• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Pengecualian (Pc) atau Possible Rebuttal

DAFTAR LAMPIRAN

B. Kajian Teori

6) Kondisi Pengecualian (Pc) atau Possible Rebuttal

Kondisi pengecualian adalah situasi yang dikemukakan oleh penulis di luar kebiasaan yang dapat melemahkan argumen atau pernyataan posisi. Rani dkk. (2006:42) berpendapat bahwa kondisi pengecualian atau possible rebuttal juga dapat disebut dengan “sanggahan”. Mereka menjelaskan bahwa “sanggahan” adalah lingkungan atau situasi di luar kebiasaan yang dapat mengurangi atau menguatkan pernyataan. Jika suatu kondisi yang dapat melemahkan suatu pernyataan dapat dikontrol dengan menghadirkan elemen sanggahan/penolakan, maka kedudukan argumen akan semakin kuat. Tentunya, sanggahan tersebut harus benar-benar kuat pula. Penggunaan elemen sanggahan juga berarti membuat pernyataan menjadi lebih spesifik. Peranti kohesi yang dapat digunakan untuk menandai elemen sanggahan antara lain: kecuali, jika… maka, dan jika.

Kondisi pengecualian ada untuk mengakui keterbatasan argumen yang diajukan oleh penulis. Saat mengajukan argumen, penulis harus mempertimbangkan sisi lain yang mungkin bertentangan dan berusaha menghadapinya dengan adil. Penulis perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul di benak pembaca. Jika penulis gagal melakukan itu, maka argumen penulis akan melemah dan tunduk pada serangan dari pembaca. Terkadang pula sanggahan akan diarahkan untuk menentang

argumen atau pernyataan posisi penulis. Berikut ini contoh dari kondisi pengecualian atau possible rebuttal (dalam Rani dkk., 2006:41).

c. Pola-pola Argumentasi Berdasarkan Enam Elemen Toulmin Elemen-elemen argumen Toulmin saling berhubungan dan membentuk suatu struktur tertentu dalam sebuah wacana argumen. Struktur ini mempunyai pola-pola tertentu. Berikut ini pola-pola argumen menurut Toulmin et al (1979) berdasarkan elemen pembentuknya.

1) Pola PP-D

Pola ini dimulai dari pernyataan penulis yang menunjukkan atau menyatakan sebuah claim atau pernyataan posisi lalu mencoba untuk membuktikan pendapatnya itu. Penulis membuktikan dan membenarkan pernyataan posisi dengan meletakkan satu set data dan fakta yang kemudian disebut data (ground). Toulmin et al (1979:35) menjelaskan bahwa setelah menunjukkan pernyataan posisi, penulis telah melangkah untuk membuat argumen. Penulis kemudian melanjutkannya dengan meletakkan satu set data (ground) yang faktual, yang siap membenarkan pernyataan posisi.

Namun, jika terdapat faktor-faktor di luar, seperti keterbatasan fisik, kelemahan atau keterlambatan berpikir ada pada diri mahasiswa, maka usaha meningkatkan kualitas berpikir kritis terganggu.

Pola tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (dalam Rani dkk., 2006).

Data (D) Pernyataan Posisi (PP) Bagan 2.1 Pola PP-D

2) Pola PP-D-J

Secara sederhana, pola claim dihubungkan dengan ground melalui sebuah pernyataan. Penulis dapat mengatakan bahwa pernyataan itu adalah jaminan atau warrant. Data ditunjukkan dengan beberapa data dan fakta atau hal-hal yang sudah diketahui secara umum/populer. Jaminan (warrant) mengesahkan atau mendukung data tersebut, sehingga pernyataan posisi dapat disetujui. Selain itu, jaminan juga dapat membandingkan data dengan sesuatu yang telah umum, sehingga menghasilkan sebuah pernyataan posisi yang berupa kesimpulan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Toulmin et al (1979:46) yang menyatakan bahwa secara sederhana claim yang ditunjukkan penulis seperti terkait dengan alasan, oleh jembatan sederhana dapat menunjukkan

Makalah mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran. Makalah-makalah mahasiswa S1 mengandung argumen yang rancu. Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, antara lain dengan memberikan latihan secara intensif menyusun argumen.

bahwa hal yang menunjukkan hubungan D ke PP disahkan oleh jaminan. Berikut bagan contoh pola PP-D-J (dalam Rani dkk., 2006).

Jaminan (J)

Data (D) Pernyataan Posisi (PP) Bagan 2.2 Pola PP-D-J

3) Pola PP-D-J-P

Pola PP-D-J-P terdiri dari pernyataan posisi yang didukung dengan fakta dan data (ground). Data dihubungkan dengan jaminan. Jaminan sendiri kemudian diberi dukungan dengan backing atau pendukung (P), sehingga warrant yang telah ditempeli ini dapat memperkuat claim dan ground. Toulmin et al (1979:58) menyatakan bahwa ketika penanya menantang penulis

Berpikir kritis ditandai oleh kemampuan menggunakan bahasa secara jelas dan tepat. Berpikir kritis ini tampak pada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang ditulis dengan penalaran yang baik.

Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, antara lain dengan memberikan latihan secara intensif menyusun argumen. Makalah mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran. Makalah-makalah mahasiswa S1 mengandung argumen yang rancu.

untuk menghasilkan sebuah pertimbangan yang mendukung dan menunjukkan sebuah hal yang relevan, penanya memberikan usulan pada penulis untuk menunjukkan backing atau dukungan. Penulis dapat menambahkan satu elemen lebih lanjut pada pola dasar dari penjelasan tersebut. Berikut contoh pola PP-D-J-P (dalam Rani dkk., 2006).

Jaminan (J) Pendukung (P)

Data (D) Pernyataan Posisi (PP) Bagan 2.3 Pola PP-D-J-P

Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, antara lain dengan memberikan latihan secara intensif menyusun argumen. Makalah mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran. Makalah-makalah mahasiswa S1 mengandung argumen yang rancu.

Berpikir kritis ditandai oleh kemampuan menggunakan bahasa secara jelas dan tepat. Berpikir kritis ini tampak pada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang ditulis dengan penalaran yang baik.

Penelitian Teopilus membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara kemampuan akademik mahasiswa dalam mata kuliah logika dengan kemampuan akademik mahasiswa dalam mata kuliah mengarang.

4) Pola PP-D-J-P-M

Pola PP-D-J-P-M merupakan PP-D-J-P yang dikuatkan dengan sebuah derajat kepastian. Pola tersebut dapat dimulai dari pernyataan posisi yang didukung dengan data dan fakta (ground) dan data dihubungkan dengan jaminan yang telah ditempeli backing atau pendukung. Untuk menegaskan argumen ini atau menunjukkan ketersediaan bukti dan dukungan yang telah ditunjukkan, penulis menyatakan dengan kata atau frasa tertentu yang disebut dengan modalitas. Modal qualifier atau keterangan modalitas merupakan penanda derajat kekuatan argumen dari mulai kuat hingga lemah. Toulmin et al (1979:70) menyatakan bahwa setiap argumen memiliki modalitas tertentu. Dengan modalitas ini, penulis dapat melihat kekuatan atau kelemahan, kondisi dan/atau pembatasan pernyataan posisi. Penulis dapat meletakkan satu set kata keterangan yang lazim digunakan untuk menandai modalitas ini. Fungsi kata modalitas ini untuk menunjukkan jenis kekuatan rasional untuk dikaitkan dengan PP atas dasar hubungan dengan D, J, dan P. Berikut ini adalah contoh pola PP-D-J-P-M (dalam Rani dkk., 2006).

Jaminan (J) Pendukung (P)

Data (D) Pernyataan Posisi (PP)

Keterangan Modalitas (M) Bagan 2.4 Pola PP-D-J-P-M

Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, antara lain dengan memberikan latihan secara intensif menyusun argumen. Makalah mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran. Makalah-makalah mahasiswa S1 mengandung argumen yang rancu. Berpikir kritis ditandai oleh kemampuan menggunakan bahasa secara jelas dan tepat. Berpikir kritis ini tampak pada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang ditulis dengan penalaran yang baik.

Penelitian Teopilus membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara kemampuan akademik mahasiswa dalam mata kuliah logika dengan kemampuan akademik mahasiswa dalam mata kuliah mengarang. Dengan demikian, dapat dipastikan pelatihan dapat meningkatkan kualitas argumen.

5) Pola PP-D-J-P-M-Pc

Pola PP-D-J-P-M-Pc merupakan pola terakhir Toulmin yang terdiri atas keseluruhan elemen-elemen Toulmin, yaitu pernyataan posisi, data, jaminan, pendukung, keterangan modalitas, dan pengecualian. Pola tersebut dapat dimulai dari pernyataan posisi yang didukung dengan data dan fakta. Pernyataan posisi dan data dihubungkan dengan jaminan yang telah ditempeli pendukung atau backing. Untuk menegaskan argumen atau menunjukkan ketersediaan bukti dan dukungan yang telah ditunjukkan, penulis menyatakan dengan kata atau frasa tertentu yang disebut modal. Selain itu, penulis juga menyatakan kemungkinan-kemungkinan sanggahan dari argumen tersebut dan alasan untuk menjawab sanggahan ini. Sanggahan itu disebut juga possible rebuttal atau pengecualian. Toulmin et al (1979:78) menjelaskan bahwa elemen terakhir ini memungkinkan penulis menambah satu fitur terakhir untuk diagram analisis dasar penulis. Data yang diberikan jaminan mungkin menjamin J (yang bertumpu pada pendukung) untuk membenarkan pernyataan posisi dengan situasi pernyataan posisi tidak disanggah dengan hal-hal tertentu (rebuttal). Berikut ini contoh pola PP-D-J-P-M-Pc yang digambarkan dalam bagan (dalam Rani dkk., 2006).

Jaminan (J) Pendukung (P)

Data (D) Pernyataan Posisi (PP)

Pengecualian (Pc) Keterangan Modalitas (M) Bagan 2.5 Pola PP-D-J-P-M-Pc

Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, antara lain dengan memberikan latihan secara intensif menyusun argumen. Makalah mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran. Makalah-makalah mahasiswa S1 mengandung argumen yang rancu. Berpikir kritis ditandai oleh kemampuan menggunakan bahasa secara jelas dan tepat. Berpikir kritis ini tampak pada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang ditulis dengan penalaran yang baik.

Penelitian Teopilus membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara kemampuan akademik mahasiswa dalam mata kuliah logika dengan kemampuan akademik mahasiswa dalam mata kuliah mengarang. Dengan demikian, dapat dipastikan pelatihan dapat meningkatkan kualitas argumen. Namun, jika terdapat

faktor-faktor di luar, seperti keterbatasan fisik, kelemahan atau keterlambatan berpikir ada pada diri mahasiswa, maka usaha meningkatkan kualitas berpikir kritis terganggu.

d. Kadar Ketajaman Argumen

Argumen yang baik adalah argumen yang dapat meyakinkan pembaca mengenai hal-hal yang ditemukan atau masalah yang diungkapkan dan dianalisis oleh penulis. Untuk dapat meyakinkan pembaca, sebuah argumen harus dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah. Selain itu, argumen juga perlu menunjukkan bukti-bukti dan alasan yang kuat sehingga pernyataan yang ingin disampaikan dapat meyakinkan pembaca. Bagaimana pembuatan argumen menunjukkan dan menyakinkan pembaca melalui pernyataan, bukti, alasan di dalam tulisannya dapat menunjukkan ketajaman argumen itu (Wijayanti dkk., 2013:122).

Kadar ketajaman argumen sendiri dapat dilihat dari beberapa hal, salah satunya dengan melihat kelengkapan elemen argumen penyusunannya. Rani dkk. (2006:40) mengatakan elemen pokok wacana argumen ada tiga, yaitu pernyataan, alasan, dan pembenaran. Elemen pelengkapnya adalah pendukung, modal, dan sanggahan. Maka dari itu apabila sebuah argumen memiliki tiga elemen argumen dapat dikatakan cukup baik. Semakin lengkap elemennya, maka semakin baik pula argumennya.

Kadar ketajaman argumen dapat dilihat dari penggunaan elemen-elemen yang ditawarkan Toulmin. Semakin lengkap elemen yang dimuat, maka kadar ketajaman pada paragraf-paragrafnya semakin baik. Sebaliknya, semakin sedikit elemen yang dimuat maka

kadar ketajamannya semakin kurang. Kelengkapan elemen argumen berbanding lurus dengan kadar ketajaman paragraf-paragraf argumentasinya dalam sebuah karya penulisan argumentatif salah satunya artikel opini. Berikut ini adalah tabel kadar ketajaman artikel opini berdasarkan kelengkapan elemen argumen penyusunnya.

Tabel 2.1 Kadar Ketajaman Argumen Berdasarkan Kelengkapan

Kadar Deskripsi Pola

Argumen Sangat Lemah Argumen hanya mengandung

satu elemen, yaitu pernyataan posisi.

PP

Lemah Argumen dalam paragraf hanya mengandung dua elemen, yaitu pernyataan posisi dan data.

PP-D

Cukup Kuat Argumen dalam paragraf mengandung tiga elemen, yaitu pernyataan posisi, data, dan jaminan.

PP-D-J

Kuat Argumen dalam paragraf mengandung empat elemen, yaitu pernyataan posisi, data, jaminan, dan pendukung.

PP-D-J-P

Sangat Kuat Argumen dalam paragraf mengandung lima atau enam elemen, yaitu pernyataan posisi, data, jaminan, pendukung, keterangan modalitas, dan kondisi pengecualian.

PP-D-J-P-M/ PP-D-J-P-M-Pc

Peneliti akan menggunakan tabel di atas sebagai acuan untuk menentukan kadar ketajaman argumen di dalam artikel opini mahasiswa. Tabel tersebut diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Nasiroh (2016) dengan sedikit penyesuaian. Untuk menentukan kadar ketajaman argumen, peneliti melihat dari kelengkapan elemen yang digunakan oleh mahasiswa di dalam artikel opininya.