek (Westland, 2006) sebagaimana yang tampak pada Gambar 1. Senada dengan hal tersebut, Newell (2002) mengatakan bahwa setiap proyek, tidak terkait dengan ukuran maupun jenis proyek yang dijalankan, akan memiliki siklus dengan awal dan akhir pekerjaan yang terdefinisi dengan jelas.
Gambar 1. Siklus pelaksanaan proyek
Newel (2002) menambahkan bahwa kegiatan pengawasan merupakan salah satu bagian dari siklus proyek yang berada diantara pelaksanaan dan penutupan proyek. Kegiatan pengawasan ditujukan untuk mengendalikan pelaksanaan sebuah proyek agar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya sebuah perencanaan yang baik oleh menejer proyek dalam sebuah kegiatan manajemen proyek (Lewis, 2007).
2.6. Manajemen Proyek
Lewis (2007) mendefinisikan manajemen proyek sebagai aplikasi dari ilmu pengetahuan, alat dan tehnik dalam menjalankan aktivitas proyek untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Westland (2006) mendefinisikan manajemen proyek sebagai keahlian, proses dan alat yang dibutuhkan dalam melaksanakan sebuah proyek dengan baik. Sedangkan Idad (2003) mendiefinisikan kegiatan tersebut sebagai proses pengkoordinasian keahlian dan tenaga kerja melalui metode atau alat dalam menghasilkan produk yang diinginkan.
perencanaan mendetil kontrol dan
pengawasan review
pelaksanaan pendefinisian
proyek
Westland (2006) mengatakan bahwa hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan manajemen proyek mencakup :
1) Keahlian khusus. Pengetahuan, keahlian khusus dan pengalaman dibutuhkan dalam mengurangi resiko dan meningkatkan keberhasilan pelaksanaan kerja
2) Peralatan manajemen. Peralatan manajemen proyek yang digunakan mencakup form dan dokumen kerja, piranti lunak (software) perencanaan serta checklist pemeriksaan
3) Rangkaian proses kerja yang berbeda. Diperlukan adanya pemahaman terhadap manajemen tehnik dan proses kerja yang diperlukan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap waktu, biaya, kualitas dan cakupan pekerjaan. Rangkaian manajemen proyek yang diperlukan mencakup manajemen waktu, biaya, kualitas, perubahan, resiko dan menajeman permasalahan.
2.6. Pelayanan Jasa Konsultasi
Jasa konsultasi digolongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa murni dikarenakan tidak terdapat produk tangible yang dihasilkan dalam pelayananannya (Stoner dan Freeman, 1994). Jasa konsultasi pengawasan pekerjaan proyek berkaitan dengan kegiatan pengawasan dan pengendalian proses, alat dan bahan yang digunakan dalam menjalankan sebuah proyek.
Pengawasan (monitoring) pekerjaan berkaitan dengan tata cara pemeriksaan kualitas yang dilakukan secara kuantitatif (Stoner dan Freeman, 1994). Pengawasan terhadap kualitas suatu pekerjaan hanya dapat berjalan dengan efektif, apabila spesifikasi standar telah ditentukan dan dipahami dengan baik, terdapat pendelegasian tanggung jawab pada setiap tingkatan, adanya perencanaan yang didikung oleh sumber daya yang memadai serta dilakukan secara berkelanjutan (Westland, 2006). Berkaitan kegiatan jasa konsultasi pengawasan, Burgess dan White (1984) mengemukakan masa (waktu) pendendalian pekerjaan pada tiga kategori waktu kerja, yaitu :
1) Masa pra-konstruksi, yang mencakup rancangan, rencana kerja, pengaplikasian teknologi yang digunakan, ketepatan pemilihan alat dan bahan
2) Masa konstruksi, yang mencakup metode pemindahan dan penggunaan alat dan bahan kerja, keahlian dan ketersediaan sumberdaya manusia serta ketepatan spesifikasi yang ditetapkan; dan
3) Masa pasca-konstruksi, yang mencakup perlindungan pasca-konstruksi serta teknik perlindungannya
III. METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilangsungkan pada PT Beutari Nusa Kreasi (BNK) yang beralamat di Jl. Pangeret No. 11, Bantar Jati, Bogor. PT. BNK merupakan konsultan manajemen dan teknik yang memenangkan proses tender untuk kegiatan pengawasan pekerjaan penataan lanskap jalan tol pada PT Jasa Marga cabang Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) yang terdapat pada Gambar 2.
Gambar 2. Ruas jalan tol penataan lanskap lokasi pekerjaan magang
Kegiatan pekerjaan penanaman dan penataan lanskap jalan tol ruas Cawang-Tomang-Cengkareng secara keseluruhan terbagi atas tiga kegiatan utama, yaitu : 1) Kegiatan penanaman, 2) Kegiatan perawatan dan 3) Kegiatan pemeliharaan. Masing-masing dari kegiatan tersebut memerlukan waktu 3 bulan sehingga waktu keseluruhan dari pekerjaan penataan lanskap jalan tol adalah selama 9 bulan yang dimulai dari bulan November 2007 sampai dengan Agustus 2008. Keikutsertaan kegiatan magang dilangsungkan selama 3 bulan pertama pada kegiatan penanaman yang mencakup seluruh aspek dalam pengawasan
Lanskap Ruas Tomang – Cengkareng Lanskap Ruas Jagorawi
Permasalahan / Kendala
Solusi Praktis
Skripsi Hasil Magang Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol
Studi Pustaka
Persiapan 1) Orientasi Tapak
2) Pengenalan Dengan Pihak Terkait Langsung 3) Penjelasan Lingkup dan
Spesifikasi Pekerjaan Pekerjaan Pengawasan :
1) Persiapan Penanaman 2) Penanaman 3) Pemeliharaan Masa
Pertimbangan Teknis Pertimbangan Aspek Manajerial
Analisis
Waktu Kualitas Perubahan Resiko/Masalah
Komunikasi
Alokasi dan Keterbatasan Sumber Daya
Kondisi Lapang Spesifikasi
dan administrasi pekerjaan. Tabulasi waktu pelaksaan pekerjaan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan pada Tabel 2 merupakan alokasi waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan magang.
3.2. Kerangka Kerja
Pengawasan terhadap pekerjaan lanskap merupakan salah satu hal penting yang diperlukan dalam menjamin kualitas dari bentukan lanskap yang akan dibangun. Pemahaman terhadap berbagai item pekerjaan, spesifikasi maupun jenis material yang akan digunakan merupakan hal yang penting dalam kegiatan pengawasan mengingat permasalahan aktual di lapangan lebih bersifat insidentil dan spesifik tapak. Alur kerja kegiatan magang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Alur pikir pekerjaan magang
Tabel 1. Alokasi waktu kerja konsultan pengawas
Tabel 2. Alokasi waktu magang
2007
September Oktober November Desember No Uraian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Orientasi lapang
2 Pengawasan revitalisasi nurseri
3 Pengawasan Penanaman ruas Jagorawi 4 Pengawasan Penanaman ruas Cengkareng
2007 2008
No Uraian
Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni 1. Pengadaan jasa
konsultasi perancangan
Transaksi Langsung
2. Pengadaan Jasa Konsultasi
Pengawasan
Pemilihan Langsung
3. Pengadaan Jasa Pemborongan Pelelangan
Terbatas dgn Prakualifikasi 4. Pelaksanaan
Pekerjaan
a. Penanaman
b. Perawatan
c. Pemeliharaan Waktu pelaksanaan magang
15
Hal-hal yang berhubungan dengan kendala yang menghambat proses pekerjaan di lapangan akan dianalisis untuk mendapatkan solusi yang dapat diterapkan di lapangan.
3.3. Metode Pelaksanaan Magang
Metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini merupakan sebuah kegiatan pembelajaran aktif dengan ikut berperan serta dalam setiap kegiatan yang terkait dengan pekerjaan lanskap, serta menjalankan tugas-tugas pekerjaan lanskap yang ditugaskan oleh pihak konsultan tempat magang. Status mahasiswa adalah sebagai Landscape Inspector (LI). Dalam pelaksanaan kegiatan magang, kegiatan yang akan dilakukan terbagi atas : kegiatan persiapan, pekerjaan pengawasan (lapangan), pengumpulan data, analisis, perumusan solusi/pemecahan masalah dan penyusunan skripsi.
3.3.1. Persiapan
Pada awal pelaksanaan magang, mahasiswa melakukan orientasi keadaaan lapang, pengenalan jenis pekerjaan, material yang akan digunakan, tata cara pengawasan, standar keamanan dan metode kerja di sekitar jalan tol, pengenalan dengan berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan yang akan dilangsungkan serta penjelasan atas dokumen kontrak sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.
3.3.2. Pekerjaan Pengawasan
Kegiatan magang yang dilakukan secara umum meliputi pengawasan lapang dan pekerjaan administrasi. Kegiatan pekerjaan pengawasan lapang mencakup pekerjaan persiapan dan pengolahan lahan, pemeriksaan dan pencacahan seluruh material tanaman yang akan digunakan pada kegiatan penanaman dan proses pengerjaannya, pelaporan keadaan kerja di lapangan serta pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selama masa penanaman. Sedangkan kegiatan administrasi mencakup seluruh kegiatan surat menyurat, pembuatan dokumen rapat mingguan dan pembuatan laporan bulanan sebagai bentuk pelaporan kepada pihak PT. Jasa Marga (Persero), Tbk. Jenis kegiatan kerja yang diikuti selama magang adalah seluruh kegiatan yang mencakup kegiatan pengawasan maupun kegiatan pendataan pada kedua lokasi
ruas penanaman serta pada lokasi nurseri Cipinang.Kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan magang terbagi atas dua pekerjaan pokok, yaitu pekerjaan penanaman ruas jalan tol dan pekerjaan revitalisasi nurseri.
3.3.3. Pengumpulan Data
Merupakan tahap pengambilan data baik yang berupa data ekologis maupun data teknis yang berhubungan dengan pekerjaan penanaman dan pengawasan pada lanskap jalan tol. Data tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi (pengamatan lapang), pengukuran dan perhitungan, pembuatan dokumentasi kegiatan, serta melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang terkait dengan pekerjaan penataan lanskap jalan tol (baik dari pihak konsultan, kontraktor maupun PT Jasa Marga (Persero), Tbk). Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, laporan kegiatan maupun dokumen-dokumen kerja yang terkait. Jenis, sumber dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis,sumber dan cara pengambilan data
No Jenis Data Sumber Cara pengambilan 1 Lanskap Lokasi Proyek
a. Lokasi Pekerjaan Dokumen kontrak dan Orientasi lapang
Studi pustaka, tinjauan lapang, wawancara b. Jenis Pekerjaan Dokumen kontrak dan
Orientasi lapang
Tinjauan pustaka, pengamatan lapang 2 Kegiatan Pengawasan
a. Jenis dan Kuantitas
Tanaman Dokumen kontrak
b. Dokumentasi Proyek Lapangan Pengamatan lapang c. Alat dan Bahan Pekerjaan
Pengawasan Lapangan Pengamatan lapang
d. Metode Kerja Konsutan Wawancara, Dokumen kontrak
Wawancara, Studi literatur 3 Administrasi
a. Aspek Legal Kontrak Dokumen kontrak Stuid literatur
b. Organisasi Proyek Orientasi proyek Pengamatan lapang, studi liteatur
3.3.4. Analisis
Data dan informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis data yang dilakukan mencakup analisis kualitatif dan kuantitif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan pada data verbal ataupun fisik yang tidak terukur seperti hasil wawancara dan kuisioner, dokumentasi hasil pekerjaan dan dokumen-dokumen kontrak kerja. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan terhadap data baik lapangan maupun non-lapangan, yang terukur seperti persebaran jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah dan jenis material yang digunakan untuk kemudian dipadankan dengan permasalahan yang timbul di lapangan dan dianalisis untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan pekerjaan yang dilaksanakan. Dalam kegiatan pengawasan, analisis lebih ditujukan sebagai bahan penilaian terhadap kinerja kontraktor lanskap dalam pelaksanaan kewajibannya.
3.3.5. Perumusan solusi
Solusi atau pemecahan masalah yang dirumuskan merupakan hasil analisis atas laporan kondisi dan permasalahan yang timbul di lapangan. Lebih lanjut lagi, dalam penyusunan laporan magang, solusi yang dihasilkan di lapangan tersebut kemudian dibandingkan dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli dari buku referensi, majalah ilmiah dan sumber lainnya.
3.4. Batasan Studi
Ruang lingkup dari kegiatan magang ini yaitu kegiatan pengawasan dalam masa penanaman pada pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas CTC, baik dalam kegiatan administrasi maupun pekerjaan fisik di lapang dan tidak mencakup kegiatan pemeliharaan dan perawatan pasca konstruksi. Kegiatan ini merupakan bagian dari pekerjaan lanskap yang berada di bawah Bagian Pemeliharaan jalan tol ruas Cawang – Tomang - Cengkareng PT Jasa Marga (Persero), Tbk.
IV. ORGANISASI PROYEK
4.1. PT. Beutari Nusa Kreasi
PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK) yang beralamat di Jl. Pangeret No. 11, Bantar Jati, Bogor merupakan sebuah konsultan yang didirikan pada 09 September 1997 dengan visi menjadi konsultan nasional terpercaya yang selalu berperan aktif dalam pengembangan dunia konsultansi di Indonesia dengan memberi pelayanan terbaik bagi kepuasan konsumen/klien dengan berorientasi pada peningkatan kinerja dan manajemen, pengembangan sumberdaya manusia serta penggunaan prasarana dan sarana yang optimal demi pencapaian kesejahteraan bersama.
Kepengurusan perusahaan dibagi atas dua jenis struktur kepengurusan, yaitu kepengurusan tetap, yang terdiri dari pemilik, dewan direksi serta staf operasional kantor dan kepengurusan tidak tetap yang hanya dibentuk pada saat pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu yang terdiri atas tenaga ahli dan staf lapang. Susunan kepengurusan tetap dari perusahaan tersebut mencakup : Komisaris utama : Dra. Milawati
Komisaris : Dra. Widiastuti
Direktur Utama : Ir. J. Heru Marsudi, Dipl, HE, MT Direktur : Ir. Soeliantoro, MBA
Layanan jasa konsultasi yang disediakan oleh PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK) mencakup berbagai bidang, baik bidang kontruksi maupun non-kontruksi dengan perincian jasa konsultansi konstruksi mencakup pada bidang sipil, arsitektur, tata lingkungan, elektrikal, jasa pendukung dan perencanaan, sedangkan jasa konsultansi non konstruksi mencakup bidang telematika, jasa survai, pariwisata, bisnis dan manajemen, perindustrian dan perdagangan, pertambangan dan energi, pendidikan, kesehatan dan jasa khusus lainnya.
4.2. PT. Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC
PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) yang beralamat di Plaza Tol Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta diresmikan pada tanggal 21 Maret 2000 oleh direktur utama (Dirut) PT. Jasa Marga pada waktu itu Ir, Wiyoga Adiwasito. PT Jasa Marga (Persero) cabang
CTC memiliki daerah operasional sepanjang ± 32 Km yang memanjang dari daerah Cililitan hingga bandara internasional Soekarno-Hatta.
4.3. Organisasi Pengelolaan Proyek
Selama pelaksanaan pekerjaan penataan lansekap pada jalan tol Cawang-Tomang-Cengkareng, terdapat tiga organisasi proyek yang meliputi : Satgas PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC, konsultan pengawas dan kontraktor lanskap. Ketiga unsur organisasi proyek berwenang dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing dengan melaksanakan koordinasi teknis, lapangan dan administrasi dengan baik sehingga dapat memberikan hasil terbaik dalam penggunaan biaya, kendali mutu dan ketepatan waktu pelaksanaan.
4.3.1. Satuan Tugas (Satgas) PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang CTC Satgas merupakan satuan organisasi kerja yang dibentuk dan ditunjuk oleh kepala cabang dalam mengendalikan semua item pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan ketentuan kontrak. Satgas bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor lanskap. Susunan keanggotaan Satgas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Susunan anggota Satgas (satuan tugas) PT. Jasa Marga
Posisi Nama
Ka Satgas Subari
Administrasi Harjono
Anggota Satgas Pyatno Pudjo
Subiarto Pardede
Tugas dan wewenang satuan tugas (satgas) yang dibentuk oleh Kepala Cabang (Kacab) secara umum berada pada lingkup manajemen konstruksi dan bertanggungjawab dalam pengendalian proses pekerjaan. Secara lebih rinci tugas dan hak satuan tugas (satgas) adalah :
1) menangguhkan pekerjaan secara keseluruhan atau sebagian akibat kegagalan kontraktor atau ketidakamanan terhadap pekerja atau masyarakat atau akibat eksternal yang tidak terduga
2) memberikan rekomendasi kepada pemberi tugas atas penagihan pembayaran dari kontraktor melalui sertifikat bulanan, sertifikat penyelesaian sementara dan sertifikat penyelesaian akhir
3) memberikan persetujuan dan rekomendasi kepada pemberi tugas untuk dapat dilaksanakannya serah terima sementara dan serah terima akhir 4) memberi dan mengeluarkan perintah perubahan terhadap kontrak kepada
kontraktor sebagai akibat adanya tuntutan dan atau keadaan lapangan
4.3.2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana bertugas dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan tapak dan melakukan perhitungan teknis terhadap kuantitas dan jenis material yang akan digunakan. Dalam pekerjaan lanskap, konsultan perencana bertanggung jawab terhadap kebenaran dan ketepatan desain yang akan diterapkan di lapang, juga termasuk di dalamnya perencanaan terhadap alokasi waktu yang diperlukan dalam merampungkan pekerjaan.
Pekerjaan perencanaan dilaksanakan selama satu bulan dengan produk perencanaan berupa laporan perencanaan tertulis, dokumen spesifikasi lansekap, gambar rencana dan gambar kerja, daftar harga dan kuantitas serta dokumen teknis lainnya yang telah ditentukan sebelumnya. Konsultan perencana juga bertugas dalam membuat Harga Perkiraan Sementara (HPS) kepada pihak Jasa Marga selaku pemberi kerja terkait dengan pekerjaan penataan lansekap yang dapat dijadikan acuan dalam proses pelelangan (tender). Sedangkan gambar rencana, daftar harga dan kuantitas, dokumen spesifikasi lanskap serta berkas lainnya yang merupakan produk dari kegiatan perencanaan juga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam kelengkapan dokumen teknis pada proses pelelangan (tender). Dalam pekerjaan ini, konsultan perencana yang bertugas dalam merencana dan merancang lanskap jalan tol adalah PT. BNK.
4.3.3. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas merupakan bentuk badan usaha yang memberikan pelayanan jasa konsultasi lanskap dalam penjaminan kualitas dan ketepatan proses pekerjaan berdasarkan rencana dan kesepakatan di dalam kontrak kerja dengan jalan memberikan saran dan masukan serta memecahkan masalah dan kendala yang muncul di lapangan, baik yang bersifat teknis lapangan maupun non-teknis. Dalam pengawasan pekerjaan lanskap jalan tol ruas CTC, PT. BNK
yang pada awal masa pekerjaan bertindak sebagai konsultan perencana juga berperan dalam menyediakan jasa konsultasi pengawasan. Adapun perincian anggota konsultan pengawas yang bekerja dalam kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Susunan anggota konsultan pengawas
Lokasi Posisi Nama
Jagorawi Cengkareng Nurseri
Resident Engineer Ir. Khairul √ √ √
Chief Inspector Ir. Munawir √ √ √
Landscape Inspector 1 Yames Sumitra, SP √ √ -
Landscape Inspector 2 Angga Ardyansyah √ √ √
Ofiice Manager H. Sudirmanto, SE Adm dan keuangan
Secara umum, konsultan pengawas mempunyai wewenang dalam mengusulkan rekayasa teknik lapangan yang diperlukan berdasarkan ketentuan dalam dokumen kontrak. Konsultan pengawas bertugas dalam mengawasi, memeriksa dan merekomendasikan persiapan, pelaksanaan dan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor. secara lebih rinci tugas dan hak konsultan pengawas, adalah :
1) memeriksa hasil pengujian mutu terhadap bahan dan atau hasil suatu pekerjaan kontraktor dan memberikan penolakan atau persetujuan atas hasil pengujian mutu tersebut
2) memberikan persetujuan atau penolakan terhadap penyelesaian suatu pekerjaan
3) menolak bahan yang cacat atau tidak memenuhi spesifikasi dan memerintahkan penghentian dan atau menunda setiap pekerjaan yang tidak layak secara teknis
4) memperhatikan waktu pelaksanaan pekerjaan yang diajukan kontraktor agar dapat dicapai jadwal yang direncanakan
5) memeriksa kuantitas item pekerjaan yang terdapat dalam rencana kerja dan hasil pekerjaan serta memberikan laporan hasil pemeriksaannya kepada satuan tugas (satgas) dan atau kontraktor untuk selanjutnya diproses untuk pengajuan sertifikat pembayaran atau laporan kemajuan
6) melakukan perubahan-perubahan minor pada gambar rencana atas dasar keadaan lapangan, sejauh tidak mengubah substansi desain
7) mengusulkan perubahan desain kepada pemberi tugas melalui satuan tugas (satgas)
8) memberikan rekomendasi kepada satuan tugas (satgas) atas usulan suatu perubahan pekerjaan dilapangan; dan
9) mengendalikan administrasi teknis lapangan dan penyelesaian pekerjaan
4.3.4. Kontraktor dan Sub-Kontraktor Lanskap
Kontraktor lanskap pada pekerjaan lanskap jalan tol ruas CTC merupakan badan usaha non-pemerintah yang memenangkan tender dan bertugas dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan di dalam kesepakatan kontrak. Kontraktor lanskap yang bertugas untuk melaksanakan pekerjaan tersebut adalah PT. Sinar Kemala (SK) yang merupakan sebuah kontraktor umum yang bergerak dalam jasa pembangunan dan penyewaan alat-alat berat yang selanjutnya bekerja sama dengan sub-kontraktor CV. Bumi Indah Flora (BIF) selaku penyedia dan pelaksana pekerjaan penanaman (terdapat pada Tabel 6). Dalam melaksanakan pekerjaan, PT. SK diatur dalam kontrak jasa pemborongan pekerjaan penataan lansekap pada jalan tol CTC nomor : FE.06.SPK.134 tanggal 05 November 2007.
Tabel 6. Kontraktor dan sub kontraktor lanskap
Posisi Nama Keterangan
Kontraktor PT Sinar Kemala Jl. Cendana XIV No. 54 Jakasampurna - Bekasi Sub Kontraktor CV. Bumi Indah
Flora
Jl. Bumi Indah Rt.002/09 No. 37 Sukabumi Utara – Jakarta Barat
Skematik hubungan antara pemberi kerja, konsultan pengawas, kontraktor dan sub-kontraktor lanskap dalam pekerjaan penanaman yang dilakukan pada kedua ruas jalan tol dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Skematik hubungan seluruh pihak yang terlibat langsung dalam proyek penataan lanskap jalan tol ruas CTC
Kacab. PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC
Kepala Satuan Tugas (Satgas)
Anggota Anggota Anggota
Adm.
Kepala Bagian Pemeliharaan
Direktur PT. Sinar
General Manager
Tenaga Ahli Sekertaris
Site Manager
Asisten Site Manager
Pekerja 1 Pekerja 2 Pekerja 3
Pekerja .. Pekerja n
kontraktor PT. Sinar K l
sub-kontraktor CV. Bumi Indah
Flora Resident Engineer
Chief Inspector
Landscape Landscape
Adm.
PT. Beutari Nusa Kreasi Perintah Kerja
Pengawasan
Perintah Kerja
resmi tidak resmi
Pelaksanaan
Pelaksanaan Harian diterima
Ya Tidak Perbaikan
Semua
Pekerjaan diterima Serah terima Pengawasan Konsultan
pengawas
Ya PT. Jasa
Marga
Kontraktor
Konsultan Perencana
V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK
Anggota tim konsultan pengawas terdiri dari 2 (dua) orang Landscape Inspector (LI) yang bertugas dalam mengumpulkan dan memperbaharui data lapangan, 1 (satu) orang Chief Inspector (CI) dan 1 (satu) orang Resident Engineer (RE). Pengumpulan data dilaksanakan secara harian oleh LI melalui tinjauan langsung ke lapangan terhadap jenis pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor kepada CI dengan mengacu pada rencana kerja yang kemudian direkap dalam berita acara kemajuan (progress) pekerjaan. Untuk pekerjaan yang tidak dapat diawasi langsung oleh konsultan pengawas, pemeriksaan dilakukan pada hari berikutnya dengan memeriksa hasil pekerjaan tersebut secara langsung dan meminta laporan, baik tertulis maupun lisan kepada pekerja yang berada di lapangan. Alur pelaksanaan dan hubungan kerja yang berlangsung pada penataan lanskap jalan tol CTC dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Alur pelaksanaan kerja penataan proyek lanskap jalan tol Dalam memastikan bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja (PT. Jasa Marga cab CTC) dipenuhi, RE selaku menejer pelaksana pekerjaan pengawasan merencanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian masing- masing kegiatan kerja melalui serangkaian proses manajemen. Proses tersebut mencakup : manajemen waktu, manajemen kualitas, manajemen perubahan,
manajemen resiko, manajemen masalah dan kendala, manajemen pencegahan/antisipasi dan manajemen komunikasi.
5.1. Manajemen Waktu
Manajemen waktu merupakan metode yang digunakan dalam mengalokasikan penggunaan waktu yang digunakan dalam pengawasan setiap jenis pekerjaan. Manajemen waktu merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan proyek dikarenakan waktu merupakan sumber daya yang sangat berharga dalam pelaksanaan proyek (Westland, 2006). Dalam melaksanakan manajemen waktu, RE dan CI melakukan analisis dalam menentukan alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan berdasarkan data dari sejarah (track record) kemampuan kontraktor dalam menyelesaiakn suatu jenis pekerjaan. Untuk lebih rincinya, perekaman (record) terhadap waktu aktual yang dibutuhkan oleh masing-masing pekerja dilapangan dimaksudkan untuk :
1) mengkalkulasikan waktu yang diperlukan dalam menyelesaian jenis pekerjaan tertentu
2) mengendalikan alokasi sumberdaya masing-masing jenis pekerjaan, dan 3) mengidentifikasikan persentase penyelesaian pekerjaan yang telah
dilaksanakan dan besarnya penyimpangan dari rencana proyek
Dasar yang digunakan dalam proses manajemen waktu adalah laporan timesheet mingguan yang merupakan rekapitulasi dari laporan harian pengawasan pekerjaan di lapangan. Prosedur manajemen waktu yang dilaksanakan dalam kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Lampiran 1.
5.2. Manajemen Kualitas
Manajemen kualitas dilakukan melalui penetapan standar pekerjaan.
Penilaian yang dilaksanakan didasarkan kepada pengawasan dan pengendalian alat, bahan, metode dan tenaga kerja yang digunakan. Dalam proses ini, pengertian kualitas dari masing-masing jenis pekerjaan didefinisikan secara jelas dan dilakukan dokumentasi atas rencana pengawasan kualitas. Dalam dokumen rencana pengawasan kualitas dijelaskan :
1) definisi kualitas yang hendak dicapai pada masing-masing jenis pekerjaan 2) sasaran jelas dalam menentukan kualitas dari masing-masing pekerjaan yang didalamnya terdapat penjelasan kriteria dan standar yang harus dipenuhi sesuai dengan keinginan pemberi kerja, dan