• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Sosial Akibat Industri Rokok Kretek Kudus

Kudus sebagai sentral industri membentuk ekonomi kapitalis. Daerah di sekitar Kudus penyedia buruh tenaga kerja menjadi daerah semi peri-peri. Begitu

pula dengan daerah penghasil bahan baku rokok kretek Kudus menjadi daerah periferal atau daerah peri-peri.

Kudus menjadi daerah agen setelah penemuan industri rokok kretek Kudus. Perusahaan rokok kretek berkembang menjadi perusahaan besar, banyak sekali menyerap tenaga kerja. Pencarian buruh tenaga kerja pabrik rokok kretek Kudus, biasanya menyerap tenaga petani dari daerah pedesaan. Petani-petani meninggalkan mata pencahariannya, karena pertimbangan resiko bekerja di perusahaan lebih kecil ketimbang resiko yang akan diterima bila menjadi petani. Penghasilan dari bertani (petani penggarap) sangat kecil, dibanding upah yang akan diterima bila bekerja di perusahaan besar. Di samping itu fasilitas kesehatan, pendidikan, dan jaminan sosial disediakan perusahaan bila mereka bekerja di perusahaan tersebut. Apalagi lahan peetanian makin sempit akibat jumlah penduduk yang terus meningkat.

Perusahaan rokok kretek menyerap banyak buruh yang berasal dari pedesaan. Perusahaan rokok kretek meluaskan perusahaannya ke wilayah pelosok pedesaan, alasannya perusahaan rokok kretek Kudus mencari tenaga kerja yang murah dan produktif, dan memperoleh lokasi tanah untuk didirikan perusahaan baru yang harga tanahnya masih murah. Hal ini mengakibatkan menyempitnya lahan persawahan di pedesaan. Tempat di mana perusahaan rokok kretek meluaskan usahanya biasanya mendapat kompensasi khusus dari perusahaan rokok kretek kepada masyarakat sekitar ataupun pemerintahan daerah tersebut.

Sektor pertanian tembakau di beberapa wilayah mendapat pengaruh besar dengan berkembangnya perusahaan rokok kretek Kudus. Rakyat di daerah pertanian tembakau Kedu, Magelang, Temanggung, Madura, Parakan, Weleri, dan Bojonegoro justru berkembang dengan pesat. Hal ini dikarenakan, petani tembakau hidupnya sangat tergantung dari perusahaan rokok kretek Kudus. Alasan petani menanam tanaman tembakau di daerah tersebut karena : (1) tanaman tembakau panennya lebih sering, (2) daerah tersebut beriklim dingin dan mendapat sedikit sinar matahari yang sangat cocok untuk tanaman tembakau, (3) harga tembakau jauh lebih mahal dibanding dengan tanaman jenis lain. Berkembangnya perusahaan rokok kretek di Kudus mengakibatkan perbaikan

nasib petani tembakau. Petani-petani tembakau dari daerah-derah tersebut dapat menunaikan ibadah haji dan menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi (wawancara Bapak Dhani PPRK : 13 September 2009).

Sturktur masyarakat di daerah pedesaan meningkat, baik itu di wilayah sekitar Kudus maupun di luar Kudus. Daerah-daerah penghasil tembakau di luar kota Kudus dapat membangun fasilitas pendukung usaha dan kehidupan sehari-hari mereka. Dari hasil penjualan tembakau, swadana petani tembakau berhasil membangun fasilitas, seperti : jalan raya, irigasi, masjid dan sarana pendidikan. Permintaan tembakau yang kian pesat dari perusahaan rokok kretek, mendukung perubahan daerah-daerah tersebut terutama pembangunan jalan yang menghubungkan desa-desa penghasil tembakau dengan pusat kota. Perusahaan rokok kretek Kudus beserta sebagian petani tembakau di daerah-daerah tersebut berusaha membangun infrastruktur transportasi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengangkutan hasil tembakau dari pedesaan ke agen-agen tembakau di pusat kota. Sarana jalan ini juga digunakan masyarakat untuk kelancaran arus perekonomian sehari-hari mereka.

Ekonomi daerahnya maju, maka muncul pedagang yang menawarkan barang penunjang usaha pertanian, barang elektronik, bahan bangunan dan sebagainya. Adanya listrik masuk desa, karena perusahaan rokok kretek Kudus banyak yang mendirikan gudang penyimpanan tembakau di wilayah pedesaan tersebut. Perusahaan atau daerah luar negeri yang menyuplai cengkeh dan sos ke perusahaan rokok kretek di Kudus, dapat melebarkan sayap usahanya sampai di Indonesia yang bertempat di ibu kota negara.

Kesadaran masyarakat juga meningkat akan pentingnya pendidikan. Kebiasaan menikahkan anak pada usia muda mulai berkurang, sarana kesehatan dan fasilitas keagamaan semakin diperhatikan dan ditingkatkan. Perluasan perusahaan di wilayah pedesaan sekitar Kudus disebut dengan brak. Brak adalah gudang tempat produksi atau gudang yang berfungsi sebagai pencampur tembakau. Lokasi pembangunan brak mengambil daerah tanah pertanian subur. Daerah subur banyak dihuni penduduk, maka akan mudah mencari tenaga kerja. Untuk mendukung produktivitas brak biasanya akan dibangun fasilitas

penerangan dan transportasi, fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan (wawancara Bapak Afif Mulari : 25 Oktober 2009).

Pemerintah juga memperoleh keuntungan besar dengan adanya perusahaan rokok kretek. Adanya pajak cukai, menjadikan pemasukan besar bagi pemerintah pusat. Pembangunan daerah juga tercukupi, pemasukan terhadap pemerintah daerah juga ada. Partisipasi pengusaha rokok kretek dapat dilihat dari sumbangan-sumbangan di lingkungan sekitar lokasi tempat perusahaan berada. Lampu jalan disekitar kota Kudus, penghijauan kota Kudus, pembangunan infrastruktur modern, bantuan pendidikan, bantuan terhadap olahraga, pagelaran musik, dan sebagainya merupakan andil besar swasta termasuk pabrik-pabrik rokok kretek Kudus dalam memajukan kualitas bangsa.

114 A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang Perkembangan Industri Rokok Kretek Kudus 1908-1964, dapat diambil kesimpulan :

1. Pembentukan industri rokok kretek Kudus diawali dengan penemuan rokok kretek Kudus oleh Haji Jamahri dan Mbok Nasilah sekitar tahun 1880-an. Industri rokok kretek Kudus berdiri sejak 1908. Nitisemito, pioneer pengusaha pribumi yang membangun industri rokok kretek Kudus dengan mendirikan pabrik rokok kretek Bal Tiga. Usaha rokok kretek yang dikelola Nitisemito berkembang pesat.

Tahun 1914, usaha rokok kretek Nitisemito telah mampu mendirikan sebuah pabrik rokok kretek besar di desa Jati Kudus. Semangat dagang dan keberhasilan Nitisemito mengelola perusahaan rokok kretek Bal Tiga menarik warga pribumi untuk ikut beradu nasib dalam usaha rokok kretek.

2. Kudus bukan merupakan wilayah penghasil bahan baku rokok kretek, tapi mampu untuk menghasilkan produksi rokok kretek. Tembakau menjadi barang dagangan industri rokok kretek Kudus karena diperkenalkan oleh Sunan Kedu. Bahan baku produksi rokok kretek Kudus, terdiri dari : (1) tembakau didatangkan dari wilayah : Kedu, Weleri, Bojonegoro, Mojokerto, Madura, Temanggung; (2) cengkeh diimpor dari Zanzibar, Madagaskar; (3) Klobot didatangkan dari wilayah Undaan (Kudus) dan Purwodadi (Grobogan); (4) saus didatangkan dari Amerika dan Inggris yang memberikan aroma khas masing-masing produksi rokok kretek Kudus.

Proses produksi industri rokok kretek Kudus tahun 1900-an, masih sangat sederhana. Industri rokok kretek Kudus menerapkan sistem abon. Proses pengerjaan rokok klobot masih sangat sederhana, campuran cengkeh dan tembakau dilinting dalam daun jagung kering (klobot). Tahun 1930-an sistem abon dihapuskan dan diganti dengan sistem pabrik untuk menghemat produksi

dan memudahkan pengawasan. Proses pengerjaan rokok kretek berkembang menggunakan alat produksi tradisional.

3. Perkembangan industri rokok kretek Kudus didukung oleh sistem pemasaran yang modern. Nitisemito dan menantunya M. Karmaen telah berhasil membuat inovasi sistem pemasaran dengan promosi, iklan, pendirian stand dalam setiap event di berbagai daerah, memasarkan rokok kretek lewat seni dan pemberian hadiah. Industri rokok kretek Kudus menerapkan sistem agen dalam mendistribusikan produksi rokok kretek ke berbagai wilayah. Agen mendistribusikan rokok kretek kepada pedagang besar. Pedagang besar menjual rokok kretek kepada pedagang asongan, pedagang kelontong, warung, sampai kedai nasi. Kenikmatan rokok kretek Kudus tersebar luas ke berbagai wilayah, permintaanpun berdatangan dari berbagai wilayah di seluruh pelosok negeri.

4. Keberhasilan pengusaha pabrik kretek pribumi menarik etnis Tionghoa untuk beradu nasib pada industri rokok kretek. Pada tahun 1918, terjadi persaingan pengusaha pabrik kretek pribumi dan pengusaha pabrik kretek Tionghoa, hingga menjadi salah satu faktor penting penyebab munculnya kerusuhan di Kudus pada tanggal 31 Oktober 1918. Perubahan kepemilikan industri rokok kretek Kudus pribumi, bermula ambruknya pasaran Bal Tiga yang mendapat saingan rokok Minak Djinggo milik Tionghoa. Kho Djie Siong mendirikan pabrik rokok kretek milik Tionghoa yang pertama kali pada tahun 1930, yang diberi nama Minak Djinggo. Keberhasilan industri rokok kretek milik Tionghoa, melemahkan posisi pengusaha pribumi dalam industri rokok kretek Kudus. Industri rokok kretek Kudus memberikan pengaruh besar tehadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat yang mendukung industri rokok kretek Kudus.

B. Implikasi

1. Teoritis

Secara teoritis implikasi dari hasil penelitian tentang Perkembangan Industri Rokok Kretek Kudus 1908-1964 adalah penemuan rokok kretek Kudus mendukung berdirinya industri rokok kretek Kudus. Terbentuknya industri rokok kretek Kudus, mengakibatkan terjadi pergeseran dari masyarakat agraris ke masyarakat modern. Pergeseran dari masyarakat petani ke masyarakat industri di daerah Kudus dan di sekitar Kudus terutama para petani penghasil bahan baku rokok kretek di luar wilayah Kudus. Adanya industri mengakibatkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat. Pembangunan di wilayah kota Kudus dan di sekitar penghasil bahan baku rokok kretek mengalami kemajuan pesat. Pemerintah mendapatkan keuntungan dengan pemungutan pajak cukai rokok, pajak sebagai income terbesar pemerintah pusat dalam pembangunan bangsa salah satunya berasal dari industri rokok kretek Kudus. Selain itu, industri rokok kretek Kudus mendukung berkembangnya kemajuan di berbagai bidang dengan peran swasta seperti : olahraga, seni, teknik, otomotif, pendidikan, dan sebagainya. Perkembangan industri rokok kretek Kudus oleh pengusaha pribumi maupun pengusaha Tionghoa telah menunjukkan pengaruh positif bagi kemajuan masyarakat.

2. Praktis

Implikasi praktis dari hasil penelitian tentang “Perkembangan Industri

Rokok Kretek Kudus 1908-1964” adalah adanya kemajuan kehidupan ekonomi.

Adanya industri rokok kretek Kudus memberikan nilai positif bagi pengusaha, pemerintah, dan rakyat. Secara tidak langsung kemajuan kehidupan ekonomi berdampak luas bagi semua aspek kehidupan masyarakat.

Implikasi praktis dari hasil penelitian ini terhadap pendidikan adalah memperkaya khasanah sejarah nasional yang bidang kajiannya multidimensional. Sejarah lokal dari Kudus ini dapat memberikan pengetahuan asal mula dan sejarah

rokok kretek yang selama ini telah membudaya pada masyarakat Indonesia dan mengambil manfaat positif dari fakta sejarah rokok kretek Kudus.

3. Metodologis

Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Pemilihan metode historis didasarkan pada pokok-pokok permasalahan yang dikaji yaitu peristiwa masa lalu untuk direkonstruksikan menjadi cerita sejarah berdasarkan fakta sejarah yang didapatkan. Pengumpulan bahan menggunakan arsip, dokumen/buku perpus, dan wawancara.

Kesulitan yang dihadapi dalam pengumpulan data adalah data yang tersebar di beberapa kota mengakibatkan ekstra tenaga khusus untuk mencari di berbagai kota. Beberapa sumber berbahasa Belanda dan Inggris mengakibatkan penulis harus menelaah data dengan seksama agar tidak terjadi penyelewengan fakta.

C. Saran

1. Pemerintah

Pemerintah sebagai pihak penguasa yang ikut andil dalam pengaturan usaha terutama industri rokok kretek Kudus hendaknya bersikap bijaksana. Pemerintah sebagai penerima income terbesar hasil pembayaran cukai rokok diharapkan dapat bertindak adil dalam pembagian hasil dengan daerah lokal industri rokok kretek Kudus. Kerjasama yang baik antara pemerintah daerah Kabupaten Kudus, pengusaha rokok kretek Kudus, masyarakat Kudus dan pemerintah pusat akan mewujudkan pembangunan daerah Kudus dan pembangunan bangsa yang seutuhnya. Ribuan buruh, puluhan petani tembakau dan cengkeh menggantungkan hidupnya pada industri rokok kretek Kudus. Keberlangsungan dan kemajuan industri rokok kretek Kudus bergantung pada kemantapan pengelolaan seluruh aspek pendukung industri rokok kretek Kudus yang didukung kebijakan pemerintah. Kerjasama antara pemerintah dan

pengusaha yang baik, akan menjamin kesejahteraan masyarakat dan kemajuan perekonomian bangsa.

2. Pengusaha

Pengusaha sebagai produsen rokok kretek yang memproduksi dan memperoleh banyak keuntungan dari usaha merokok hendaknya memperhatikan para pendukung berlangsung lancarnya industri rokok kretek Kudus. Tidak hanya pengaruh negatif saja yang diambil dari barang yang diproduksi oleh mereka tapi pengaruh positif bagi masyarakat harus terus mereka ciptakan untuk memajukan sumber daya manusia Indonesia yang handal.

Kesejahteraan buruh, para agen rokok, para konsumen, masyarakat sekitar tempat produksi harus diperhatikan dengan baik. Dukungan swasta terhadap kemajuan bangsa harus terus ditingkatkan, demi mencapai masyarakat Indonesia yang berkompetensi global. Lingkungan juga membutuhkan perhatian pengusaha, di mana industri yang baik adalah industri yang dapat memelihara kelestarian lingkungannya.

3. Masyarakat

Masyarakat sebagai konsumen rokok kretek hendaknya mampu mengambil manfaat sebaik mungkin dari hasil ciptaan rokok kretek tersebut. Budaya merokok boleh saja, asal kita tahu kekuatan diri sejauh mana diri kita mampu menghisap asap rokok tersebut dan jangan sampai dari kegiatan merokok tersebut menimbulkan kerugian besar pada diri sendiri atau bahkan kepada orang lain.

Budaya merokok masyarakat Indonesia sudah merambah berbagai golongan, hendaknya kontrol terhadap generasi penerus bangsa diperketat. Kesadaran terhadap konsumsi rokok yang berbahaya bagi kesehatan hendaknya menjadi perhatian bagi masyarakat, demi terciptanya generasi baru Indonesia yang lebih baik.