• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Industri Rokok Kretek di Kudus awal Dekade 1900-an 1. Awal Mula Sumber Bahan Baku Industri Rokok Kretek Kudus

Bahan baku rokok kretek Kudus utamanya adalah tembakau dan cengkeh. Satu hal yang luar biasa, bahwa Kudus bukan merupakan wilayah penghasil bahan

baku rokok kretek tersebut, bahkan tanahnya tidak cocok untuk ditanami bahan baku tembakau ataupun cengkeh.

Dikenalnya tembakau oleh masyarakat Kudus ternyata memiliki hubungan historis dengan Sunan Kudus. Menurut oral history dari masyarakat Kudus dan adanya makam atau petilasan Sunan Kedu di desa Gribig, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus yang terletak di dekat gudang pabrik-pabrik rokok kretek Kudus, menyatakan bahwa tembakau diperkenalkan kepada masyarakat Kudus oleh Sunan Kedu. Hingga akhirnya dapat dimanfaatkan dengan menjadi penemuan rokok kretek.

Sunan Kedu lahir di Paraan Kabupaten Temanggung (daerah sentra tembakau). Semasa kecil bernama Abdul Hakim dan menginjak dewasa belajar ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama dan setelah kembali dari Mekkah diberi gelar Sunan Kedu atau Syeikh Abdul Basyir (setingkat wali). Sunan Kedu sangat gigih dalam menjalankan syiar Islam dan pemerintahan. Sunan Kedu datang ke Kudus terutama ke daerah Gribig sekitar tahun 1576 M. Sunan Kedu datang ke wilayah Kudus dengan tujuan untuk nyantri di Mbah Sunan Kudus untuk menjalankan syiar Islam di Kudus dan sekitarnya dan di Gribig pada khususnya. Selama nyantri di Sunan Kudus, dikalangan santri Sunan Kedu adalah santri yang berpengetahuan agama Islam sangat luas. Sunan Kedu yang berasal dari Temanggung diam-diam memiliki keahlian sebagai seorang petani tembakau yang handal. Keahlian ini yang dibawa Sunan Kedu memperkenalkan tembakau pada gurunya Sunan Kudus yang seorang pedagang untuk mengusahakan tembakau sebagai tanaman perdagangan (wawancara bapak Hardi Cahyana : 31 Desember 2009).

Kisah pewayangan tentang peranan Sunan Kedu terhadap penemuan tembakau dan rokok kretek di Kudus menceritakan suatu kisah yang berbeda. Kisah Sunan Kedu di Kudus yang berhubungan dengan tembakau dan penemuan rokok kretek diusahakan untuk menarik dan mempermudah ingatan masyarakat tentang munculnya tembakau dan pengusahaan rokok kretek Kudus masa penyebaran Islam. Ketika masa penyebaran Islam, Sunan Kedu dari Magelang berniat sowan (berkunjung) kepada Sunan Muria. Di tengah perjalanannya, sudah

menjadi kebiasaaan masyarakat jaman dahulu untuk saling mengadu kesaktian yang dimiliki. Sunan Kedu ingin mengadu kesaktiannya dengan Sunan Kudus. Sunan Kedu bersenjata tampah yang diterbangkan ke wilayah Menara melewati puncak Menara Kudus dengan tujuan untuk berusaha memancing kemarahan Sunan Kudus. Kejadian tersebut menjadikan Sunan Kudus merasa tertantang dan meminta Sunan Kedu untuk adu ayam. Adu ayam jago terjadi di daerah Gunung Pati Ayam, perbatasan Kudus-Pati. Sunan Kedu menggunakan ayam jago andalannya dan Sunan Kudus dengan kesaktiannya mengubah gaman kapak menjadi ayam jago. Perjanjian antara Sunan Kedu dan Sunan Kudus, adalah siapa yang kalah harus bergantung pada yang menang. Dalam pertarungannya Sunan Kedu kalah. Sunan Kudus meminta Sunan Kedu membawa bibit tembakau dari Magelang untuk ditanam. Atas keputusan para Sunan, bibit tembakau harus ditanam Sunan Kedu di Magelang dan hasilnya dibawa ke Kudus. Tembakau hasil tanam Sunan Kedu digunakan Sunan Kudus untuk nginang. Ketika itu banyak masyarakat Kudus Kulon yang berguru kepada Sunan Kudus, maka dari itu tembakau diupayakan oleh warga di Kudus sebagai salah satu barang dagangan dan sampai akhirnya dikembangkan menjadi temuan rokok klobot.

Kesaktian Sunan Kudus dalam bahasa Jawa kesedik wali, semua ucapan Sunan Kudus yang menyatakan bahwa siapa yang kalah harus bergantung kepada yang menang dalam tradisi lisan masyarakat Kudus ini ada benarnya. Tembakau Kedu yang dihasilkan wilayah Kedu (Sunan Kedu) hanya dapat digunakan untuk membuat rokok kretek oleh industri rokok kretek di wilayah Kudus saja, di wilayah lain tidak dapat digunakan.

Sunan Kedu wafat sekitar tahun 1612 M, di desa Gribig Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Beliau dimakamkan di desa Gribig. Dari tembakau yang dibawa Sunan Kedu menjadi awal perkembangan perdagangan tembakau di Kudus, sampai akhirnya tercipta rokok klobot. Rokok klobot yang diminati warga Kudus berkembang pesat menjadi usaha kecil, dan oleh pengusaha pribumi terus mengembangkannya menjadi suatu industri rokok kretek Kudus yang terkemuka di dalam maupun di luar negeri. Perusahaan-perusahaan rokok kretek Kudus masih melestarikan budaya khaul terhadap Sunan Kedu. Setiap tanggal 13 bulan

Syuro diadakan penyembelihan kerbau untuk acara khaul yang dikelola masyarakat sekitar dan dikunjungi masyarakat dari seluruh penjuru Kudus atau dari sekitar daerah Kudus (wawancara Bapak Masturi : 26 Oktober 2009).

2. Pengadaan Bahan Baku Industri Rokok Kretek Kudus

Penemuan rokok kretek di Kudus oleh Haji Jamahri dan Mbok Nasilah sekitar tahun 1880-an, membuat banyak orang mengikuti jejak Mbok Nasilah hingga lahirlah industri rokok kretek di Kudus. Pada mulanya, segala sesuatu tentang industri rokok kretek dalam pengerjaan dan penjualan produk rokok kreteknya masih sangat sederhana bahkan belum nampak adanya suatu lapangan usaha yang menjanjikan. Tahun 1880-an sampai 1980-an industri rokok kretek di Kudus mulai berkembang. Ditemukannya tembakau berakibat kepada semakin meningkatnya kegemaran orang mengkonsumsi tembakau. Basic pedagang yang dikuasai oleh masyarakat Kudus ditambah dengan perkembangan kegemaran orang mengkonsumsi tembakau menumbuhkan kemampuan masyarakat Kudus untuk membuat dan memasarkan rokok tradisional atau rokok klobot (Marcel Boneff, 1990 : 240). Rokok klobot merupakan jenis rokok pertama yang umum dinikmati masyarakat Kudus. Baru pada tahun 1880 ditemukanlah rokok kretek sebagai pembaharuan rokok klobot. Bunyi kretek-kretek yang ditimbulkan dari pembakaran klobot ini membawa perubahan sebutan rokok klobot menjadi rokok kretek. Pada awal kelahiran rokok kretek di Kudus, perdagangan dan pemenuhan permintaan rokok kretek hanya terbatas di Kudus saja. Dalam waktu yang sangat singkat, rokok kretek juga disenangi di daerah lain di luar kota Kudus. Sedikit demi sedikit pemasaran rokok kretek mengalami peningkatan yang luar biasa. Apalagi setelah munculnya Nitisemito sebagai pioneer wiraswastawan pribumi yang sukses mengelola industri rokok kretek miliknya.

Berkat keahlian para pengusaha rokok kretek pribumi dalam perataan pemakaian cengkeh dan tembakau, serta penentuan syarat-syarat pembuatan rokok kretek, pengusaha rokok kretek memberi rasa khas terhadap produksi rokok kreteknya. Apalagi dengan variasi bahan, kadar campuran, dan komposisi saus

membuat rokok kretek memiliki rasa khas yang dapat memuaskan permintaan konsumennya (wawancara Bapak Afif Masluri : 12 Oktober 2009).

Bahan baku utama untuk membuat rokok kretek ada dua macam, yaitu tembakau dan cengkeh.

a. Tembakau

Pada tahun 1863, Nien Huys pegawai bangsa Belanda mencoba menanam jenis tanaman baru di daerah Deli. Tanaman ini disebut dengan tembakau, dan berhasil tumbuh menjadi tanaman komoditi pembuatan cerutu (Antonie Rieth, 1987 : 98). Tanpa tembakau rokok tidak dapat diproduksi. Seluruh perusahaan rokok kretek yang ada di pulau Jawa biasanya menggunakan tembakau yang dihasilkan dari wilayah pulau Jawa sendiri. Umumnya, perusahaan rokok kretek dari suatu daerah tertentu belum tentu menggunakan tembakau yang dihasilkan dari daerahnya sendiri sebab perusahaan rokok kretek tidak hanya mendatangkan satu jenis tembakau saja untuk produksi rokok kreteknya.

Dataran Kudus tidak cocok untuk menanam jenis tanaman tembakau, kalaupun dapat ditanam tembakau yang dihasilkan dari daerah Kudus rasanya terlalu pahit dan aromanya tidak begitu harum. Sedang untuk menghasilkan rokok kretek dibutuhkan tembakau yang mempunyai rasa gurih dan mempunyai aroma harum. Kebutuhan tembakau untuk perusahaan rokok kretek Kudus didatangkan dari daerah : Kedu, Weleri, Bojonegoro, Mojokerto, Madura, dan Temanggung. Tembakau bisa sangat mempengaruhi rokok kretek yang akan dibuat sesuai dengan rasa dan kaulitas tembakaunya. Rasa dan kualitas rokok kretek tertentu, juga membutuhkan rasa dan kualitas tembakau tertentu pula. Rasa dan kualitas tembakau dipengaruhi oleh iklim dan letak geografi daerah tanam tembakau. Hal inilah yang menyebabkan adanya perdagangan tembakau, dari daerah-daerah menuju ke Kudus (Mark Hanusz, 2000 : 78-82).

Sebagian besar pengusaha rokok kretek sangat merahasiakan pembelian dan jumlah penggunaan tembakau, hal ini dilakukan untuk menghindari ramuannya tidak diketahui oleh pihak lain. Cara perusahaan rokok kretek Kudus menciptakan tembakau dengan mengangkat seorang agen atau perwakilan perusahaan rokok kreteknya. Jika tidak, pengusaha rokok kretek di Kudus berusaha mencari tembakau di daerah-daerah penghasil tembakau yang dibutuhkan oleh perusahaannya.

Bentuk penjualan tembakau dari petani secara langsung kepada agen atau pengusaha rokok kretek, antara lain :

1.) Dijual secara bebas, yaitu tembakau dijual oleh petani kecil kepada agen pada waktu tembakau masih belum dipanen. Cara pembelian seperti ini biasanya berlaku untuk jenis tembakau Virginia dan tembakau Weleri. 2.) Menjual rajangan kepada tengkulak-tengkulak kecil yaitu

tembakau dipanen kemudian tembakau dikeringkan dan dirajang, baru kemudian dijual kepada agen atau langsung kepada pengusaha rokok kretek.

3.) Tengkulak kecil menjual tembakau kepada tengkulak besar. Prosesnya sama dengan atas, bedanya tembakau tersebut diserahkan langsung oleh tengkulak besar kepada pengusaha rokok kretek tanpa melalui agen.

4.) Tengkulak menjual langsung kepada pengusaha rokok kretek dengan mendapat komisi langsung dari pengusaha rokok kretek di perusahaan. Tengkulak macam ini biasa disebut dengan makelar tembakau (wawancara Bapak Afif Masluri : 25 Oktober 2009).

Perbedaan kualitas tembakau ditentukan oleh faktor alam dan faktor perawatan. Faktor perawatan meliputi : perajangan dan penyimpanan tembakau yang nantinya sangat mempengaruhi harga tembakau bila hasilnya baik (Mark Hanusz, 2000 : 87-88).

Tembakau yang dijual di daerah Kudus biasanya diambil dari nama daerah asalnya, seperti : tembakau Temanggung dan tembakau Madura. Pengusaha rokok kretek Kudus banyak menggunakan tembakau dari daerah Madura, Temanggung, Weleri, Magelang, Mojokerto, Muntilan dan Bojonegoro. Jenis tembakau Virginia terutama tembakau krosok Bojonegoro mempunyai mutu paling baik untuk membuat rokok kretek. Tembakau krosok juga dihasilkan dari daerah Wonosobo, Besuki, Lumajang, dan Bojonegoro (wawancara bapak Afif Masluri : 12 Oktober 2009).

Perusahaan rokok kretek Kudus lebih senang menggunakan tembakau dari daerah Kedu, hal ini disebabkan tembakau yang dihasilkan dari daerah Kedu juga sangat cocok untuk memproduksi rokok kretek. Daerah Kedu menghasilkan tembakau garangan dan tembakau pepean, jenis tembakau kuning dan rasanya ringan. Harga tembakau dari Kedu cukup terjangkau dan kualitasnya cukup bagus. Menurut RJL Kussendrager dalam Amen Budiman & Ong Hok Ham ( 1987 : 89) juga menyebutkan ketinggian mutu tembakau dari Kedu :

tembakau Kedu sangat disukai benar yang dipandang sebagai tembakau yang paling baik di seluruh Pulau Jawa”. Orang Belanda

juga memakai tembakau Kedu sebagai bahan pembuatan cerutu mereka.

Biasanya tembakau yang digunakan dalam rokok kretek lebih bernilai bila disimpan lebih lama. Beberapa perusahaan rokok kretek menyimpan tembakau selama lima tahun. Kulaitas rokok yang bagus akan diperoleh jika tembakau disimpan lebih lama dahulu di dalam gudang. Rokok buatan pabrik kecil yang murah biasanya cukup membutuhkan waktu simpan selama tiga bulan. Semakin baik kualitas tembakau maka terjadi perbaikan mutu hasil produksi rokok kretek. Agar memperoleh tembakau dengan harga murah biasanya pengusaha membeli tembakau saat panen sehingga harganya murah. Tembakau

untuk rokok klobot perlu disimpan selama enam bulan (Lance Castle, 1982 : 48).

b. Cengkeh

Cengkeh yang digunakan ada dua macam, yaitu : a) Cengkeh impor dari Zanzibar dan Madagaskar

b) Cengkeh hasil produksi dalam negeri dari daerah Manado, Maluku, Ambon, Jawa Barat, Jawa Tengah (Mark Hanusz, 2000 : 64).

Perusahaan rokok kretek Kudus lebih senang menggunakan cengkeh impor daripada menggunakan cengkeh hasil dalam negeri, sebab kualitas cengkeh impor jauh lebih baik, kadar minyaknya lebih banyak, rasanya gurih, lebih banyak mengkreteknya (mengeluarkan suara kretek-kretek) dan rasanya lebih ringan.

Untuk penggunaan cengkeh impor pemerintah mengusahakan pembagian cengkeh bagi pengusaha rokok kretek di Jawa agar cengkeh tidak menjadi obyek spekulasi pengusaha rokok kretek. Pembagian cengkeh impor diatur berdasarkan besar kecilnya perusahaan rokok kretek dalam membayar pajak pita cukai. Untuk penggunaan cengkeh dalam negeri tidak diadakan sistem pembagian sebab harganya jauh lebih murah, rasanya keras (nyegrak), tidak ada rasa gurihnya, dan kurang mengkreteknya (Mark Hanusz, 2000 : 69).

Semakin banyak penggunaan cengkeh dalam suatu perusahaan rokok kretek, menunjukkan semakin banyak produksi rokok kretek. Naik turunnya penggunaan cengkeh di perusahaan rokok kretek dipengaruhi oleh jumlah impornya. Kondisi negara yang tidak stabil juga mempengaruhi pasokan impor cengkeh ke Indonesia. Ketika kondisi negara sedang tidak stabil masa 1950-an, maka terjadi pembatasan impor cengkeh. Hal ini memaksa pengusaha untuk berupaya menutup kebutuhan cengkeh pabrik rokok kreteknya dengan penggunaan cengkeh yang diusahakan di dalam negeri.

Harga cengkeh yang selalu mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, menjadi salah satu persoalan yang sulit bagi pabrik rokok kretek. Untuk mengatasi masalah harga cengkeh yang melambung tinggi, pengusaha rokok kretek pernah tergoda untuk : mempergunakan tembakau atau cengkeh yang lebih murah, atau dengan penggunaan campuran dengan takaran atau perbandingan campuran cengkeh yang lebih rendah dibanding dengan tembakau, atau mengurangi upah para abon (Lance Castle, 1982 : 63-64).

Langkah-langkah tersebut dilakukan dengan harapan dapat menekan biaya, sehingga harga jual rokok dapat dipenuhi oleh para konsumen yang kebanyakan golongan menengah ke bawah. Mutu dan campuran tembakau dengan cengkeh merupakan hal yang sangat penting dalam pabrik kretek.

Untuk cengkeh tidak perlu disimpan dalam waktu lama untuk mendapatkan aroma khas, tetapi karena naik turunnya harga dan kadang terjadi perhentian penawaran serta kesulitan pembagian dari pemerintah kolonial maka perusahaan rokok kretek sebaiknya mempunyai persediaan cengkeh yang cukup (Lance Castle, 1982 : 48). Bahan baku pendukung untuk memproduksi rokok kretek dan rokok klobot, antara lain :

a. Daun Jagung atau klobot sebagai pembungkus rokok klobot

Klobot yang digunakan dalam industri rokok kretek masa itu,

digunakan istilah ”ombyok, uter, ontong”. Setiap satu ombyok klobot terdiri dari 20 buah ontong jagung, tiap 25 ombyok berisi 500 ontong dan disebut satu uter. Dan setiap satu ontong klobot dapat dijadikan kira-kira sebanyak 5 batang rokok. Kira-kira satu uter klobot dapat dijadikan 2500 buah batang rokok (Solichin Salam, 1983 : 18).

Biasanya klobot yang digunakan dalam industri rokok kretek Kudus berasal dari daerah Undaan (pinggiran kota Kudus yang berbatasan dengan Grobogan, Purwodadi). Kualitas klobot jagung dari daerah Undaan tersebut baik, tapi kwantitas atau jumlah pemenuhan

bahan produksinya tidak mencukupi. Untuk menutupi kekurangan kebutuhan bahan baku klobot industri rokok kretek Kudus mempergunakan klobot dari daerah Purwodadi (dari desa Plendungan dan Kuwu), memang kualitasnya tidak sebagus klobot dari daerah Undaan tapi kwantitasnya mencukupi (Solichin Salam, 1983 : 18). b. Tali pengikat atau jinggo, untuk mengikat rokok klobot

c. Saus, bahan pewangi rokok kretek.

Saus digunakan sebagai bahan pemberi rasa khas pada aroma rokok kretek yang membedakan rokok yang satu dengan yang lain. Rasa atau aroma dari rokok kretek tiap perusahaan berbeda-beda. Penggunaan saus sangat mempengaruhi rasa rokok kretek. Hal ini mengakibatkan saus sebagai bahan misterius dalam mengahasilkan rokok kretek. Perusahaan rokok kretek besar biasanya menggunakan saus yang didatangkan dari Inggris dan Amerika. Tiap daerah biasanya memiliki permintaan berbeda-beda terhadap rasa atau aroma rokok kretek : di Jawa Barat lebih menyukai rasa pedas, di Jawa Tengah lebih menyukai rasa manis, dan di Jawa Timur menyukai rasa asin (Mark Hanusz, 2000 : 90-96).

d. Lem dari tepung aci, untuk mengelem kertas sigaret kretek dan kertas kemasan luar (kertas selop luar)

e. Kertas

Kegunaan kertas pada industri rokok kretek Kudus, ada beberapa macam :

a) pembungkus rokok (kertas papir)

b) pengepak terdiri dari jenis kertas cassing, HVS, syllovan, dan kertas minyak.

c) mencetak pita cukai

d) pengepres dan pembungkus luar (selop)

e) pembuatan merk luar (wawancara Bapak Afif Masluri : 25 Oktober 2009).

Jumlah penduduk yang kian bertambah dan jumlah perusahaan yang menggunakan kertas bertambah mengakibatkan kelangkaan kertas. Kelangkaan kertas sering mengakibatkan kerugian besar bagi industri rokok kretek Kudus. Apabila kekurangan jenis kertas pita cukai yang dibuat oleh pemerintah, pengusaha rokok kretek Kudus mengalami kerugian yang tidak sedikit. Rokok yang sudah dibungkus tidak dapat dipasarkan, kondisi tersebut dapat menghentikan perputaran modal dan bahkan dapat mengakibatkan rokok kretek yang telah jadi dan disimpan digudang akan rusak dimakan ulat atau terkena udara lembab, sehingga tidak dapat dipasarkan lagi.

Kebutuhan kertas tidak dapat dipenuhi hanya dari dalam negeri, produksi kertas Padalarang dan Leces tidak dapat memenuhi hampir semua jenis kertas kebutuhan perusahaan rokok kretek Kudus hanya kertas pengepak jenis pembungkus luar yang dapat dipenuhi. Sedangkan kebutuhan kertas yang lain, seperti : kertas pita cukai yang dicetak pemerintah, kertas papir, kertas pembungkus selop luar, harus didatangkan dari Inggris dan Jerman.

Kebutuhan kertas perusahaan rokok kretek Kudus memunculkan ide pembuatan industri kertas di Kudus. Tahun 1952 pemerintah dan panitia pengelola rencana pembuatan kertas industri rokok kretek Kudus telah berhasil mengupayakan penanaman pohon pinus di Jawa sebagai bahan pembuatan kertas. Tahun 1958, perusahaan kertas didirikan di Kudus. Mulai tahun 1960, kebutuhan kertas industri rokok kretek Kudus sudah dapat dipenuhi oleh perusahaan kertas yang telah didirikan di Kudus dan tidak lagi mengimpor kertas dari luar negeri. Penyediaan bahan baku rokok kretek bagi industri rokok kretek Kudus masih sangat bergantung dari daerah lain di luar kota Kudus, bahkan dari luar negeri. Diperlukan hubungan timbal balik dan interaksi yang baik dengan daerah-daerah penunjang bahan baku industri rokok kretek Kudus. Agar proses pendistribusian bahan baku rokok kretek dari daerah-daerah tersebut ke Kudus berjalan dengan lancar.

3. Produksi Rokok Kretek Kudus

Pada awal pembentukan indstri rokok kretek Kudus cara produksi yang diterapkan masih sangat tradisional, yaitu : klobot dibesut (dihaluskan), kemudian campuran tembakau dan cengkeh dibungkus dengan klobot secara hati-hati agar klobot tidak sobek oleh batang cengkeh. Salah satu ujung rokok klobot diikat dengan tali atau serat, terakhir rokok klobot dijajakan di warung, kampung-kampung, dan dipasar-pasar. Kemajuan industri rokok kretek Kudus memungkinkan munculnya sejumlah merk Indonesia yang pemiliknya dikenal sebagai raja kretek. Hal ini merupakan teladan yang baik bagi penduduk pribumi untuk menunjukkan kekuatan diri pada masa kolonial Belanda. Masa Kolonial, di Kudus telah berdiri 12 perusahaan rokok besar, 16 perusahaan menengah, dan tujuh pabrik rokok kecil (gurem) (Lance Castle, 1982 : 46).

Pada tahun 1920-an, rokok kretek yang beredar adalah rokok kretek yang masih sederhana sistem pengerjaannya belum ada mesin modern hanya perlu keahlian khusus dari para buruhnya. Pengusaha rokok kretek memperoleh tembakau dan cengkeh dengan kualitas super dari berbagai daerah penyuplai tembakau dan cengkeh. Pihak pabrik mencampurkan sendiri tembakau, cengkeh, serta saus rahasia yang menjamin mutu produksi rokok kreteknya. Kegiatan mencampur bahan pembuat rokok kretek dilakukan di dalam pabrik oleh pengusaha sendiri untuk menjamin rahasia kenikmatan khas dari masing-masing rokok kretek yang dibuat, agar tidak sering merubah aturan dalam pencampurannya. Pengusaha rokok kretek harus benar-benar memikirkan produksi rokok kreteknya. Rasa dan perbandingan bahan harus benar-benar dipikirkan untuk menjaga kepercayaan konsumen. Cengkeh dan tembakau terdiri dari beraneka jenis, masing-masing memiliki keistimewaan dan rasa yang khas. Seorang pengusaha rokok kretek harus mempunyai pengalaman luas di bidang pertembakauan, serta percampuran cengkeh dan saus. Pengusaha yang berpengalaman dapat meramu tembakau dan melakukan pencampuran dengan komposisi yang tepat sehingga menjadi rokok kretek sesuai yang diinginkan untuk

konsumen. Ahli mencampur bahan rokok kretek tersebut dinamakan ”master”.

pada jenis rokok kretek yang dihasilkan. Pengolahan bahan rokok kretek Kudus sebagai kunci rahasia dari masing-masing perusahaan, jangan sampai diketahui perusahaan lain bahkan diketahui umum (wawancara Bapak Afif Masluri : 25 Oktober 2009).

Berhubung dengan bentuk rokok yang diproduksi yang lancip di salah satu ujungnya pada waktu itu, dan bungkus yang digunakan untuk membungkus tembakau dan cengkeh dari daun klobot, maka butuh ketrampilan khusus dalam membuat lintingan rokok kretek. Membesut klobot tidak mudah, apalagi dengan campuran tembakau dan cengkeh harus diusahakan agar rajangan cengkeh tersebut tidak merusak atau merobek klobot pembungkusnya. Ribuan tangan terampil dibutuhkan untuk memenuhi permintaan rokok kretek Kudus. Pekerja rokok kretek selain bekerja di pabrik biasanya mengerjakan pekerjaan di rumah-rumah. Pekerja yang rumahnya jauh tidak perlu meninggalkan rumah, menghabiskan uang transport, dan tetap bisa melaksanakan kegiatan rumah tangga, serta pekerjaannya dapat dibantu oleh seisi rumah (Arsip PNRI : Peroesahaan Rokok Kretek di Koedoes).

Pekerja yang bekerja di pabrik biasanya bagian sortir (bagian pemilah), pembungkus rokok kretek dalam pack, dan pengirim hasil produksi untuk didistribusikan pada agen dan pemesan rokok kretek. Sebagian besar kegiatan melinting rokok dilakukan di rumah-rumah. Bahan-bahan pembuat rokok kretek dibagikan dari pabrik kepada para abon yaitu orang yang menjadi perantara antara majikan dalam pabrik dengan buruh-buruh. Bahan-bahan pembuat rokok biasanya diambil secara keseluruhan terlebih dahulu oleh para abon pada salah satu pabrik