• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK KRETEK KUDUS (1908 – 1964)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK KRETEK KUDUS (1908 – 1964)"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Disusun Oleh : IMANIAR PURBASARI

K.4406026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

ii Oleh :

IMANIAR PURBASARI K4406026

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

iii

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I

Drs. Leo Agung S, M.Pd. NIP.195605151982031005

Pembimbing II

(4)

iv

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan telah diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Senin

Tanggal : 01 Febuari 2010

Tim Penguji Skripsi :

Ketua : Drs. Hermanu Joebagyo, M. Pd ...

Sekretaris : Musa Pelu, S. Pd, M. Pd ...

Anggota I : Drs. Leo Agung S, M.Pd ...

Anggota II : Drs. Djono, M.Pd ...

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

v

KUDUS (1908-1964). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) sejarah pendirian industri rokok kretek Kudus, (2) kondisi industri rokok kretek Kudus awal dekade 1900-an, (3) sistem pemasaran rokok kretek Kudus dekade 1900-an, (4) perubahan manajemen industri rokok kretek Kudus sejak 1920-an.

Penelitian ini menggunakan metode historis, dengan langkah-langkah : (1) heuristik, (2) kritik, (3) interpretasi dan (4) historiografi. Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sumber primer, sumber sekunder dan wawancara. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis historis yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasi data sejarah.

(6)

vi

Training and Education. Sebelas March Surakarta University, January 2010. The purpose of this study is to determine : (1) history of the establishment of the kretek cigarette industry in Kudus, (2) the condition of the kretek cigarette industry in Kudus early decade of the 1900’s, (3) the marketing system of kretek

cigarette in decade of 1900’s, (4) the change in industrial management of kretek cigarettes industry since 1920’s.

This study use the historical methode, with the following steps : (1) heuristic, (2) critics, (3) interpretation, (4) historiography. The source of data were primary and secondary data, and interview. The technique of collecting data was literature study. The technique of analisys data was historycal analysis which focus in argumentation and interpreting of historical data.

(7)

vii

Sejarah adalah sebagai saksi dari Sang waktu, Obor daripada kebenaran,

nyawa daripada ingatan, Sang Guru dari pada kehidupan, dan pembawa

pesan daripada masa lampau.

(Cicero)

Setiap orang punya jalan kehidupan masing-masing, selalu semangat

berusaha, melakukan yang terbaik, berdoa dan mensyukuri nikmatNya,

karena Allah mengerti apa yang terbaik untuk kita.

(8)

viii

Karya ini dipersembahkan Kepada:

1. Ayah dan Ibuku tercinta. 2. Adikku tersayang. 3. Ery Syarif Hidayat. 4. Almamaterku.

5. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah 2006.

(9)

ix

atas rahmat dan hidayah-Nya skipsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Leo Agung S, M.Pd, Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Drs. Djono, M.Pd, Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Prodi Sejarah yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 7. Pihak PPRK yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan

memberikan sumber-sumber yang saya butuhkan dalam penelitian ini. 8. Bapak Afif Masluri yang telah membantu kelancaran dalam penelitian ini. 9. Bapak Hardi Cahyana dan Bapak Masturi yang telah membantu

(10)

x

11. Almamater Sejarah angkatan 2006 yang telah memberikan motivasi untuk meyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari masih ada banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakannya. Penulis berharap semoga semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan sejarah.

(11)

xi

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ...

(12)

C. Sumber Data ... D. Teknik Pengumpulan Data ... E. Teknik Analisis Data ... F. Prosedur Penelitian ... BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah Kota Kudus ... 1. Letak dan Keadaan Geografis ... 2. Kondisi Demografis Kudus ... B. Deskripsi Rokok Kretek ... 1. Pengertian Rokok Kretek ... C. Sejarah Awal Pembentulkan Industri Rokok Kretek Kudus ... 1. Penemu Rokok Kretek Kudus Versi Haji Jamahri ... 2. Penemu Rokok Kretek Kudus Versi Mbok Nasilah ... 3. Golongan Pribumi Pendiri Industri Rokok Kretek Kudus ... D. Kondisi Industri Rokok Kretek Kudus Awal Dekade 1900-an ... 1. Awal Mula Sumber Bahan Baku Industri Rokok Kretek Kudus .... 2. Pengadaan Bahan Baku Industri Rokok Kretek Kudus ... 3. Produksi Rokok Kretek Kudus ... 4. Tantangan Industri Rokok Kretek Kudus masa Penjajahan ... 5. Munculnya Aneka Pabrik Rokok Kretek Kudus ... E. Sistem Pemasaran Rokok Kretek Industri Rokok

Kretek Kudus Dekade 1900-an ... 1. Sistem Pemasaran Rokok Kretek Kudus Awal Dekade 1900-an .... F. Perubahan Manajemen Industri Rokok Kretek

Kudus Awal Dekade 1920-an ... 1. Latar Belakang Masuknya Golongan Tionghoa

dalam Industri Rokok Kretek Kudus ... 2. Kerusuhan 1918 di Kudus ... 3. Lahir dan Berkembangnya Industri Rokok Kterek Kudus Milik

Tionghoa ... 4. Ambruknya Industri Rokok Kretek Kudus Milik Pribumi ...

(13)

5. Manajemen Kelompok Tionghoa dalam Industri

Rokok Kretek Kudus ... G. Perubahan Sosial Akibat Industri Rokok Kretek Kudus ... BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Implikasi ... C. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

107 109

113 115 116 118 122

(14)

xiv

2. Luas Daerah Kabupaten Dati II Kudus Menurut Kecamatan ... 3. Banyaknya Penduduk Kabupaten Dati II Kudus, 1905-1964 ... 4. Peningkatan Jumlah Perusahaan Industri Rokok Kretek

Kudus, 1914-1931 ... 5. Daerah Penghasil Tembakau Rakyat ... 6. Impor Cengkeh dan Produksi Kretek, 1921-1940 ... 7. Impor Cengkeh dan Produksi Kretek, 1949 - 1963 ... 8. Konsumsi Tembakau untuk Firma-firma Kretek Daerah

Kudus, 1963 ... 9. Produksi Rokok Kretek, 1929 - 1934 ... 10. Produksi Kretek dari Karisidenankarisidenan, 1934

-1961 ... 11. Produsen-produsen Kretek di Daerah Kudus, 1963 ...

123

124

124 125 125 126

126 127

(15)

xv

Halaman Gambar 1. Kota Kudus ...

2. Kudus dan Kota-kota yang Berdekatan di Jawa Timur dan Jawa Tengah ... 3. Peta Persebaran Industri Besar dan Sedang Kabupaten

Kudus ... 4. Perusahaan Rokok Kretek Bal Tiga Nitisemito (1914)

dan Perusahaan Rokok Kretek Milik H M Muslich ... 5. Almarhum Nitisemito ... 6. Istana Kembar Nitisemito ... 7. Abon dari Desa-desa di Kudus ... 8. Peralatan Tradisional Industri Rokok Kretek Kudus ... 9. Makam Sunan Kedu, tokoh pengenal tembakau di

Kudus ... 10. Bahan Baku Industri Rokok Kretek Kudus ... 11. Proses Pengerjaan Rokok Klobot Tradisional ... 12. Bentuk-bentuk Promosi Tradisional Pabrik Rokok Bal

Tiga ... 13. Barang-barang Promosi/Reward Pabrik Rokok Bal Tiga 14. Bentuk-bentuk Produksi Rokok Klobot dan Rokok

Kretek Industri Rokok di Kudus... 15. Pabrik-Pabrik Rokok Kretek Kudus ... 16. Kantor PPRK 1943-sekarang ... 17. Perusahaan Rokok Kretek Milik Tionghoa, Nojorono

(16)

xvi

Halaman Lampiran 1. Surat ijin berusaha dari pemerintah Jepang. Gunseikan

Zamubutyo. No. 10421/F di Jakarta 19 Oktober 2603 ... 2. Balasan keputusan Gunseikan Zamubutyo. No.

TAI/16/19 di Jakarta 19 Oktober 2603 ... 3. Surat ijin berusaha dari pemerintah Belanda. No. 619/TA

di Jakrta 31 Mei 2603 ... 4. Surat Pemberitahuan tentang tjap dan boengkoes etjeran

rokok kretek No 3/drie/26/149 di Kudus 1949 ... 5. Surat laporan adanya pendapatan uang rokok Bulan

Oktober 1934 di Kudus oleh M Karmaen ... 6. Artikel M Nitisemito yang disarikan dari buku Der

Kretek Koening ... 7. Artikel tentang Peroesahaan Rokok Kretek di Koedoes ... 8. Artikel tentang Asal-Usul Tembakau ... 9. Artikel tentang Almarhum Nitisemito ... 10. Artikel tentang Asal Mula Rokok ... 11. Artikel tentang Museum Kretek ing Kudus ... 12. Keanggotaan Nitisemito dalam OPS Rokok Kretek ... 13. Keanggotaan Nitisemito dalam GAPPRI ... 14. Keanggotaan Nitisemito dalam PPRK ... 15. Keanggotaan Nitisemito dalam Pati Syu Tabako Seizo

Kumiai (T.S.K.) ... 16. Surat Permintaan Rokok Kretek Bal Tiga dari Djambi,

1949 ... 17. Surat Pemberitahuan dari Perusahaan Rokok Kretek Bal

(17)

1

Kebiasaan merokok bagi sebagian orang Indonesia telah menjadikan masyarakat adicted untuk menghisap rokok. Banyak orang berpendapat, kalau tidak menghisap rokok badan jadi kurang enak, bahkan pikiran sering terasa semrawut. Rokok terutama rokok kretek agaknya telah menjadi sebuah kebutuhan bagi bangsa ini. Sebagai dampaknya, meluasnya pasaran rokok kretek di Indonesia. Tetapi masih sedikit sekali orang yang mengetahui maupun memperhatikan sumbernya.

Kudus merupakan satu kota kecil di sebelah Timur kota Semarang, yang mempunyai produk andalan dengan ciri khas dan keunikan yang tidak dimiliki daerah lain. Di mana produk tersebut : mempunyai daya saing handal dan dapat memberikan peluang kesempatan kerja kepada masyarakat lokal, mampu meningkatkan pendapatan dan kemampuan sumber daya lokal dan kontribusi terhadap pemerintah, dan mempunyai pasar lokal regional maupun internasional. Komoditi produk yang mampu menyumbangkan devisa yang cukup besar tersebut adalah rokok. Produk andalan unggulan sektor industri sedang dan besar Kabupaten Kudus dipegang produk rokok kretek (Pemerintah Kabupaten Kudus : 2004, 78). Munculnya industri rokok kretek di wilayah Kudus mungkin diragukan, karena wilayah ini tidak mempunyai komoditi untuk menghasilkan bahan pembuat rokok kretek. Berkat kemampuan meramu bahan rokok kretek yang telah tersedia, maka tersohorlah nama Kudus menjadi daerah sentra produksi rokok kretek.

(18)

yang umum dinikmati masyarakat Kudus. Baru pada tahun 1880 ditemukanlah rokok kretek sebagai pembaharuan rokok klobot. Bunyi kretek-kretek yang ditimbulkan dari pembakaran klobot ini membawa perubahan sebutan rokok klobot menjadi rokok kretek. Maksud awal pembuatan rokok kretek ini hanya sebagai obat, namun karena menjadi sumber manfaat dan membawa kenikmatan bagi masyarakat. Permintaan yang membludak dari masyarakat ini memaksa penemu rokok kretek, Hj. Djamahri untuk mendirikan sebuah usaha rokok kecil-kecilan tanpa label dengan metode membuat rokok tingwe (linting dhewe) dan wujudnya lancip disalah satu ujungnya dengan pembungkus daun klobot (daun jagung kering), sehingga cukup sulit untuk membuat rokok ini dengan mesin

butuh ketrampilan tangan yang ulet.

Munculnya industri rokok kretek Kudus pertama oleh pengusaha kretek pribumi, secara otomatis membawa perubahan bagi masyarakat Kudus yang semula bertani menjadi buruh pabrik. Keberadaan perusahaan rokok kretek Kudus tersebut telah memperbaiki kesejahteraan penduduk sekitar Kudus. Industri pabrik kretek merupakan industri padat karya, yang awalnya mempekerjakan pekerja di sekitar district Kudus yang disebut dengan abone yang bertugas menerima jatah bahan baku pembuat rokok kretek untuk dibagikan kepada para buruh rumahan dan mengumpulkan serta menyetorkan rokok kretek yang telah jadi ke pabrik pemesan (Amen Budiman & Onghokham : 1987, 112).

Suatu keajaiban tercermin bahwa segala bahan-bahan untuk membuat rokok kretek seperti : tembakau, cengkeh dan daun klobot tidak terdapat dan ditanam di daerah Kudus sendiri melainkan didatangkan dari wilayah luar Kudus. Asal mula industri rokok kretek Kudus dapat dipahami melalui peranan bakat dagang penduduk Kudus, termasuk kedudukan mereka sebagai perantara dengan pasaran luar baik di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur sebagai daerah penghasil tembakau. Didatangkannya bahan pembuat rokok kretek dari wilayah luar Kudus, bertujuan untuk mendapatkan kualitas terbaik dari produksi rokok kretek Kudus (Marcel Bennhoff : 1983, 240).

(19)

dan kota Kudus. Pengusaha pabrik kretek pribumi adalah orang-orang yang mampu memajukan dirinya sendiri, orang yang tadinya tidak berharta, tidak mempunyai bekal ilmu pengetahuan yang memadai, tetapi berkat keuletan kerja, dengan perasaan dagangnya yang cerdik dan tajam mereka mampu mengumpulkan kekayaan dengan mendirikan pabrik besar yang dijaga dan dipeliharanya dari kecil. Semangat mempertahankan apa yang telah dibangun oleh pengusaha pribumi sangatlah kuat dan telah tertanam kuat dalam sanubari mereka (Amen Budiman & Onghokham : 1987, 107). Berkat penciptaan pengusaha pabrik kretek pribumi mengenai perataan pemakaian cengkeh dan penentuan syarat-syarat pembuatannya, pengusaha rokok kretek pribumi telah memberi rasa khas kepada jenis produksi rokok kretek Kudus. Dengan variasi tertentu dan sesuai dengan bahan dan kadar campuran yang tepat, terutama komposisi sausnya untuk pembasah tembakau, rahasia rokok kretek dijaga ketat oleh masing-masing pembuatnya pengusaha pribumi pabrik rokok kretek Kudus (Marcel Bennoff : 1983, 240).

Tidaklah menjadi sesuatu yang berlebihan jika para pengusaha pabrik kretek pribumi tersebut mendapatkan tempat yang layak dihadapan penguasa pada waktu itu, karena keberhasilannya di bidang ekonomi. Sayangnya, kondisi tersebut tidak terjadi entah karena pengaruh kedudukan pribumi yang selalu ditempatkan pada struktur sosial terendah, para pengusaha pabrik kretek pribumi ini harus tunduk pada penguasa dan golongan yang ada diatasnya. Perjuangan untuk memperbaiki kondisi pengusaha pabrik kretek pribumi ini sebagai seorang usahawan besar nampaknya masih mengalami kesulitan. Walaupun demikian semangat pengusaha pabrik kretek pribumi untuk mengembangkan industri rokok kretek Kudus tetap berkobar kuat di dalam sanubari mereka.

(20)

masanya membawa industri rokok kretek Kudus ke arah kemajuan dengan berbagai strategi perpabrikan yang sudah mapan. Secara umum pengusaha pabrik kretek pribumi pada waktu itu telah berhasil menggerakkan orang-orang memasuki industri rokok kretek. Dalam waktu yang singkat, Kudus memiliki hampir dua ratus pabrik rokok kretek berukuran kecil.

Nasib baik para pengusaha pabrik kretek pribumi pada waktu itu memunculkan kepercayaan orang untuk beradu nasib di bidang industri rokok kretek. Keberhasilan pengusaha pabrik kretek pribumi tersebut menarik golongan lain di luar pribumi yaitu etnis Tionghoa untuk beradu nasib pada industri rokok kretek. Akibat kesulitan fiskal (baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan), kesukaran untuk mendapatkan cengkeh yang sebagian besar didatangkan dari daerah luar, serta persaingan dengan pusat-pusat produksi rokok kretek di luar wilayah Kudus menjadi penyebab kegagalan pabrik kecil milik pengusaha pribumi dan menguntungkan munculnya perusahaan bermodal besar. Dalam waktu yang relatif singkat, pengusaha pabrik kretek Tionghoa berusaha mengikuti jejak keberhasilan pengusaha kretek pribumi. Keuntungan golongan Tionghoa yang telah terkenal dengan stereotip kemapanan manajemen ekonominya membawa mereka melesat bagaikan roket dalam berbagai bidang ekonomi. Selain itu, sejak pemerintahan kolonial dalam struktur sosial mereka ditempatkan pada golongan kedua yang memungkinkan mereka menjadi kekuatan ekonomi penghubung antara kolonial dan rakyat pribumi. Ditambah lagi dengan ciri khas etnis Tionghoa yang cenderung mengeksklusifkan diri, memandang rendah golongan pribumi asli, dan hanya mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri khususnya kepentingan ekonomi (Charles A Coppel : 1994, 39).

(21)

Berdirinya industri rokok kretek milik Tionghoa, secara tidak langsung berdampak negatif terhadap industri rokok kretek pribumi. Persaingan antara kedua pihak berlangsung dalam kondisi yang cukup berat. Industri rokok kretek pribumi banyak mengalami kerugian secara ekonomi, karena kekuatan modal Tionghoa yang dirasa cukup berat untuk diimbangi oleh pengusaha pribumi yang hanya mengandalkan modal kecil.

Pada tahun 1918, persaingan pengusaha pabrik kretek pribumi dan pengusaha pabrik kretek Tionghoa mencapai puncaknya, hingga menjadi salah satu faktor penting penyebab munculnya kerusuhan hebat yang meledak di Kudus pada tanggal 31 Oktober tahun itu juga. Diperkirakan hal tersebut terjadi akibat adanya suatu prosesi keagamaan warga Tionghoa yang berbaris di depan Menara Kudus, ketika umat Islam sedang melakukan ibadah. Hal tersebut dianggap telah menghina Nabi dan Islam secara terbuka. Yang akhirnya mendorong para santri dengan pimpinan kiai dari wilayah sekitar kompleks makam Sunan Kudus. Korban berjatuhan di antara kedua belah pihak, sejumlah rumah dan pabrik terbakar. Pengusaha-pengusaha pribumi yang dicurigai berperan terhadap aksi tersebut (sebagian pengusaha pribumi seorang Islam reformis) diajukan ke muka pengadilan dan dijatuhi hukuman. Kondisi tersebut semakin memperburuk kedudukan pengusaha kretek pribumi yang telah kalang kabut dibuat karena kekuatan pengusaha pabrik kretek Tionghoa, hingga harus mengalami kemunduran. Berlawanan dengan kondisi pengusaha kretek pribumi, pengusaha kretek Tionghoa berhasil memperkuat posisi mereka dalam industri rokok kretek Kudus akibat peristiwa tersebut (Lance Castle : 1982, 103).

(22)

Pasar perdagangan industri rokok kretek Kudus dari masa ke masa berkembang dikalangan para agen, warung, dan pedagang asongan. Di setiap kampung dan desa sudah terdapat banyak penjual rokok. Di kota khususnya penjual rokok tersebar di berbagai penjuru, mulai dari kios-kios kecil penjual rokok, warung penjual barang kelontong, sampai kedai nasi dimana biasanya para konsumen rokok sering membeli rokok sebatang sebagai pelengkap setelah makan nasi. Selama perkembangannya tahun 1950-an, pasar perdagangan industri rokok kretek Kudus tidak hanya terbatas dalam negeri, tapi juga meluas ke berbagai negara. Ekspor hasil produksi rokok kretek Kudus telah sampai ke Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Saudi Arabia, Thailand, Malaysia, Singapura, Jepang, dan Filipina (Amen Budiman & Onghokham : 1987, 196).

(23)

kemantapan sistem perpabrikan membawa pengusaha pabrik rokok kretek Tionghoa berada kekayaan tertinggi warga Kudus (Arin Astuti : 2003, 42).

Keadaan ini, memang cukup miris bagi usahawan pribumi bila diketahui sejarah pepabrikan rokok kretek Kudus yang mulanya adalah hasil penciptaan mereka. Walaupun dapat dikatakan bahwa pribumi juga mendukung keberhasilan industri rokok kretek Kudus milik Tionghoa. Dengan alasan dari buruh, pemegang pembukuan, mandor dipegang oleh orang-orang pribumi. Orang Cina sebagai golongan minoritas di tanah air ini, dalam penguasaan industrinya masih sangat bergantung pada kemurahan hati pelindung pribumi yang memegang kekuasaan di bidang politik dan pemerintahan. Keberhasilan pengusaha Tionghoa disatu sisi memang membuka peluang bagi rakyat pribumi dan membawa kemajuan bagi industri rokok kretek di Kudus. Namun, disisi lain di bidang ekonomi pengusaha Tionghoa sedikit menutup pertumbuhan yang lebih baik bagi industri milik golongan menengah milik pribumi di Kudus. Kelompok Tionghoa memang banyak menarik keuntungan dari sistem kolonial yang diterapkan masa lalu, terutama dalam persaingan dengan pengusaha pribumi dalam pembuatan rokok kretek spesialisasi Kudus.

(24)

menjadikan posisi pegawai negari menjadi kedudukan yang paling diagungkan dan dicitakan (Marcel Bonneff : 1983, 243).

Pengusaha pribumi sebagai pihak yang lebih lemah butuh bimbingan dan contoh yang baik dalam pengembangan usaha demi tercapainya pembangunan ekonomi nasional yang baik dan tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka diambil judul

”Perkembangan Industri Rokok Kretek Kudus 1908-1964”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain :

1. Bagaimana pembentukan industri rokok kretek Kudus? 2. Bagaimana kondisi industri rokok kretek Kudus awal dekade 1900? 3. Bagaimana sistem pemasaran rokok industri rokok kretek Kudus dekade

1900?

4. Bagaimana perubahan manajemen industri rokok kretek Kudus sejak 1920-an?

C. Tujuan Penelitian

Dalam hubungannya dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan :

a. Menjelaskan pembentukan industri rokok kretek Kudus.

b. Menjelaskan kondisi industri rokok kretek Kudus awal dekade 1900. c. Menjelaskan sistem perdagangan rokok industri rokok kretek Kudus

dekade 1900.

(25)

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat :

1. Memberi tambahan pengetahuan ilmiah yang berguna dalam pengembangan ilmu sejarah khususnya yang berkaitan dengan perkembangan industri rokok kretek Kudus 1908-1964.

2. Menambah khasanah pustaka mengenai rokok kretek dan industri rokok kretek Kudus.

3. Memberikan sumbangan wawasan ilmu pengetahuan tentang perkembangan industri rokok kretek di Kudus.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Memperoleh gelar sarjana pendidikan di FKIP UNS.

2. Memanfaatkan pengalaman masa lalu sebagai pegangan dalam menghadapi permasalahan di masa sekarang.

3. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan bagi perkembangan industri rokok kretek yang ada di Indonesia dan di Kudus pada khususnya.

(26)

10

A. Tinjauan Pustaka 1. Industrialisasi

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang diyakini mampu membawa kemajuan dalam perekonomian suatu negara. Sektor industri memiliki variasi produk yang beraneka ragam dan mampu memberikan manfaat kepada pemakainya, memberikan keuntungan yang lebih menggiurkan, serta pengendaliannya cenderung lebih mudah karena tidak bergantung pada alam. Keungggulan sektor industri inilah yang menjadi arah pembangunan bangsa Indonesia di samping memajukan sektor lain sebagai penyeimbang selarasnya proses pembangunan bangsa seutuhnya.

Industrialisasi merupakan proses peralihan susunan masyarakat yang mampu mengubah kedudukannya dari masyarakat agraris menjadi masyarakat yang menyediakan bahan baku ataupun barang jadi. Dalam implementasinya ada empat argumentasi atau basis teori yang melandasi kebijakan industrialisasi. Teori yang dimaksud adalah (1) keunggulan komparatif yaitu pengembangan industri berdasar pada keunggulan komparatif yang dimiliki; (2) argumentasi keterkaitan industrial yaitu mengaitkan pengembangan industri satu dengan sektor lain agar terjadi perkembangan yang maksimal; (3) penciptaan tenaga kerja yaitu memprioritaskan pengembangan industri yang banyak menyerap tenaga kerja; (4) loncatan teknologi yaitu pengembangan industri dengan pemanfaatan kemajuan teknologi yang tinggi (Dumairy, 1996 : 228).

Menurut Bintarto, dalam Arin Astuti (2003 : 17), bahwa dalam suatu industrialisasi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :

a. Tersedia bahan baku.

b. Tersedia sumber tenaga kerja, baik alam maupun manusia.

c. Tersedia tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli untuk mengolah sumber-sumber yang tersedia.

(27)

e. Organisasi yang baik untuk melancarkan dan mengatur segala sesuatu dalam bidang industri.

f. Keinsyafan dan kejujuran untuk melancarkan dan mengatur segala sesuatu dalam bidang industri.

g. Mengubah agraris menjadi industri.

Proses industrialisasi bukan saja bergeser dari sektor pertanian ke sektor industri, melainkan mencakup pergeseran struktur industri dari waktu ke waktu sehubungan dengan dimilikinya keunggulan komparatif dan akibat pergeseran dari kegiatan produksi yang bersifat padat karya dan berteknologi rendah kearah kegiatan yang padat modal dan berteknologi tinggi.

Dalam Ensiklopedia Indonesia (1996 : 1442), industri mengandung arti bagian dari proses produksi yang tidak secara langsung mengambil atau mendapatkan barang-barang dari alam, akan tetapi pekerjaan bahan dasar atau bahan baku secara mekanis atau kimiawi sehingga menjadikannya lebih berharga untuk digunakan manusia. Menurut Dumairy (1996 : 27), istilah industri mempunyai dua arti yaitu : (a) himpunan-himpunan perusahaan sejenis, dan (b) sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi.

Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa industri merupakan suatu proses produksi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, dan barang setengah jadi, menjadi barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi dibanding dengan asalnya sekaligus menambah daya guna suatu barang.

Menurut Aryad Lincoln dalam Arin Astuti (2003 : 18), industri nasional dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :

1) Industri dasar meliputi : industri mesin dan logam dasar dan kelompok industri kimia dasar. Industri ini diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri, bersifat padat modal, berteknologi tinggi dan dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru dan kegiatan ekonomi lainnya.

(28)

logam. Industri kecil ini diharapkan dapat memeratakan teknologi, usaha padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan nilai tambah dengan memanfaatkan pasar di dalam dan di luar negeri.

3) Industri hilir meliputi industri pengolahan sumber daya alam. Industri hilir diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja, dan memeratakan teknologi.

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan per unit usaha, industri dapat dikelompokkan menjadi empat lapisan, yaitu :

a) Industri besar jika mempekerjakan 100 orang atau lebih b) Industri sedang jika mempekerjakan 99 sampai 20 orang c) Industri kecil jika mempekerjakan 19 sampai 5 orang

d) Industri rumah tangga jika mempekarjakan kurang dari 3 orang (Dumairy, 1996 : 232).

Menurut Mubyarto (1987 : 206), industri kecil adalah industri yang diusahakan terutama untuk menambah pendapatan keluarga. Menurut Lance Castle (1982 : 162), industri besar adalah industri yang mempekerjakan paling sedikit 50 orang buruh atau dengan kapasitas 5 tenaga kuda atau lebih.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa dalam proses industrialisasi terjadi pergeseran dari sektor pertanian ke sektor industri. Industrialisasi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, menjadi obat untuk mengatasi masalah pembangunan ekonomi. Dengan memperhatikan berbagai faktor seperti : kondisi ketersediaan bahan mentah, ketersediaan teknologi, kecakapan tenaga kerja, dan kecukupan modal, maka proses industrialisasi akan mencapai keseimbangan yang didukung pengembangan sektor lain. Kelancaran industrialisasi dapat tercapai apabila didukung sektor-sektor lain, seperti : surplus tenaga kerja di sektor pertanian dapat ditarik dalam sektor industri, dan kebutuhan sektor pertanian dapat dicukupi oleh sektor industri. Sehingga dalam kondisi nyata terjadi pembangunan ekonomi negara yang tidak berat sebelah.

(29)

seorang petani menjadi buruh pabrik rokok kretek. Industri rokok kretek Kudus menyerap banyak tenaga kerja dari daerah-daerah atau district di sekitar Kudus, terjadi pergeseran dari produksi barang mentah menjadi barang jadi yang mempunyai nilai guna lebih tinggi dari bahan asalnya, dan berusaha memperkenalkan sekaligus menerapkan teknologi bagi buruh dan pekerjanya, serta terjadi peningkatan kualitas hidup akibat tingkat pendapatan yang semakin tinggi dan stabil. Proses industrialisasi merupakan pengharapan bagi negara-negara berkembang untuk menjadi salah satu solusi perbaikan dan perkembangan perekonomian negara.

2. Manajemen

Setiap orang selalu berusaha mencapai hasil yang terbaik dalam masa hidupnya. Untuk mencapainya, maka perlu adanya manajemen dalam diri masing-masing. Manajemen terdapat hampir dalam semua aktivitas manusia. Begitu juga dengan suatu perusahaan atau usaha, perkembangan keberhasilan atau kegagalan suatu industri tidak dapat terlepas dari pelaksanaan manajemen. Kekuatan manajemen yang dijalankan akan bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan berdasarkan pada strategi yang dijalankan. Untuk mencapai sasaran, hasil, dan tujuan yang diinginkan perlu adanya suatu perencanaan dan pertimbangan. Melalui manajemen kita mampu mengarahkan segala sumber daya yang ada.

(30)

pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk memahami sistem kerja demi mencapai tujuan dan menjadikan sistem bermanfaat bagi kemanusiaan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah manajemen selalu melibatkan pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Langkah penting yang dapat dilakukan dalam menejemen perusahaan yaitu mengidentifikasi sasaran yang akan dicapai dan melaksanakan pencapaian sasaran itu dengan sebaik-baiknya. Untuk mencapai sasarannya diperlukan kerjasama semua komponen yang ada. Planning atau perencanaan menjadi langkah awal penetapan arah dan susunan apa yang akan dilakukan dan menjadi kewajiban masing-masing komponen sesuai dengan kemampuan agar dihasilkan kerja yang maksimal. Organizing atau pengorganisasian menjadi langkah kedua dalam mengorganisasikan kerja komponen menjadi suatu gerak kerja yang terarah menuju pencapaian sasaran. Actuating, menggerakkan masing-masing komponen agar dapat diadaptasikan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Controlling atau pengawasan merupakan suatu usaha mengawasi gerak kerja agar kegiatan tetap berjalan menuju ke arah sasaran ataupun memperbaiki kondisi agar sasaran yang diperoleh lebih maksimal (G. Terry, 1986 : 35). Dengan langkah-langkah manajemen di atas, maka diharapkan usaha dan perusahaan dapat mencapai sasaran yang diinginkan yaitu kemajuan dan tetap bertahannya perusahaan di era globalisasi dan persaingan yang semakin ketat.

Manajemen menyebabkan kesadaran terhadap kemampuan kita, memberi arah pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik, dan mengurangi hambatan yang mungkin dihadapi, serta mencapai tujuan yang dikehendaki sesuai rencana. Kebanyakan perusahaan dan usaha dapat mencapai kesuksesan dengan mendayagunakan manajemen secara efektif.

Manajemen dalam suatu perusahaan atau usaha dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu :

(31)

perusahaan. Dengan adanya manajemen keuangan maka aktivitas dan fungsi keuangan perusahaan sehari-hari dapat berjalan dengan optimal. (Sarwoko & Abdul Hakim, 1989 : 1)

b. Manajemen operasional atau lebih sering disebut manajemen produksi. Manajemen produksi merupakan segala pengaturan perusahaan yang berhubungan dengan semua kegiatan dari pembuatan rencana-rencana produksi, proses produksi, sampai dengan hasil produksi yang siap dijual. (Moekijat, 1989 : 29)

c. Manajemen strategi adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan (Lawrence R. Jauch, 1997 : 6). Cara yang ditempuh dalam manajemen strategi dapat dilakukan dengan proses perencanaan strategi sebelum menentukan sasaran dan mengambil keputusan. Dalam prosesnya perlu memperhatikan kesesuaian yang layak antara sasaran, sumber daya perusahaan, dan peluang pasar yang terus berubah. Dengan memperhatikan hal tersebut maka suatu perusahaan akan mempertajam kemampuan bisnis dan memperlancar produksi perusahaan, sehingga menghasilkan laba dan pertumbuhan usaha yang memuaskan. (Philip Kotler, 1994 : 44)

d. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), merupakan suatu pengaturan mengenai peranan manusia dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan. MSDM adalah ilmu atau seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat (Malayu P. Hasibuan, 1996 : 1). Sedang menurut T. Hani Handoko (1996 : 4), MSDM meliputi kegiatan penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan indibidu dan organisasi.

(32)

sebaik-baiknya dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Aktivitas ini termasuk pembelian, penjualan, transportasi, keuangan, penelitian pemasaran, dan pengambilan resiko. (Moekijat, 1981 : 51)

Dalam pelaksanaan manajemen suatu perusahaan, banyak dijumpai pandangan atau konsep yang berbeda mengenai teori manajemen yang ada. Setiap pandangan dimungkinkan berguna bagi berbagai masalah yang berbeda satu sama lain. Teori manajemen sebagai acuan pelaksanaan manajemen dapat dibedakan menjadi tiga aliran, yaitu :

1) Menggunakan teori manajemen organisasi klasik. Dengan teori Fayol yang mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi yang kompleks. Mooney, mengungkapkan bahwa manajemen merupakan sebuah organisasi kelompok yang tergabung untuk tujuan tertentu, sehingga perlu dibentuk suatu aturan kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Follet, mendefinisikan manajemen dengan metode psikologi perusahaan, industri dan pemerintah. Barnard menggunakan pendekatan sistem dalam manajemen industri (T. Hani Handoko, 2003 : 45).

2) Menggunakan teori manajemen hubungan manusiawi sebagai akibat munculnya ketidakpuasan teori sebelumnya dalam menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Tokohnya : Mayo dan Hugo yang lebih menekankan pada psikologi industri, hubungan manusiawi dalam manajemen industri untuk meningkatkan produktivitas dari sumber daya industri yaitu tenaga manusia. (T. Hani Handoko, 2003 : 49)

3) Menggunakan teori manajemen modern. Di mana berkembang dengan memadukan teori manajemen hubungan manusia dengan manajemen ilmiah, yang meliputi operation research, manajemen sciense dan management operasi. (T. Hani Handoko, 2003 : 53).

(33)

terjadi karena faktor internal (modernisasi sistem perpabrikan) maupun faktor eksternal (perubahan kepemilikan). Faktor internal dan eksternal saling

berhubungan satu sama lain. Perubahan yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal, berdampak positif terhadap kemajuan dan berdampak negatif terhadap penolakan masyarakat. Penolakan terutama mengenai kecepatan perubahan. Pengetahuan memperlihatkan manusia siap menghadapi perubahan dan menerima konsekuensi dari perubahan tersebut. Secara manusiawi manusia tidak menolak perubahan itu sendiri, yang mereka tentang justru perubahan yang mengancam kepastian mereka (T. Hani Handoko, 2003 : 318).

Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan manajemen yang digunakan dalam industri rokok kretek Kudus sudah cukup sesuai dengan langkah yang harus dikerjakan dalam manajemen suatu industri. Industri rokok kretek Kudus juga telah menggunakan tiga metode pengembangan manajemen industri tersebut sebagai penyeimbang jalannya usaha. Dalam proses perubahannya industri rokok kretek Kudus menggunakan prinsip manajemen modern sehingga mengalami perkembangan industri ke arah yang maju dan mampu mempertahankan eksistensi industrinya dengan mendayagunakan secara tepat segala komponen dan sumber daya yang ada. Penolakan atas perubahan manajemen yang terjadi berupa persaingan usaha antar pengusaha pribumi dan Tionghoa merupakan sebuah reaksi yang wajar yang didorong oleh keanekaragaman bangsa yang seringkali menimbulkan perbedaan kepentingan baik itu ras, agama, maupun budaya.

3. Modernisasi Ekonomi

(34)

penghidupannya menjadi buruh pabrik. Perubahan masyarakat agraris menjadi masyarakat modern melalui beberapa proses yaitu :

a. Dalam bidang teknologi, suatu masyarakat yang sedang berkembang baru mengenal dan belajar dalam proses perubahan dengan penggunaan teknik-teknik sederhana dan tradisional ke arah penggunaan pengetahuan ilmiah.

b. Dalam bidang pertanian, masyarakat yang sedang berkembang beralih dari pertanian sederhana ke arah produksi hasil pertanian untuk pasaran.

c. Dalam bidang industri, masyarakat sedang bekembang mengalami suatu peralihan dari penggunaan tenaga kerja manusia dan binatang ke industrialisasi yang sebenarnya.

d. Dalam susunan ekologinya, terjadi perubahan dari masyarakat sawah atau ladang dan desa ke arah pemusatan kota. (Myron Weiner, 1989 : 47)

Soerjono Soekanto (2006 : 347), menyebutkan modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial yang terarah meliputi berbagai bidang. Sedang menurut Schoolar dalam Soerjono Soekanto (1980 : 1), menyebutkan modernisasi adalah suatu proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspeknya atau dapat dikatakan suatu proses perubahan untuk membentuk suatu sistem sosial, ekonomi dan politik. Menurut Myron Weiner (1989 : 5), modernisasi adalah penerapan teknologi oleh manusia untuk menguasai sumber alam demi menciptakan peningkatan nyata dalam penyeimbangan pertumbuhan penduduk. Schermerhorn (1987 : 56), mendifinisikan modernisasi sebagai pola loncatan dari tipe masyarakat tertentu ke tipe masyarakat lainnya yang lebih kompleks. Kesimpulannya, modernisasi adalah proses menjadi modern atau proses ke arah kemajuan, proses perubahan dari tradisional ke arah modern.

(35)

IPTEK. Modernisasi di bidang ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam struktur ekonomi yang menyangkut aspek-aspek dalam bidang ekonomi, dalam rangka memperbaiki kehidupan perekonomian.

Modernisasi ekonomi menurut Francois Abraham dalam Arin Astuti (2003 : 9), merupakan perkembangan atau kemajuan ekonomi yang ditandai oleh tingginya tingkat konsumsi dan standar hidup, revolusi teknologi, birokrasi rasional. Modernisasi ekonomi mencakup : pembangunan sistem moneter, peningkatan skill melalui modernisasi teknologi, otomasi dan perpindahan tenaga kerja, perhitungan biaya rasional, spesialasi fungsional, pola tabungan dan investasi, alat transportasi dan komukasi yang semakin canggih, sehingga menghasilkan kemudahan dalam teknologi pemasaran, mobilitas tenaga kerja, distribusi barang dan perubahan pola konsumsi. Aspek-aspek modernisasi ekonomi menurut Hendra Esmara (1987 : 39), antara lain : perkembangan IPTEK, pembentukan modal dengan spesialisasi ekonomi yang cukup bahan mentah, barang produksi dan konsumsi, SDM, SDA, stabilisasi ekonomi.

Keberhasilan proses modernisasi ekonomi ditandai dengan adanya tingkat pertumbuhan dan pendapatan suatu negara yang lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduknya. Pelaksanaan modernisasi ekonomi hendaknya berusaha untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dalam pertumbuhan ekonomi artinya mampu mempengaruhi keseluruhan struktur sosial, politik, dan budaya masyarakat.

Modernisasi ekonomi mempunyai ciri khas, menggambarkan proses pertumbuhan ekonomi untuk peningkatan kuantitas dan kualitas produksi industri. Pada umumnya, modernisasi ekonomi ditandai dengan dibangunnya kawasan industri maupun penggunaan teknologi. Dengan adanya pembangunan tersebut, akan berdampak pada perkembangan sosial masyarakat yaitu berubahnya karakter yang dimiliki masyarakat.

(36)

dan dengan culture yang masih cenderung bergantung pada penguasa dan cenderung lemah, mengakibatkan gaya hidup yang dianut tidak dapat sepenuhnya mencerminkan manusia modern yang seutuhnya. Dalam industri rokok kretek Kudus modernisasi ekonomi dapat dilihat dalam langkah perkembangan IPTEK dan stabilisasi ekonomi sehingga membawa dampak positif bagi semua pihak.

4. Perubahan Sosial

Kehidupan yang lebih baik pasti menjadi tujuan dari setiap manusia. Menurut Selo Soemardjan (1962 : 379), menyatakan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosial termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Menurut Gillin & Gillin dalam Soerjono Soekanto (2006 : 304), mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi pendidikan, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam mayarakat. Wilbert Moore, mendefinisikan perubahan sosial merupakan signifikasi dari struktur sosial yang merupakan pola interaksi dan aktivitas sosial. Struktur sosial tersebut adalah nilai, norma, dan budaya (http://roykesiahainenia.i8.com/materi_sospol/materi_5.html : 14/7/2009). Kesimpulannya, perubahan sosial dapat didefinisikan sebagai segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan tentang sistem sosial (nilai, sikap, pola perilaku) masyarakat.

(37)

Perubahan sosial akan cepat terjadi bila dipengaruhi adanya kontak dan komunikasi dengan unsur budaya lain atau budaya dari luar, sehingga masyarakat menemukan suatu yang baru yang dianggap lebih baik. Disamping itu kemajuan pendidikan dan teknologi saat ini mendorong kemampuan berpikir sesorang menjadi lebih maju. Teknologi mempunyai pengaruh paling luas dalam perubahan sosial masyarakat, penemuan teknologi berupa kebendaan akan membawa perubahan lebih berarti bagi kemudahan pelaksanaan aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat.

Menurut Rogers dalam buku Studi Masyarakat Indonesia (1998 : 43), perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dipengaruhi oleh faktor yang datang dari dalam maupun dari luar. Ada tiga kategori perubahan sosial : (1) Immanent change : perubahan sosial yang berasal dari dalam sistem itu sendiri,

(2) Selective contact change : orang luar secara tidak sadar dan spontan membawa ide-ide baru pada anggota-anggota dari suatu sistem sosial, (3) Directed contact change : bila ide baru atau cara baru dibawa dengan sengaja oleh orang lain.

Dari ketiga kategori tersebut, maka dalam kenyataan hanya nomor tiga yang banyak dijumpai dan mempengaruhi masyarakat. Disamping faktor penyebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam maupun dari luar, juga terdapat faktor-faktor penunjang untuk mempermudah jalannya perubahan sosial :

a) Berkembangnya ilmu pengetahuan yang dapat menambah pemecahan mengenai berbagai masalah yang dihadapi

b) Jiwa yang terbuka terhadap perubahan c) Timbulnya keinginan baru

d) Bertambahnya penduduk

e) Penemuan baru di sektor sosial dan budaya tertentu f) Kemajuan teknologi (Hendro Puspito, 1989 : 127)

(38)

efektif dan efisien. Sehingga dapat memudahkan kehidupan masyarakat ke arah kemajuan.

Perubahan sosial membutuhkan saluran perubahan yang ada dalam masyarakat dan berfungsi untuk mengatur jalannya kehidupan masyarakat. Saluran-saluran perubahan sosial yang ada adalah lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan , ekonomi, agama, pendidikan, politik, dan hukum. Lembaga kemasyarakatan pada waktu tertentu akan mendapat penilaian tertinggi dari masyarakat, akan menjadi saluran utama perubahan sosial. Perubahan suatu lembaga kemasyarakatan akan berpengaruh pada lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan sosial masyarakat ke arah positif merupakan perubahan yang dikehendaki dan direncanakan, tetapi perubahan sosial masyarakat yang negatif tidak dapat dihindari dampaknya.

Terjadinya suatu proses perubahan sosial dalam masyarakat akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Kontak dengan kebudayaan lain b. Sistem pendidikan formal yang maju c. Sikap menghargai hasil karya seseorang d. Adanya keinginan untuk maju

e. Toleransi

f. Sistem terbuka lapisan masyarakat g. Penduduk yang heterogen

h. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu i. Orientasi masa depan (Soerjono Soekanto, 2006 : 326)

(39)

dalam satu tempat atau dalam suatu pabrik dirasa lebih ekonomis, efektif dan efisien, serta mempermudah pengontrolan aktivitas produksi dan karyawan. Perubahan masyarakat dari tradisional petani ke masyarakat industri tradisional, hingga akhirnya menuju masyarakat industri modern dengan penerapan teknologi yang mulai dikuasai mengakibatkan perubahan sosial masyarakat ke arah peningkatan adaptivitas kehidupan ke sistem yang lebih maju dan modern sesuai dengan perubahan jaman.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam pola kehidupan manusia yang berkaitan dengan nilai, norma, pola tingkah laku, dan lapisan sosial dalam masyarakat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat diharapkan mampu membawa kemajuan dan kesejahteraan terhadap masyarakat. Dalam perkembangan industri rokok kretek Kudus, membawa perubahan sosial terhadap pengusaha, pekerja, masyarakat dan pemerintah menuju masyarakat yang berusaha memperlajari penerapan teknologi, perbaikan kehidupan sosial ekonomi, serta menuju masyarakat yang modern.

B. Kerangka Berpikir

Kondisi Sosial

Ekonomi Masyarakat

Pengusaha Rokok Kretek Pribumi Kudus

Industri Rokok Kretek Kudus

Perkembangan Industri Rokok Kretek Kudus

Pengusaha Tionghoa

Kemajuan Industri Rokok Kretek Kudus

Perubahan Sosial Masyarakat Kudus

(40)

Keterangan :

Pergeseran dalam suatu masyarakat, secara langsung maupun tidak langsung akan diikuti oleh berbagai permasalahan sosial. Desa sebagai wilayah yang seharusnya kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia, tetapi kompetensi yang dimiliki tersebut kurang dimanfaatkan secara optimal. Berbagai keterbatasan yang dimiliki desa, mengakibatkan desa mengalami ketidakberdayaan sebagai masyarakat yang mengandalkan sektor agraris yang terdesak oleh kemajuan jaman. Masyarakat agraris yang sebagian besar menggantungkan kehidupannya pada alam dan mengandalkan tenaga manusia, sukar untuk menerima perubahan dari luar komunitasnya. Kehidupan masyarakat yang sedemikian, dirasakan kurang mendukung usaha perkembangan perekonomian ke arah yang lebih maju.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kedudukan desa dan masyarakat agraris terdesak. Permasalahan dalam masyarakat agraris, seperti : semakin pesatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan surplus tenaga kerja, sedangkan lahan pertanian yang digarap semakin sempit. Pengangguran meningkat di wilayah pedesaan. Kebutuhan sehari-hari sulit dipenuhi karena pendapatan yang diperoleh dari hasil pertanian tidak menentu. Kondisi ini memaksa petani mencari sumber pendapatan lain di samping sumber hasil pertanian.

Sistem perdagangan yang dikuasai oleh pedagang juga masih belum dapat memperbaiki kondisi perekonomian rakyat. Perdagangan yang berkembang masih dikuasai oleh golongan bermodal besar, terutama pihak swasta dan asing. Pedagang-pedagang pribumi cenderung lemah, dengan penguasaan sistem kelola dagang yang kurang matang. Asal barang yang mereka perdagangkan laku di pasaran, mendapatkan banyak keuntungan, dan dapat memenuhi kebutuhan kemewahan mereka dirasa sudah cukup tanpa memandang ke depan akan kelangsungan usahanya.

(41)

industrialisasi. Sektor industri dengan keunggulannya menjadi obat yang diharapkan dapat memperbaiki perekonomian. Sektor industri dapat : (a) menyerap banyak tenaga kerja, (b) tingkat pendapatan sebagai buruh relatif terjamin, konstan serta dapat diandalkan, (c) pemanfaatan teknologi mulai diperkenalkan dan diterapkan dalam proses produksi, (d) mengajarkan masyarakat lebih berpikir maju dengan menghasilkan barang yang mempunyai nilai guna lebih tinggi bagi masyarakat, dan sebagainya. Sektor industri mendorong perkembangan ke arah masyarakat yang modern.

Proses industrialisasi membawa dampak positif bagi masyarakat dan perekonomian negara, apabila tetap memperhatikan kelancaran jalannya sektor-sektor di luar sektor-sektor industri. Kemajuan yang menjadi salah satu dampak pengiring industrialisasi, menandakan munculnya ciri modernisasi ekonomi. Modernisasi yang terjadi nampak pada : pembangunan kawasan industri, penggunaan teknologi, peningkatan pendapatan yang berarti kesejahteraan penduduk, serta pemikiran masyarakat mulai jauh ke depan dengan mampu menghasilkan produk yang mempunyai nilai guna tinggi. Meskipun ciri kehidupan masyarakat modern yang sesungguhnya belum tercermin dalam kehidupan masyarakat Indonesia secara menyeluruh.

Merintis dan mngembangkan suatu usaha memerlukan pengaturan yang matang. Perkembangan suatu industri ke arah kemajuan tidak luput dari keberhasilan sistem manajemen yang diterapkan. Tanggung jawab sistem manajemen yaitu dengan kekuatannya menentukan berhasil atau tidaknya suatu industri dan menjamin eksistensi suatu industri. Untuk mencapai sasaran yang diinginkan dalam suatu usaha, maka diperlukan manajemen yang mampu mengarahkan semua sumber daya yang ada sesuai dengan fungsi dan kompetensi masing-masing. Langkah-langkah manajemen yang tepat (planning, organizing, actuating, controlling) mampu mengarahkan pada keberhasilan industri dan

eksistensi industri. Manajemen yang mantap merupakan tameng sekaligus senjata ampuh untuk menghadapi pasang surut dunia industri.

(42)

Keunggulan industrialisasi mendorong munculnya kelas-kelas pengusaha. Dalam penelitian ini, pengusaha pribumi rokok kretek Kudus berusaha muncul dengan kekuatan sendiri di tengah kondisi penjajahan yang membelenggu Indonesia. Pengusaha pribumi dengan segala keterbatasannya, mencoba mandiri dan memberanikan diri mengelola industri dengan modal tekat, kerja keras, keuletan, dan kejujuran. Dengan modal seadanya didukung permintaan masyarakat yang meningkat, menghantarkan pengusaha pribumi industri rokok kretek Kudus ke puncak raja-raja rokok kretek terkemuka. Perkembangan industri rokok kretek Kudus, bagaikan angin segar untuk mendobrak perekonomian negara yang lemah oleh penjajahan dan keadaan.

Keberhasilan pengusaha rokok kretek pribumi membawa perubahan bagi sebagian besar masyarakat di sekitar wilayah Kudus. Para wanita yang tadinya bertani menjadi buruh pabrik rokok, sehingga membawa perubahan bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Setelah keberhasilan pengusaha pribumi, muncul pengusaha Tionghoa yang berusaha mengadu nasib dalam industri rokok kretek Kudus. Pengusaha Tionghoa rokok kretek Kudus mulai merambah industri rokok kretek dengan modal yang lebih besar serta sistem manajemen perusahaan yang lebih matang. Orang Cina yang terkenal ahli mengelola ekonomi dengan keuletan, kerja keras, dan sistem kekerabatan dalam kelompoknya menjadikan usaha industri rokok kretek yang dirintis berkembang pesat. Industri rokok kretek milik Tionghoa bersaing dengan pengusaha pribumi menciptakan produksi rokok yang terbaik bagi masing-masing konsumennya.

(43)
(44)

28

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul

”Perkembangan Industri Rokok Kretek Kudus 1908-1964” yang dilakukan dengan cara studi pustaka. Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai tempat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, antara lain perpustakaan :

a. Program Pendidikan Sejarah FKIP UNS b. FKIP UNS

c. Pusat UNS

d. Kolese St. Ignasius Yogyakarta e. Pusat UGM

f. Propinsi Jawa Tengah

g. Arsip dan Perpustakaan Jawa Tengah h. Daerah Kabupaten Kudus

i. Nasional Jakarta

j. Persatuan Perusahaan Rokok Kudus

2. Waktu Penelitian

(45)

Dengan jadwal penelitian, sebagai berikut : English Language, yang dimaksud dengan metode adalah :

1. Suatu prosedur atau proses untuk mendapatkan suatu obyek.

2. Suatu disiplin atau sistem yang acapkali dianggap sebagai cabang logika yang berhubungan dengan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk penyidikan ke dalam atau eksposisi dari beberapa subyek.

3. suatu prosedur, teknik, dan cara melakukan penyelidikan sistematis. (Helius Sjamsuddin, 2007 : 12)

(46)

prosedur untuk mengerjakan sesuatu, keteraturan dalam berbuat, berencana, dan suatu susunan atau sistem yang teratur (Helius Sjamsuddin, 2007 : 13).

Menurut Mardalis (2002 : 24), metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Metode dapat diartikan jalan, cara, atau petunjuk pelaksanaan atau merupakan petunjuk teknis (Dudung Abdurrahman, 1999 : 43). Metode dapat diartikan tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan, yang melingkupi prosedur penelitian dan teknik penelitian (Iqbal Hasan, 2002 : 21).

Dari beberapa pengertian di atas, maka metode dapat didefinisikan sebagai cara, jalan, dan teknik yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Berdasarkan permasalahan yang hendak dikaji serta tujuan yang akan dicapai, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Pemilihan metode historis didasarkan pada pokok permasalahan yang dikaji yaitu peristiwa masa lampau, untuk direkonstruksikan menjadi cerita sejarah melalui langkah atau metode historis.

Menurut Kuntowijoyo (1994 : 24), metode sejarah didefinisikan sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis tentang bahan, kritik, interpretasi dan penyajian sejarah. Menurut Gilbert J. Garraghan dalam Dudung Abdurrahman (1999 : 43), metode sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip yang sistematis yang digunakan secara efektif untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis. Menurut Sartono Kartodirdjo (1992 : 4), metode sejarah adalah bagaimana memperoleh pengetahuan sejarah atau bagaimana mengetahui sejarah.

(47)

17). Metode sejarah bertujuan untuk memastikan dan menyatakan kembali fakta-fakta masa lampau, dan penulisan sejarah merupakan cara untuk merekonstruksi gambaran masa lampau berdasarkan bukti-bukti dan data yang diperoleh dari peninggalan masa lampau.

Metode historis bertujuan merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan obyektif dengan mengumpulkan, menilai, memverifikasi dan mensintesiskan bukti untuk menempatkan fakta sejarah dan mencapai konklusi yang dapat dipertahankan. Penelitian dengan metode historis merupakan metode kritis terhadap keadaaan-keadaan dan perkembangan, serta pengalaman masa lampau dan menimbang secara teliti hati-hati terhadap validitas sumber-sumber sejarah agar fakta yang diperoleh bersifat obyektif.

Berdasarkan penjelasan tentang metode historis di atas, maka metode historis dipergunakan dengan alasan penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi

peristiwa yang terjadi di Kudus, yaitu : ”Perkembangan Industri Rokok Kretek

(48)

komponen pekerja pabrik rokok kretek Kudus. Dalam perkembangannya industri rokok kretek Kudus membawa kemajuan pada pengusaha, pekerja, masyarakat Kudus, Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus, serta keberhasilan pembangunan negara.

C. Sumber Data

Sumber data yang merupakan sumber sejarah adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai penulisan peristiwa sejarah, merupakan suatu hasil penyelidikan untuk mendapatkan data apa saja yang ditinggalkan manusia pada masa lampau. Menurut Sidi Gazalba (1981 : 105) sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu : (1) sumber tertulis yang mempunyai fungsi mutlak dalam sejarah, (2) sumber lisan, yaitu sumber tradisional dalam pengertian luas, (3) sumber visual atau benda, yaitu semua warisan masa lalu yang berbentuk dan berupa seperti candi dan prasasti. Sumber sejarah merupakan bahan mentah yang mencakup segala macam bukti yang ditinggalkan manusia yang menunjukkan segala aktivitas manusia masa lalu baik tertulis, lisan maupun benda. Sumber sejarah sebagai produk dari kegiatan manusia baik sengaja maupun tidak yang mampu memberikan informasi pada generasi berikutnya. Menurut Helius Sjamsuddin (1996 : 62), sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi : (1) sumber dokumenter, berupa bahan sejarah dalam bentuk tulisan; (2) sumber korporal, berwujud benda; dan (3) sumber lisan, berupa cerita sejarah lisan oleh subyek sejarah baik yang mengalaminya langsung maupun saksi mata. Sumber sejarah merupakan bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi sebenar-benarnya tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Jadi, sumber sejarah merupakan sesuatu yang dapat menceritakan tentang kenyataan pada masa lalu yang diperoleh dari peninggalan dan data pada masa lalu.

(49)

yang diperoleh dari sumber sejarah serba kurang lengkap sehingga sumber sejarah perlu dihimpun untuk mendapatkan kebenaran informasi sejarah. Sumber sejarah yang asli atau sumber saksi mata disebut sumber primer. Sumber berupa pencitraan atau garapan terhadap sumber asli dinamakan sumber sekunder.(Helius Sjamsuddin, 1996 : 65)

Menurut Louis Gottschalk (1975 : 35), sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi mata dengan mata kepala sendiri atau saksi dari panca indera yang lain, yakni orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya. Sedangkan sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi mata yakni dari seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan.

Sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa cara yaitu : (1) kontemporer (contemporary) dan lama (remote), (2) formal (resmi) dan informal (tidak resmi), (3) pembagian menurut asalnya (dari mana asalnya), (4) isi (mengenai apa), (5) tujuan (untuk apa) yang masing-masing dibagi lagi lebih lanjut menurut waktu, tempat dan cara atau produknya. Sumber sejarah secara garis besar dibedakan menjadi peninggalan-peninggalan (relics atau remains) dan catatan-catatan. (Helius Sjamsudin, 2007 : 96).

(50)

No. 10421/F di Jakarta 19 Oktober 2603, (4) Arsip Propinsi Jawa Tengah tentang surat balasan keputusan Gunseikan Zamubutyo No. TAI/16/19 di Jakarta 19 Oktober 2603, (5) Arsip Propinsi Jawa Tengah tentang surat ijin berusaha dari pemerintah Belanda. No. 619/TA di Jakrta 13 Mei 2603, (6) Arsip Propinsi Jawa Tengah tentang Surat Pemberitahuan tentang tjap dan boengkoes etjeran rokok kretek No 3/drie/26/149 di Kudus 1949, (7) Arsip Propinsi Jawa Tengah tentang surat laporan adanya pendapatan uang rokok Bulan Oktober 1934 di Kudus oleh M. Karmaen, (8) Arsip Propinsi Jawa Tengah tentang M. Nitisemito yang disarikan dari buku Der Kretek Koening, (9) Arsip Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tentang Peroesahaan Rokok Kretek di Koedoes , (10) Arsip PPRK yatiu artikel Asal-Usul Tembakau, artikel Almarhum Nitisemito, artikel tentang Asal Mula Rokok.

Sumber sekunder yang digunakan adalah buku-buku literatur yang relevan dengan penelitian ini. Adapun buku-buku literatur yang relevan, antara lain : (1) Buku karangan Lance Castle yang berjudul Tingkah Laku Agama, Politik dan Ekonomi di Jawa : Industri Rokok Kudus yang menguraikan tentang sejarah dan persoalan-persoalan industri kretek Kudus serta fakta lingkungan Kudus dalam persoalan pembangunan di Indonesia, (2) Buku Rokok Kretek Lintasan Sejarah dan Artinya Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara karangan Amen Budiman dan Onghokham menguraikan tentang penemuan rokok kretek di Kudus, lahirnya industri rokok kretek di Kudus, perkembangan industri rokok kretek di Kudus dari tahun ke tahun dilihat dari sisi : pengusaha, buruh, inovasi produksi dari rokok kretek, (3) Sumber subyek wawancara : pihak PPRK (Persatuan Perusahaan Rokok Kudus) Bapak Dhani yang mengetahui sejarah dan perkembangan industri rokok kretek Kudus (4) ”Indonesia Sekarang” karangan Parada Harahap, (5)

”Kudus dan Kekunoan Islam” karangan Solichin Salam, (6) John Multiplysite (13 Maret 2008), (7) ”Museum Kretek Ing Kudus” karangan Suharyanto BP 1991 dalam Djoko Lodang 1009, (8) ”Kudus dan Sejarah Rokok Kretek” karangan Solichin Salam, (9) ”Islam di Jawa Dilihat dari Kudus” karangan Marcel Bonneff,

(51)

Pengumpulan data berdasarkan sumber data yang ditetapkan yaitu teknik studi pustaka, yaitu melakukan pengumpulan data tertulis menggali data dari buku-buku dan bentuk pustaka lainnya. Sumber-sumber ini diperoleh melalui kunjungan pustaka, analisis dan lain-lain.

D. Teknik Pegumpulan Data

Dalam penelitian historis, pengumpulan data dinamakan heruistik. Teknik pengumpulan data adalah ketrampilan mencari, menemukan, mengumpulkan, menganalisa dan mengklarifikasikan data. Dalam penelitian ini digunakan teknik kepustakaan atau studi pustaka. Menurut Koentjaraningrat (1986 : 36), keuntungan dari studi pustaka ini ada empat hal, yaitu : (1) memperdalam kerangka teoritis yang digunakan sebagai landasan pemikiran, (2) memperdalam pengetahuan akan masalah yang diteliti, (3) mempertajam konsep yang digunakan sehingga mempermudah dalam perumusan, (4) menghindari terjadinya pengulangan suatu penelitian. Pengumpulan data atau heruistik dapat dilakukan dengan membaca bibliografi mengenai topik penelitian. Melalui bacaan tersebut dapat dikumpulkan sebagian data, dapat membaca sumber-sumber terkait yang dipergunakan dalam karya-karya terdahulu, dan dapat menjaring sebanyak mungkin jejak atau data sejarah yang sesuai dengan obyek kajian. Dalam pengumpulan data harus mencari sumber primer maupun sumber sekunder yang berguna untuk mengungkapkan fakta sejarah.

Menurut Dudung Abdurrahman (1999 : 56) mengutip pendapat Florence M.A. Hillbish, mengemukakan bahwa catatan-catatan dalam pengumpulan data ada tiga bentuk, yaitu : (1) quation (kutipan langsung), (2) citation atau indirect quation (kutipan tidak langsung), (3) summary (ringkasan) dan comment

(komentar).

(52)

Persatuan Perusahaan Rokok Kudus, Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, Perpustakaan Daerah Kabupaten Kudus, Perpustakaan Pusat UNS. Untuk mencarinya, peneliti terlebih dahulu membaca katalog, mencatat nomor kode buku maupun arsip dan menyerahkan pada petugas, yang kemudian akan membantu mengambilkan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Dengan membandingkan sumber yang satu dengan sumber yang lain peneliti berusaha untuk memahami isi dan peristiwa sebenarnya yang terjadi di dalam obyek penelitian. Peneliti membaca, mencatat atau membuat catatan ringkas, meminjam, dan memfoto copi bagian buku-buku literatur yang dianggap penting dan sesuai dengan tema penelitian yang tersimpan di perpustakaan-perpustakaan yang ada di Surakarta, Kudus, Semarang, Yogyakarta.

E. Teknik Analisis Data

Sumber data baik sumber primer maupun sumber sekunder yang telah terkumpul, kemudian dianalisis. Analisis dalam proses penelitian sangat penting karena dengan analisis data akan nampak manfaatnya baik dalam pemecahan masalah penelitian dan pencapaian tujuan akhir penelitian. Proses analisis data dilakukan setelah melalui proses klasifikasi data yang telah diperoleh.

(53)

Penulisan sejarah yang dapat dipercaya memerlukan analisis data sejarah yang obyektif, sehingga unsur-unsur subyektivitas dalam menganalisis data sejarah dapat diminimalisir. Dalam proses analisis data harus diperhatikan unsur-unsur yang sesuai dengan sumber data sejarah dan kredibilitas unsur-unsur tersebut. Unsur yang kredibel, maksudnya apabila unsur tersebut paling dekat dengan peristiwa-peristiwa yang sebenarnya terjadi. Unsur tersebut dapat diketahui kredibelnya berdasarkan penyelidikan kritis terhadap sumber data sejarah yang ada (Louis Gottschalk, 1975 : 95).

Analisa data dapat dilakukan dengan aturan-aturan : fakta sejarah harus diseleksi, disusun, diberi atau dikurangi tekanannya (tempat atau bahasanya) dan ditempatkan dalam urutan kausal. Dari keempat aturan menyusun fakta tersebut, seleksi merupakan masalah penting sehingga peneliti harus mampu memilih dan memilah fakta mana yang lebih relevan dari sejumlah data (Dudung Abdurahman, 1999 : 25).

Interpretasi dilakukan karena fakta sejarah merupakan bukti-bukti sejarah yang masih berdiri sendiri-sendiri sehingga perlu dirangkaikan menjadi fakta yang terkait sebelum ditulis dalam rangkaian hasil penelitian. Berdasarkan sintesa fakta muncullah interpretasi yang tidak dapat terlepas dari unsur subyektivitas, sehingga dalam melakukan interpretasi diperlukan pengetahuan konsep teori dan metodologi yang tepat guna memfokuskan pada posisi tertentu yang menjadi obyek penelitian serta meningkatkan unsur obyektivitas dalam historiografi sejarah.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengklasifikasikan sumber data yang telah terkumpul yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Langkah selanjutnya adalah kritik sumber, baik kritik intern maupun kritik ekstern. Sumber data tersebut kemudian dibandingkan dengan sumber data yang

lain guna memperoleh kredibilitas sumber data.

(54)

diberi keterangan baik yang mendukung atau menolak sampai tersusun fakta yang saling menunjukkan hubungan yang relevan diinterpretasikan guna mendapatkan hasil penelitian yang utuh untuk sebuah karya ilmiah.

F. Prosedur Penelitian

Sebelum melakukan penelitian perlu dibuat suatu prosedur penelitian karena dapat mempermudah cara kerja dan memperlancar jalannya penelitian. Menentukan tema yang akan diteliti merupakan langkah awal sebelum membuat suatu rencana kerja dari persiapan membuat proposal sampai dengan penulisan hasil penelitian. Untuk mempermudah penelitian langkah yang perlu dijalankan guna mendapatkan hasil penelitian yang optimal diperlukan adanya prosedur yang digambarkan dalam bagan persiapan. Bagan persiapan tersebut berisi langkah sistematis yang menggambarkan kegiatan dari awal perncanaan sampai dengan pembuatan laporan hasil penelitian. Karena penelitian ini merupakan penelitian historis maka skema dalam metode historis digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

1. Heruistik

Heruistik adalah kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau dengan cara mengumpulkan bahan-bahan tertulis, tercetak atau sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. Menurut G.J. Reiner dalam Dudung Abdurrahman (1999 : 55), heruistik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Menurut Sidi Gazalba (1981 : 15) heruistik adalah kegiatan mencari bahan atau menyelidiki sumber sejarah untuk mendapatkan bahan penelitian. Menurut Ernest Berschen dalam Helius Sjamsuddin (2007 : 19), heruistik adalah proses mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah.

Heuristik Kritik Interpretasi Historiografi

Gambar

Tabel 1. Letak Geografis Kabupaten Dati II Kudus .......................
Gambar 1. Kota Kudus ....................................................................
Grafik Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kudus 1905-1964

Referensi

Dokumen terkait

Isoflavon tidak hanya dapat memberikan efek positif bagi reproduksi tetapi juga berpotensi menimbulkan efek sebaliknya pada tikus anak keturunannya (F1). Tujuan penelitian

Karena salah satu penyebab sepsis bisa diakibatkan oleh bakteri, maka terapi pada penyakit ini menggunakan antibiotik, antibiotik bekerja dengan bakterisid maupun

2002, hlm.. bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akibat hukum apabila perkawinan tidak dicatatkan, status anak yang dilahirkan

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini : apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dengan menggunakan peta konsep terhadap hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa algoritma genetika hibrida dengan skema pencarian lokal lebih efektif dibandingkan algoritma genetika tanpa pencarian lokal dalam

Verba merupakan kelas kata yang paling kompleks. Bentuknya yang ber- variasi menentukan jenis kalimat yang berbeda, sebagai contoh dikotomi antara verba yang berafiks dan tanpa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Nilai dan Norma di Kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak sudah dilaksanakan dengan baik antara lain

Sifat dan hierarkhi dari sebuah sistem dapat dilihat dengan jelas berdasarkan tingkat tingkat yang ada didalam sistem dimana pada setiap tingkatannya yang harus dimengerti