• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Analisis dan Rancangan Konseptual

4.4.2.1 Kondisi saat ini

Pemahaman akan kondisi proses bisnis saat ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada enterprise atau unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian yang berkaitan dengan pelayanan kepegawaian. Pengamatan dilakukan dengan cara mengidentifikasi alur kerja pengelolaan administrasi kepegawaian di Badan Litbang Pertanian. Proses bisnis yang diamati sesuai dengan kebutuhan pengguna yaitu pada proses usulan kenaikan pangkat pilihan atau fungsional, pembebasan sementara, aktif bekerja kembali, dan usulan tugas belajar.

Proses Bisnis Kenaikan Pangkat Pilihan

Dalam PP Nomor 12 Tahun 2002 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kenaikan pangkat pilihan adalah kepercayaan dan penghargaan yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil atas prestasi kerjanya yang tinggi. Sedangkan jabatan fungsional merupakan kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian dan/atau keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan PP Nomor 12 Tahun 2002, dalam melakukan usul KP fungsional, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya yaitu : 1. Salinan/fotocopy sah keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir.

2. Salinan/fotocopy sah keputusan dalam pangkat terakhir.

3. Fotocopy daftar penilaian prestasi kerja/DP-3 dalam 2 (dua) tahun terakhir. 4. Asli penetapan angka kredit bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki

jabatan fungsional tertentu.

Berdasarkan observasi, wawancara, dan kuesioner, prosedur sistem yang berjalan untuk proses pengusulan KP fungsional, dapat dilihat pada Gambar 12. Alur birokrasi yang terlihat dalam Gambar 12 terdapat dua bagian. Bagian pertama adalah internal process yaitu proses-proses yang dilakukan di dalam instansi lingkup Badan Litbang Pertanian seperti dari UPT ke unit kerja eselon II, kemudian dilanjutkan ke Badan Litbang Pertanian (Eselon I). Bagian kedua adalah external process yaitu proses-proses yang dilakukan di luar instansi lingkup Badan Litbang Pertanian seperti Biro Kepegawaian Kementerian

Pertanian (Kementan), Badan Kepegawaian Negara (BKN), dan Sekretariat Negara (Setneg).

Pada Gambar 12 dapat dilihat urutan pengusulan kenaikan pangkat fungsional yang dimulai dari BKN sebagai instansi external process. BKN membuat surat permintaan kepada semua instansi pusat dan daerah yang ditujukan kepada pejabat pengelola kepegawaian instansi pusat dan daerah termasuk juga Kementerian Pertanian (Kementan) dalam hal ini adalah Menteri Pertanian (Mentan). Selanjutnya Mentan mendisposisikan ke Biro OK Kementan melalui Sekretaris Jenderal (Setjen) Kementan. Selanjutnya Biro OK Kementan menindaklanjuti surat permintaan dari BKN dengan membuat surat permintaan usulan KP ke semua instansi eselon I lingkup Kementerian Pertanian diantaranya adalah Badan Litbang Pertanian. Surat tersebut ditujukannya kepada Kepala Bagian yang menangani pengelolaan kepegawaian di setiap instansi eselon I. Kemudian Bagian Kepegawaian di Badan Litbang Pertanian menindaklanjuti surat dari Biro OK Kementan dengan membuat surat permintaan kepada Kepala Bagian yang menangani kepegawaian di unit kerja eselon II lingkup Badan Litbang Pertanian. Unit kerja eselon II kemudian menindaklanjuti dengan membuat surat permintaan usulan KP dari Badan Litbang Pertanian kepada Kepala UPT lingkup unit kerja eselon II masing-masing yang selanjutnya disampaikan kepada pengelola kepegawaian di UPT dan diinformasikan kepada tenaga fungsional terkait.

Setelah mendapat informasi dari pengelola kepegawaian di UPT masing-masing, pejabat fungsional yang bersangkutan mengajukan usulan KP ke pengelola kepegawaian di unit kerja dan UPT masing-masing. Namun ada beberapa responden yang menyatakan bahwa pengusulan KP fungsional dilakukan oleh instansi pejabat fungsional di UPT. Hal ini dikarenakan bahwa pengelola kepegawaian di UPT sudah dapat mengetahui pejabat fungsional yang akan naik pangkat melalui penilaian angka kredit (PAK) terakhir. Kemudian pengelola kepegawaian memberikan informasi KP kepada pejabat fungsional di UPT masing-masing. Keseluruhan proses KP memakan waktu yang cukup lama yaitu lebih kurang 11 sampai 12 bulan.

(5 –14 hari) (3 hari – 2 minggu) (3 hari – 1 minggu) (1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (Menginformasikan ke yang bersangkutan) (1 –7 hari)

Pengajuan berkas usulan KP dimulai dari pejabat fungsional yang mengusulkan KP ke pengelola kepegawaian UPT. Kemudian diverifikasi oleh petugas kepegawian di UPT. Apabila ada kekurangan berkas, petugas kepegawaian UPT menginformasikan kepada pejabat fungsional terkait untuk segera melengkapi berkas usulan KP tersebut. Setelah berkas usulan KP sudah lengkap kemudian berkas dikirimkan ke unit kerja eselon II dengan persetujuan dari pimpinan UPT. Sebagian besar responden menjawab bahwa proses penyiapan, verifikasi, pengiriman, dan melengkapi kekurangan berkas di UPT memakan waktu 20 hari bahkan ada yang sampai 30 hari.

Pengelola kepegawaian unit kerja eselon II selanjutnya menerima berkas usulan KP dari UPT. Berkas tersebut diverifikasi kelengkapannya. Responden di unit kerja eselon II menyatakan bahwa proses verifikasi berkas di unit kerja eselon II memakan waktu 3 hari sampai 1 minggu. Apabila ternyata terdapat kekurangan berkas, pengelola kepegawaian unit kerja eselon II menginformasikan ke UPT

External process

Pengelola Kepegawaian Pusat (Eselon II)

Pengelola Kepegawaian UPT

Pengelola Kepegawaian Badan Litbang Pertanian (Eselon I) Pengelola Biro Kepegawaian Kementerian Pertanian Badan Kepegawaian Negara(BKN) Pejabat Fungsional (3) Sekretariat Negara (Setneg) Melakukan verifikasi berkas usulan Melakukan verifikasi berkas usulan Internal process

Gambar 12 Hasil investigasi prosedur proses pengusulan kenaikan pangkat pejabat fungsional peneliti.

yang bersangkutan untuk melengkapi kekurangannya melalui telpon dan surat, sehingga memakan waktu lagi lebih kurang 1 minggu. Setelah semua berkas usulan KP dari UPT sudah lengkap, selanjutnya berkas dikirim ke Badan Litbang Pertanian.

Berkas usulan KP kemudian diterima di Badan Litbang Pertanian. Proses selanjutnya adalah petugas kepegawaian di Badan Litbang Pertanian memverifikasi berkas yang diusulkan dari semua unit kerja eselon II lingkup Badan Litbang Pertanian. Jika terdapat kekurangan kelengkapan berkas, maka berkas dikembalikan ke unit kerja eselon II masing-masing. Dari unit kerja eselon II kemudian kekurangan berkas tersebut disampaikan ke UPT dan ke yang bersangkutan secara berjenjang. Namun apabila berkas sudah lengkap, maka langkah selanjutnya Badan Litbang Pertanian melakukan pengetikan nota persetujuan BKN dan membuat surat pengantar pengiriman berkas usulan KP ke Biro OK Kementan dengan persetujuan dari pimpinan Badan Litbang Pertanian. Waktu pengiriman berkas usulan dari Badan Litbang Pertanian ke Biro OK Kementan memakan waktu 3 hari sampai dengan 1 minggu dengan catatan berkas sudah lengkap semua. Apabila masih terdapat kekurangan kelengkapan berkas, maka waktu yang dibutuhkan untuk memproses bertambah lagi.

Biro OK Kementan akan meverifikasi berkas dan nota persetujuan BKN yang dikirim dari Badan Litbang Pertanian. Setelah berkas sudah lengkap selanjutnya Biro OK Kementan mengirim berkas ke BKN beserta nota persetujuan dari BKN untuk semua golongan. Setelah nota persetujuan disetujui oleh BKN, maka nota persetujuan KP sampai golongan III/b dikirim ke Biro OK Kementan oleh BKN. Biro OK Kementan selanjutnya mengirim nota persetujuan BKN sampai golongan III/b ke unit kerja eselon I dalam hal ini Badan Litbang Pertanian untuk dibuatkan SK KP yang ditandatangani oleh Kepala Badan Litbang Pertanian, sedangkan untuk golongan III/c sampai IV/b langsung dibuatkan SK KP oleh Biro OK Kementan setelah mendapat persetujuan dari BKN dan selanjutnya disampaikan ke Badan Litbang Pertanian. Badan Litbang Pertanian kemudian menyampaikan SK KP yang sudah terbit ke unit kerja eselon II, UPT dan yang bersangkutan secara berjenjang. Untuk usulan KP golongan IV/c ke atas, disamping nota persetujuan BKN, BKN juga membuat nota

pertimbangan untuk disampaikan ke presiden melalui Setneg. Setelah nota pertimbangan disetujui oleh Presiden, selanjutnya Setneg membuat SK KP golongan IV/c ke atas yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia (RI).

Dari mekanisme pengusulan kenaikan pangkat fungsional di atas dan hasil investigasi, maka dapat dibuat suatu work flow diagram yang menggambarkan kondisi saat ini dalam mengusulkan kenaikan pangkat fungsional. Work flow diagram tersebut dapat dilihat pada Gambar 13 berikut:

Gambar 13 Work flow diagram proses usulan kenaikan pangkat pejabat fungsional.

Proses Bisnis Pembebasan Sementara Jabatan Fungsional

Pembebasan sementara merupakan pembebasan seorang PNS dari jabatan fungsional yang diembannya selama jangka waktu tertentu. Dengan adanya pembebasan sementara berarti yang bersangkutan kehilangan hak atas tunjangan fungsional, namun angka kredit terakhir yang dimilikinya masih tetap berlaku. Sedangkan hak atas gaji dan tunjangan yang lainnya selain tunjangan fungsional tetap dibayarkan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Badan Litbang Pertanian saat ini mempunyai tenaga fungsional sejumlah 2.581 orang sebagai penggerak utama dalam penelitian dan pengembangan pertanian. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Litbang Pertanian, sampai saat ini jumlah tenaga fungsional yang terbesar adalah peneliti yaitu sejumlah 1.634 orang. Kemudian diikuti oleh tenaga fungsional teknisi penelitian dan perekayasaan (litkayasa), penyuluh, pustakawan, perekayasa, arsiparis, pranata komputer, analis kepegawaian, pranata kehumasan, statistisi, dan perencana. Oleh sebab itu dalam penelitian ini yang akan diambil sebagai sampel adalah pejabat fungsional peneliti, karena memiliki jumlah tenaga yang cukup besar dan sebagai penggerak utama dalam penelitian di bidang pertanian. Komposisi jumlah tenaga fungsional di Badan Litbang Pertanian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Komposisi tenaga fungsional Badan Litbang Pertanian (Badan Litbang Pertanian 2009)

No. Nama Jabatan Fungsional Jumlah Persentase (%)

1. Peneliti 1.634 63,31% 2. Teknisi Litkayasa 571 22,12% 3. Penyuluh Pertanian 206 7,98% 4. Pustakawan 86 3,33% 5. Perekayasa 32 1,24% 6. Arsiparis 25 0,97% 7. Pranata Komputer 9 0,35% 8. Analis Kepegawaian 5 0,19% 9. Pranata Kehumasan 9 0,35% 10. Statistisi 3 0,12% 11. Perencana 1 0,04% Jumlah 2.581 100%

Dalam memproses pembebasan sementara dari jabatan fungsional, tidak terlepas dari aturan-aturan yang terkait. Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nomor 06/E/2009 menjelaskan tentang petunjuk teknis jabatan fungsional peneliti yang termasuk didalamnya membahas pembebasan sementara dari jabatan fungsional peneliti. Pembebasan sementara jabatan fungsional teknisi litkayasa dijelaskan dalam keputusan kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 147/Kp/BPPT/V/2007 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional teknisi penelitian dan perekayasaan (litkayasa) dan angka kreditnya. Selain itu peraturan bersama Menteri Pertanian Nomor 54/Permentan/OT.210/11/2008 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 23 A Tahun 2008 yang mengatur tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional penyuluh pertanian dan angka kreditnya yang termasuk didalamnya membahas pembebasan sementara dari jabatan fungsional penyuluh pertanian. Kemudian keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 132 /KEP/M.PAN/12/2002 dan keputusan bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 23 Tahun 2003 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2003 membahas tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya.

Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut di atas, secara umum pejabat fungsional dapat dibebaskan sementara dari jabatannya apabila tidak memenuhi ketentuan yang berlaku. Ketentuan tersebut diantaranya adalah :

1. Kurang angka kredit.

2. Dijatuhi hukuman disiplin PNS. 3. Cuti diluar tanggungan negara.

4. Sedang menjalani tugas belajar lebih dari 6 bulan.

5. Ditugaskan diluar jabatan fungsional dan satuan organisasi penelitian dan pengembangan.

6. Ditugaskan sebagai pejabat struktural.

Di dalam pedoman ringkas administrasi jabatan fungsional peneliti Badan Litbang Pertanian tahun 2007, untuk mengajukan usulan pembebasan sementara, diperlukan beberapa persyaratan. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah :

(1) (2) (3) (4)

(5)

2. Foto copy SK jabatan fungsional terakhir yang dilegalisir oleh kepala unit kerja Eselon II.

3. Foto copy SK pangkat terakhir dan dilegalisir oleh kepala unit kerja Eselon II. 4. Foto copy penetapan angka kredit (PAK) terakhir yang telah dilegalisir oleh

kepala unit kerja Eselon II.

5. Foto copy surat yang menyebabkan diberhentikan sementara, diantaranya adalah surat teguran kurang angka kredit, surat tugas belajar, surat pengangkatan dalam jabatan struktural, dan surat cuti diluar tanggungan negara.

Secara umum manajemen proses pembebasan sementara jabatan fungsional dapat dilihat seperti Gambar 14.

Keterangan :

(1) Waktu yang diperlukan dalam penyiapan, verifikasi, pengiriman, dan melengkapi kekurangan berkas adalah 10 hari.

(2) Waktu yang diperlukan dalam verifikasi dan pengiriman berkas usulan dari unit kerja eselon II ke Badan Litbang Pertanian adalah 1 – 2 minggu.

(3) Usulan disampaikan dari Badan Litbang Pertanian ke Kementerian Pertanian (Kementan) sekitar 2 minggu.

(4) Usulan dari Kementan ke Badan Kepegawaian Negara (BKN) untuk mendapat persetujuan sekitar 2 bulan.

(5) Proses usulan dari BKN ke Sekretariat Negara (Setneg) sekitar 2 bulan. Unit Kerja (UPT) Unit Kerja (Eselon II) Badan Litbang Pertanian Kementan BKN Setneg = Proses pengusulan pembebasan sementara

= Proses permintaan kelengkapan berkas dan pengiriman SK pembebasan sementara

Gambar 14 Proses bisnis pembebasan sementara dari jabatan fungsional (Sekretariat Badan Litbang Pertanian, 2007).

Berdasarkan keterangan Gambar 14 di atas, maka proses pengusulan pembebasan sementara dari jabatan fungsional memakan waktu cukup lama yaitu antara 5 sampai dengan 6 bulan. Waktu tersebut belum termasuk proses pengiriman kembali SK pembebasan sementara jabatan fungsional yang sudah terbit sehingga secara keseluruhan dapat mencapai lebih dari 6 bulan.

Dari mekanisme pengusulan pembebasan sementara di atas dan hasil investigasi, maka dapat dibuat suatu work flow diagram yang menggambarkan kondisi saat ini dalam mengusulkan pembebasan sementara. Work flow diagram

tersebut dapat dilihat pada Gambar 15 berikut:

Gambar 15 Work flow diagram proses usulan pembebasan sementara jabatan fungsional peneliti.

Proses Bisnis Aktif Bekerja Kembali

Ketentuan tentang keputusan Aktif Bekerja Kembali (ABK) diterbitkan oleh pejabat eselon I dalam hal ini Menteri Pertanian (Mentan) atau pejabat yang diberi kewenangan untuk hal tersebut. SK ABK akan diterbitkan apabila pejabat fungsional tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Telah menjalani masa hukuman disiplin PNS.

2. Telah selesai menjalani cuti di luar tanggungan negara. 3. Telah selesai tugas belajar.

4. Telah selesai menjabat struktural baik di dalam maupun di luar satuan organisasi Badan Litbang Pertanian.

5. Telah kembali tugas dalam satuan organisasi penelitian dan pengembangan. Dalam pengusulan ABK terdapat beberapa persyaratan. Persyaratan yang diperlukan antara lain :

1. Surat pengantar dari unit kerja eselon II atau UPT. 2. Foto copy SK pangkat terakhir yang telah dilegalisir. 3. Foto copy SK jabatan fungsional terakhir dilegalisir.

4. Foto copy SK tugas belajar/jabatan struktural/cuti diluar tanggungan negara dan lain-lain yang menyebabkan dibebaskan sementara (dilegalisir).

5. Foto copy ijazah yang dilegalisir asli/basah, apabila yang bersangkutan tugas belajar.

6. Penilaian Angka Kredit (PAK) terakhir yang telah dilegalisir (Sekretaiat Badan Litbang 2007).

SK ABK mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah untuk mencairkan kembali tunjangan fungsional sesuai jabatan fungsional terakhir. Selain itu juga digunakan sebagai kelengkapan berkas untuk usulan SK aktif dari jabatan fungsional.

Dalam mengusulkan ABK harus melalui beberapa prosedur. Prosedur mekanisme usulan ABK dapat dilihat pada Gambar 16. Berdasarkan alur pengusulan ABK tersebut, maka SK ABK dapat diterbitkan dalam jangka waktu sekitar 5 s/d 6 bulan bahkan lebih.

Keterangan :

(1) Waktu pengumpulan dan pengiriman berkas dari UPT ke unit kerja eselon II memakan waktu 10 hari.

(2) Proses dari unit kerja eselon II ke Badan Litbang Pertanian sekitar 1 – 2 minggu.

(3) Dari Badan Litbang Pertanian ke Kementan sekitar 2 minggu.

(4) Dari Kementan kembali ke Badan Litbang Pertanian sekitar 2 – 6 bulan (Sekretariat Badan Litbang Pertanian 2007).

Dari mekanisme pengusulan aktif bekerja kembali di atas, maka dapat dibuat suatu work flow diagram yang menggambarkan kondisi saat ini dalam mengusulkan ABK. Work flow diagram tersebut dapat dilihat pada Gambar 17.

Work flow diagram pada Gambar 16 memperlihatkan bahwa urutan proses pengusulan ABK dilakukan hanya sampai di Biro OK Kementan. Hal ini dikarenakan adanya kewenangan Menteri Pertanian (Mentan) dalam pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dituangkan dalam Keputusan Kepala BKN Nomor 13 Tahun 2003. Namun walaupun Mentan mempunyai kewenangan dalam hal tersebut di atas, pertinggal (tembusan) SK ABK tetap disampaikan kepada instansi terkait diantaranya adalah BKN. Pertinggal SK ABK ke BKN dimaksudkan untuk menginformasikan kepada BKN bahwa yang bersangkutan sudah diaktifkan kembali dalam bekerja,

Unit Kerja (UPT) Unit Kerja (Eselon II) Badan Litbang Pertanian Kementan (1) (2) (3) (4)

= proses pengusulan ABK pejabat fungsional

= proses pengiriman SK ABK pejabat fungsional yang sudah terbit

Gambar 16 Mekanisme pengusulan ABK (Sekretariat Badan Litbang Pertanian 2007).

sehingga apabila yang bersangkutan mengajukan proses administrasi kepegawaian yang lain BKN tidak akan mempermasalahkannya.

Proses ABK merupakan suatu proses pengaktifan kembali bagi seorang pegawai dalam bekerja setelah dibebaskan dari jabatannya. Pengaktifan yang dimaksud adalah aktif dalam bekerja, bukan aktif dalam jabatan fungsionalnya. Oleh karena itu proses pengaktifan dalam bekerja bagi pegawai dilakukan oleh pembina kepegawaian pusat di instansi terkait dalam hal ini adalah Menteri Pertanian.

SK ABK ini digunakan untuk mencairkan atau mengaktifkan kembali tunjangan fungsional. Setelah yang bersangkutan mendapat SK ABK, maka tenaga fungsional tersebut mengajukan ke pengelola kepegawaian UPT untuk mengaktifkan tunjangan fungsionalnya ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). KPPN kemudian memproses berdasarkan SK ABK dimaksud.

Gambar 17 Work flowdiagram proses aktif bekerja kembali pejabat fungsional.

Proses Bisnis Pengusulan Tugas Belajar

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai penghasil inovasi pendorong pembangunan pertanian nasional, Badan Litbang Pertanian perlu didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang bermutu. Peningkatan mutu SDM tersebut dilakukan melalui pelatihan jangka panjang dan jangka pendek secara terencana, konsisten, dan terus menerus dengan mempertimbangkan dinamika perubahan lingkungan strategis pembangunan nasional.

Pengertian tugas belajar di dalam Badan Litbang Pertanian merupakan suatu tugas yang diberikan oleh Badan Litbang Pertanian kepada PNS di UK dan UPT lingkup Badan Litbang Pertanian untuk menuntut ilmu, mendapatkan pendidikan atau keahlian di dalam atau luar negeri yang ditempuh paling sedikit dalam waktu 1 tahun. Program ini diwujudkan dalam bentuk program Doktor (S3), Master (S2), Sarjana (S1), Diploma 3 (D3), atau Diploma 2 (D2) (Badan Litbang Pertanian 2007).

Tujuan dari program ini adalah selain untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai, juga untuk meningkatkan dedikasi, motivasi, dan kreativitas. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan penalaran ilmu, teknologi, dan manajemen. Program tugas belajar juga sebagai media pemberian penghargaan kepada pegawai lingkup Badan Litbang Pertanian yang berprestasi.

Dalam mengusulkan tugas belajar harus sesuai dengan tata cara atau persyaratan yang berlaku. Namun dalam kondisi khusus, calon yang tidak memenuhi persyaratan dapat diusulkan dengan justifikasi yang kuat dari kepala UK/UPT. Persyaratan yang terdapat di Badan Litbang Pertanian terdiri dari 2 (dua) hal yaitu persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan calon petugas belajar yang bersifat umum adalah :

a. PNS yang mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sejak diangkat sebagai pegawai negeri penuh.

b. Menyerahkan salinan ijazah dan transkrip yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang.

c. Menyerahkan salinan SK pengangkatan sebagai PNS. d. Menyerahkan daftar riwayat hidup (DRH).

f. Menyerahkan surat perjanjian tugas belajar yang menyebutkan kesediaannya untuk kembali ke UK semula atau ditempatkan di UK lain lingkup Badan Litbang Pertanian.

g. Tidak dalam proses pemeriksaan dalam rangka pelaksanaan peraturan disiplin pegawai.

Selain persyaratan umum, terdapat juga peraturan khusus. Persyaratan khusus tersebut untuk masing-masing jenjang pendidikan berbeda-beda, yaitu : a. Untuk program D2 dan D3 :

1) Minimal berijazah SLTA atau yang sederajat,

2) Berumur maksimal 35 tahun pada hari ulang tahun terakhir. b. Untuk program S1 :

1) Program ini hanya untuk pejabat fungsional terampil dan staf manajemen. 2) Minimal berijazah D2 atau D3 atau sedang mengikuti program S1 di

semester 5.

3) Berumur maksimal 35 tahun pada hari ulang tahun terakhir. c. Untuk program S2 :

1) Minimal berijazah S1 dari perguruan tinggi yang terakreditasi B. 2) Berumur maksimal 40 tahun pada hari ulang tahun terakhir. 3) Telah memiliki jabatan fungsional peneliti.

4) Khusus untuk calon peneliti harus mempunyai karya ilmiah yang sudah diterbitkan pada jurnal terakreditasi.

5) Untuk jabatan fungsional lain, persyaratan khusus disesuaikan dengan bidang tugasnya.

d. Untuk program S3

1) Minimal berijazah S2 dari perguruan tinggi yang terakreditasi B. 2) Berumur maksimal 45 tahun pada hari ulang tahun terakhir. 3) Telah memiliki jabatan fungsional peneliti.

4) Untuk jabatan fungsional lain, persyaratan khusus disesuaikan dengan bidang tugasnya (Badan Litbang Pertanian 2007).

Dalam mengusulkan calon petugas belajar terdapat mekanisme yang harus dilalui. Mekanisme tersebut dapat dilihat pada Gambar 18 berikut :

Keterangan Gambar 18:

(1) Badan Litbang Pertanian membuat surat pendaftaran calon petugas belajar kepada unit kerja eselon II.

(2) Unit kerja eselon II menindaklanjuti surat dari Badan Litbang Pertanian ke UPT.

(3) UPT mengirimkan daftar calon peserta yang telah diseleksi kepada unit kerja eselon II yang bersangkutan.

(4) Unit kerja eselon II merekap, dan menyeleksi semua usulan dari UPT dan mengirimkan calon peserta yang telah diseleksi kepada Badan Litbang Pertanian (Sekretaris Badan/Ketua Komisi Pembinaan Tenaga (KPT)).

(5) Setelah diolah dan diseleksi di Badan Litbang Pertanian oleh tim KPT, hasil seleksi calon petugas belajar dikirimkan ke unit kerja eselon II.

(6) Unit kerja eselon II menindaklanjuti hasil seleksi calon petugas belajar kepada UPT.

Dalam menyeleksi calon petugas belajar, tim KPT mempunyai beberapa kriteria penyeleksian, diantaranya adalah :

1. Kondisi UK, dilihat dari kinerja, program, dan SDM yang tersedia.

2. Prioritas diberikan pada disiplin-disiplin ilmu penting yang diperlukan tetapi sedikit peminatnya.

3. Nilai Mutu Rata-rata (NMR). Untuk program S2 NMR yang diperlukan paling sedikit 2,75 (skala 0-4) dan 6,25 (skala 1-10). Sedangkan untuk program S3 Unit Kerja (UPT) Unit Kerja (Eselon II) Badan Litbang Pertanian (1) (2) (3) (4) (5) (6)

= Proses pengusulan tugas belajar dari UPT dan unit kerja eselon II = Proses pengiriman SK tugas belajar yang sudah selesai

= Permintaan surat usulan tugas belajar ke UPT dan Unit Kerja (UK)

Gambar 18 Mekanisme proses usulan calon petugas belajar lingkup Badan Litbang Pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2007).

NMR yang diperlukan adalah 3,25. Besarnya angka NMR ini disesuaikan dengan persyaratan yang ditentukan oleh perguruan tinggi penyelenggara. 4. Bagi calon peserta program tugas belajar di luar negeri memiliki nilai TOEFL

serendah-rendahnya 500.

Dari alur kerja usulan tugas belajar di atas dan hasil investigasi, maka