• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN

6.2. Pengawasan Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan merupakan segala jenis pekerjaan yang meliputi persiapan lahan dengan segala kelengkapannya sebelum dilaksanakannya pekerjaan penanaman. Pengawasan pekerjaan persiapan dalam penataan lanskap jalan tol ruas CTC mencakup 10 (sepuluh) sub-pekerjaan yang terdiri atas : pemeriksaan terhadap mobilisasi dan demobilsasi kontraktor, pengadaan kantor dan gudang lapangan, pengadaan tempat penampungan tanaman (nurseri) sementara, pengadaan kelengkapan keamanan dan keselamatan kerja, pengaturan lalu-lintas, pengadaan foto proyek, pengadaan alat bantu kerja, pembersihan lahan penanaman, pekerjaan pematokan tanaman dan pengadaan penopang bambu. Seluruh sub-pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan pendahuluan dalam mempersiapkan alat dan bahan serta area kerja.

6.2.1. Mobilisasi dan Demobilisasi Kontraktor

Pekerjaan mobilisasi merupakan pekerjaan pemindahan alat, material dan tenaga kerja yang dipergunakan oleh kontraktor, baik untuk memasuki maupun ke luar dari lokasi pekerjaan dan juga mencakup pekerjaan demobilisasi (pembongkaran atau pemulangan kembali) apabila pekerjaan telah selesai dan atau peralatan yang diperlukan tidak digunakan lagi.

Tujuan utama dari pekerjaan ini adalah untuk memindahkan alat dan material yang diperlukan sehingga dapat dipastikan tersedia di lapangan dalam kondisi yang baik tanpa adanya kekurangan atau gangguan kerusakan. Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut, kontraktor menggunakan kendaraan proyek yang digunakan untuk kegiatan mobilisasi dan demobilisasi kontraktor yang dibagi atas : 1) kendaran milik sendiri yang digunakan untuk memindahkan peralatan dan tenaga kerja dan 2) kendaran sewa yang digunakan untuk memindahkan materi dan material yang diperlukan ke dalam atau ke luar lokasi pekerjaan. Berdasarkan keterangan kontraktor, jumlah armada yang dapat digunakan tergantung tuntutan kondisi pekerjaan yang dibutuhkan. Penambahan

armada kendaraan hanya dilakukan terbatas pada waktu-waktu tertentu, yaitu pada saat dilakukannya pengiriman tanaman atau tanah merah.

Sedangkan untuk kendaraan operasional sehari-hari hanya digunakan kendaraan bak terbuka. Kendaraan yang digunakan dalam pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Kendaraan yang digunakan dalam mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja dan material ke dalam dan ke luar tapak

Selain memiliki keterbatasan jumlah kendaraan operasional tetap, kontraktor juga tidak memiliki program mobilisasi yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk memprediksikan kebutuhan mobilisasi yang diperlukan. Dalam melaksanakan pekerjaan mobilisasi, kontraktor seharusnya sudah terlebih dahulu mempersiapkan program kerja mobilisasi yang mencakup :

1) lokasi pusat-pusat kegiatan seperti : kantor, tempat penyimpanan material dan nurseri sementara yang disertai denahnya

2) rencana pengangkutan material tanaman dan alat dari dan ke tempat tujuan, jadwal dan cara pengiriman serta tahapan menurut prioritas 3) perubahan kerja

Hal tersebut di atas dibahas bersama dengan konsultan pengawas dan pihak PT.

Jasa Marga untuk dikoreksi dan diperbaiki. Hal ini merupakan sesuatu yang cukup penting, mengingat bahwa pihak PT. Jasa Marga tidak mengizinkan adanya pekerjaan lanskap yang dilaksanakan pada siang hari yang diperkirakan akan menimbulkan kemacetan seperti pekerjaan pengiriman tanah, pada ruas Cengkareng. Perencaaan program mobilisasi dan mobilisasi yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam pekerjaan penanaman pada lanskap jalan tol, hal ini dikarenakan kondisi ruas jalan tol tidak memungkinkan kontraktor

untuk melakukan pemindahan material atau alat kerja dari satu jalur ke jalur jalan lainnya secara langsung. Penilaian terhadap kegiatan mobilisasi dan demobilisasi kontraktor dilakukan terhadap intensitas atau frekuensi distribusi alat dan material yang dilaksanakan oleh kontraktor setiap minggunya.

6.2.2. Pengadaan Kantor dan Gudang Lapangan

Kantor dan gudang lapangan merupakan sarana kelengkapan yang dibuat oleh kotraktor yang berfungsi sebagai pusat korodinasi kontraktor dalam melaksanakan tugasnya di lapangan. Adapun persyaratan minimal yang harus dipenuhi dalam mendirikan kantor dan gudang lapangan adalah :

1) memperhatikan dan mentaati peraturan PT. Jasa Marga dalam menempatkan dan melaksanakan pemasangan/instalasi bangunan kantor dan gudang lapangan

2) kantor dan gudang lapangan harus baik secara struktur, kedap terhadap cuaca dengan lantai yang lebih tinggi dari permukaan tanah.

3) dimensi bangunan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan pada masing-masing lokasi

4) kantor dan gudang lapangan harus dilengkapi dengan peralatan P3K dengan utilitas bangunan kantor ditentukan berdasarkan kebutuhan kontraktor menggunakan biaya sendiri

Daerah kerja yang terdapat dalam kontrak kerja penataan lanskap jalan tol ini terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah kerja, yaitu : lanskap jalan ruas Cengkareng, lanskap jalan ruas Jagorawi dan nurseri Cipinang yang letaknya berjauhan satu sama lain. Kondisi tersebut mengakibatkan kotraktor harus memiliki tempat yang dapat dijadikan sebagai kantor dan gudang lapangan pada masing-masing wilayah.

Untuk daerah pekerjaan di Cengkareng, kontraktor tidak mendirikan kantor dan gudang lapangan (direksi kit) dan memilih untuk mengontrak pada rumah warga yang terletak disekitar Km-32. Pada area kerja ruas jalan tol Jagorawi, kontraktor mendirikan kantor dan gudang lapangan pada lahan kosong disekitar area kantor cabang dengan terlebih dahulu meminta persetujuan kepada pihak PT. Jasa Marga. Lokasi ini dipilih karena pertimbangan ukurannya yang cukup luas, tersedia utilitas eksisting seperti saluran air bersih dan listrik yang dapat dimanfaatkan oleh kontraktor, memiliki aksesibilitas yang baik dan tidak mengganggu kenyamanan pengguna jalan tol. Namun bangunan yang

digunakan tidak memenuhi standar yang telah ditentukan, bangunan hanya berupa tenda darurat yang dapat digunakan oleh pekerja untuk beristirahat pada malam hari. Keterbatasan anggaran merupakan alasan utama kontraktor untuk tidak membangun kantor dan gudang lapangan sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan. Sedangkan pada area pekerjaan nurseri Cipinang, kontraktor menyewa bangunan pengelola milik PT. Jasa Marga. Kantor dan gudang lapangan pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi dan nurseri dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Kantor dan gudang sementara pekerjaan lanskap ruas Jagorawi

6.2.3. Pengadaan Penampungan Tanaman (nurseri) Sementara

Penampungan tanaman (nurseri) sementara merupakan lokasi yang digunakan dalam proses aklimatisasi untuk membantu tanaman agar dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Lokasi tempat penampungan (nurseri) sementara diusahakan tidak berada jauh dari lokasi pekerjaan, memiliki kondisi lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman, tidak mengganggu pengguna jalan tol dan mendapatkan persetujuan satgas pelaksana. Selain hal tersebut, tempat penampungan tanaman (nurseri) sementara juga digunakan sebagai lokasi penilaian yang dilakukan konsultan terhadap kualitas dan kuantitas dari masing-masing jenis tanaman yang akan ditanam.

Pada awalnya, lokasi nurseri ditetapkan pada 2 (dua) lokasi berbeda, yang masing-masing berada dibawah pengelolaan PT. Jasa Marga. Lokasi tersebut yaitu pada nurseri Cipinang dan nurseri gerbang tol Kapuk. Namun, konsultan pengawas menyaranakan adanya lokasi penampungan tanaman lain selain dua lokasi tersebut. Lokasi penampungan tanaman sementara dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Lokasi penampungan tanaman (nurseri) sementara

Adapun pertimbangan dalam penambahan lokasi tempat penampungan (nurseri) sementara antara lain dikarenakan: 1) luasan nurseri milik PT. Jasa Marga tidak mencukupi untuk menampung seluruh tanaman yang didatangkan oleh kontraktor, 2) lokasi nurseri yang diusulkan oleh pemberi kerja berada jauh dari lokasi pekerjaan akan dilaksanakan dan 3) keterbatasan armada pengangkutan yang dimiliki oleh kotraktor. Selain itu, lokasi yang disarankan juga memiliki kondisi lingkungan yang serupa dengan kondisi lokasi penanaman.

6.2.4. Pengadaan Keamanan dan Keselamatan Kerja

Kelangkapan keamanan dan keselamatan kerja mencakup kelengkapan keamanan dan keselamatan yang digunakan oleh pekerja yang ada di lapangan.

Kelengkapan tersebut antara lain : helm proyek, sepatu bot, rompi proyek dan perlengkapan P3K. Kondisi lingkungan di sekitar jalan tol, terutama suhu udara dan tingkat penyinaran yang tinggi menyebabkan kondisi udara tidak nyaman, sehingga menyebabkan para pekerja di lapangan enggan untuk menggunakan kelengkapan keselamatan kerja walaupun telah disediakan oleh kontraktor. Para pekerja mengeluhkan bahwa kelengkapan keselamatan tersebut menyebabkan mereka tidak nyaman dalam melaksanakan pekerjaan, terutama pada pelaksanaan pekerjaan pembuatan lubang tanam dan pekerjaan penanaman.

Pada Gambar 20 dapat dilihat kondisi para pekerja di lapangan yang tidak dilengkapi dengan keselamatan dan keamanan kerja.

Gambar 20. Kondisi kelengkapan keselamatan para pekerja lapangan

Rendahnya kesadaran terhadap keselamatan dan keamanan kerja merupakan hal yang sangat disayangkan dalam pelaksanaan pekerjaan lanskap jalan tol. Hal tersebut juga dapat dilihat dari perilaku tenaga kerja penanaman yang terkadang menyebrang secara langsung melalui jalan tol. Para pekerja beralasan tidak semua ruas jalan tol lokasi pekerjaan memiliki unit jembatan penyebrangan yang dapat digunakan oleh pekerja atau dalam upayanya mengalokasikan alat dan material menuju lokasi pekerjaan pada jalur jalan tol disebrangnya.

6.2.5. Pengaturan Lalu-lintas

Pekerjaan pengaturan lalu lintas ditujukan untuk menjada kelancaran dan keamanan arus lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan. Hal ini dilakukan melalui pemasangan sejumlah rambu lalu-lintas, lampu, papan peringatan dan perlengkapan lainnya yang perlu sesuai dengan petunjuk satgas. Pengaturan lalu lintas pada jalan tol yang disediakan jalur pemisah (median) atau pada jalan yang lain dalam mana pekerjaan sedang dikerjakan, harus dilaksanakan untuk panjang tertentu dan Kontraktor dalam usahanya agar lalu lintas tetap lancar harus menyediakan sarana pemisah jalur berupa rubber cone dan sarana pengatur lalu-lintas lainnya.

Kontraktor harus selalu mengusahakan dalam setiap pelaksanaan pekerjaannya, agar hambatan-hambatan, kesulitan-kesulitan dan kelambatan-kelambatan lalu lintas dihindari. Dalam pelaksanaan kerja, kontraktor sudah seharusnya atau bila konsultan pengawas menghendaki, maka kontraktor harus menyediakan tenaga/pekerja yang dialokasikan khusus untuk memberi tanda-tanda kepada lalu lintas agar kelancaran dan keamanan terjamin.

6.2.6. Pengadaan Foto Proyek

Foto proyek merupakan dokumentasi terhadap setiap pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor. Setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor didokumentasikan kedalam dokumentasi foto proyek yang terdiri atas 3 (tiga) jenis dokumentasi, yaitu foto 0%, foto 50% dan foto 100%. Foto 0%

merupakan kondisi awal dari lokasi pekerjaan sebelum adanya kegiatan sama sekali, foto ini juga dikenal dengan nama foto eksisting. Foto 50% merupakan foto kemajuan pekerjaan pada saat setengah rampung, sedangkan foto 100%

adalah foto lokasi proyek setelah pekerjaan selesai. Setiap jenis foto tersebut diharuskan untuk diambil dengan menggunakan sudut pandang dan obyek yang sama.

Dokumentasi tersebut digunakan sebagai materi kelengkapan pada laporan visualisasi terhadap hal-hal penting dalam pekerjaan dan merupakan kelengkapan didalam laporan visualisasi pada materi rapat mingguan, laporan bulanan yang diterbitkan oleh konsultan pengawas, dokumen penagihan kontraktor dan arsip PT. Jasa Marga.

6.2.7. Pengadaan Alat Bantu Kerja

Alat bantu kerja yang dimaksudkan dalam pekerjaan ini adalah pengadaan sumber listrik yang diperlukan bagi pekerjaan di lapangan, terutama dalam kegiatan pekerjaan yang dilakukan pada malam hari. Pada pekerjaan ini, kontraktor tidak mengadakan kelengkapan listrik kerja pada pekerjaan malam hari. Pada ruas jalan tol Jagorawi, penerangan yang berasal dari lampu jalan dirasakan telah cukup memadai bagi para pekerja. Sedangkan pada ruas jalan tol Cengkareng, tidak ada pekerjaan yang dilaksanakan pada malam hari, kecuali pengiriman tanaman ke lokasi tanamnya.

6.2.8. Pembersihan Lahan Penanaman

Kegiatan pembersihan lahan mencakup pekerjaan pengelupasan permukaan tanah (peeling) dari rumput atau tanaman eksisting yang tidak termasuk dalam rencana atau Gambar kerja untuk memungkinkan pekerjaan pengolahan tanah dan pembuatan lubang tanam pada lokasi tertentu. Dalam pekerjaan pembersihan lahan, puing, sampah dan batu yang ada kerja dibersihkan dan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Pembersihan lahan

penanaman hanya dilaksanakan pada areal kantor cabang dan median yang terdapat di sekitar gerbang bandara Soekarno-Hatta.

Gambar 21. Pekerjaan pembersihan lahan penanaman

6.2.9. Pekerjaan Pematokan Lubang Tanam

Pekerjaan pematokan lubang tanam dilaksanakan untuk menentukan titik tanam yang akan dijadikan sebagai acuan dalam pematokan titik tanam berikutnya. Pada Gambar 22 dapat dilihat pekerjaan pematokan lubang tanam acuan.

Gambar 22. Pekerjaan pematokan lubang tanam pada ruas Cengkareng yang didampingi oleh konsultan pengawas

Pematokan lebih diutamakan untuk menentukan lokasi titik tanam tanaman pohon dan palm, sedangkan untuk tanaman semak dan groundcover pematokan hanya dilakukan terhadap area penanamannya. Penilaian atau pembobotan terhadap pekerjaan pematokan lubang tanam didasarkan pada

jumlah lubang tanam yang telah ditentukan (dipatok). Data pematokan diperoleh dari laporan harian yang dilaporkan oleh para pekerja di lapangan setelah diperiksa ulang oleh konsultan pengawas. Alat dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah patok bambu, martil, blencong dan meteran gulung.

Pematokan lubang tanam dilakukan terhadap seluruh jenis tanaman. Dalam menentukan titik lubang tanam acuan, para pekerja lapangan didampingi oleh anggota konsultan pengawas, sedangkan setelah ditetapkan titik lubang tanam acuan maka pekerjaan pematokan selanjutnya diserahkan kepada pekerja di lapangan.

6.2.10. Pengadaan Penopang Bambu

Penopang digunakan untuk menyokong posisi tanaman agar dapat berdiri dengan baik pada tempat penanamannya yang baru. Penggunaan penopang merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman baru pada tempat-tempat yang memiliki intensitas dan kecepatan angin yang dapat menyebabkan tanaman baru (transplanting) tumbang. Sedangkan untuk tanaman pada lokasi yang tidak memiliki angin yang kuat atau intensif, penggunaan penopang tanaman merupakan hal yang tidak disarankan.

Penopang yang digunakan dalam pekerjaan adalah bilah bambu dengan ukuran panjang 1,5 m dan diameter ± 8 cm. Sedangkan tali yang digunakan untuk mengikat penopang digunakan tali ijuk dan tali rafia. Ketentuan pemasangan penopang pada masing-masing tanaman dapat dilihat pada Lampiran 20. Jumlah penopang yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah sebanyak 9.375 bilah bambu yang digunakan pada 3.245 tanaman yang terdiri atas pohon dan palm. Setiap tanaman diberikan satu set penopang yang terdiri dari bambu penyangga sebanyak 3 buah yang diikat dengan menggunakan tali rafia atau tali lainnya yang diperkirakan akan mengalami dekomposisi.

Penilaian atau pembobotan terhadap pekerjaan pengadaan penopang bambu didasarkan pada jumlah penopang yang telah dipersiapkan oleh kontraktor sesuai dengan jumlah tanaman yang akan dipasangkannya.

Walaupun pemasangan penopang dengan menggunakan tali rafia merupakan hal yang tidak disarankan, namun dalam aplikasinya di lapangan kontraktor tetap menggunakan bahan tersebut. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya operasional secara keseluruhan yang harus dikeluarkan pada kegiatan tersebut.