BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Kerangka Konseptual
2. Konsep Fidusia
76 inventory, benda dagangan, piutang, peralatan mesin dan kendaraan bermotor. Namun sejak berlakunya UUJF pengertian jaminan fidusia diperluas sehingga yang menjadi objek jaminan fidusia mencakup benda benda bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud serta benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan menurut UUHT Atas Tanah Beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah. Pada Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia disebutkan bahwa Benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan,baik benda itu berwujud maupun tidak berwujud, terdaftar maupun tidak terdaftar, bergerak maupun tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan atau hipotik.
Apabila diperhatikan pengertian benda yang dapat menjadi objek jaminan fidusia tersebut, maka yang dimaksud dengan benda adalah termasuk juga piutang (account receivebles). Berdasarkan uraian diatas maka yang akan dikaji dalam penulisan ini adalah tentang bangunan rumah panggung sebagai objek jaminan.
77 diikuti dengan penyerahan hak atau iniure cession. Dari kata Cum Creditoredapat diduga bahwa penyerahan bukan dimaksudkan untuk sungguh-sungguh merupakan peralihan pemilikan tetapi hanya sebagai jaminan saja.84
Fidusia berasal dari kata “Fides” yang berarti kepercayaan.
Oleh karena itu, jaminan Fidusia berasal dari hukum romawi, yaitu suatu lembaga jaminan yakniFiducia cum creditore contracta, artinya hak milik atas suatu benda diserahkan sebagai jaminan dengan janji bahwa ia akan menyerahkannya kembali kepada debitor bila utangnya telah dibayar lunas. Adapun Fidusia Cum amico contracta,artinya suatu benda yang dititipkan kepada seseorang teman dengan janji benda tersebut akan dikembalikan bila si pemilik benda kembali dari perjalanannya85. Lembaga jaminan fidusia adalah lembaga jaminan yang hadir karena kebutuhan dalam praktik. Lembaga jaminan hipotek dan gadai tidak dapat mengakomodir keinginan debitor untuk memperoleh modal dengan benda jaminan tetap dalam kekuasaannya.86
Lembaga jaminan mempunyai tugas melancarkan dan mengamankan pemberian kredit, maka jaminan yang baik (ideal) menurut Soebekti87 adalah sebagai berikut:
84 J.Satrio. Hukum Jaminan Hak-Hak Jaminan Kebendaan.Citra Aditya Bakti Bandung Hal. 167.
85 Rachmadi Usman, Op.cit. Hal 151
86 Nurfaidah Said. Op.cit. hal 36
87 Soebekti, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum di Indonesia, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 29. eigendoms
78 a. Yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit pihak
yang memerlukan.
b. Yang tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pemberi kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya.
c. Yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu dapat dieksekusi, yaitu bila perlu dapat dengan mudah diuangkan untuk melunasi utang si penerima (pengambil) kredit.
Sesuai ketentuan dalam Pasal 1150 ayat (2) KUH Perdata, merupakan hambatan berat bagi pemberi jaminan gadai atas benda-benda bergerak berwujud karena tidak dapat mempergunakan kembali benda yang digadaikan untuk keperluannya terlebih jika benda yang dijadikan tanggungan merupakan alat penting untuk mata pencaharian. Dengan adanya kekurangan-kekurangan tersebut maka butuh suatu bentuk lembaga jaminan lain, keadaan demikian mengakibatkan timbulnya keadaan baru yaitu lembaga jaminan fidusia.
Fidusia (Fiduciare Eigendoms Overdracht) adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan si pemilik benda. Jaminan fidusia ini merupakan hak jaminan atas benda bergerak baik yang
79 berwujud maupun benda bergerak yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.88
Ada beberapa prinsip hukum dalam UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, menurut M. Yahya Harahap 89yaitu :
a. Asas spesialitas atas fixed loan
Benda objek jaminan fidusia sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, dengan demikian harus jelas dan tertentu serta pasti jumlah utang debitornya
b. Assesoir
Jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan dari perjanjian pokok yakni perjanjian utang, dengan demikian keabsahan perjanjian jaminan fidusia tergantung pada keabsahan perjanjian pokok, penghapusan benda objek jaminan fidusia tergantung pada hapusnya perjanjian pokok
c. Asas hak Preferen
88 Pengertian fidusia dan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 42 Tahun 1999, yaitu : Ayat (1)
89 HP. Panggabean,Makalah,Efektivitas Penegakan Hukum Terhadap Lembaga Fidusia, Bandung, 2000, hlm. 2.
80 Memberi kedudukan hak yang didahukan kepada penerima fidusia (kreditor) terhadap kreditor lainnya, hak didahulukan tersebut tidak hapus karena adanya kepailitan dan atau likuidasi.
d. Yang memberi fidusia
Yang memberi fidusia harus pemilik benda itu sendiri. Jika benda tersebut milik pihak ketiga maka pengikatan jaminan fidusia tidak boIeh dengan kuasa subsitusi tetapi harus langsung pemilik pihak ketiga yang bersangkutan.
e. Dapat memberikan kepada lebih dari satu penerima dan wakil penerima fidusia.
f. Larangan melakukan fidusia ulang terhadap objek jaminan fidusia yang sudah terdaftar Apabila objek jaminan fidusia sudah terdaftar berarti objek jaminan fidusia telah beralih kepada penerima fidusia, oleh karena itu pemberian fidusia ulang merugikan kepentingan penerima fidusia.
Sehubungan dengan poin (e) di atas, menurut penulis UUJF tidak konsisten, oleh karena ketentuan tersebut dalam Pasal 8 bertentangan dengan Pasal 17 yang pada prinsipnya melarang dilakukan fidusia ulang. Larangan ini berkaitan dengan awal mula lahirnya jaminan fidusia (Fiduciare Eigendoms Overdracht) yang menghendaki adanya penyerahan hak milik secara kepercayaan, yang bukan hanya semata mata sebagai jaminan hutang. Hal ini
81 berarti bahwa jaminan fidusia yang sudah didaftarkan, kepemilikannya diserahkan kepada kreditor penerima fidusia, yang tentunya tidakdapat diserahkan lagi pada kreditor penerima fidusia yang lain.
Adapun prinsip utama dari jaminan fidusia menurut Munir Fuady90 yaitu :
a. Bahwa secara riil pemegang fidusia hanya berfungsi sebagai pemegang saja, bukan sebagai pemilik sebenarnya.
b. Hak pemegang fidusia untuk eksekusi barang jaminan baru ada jika ada wanprestasi dari pihak debitor.
c. Apabila hutang sudah dilunasi, maka hak objek jaminan fidusia harus dikembalikan kepada pihak pemberi fidusia.
d. Jika hasil penjualan (eksekusi) barang fidusia melebihi jumlahhutangnya, maka sisa hasil penjualan harus dikembalikan kepada pemberi fidusia.
Pasal 1 ayat(2) UUJF memberikan batasan ruang lingkup berlakunya jaminan fidusia terhadap setiap perjanjian pokok yang pengikatan benda jaminannya denganjaminan fidusia. Sebelum lahirnya UUJFini, benda yang menjadi objek jaminan fidusia hanya terhadap benda bergerak yang terdiri benda persediaan (inventory), benda perdagangan, piutang, peralatan mesin dan kendaraan.
Namun dengan berlakunya UUJF, objek jaminan fidusia diperluas
90 Munir Fuady. 2000. Jaminan Fidusia. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 4
82 yang terdapat dalam Pasal1 ayat (2), Pasal(9), Pasal(10), dan Pasal(20).
Benda-benda yang menjadi objek jaminan fidusia menurut Munir Fuadi91 tersebut adalah sebagai berikut :
a. Benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum
b. Dapat atas benda berwujud
c. Dapat juga atas benda tidak berwujud, termasuk piutang d. Benda bergerak
e. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan
f. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hipotik g. Baik atas benda yang sudah ada maupun terhadap yang
akan diperoleh kemudian. Dalam hal benda yang akan diperoleh kemudian, tidak diperlukan suatu pembebanan fidusia tersendiri
h. Dapat atas satu-satuan atau jenis benda
i. Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda j. Termasuk hasil dari benda yang telah menjadi objek fidusia k. Termasuk juga hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi
objek jaminan fidusia
l. Benda persediaan (inventory), stok perdagangan.
91 Munir Fuadi. 2000. Jaminan Fidusia. Citra Aditya Bakti. Bandung. Hal 23
83 Berkaitan dengan pendapat tersebut di atas dalam poin (f) yaitu benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hipotik, tidak perlu dicantumkan lagi oleh karena benda tidak bergerak yang dapat diikat dengan hipotik setelah berlakunya UUHT hanya kapal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 314 ayat (1) KUH Dagang, dan pesawat seperti yang ditentukan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Di luar objek yang ditentukan tersebut, maka itu masuk kategori benda bergerak yang memang menjadi objek fidusia.
Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia, demikian bunyi Pasal 5 ayat (1) UUJF. Akta jaminan fidusia harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang dalam hal ini notaris. Akta jaminan fidusia sekurang - kurangnya memuat92 :
a. Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia Identitas tersebut meliputi nama lengkap, agama, tempat tinggal, atau tempat kedudukan dan tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan dan pekerjaan.
b. Identitas penerima fidusia, yakni tentang data seperti tersebut di atas
92 Munir Fuadi, Ibid, Hlm. 20
84 c. Haruslah dicantumkan hari, tanggal dan jam pembuatan akta
fidusia
d. Data perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia.
e. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia yakni tentang identifikasikan benda tersebut, dan surat bukti kepemilikannya. Jika bendanya selalu berubah-ubah seperti benda dalam persediaan (inventory) haruslah disebutkan tentang jenis, merek, dan kualitas dari benda tersebut.
f. Nilai penjaminan
g. Nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia.
Dalam akta jaminan fidusia selain dicantumkan hari dan tanggal, juga dicantumkan mengenai waktu (jam) pembuatan akta yang berguna buat mengantisipasi adanya fidusia ulang.
Dimaksudkan dengan pencantuman jam tersebut jika terdapat dan ternyata penerima fidusia lebih dari satu dalam hal pendaftaran dilakukan bersamaan jamnya maka akta yang lebih dahulu yang mendapat prioritas terlebih dahulu.93
Sehubungan dengan itu, Pengalihan hak atas piutang yang dijamin dengan fidusia mengakibatkan beralihnya demi hukum segala hak dan kewajiban penerima fidusia kepada kreditor baru (accesoir). Beralihnya jaminan fidusia tersebut harus didaftarkan oleh kreditor baru pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Maksud dan
93 M. Bahsan, Hukum Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 2007, hal.60
85 tujuan sistem pendaftaran jaminan fidusia adalah untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan, terutama terhadap kreditor lain dan melahirkan jaminan fidusia bagi kreditor penerima fidusia. Selain itumemberikan hak yang preferen kepada penerima fidusia terhadap kreditu lain sekaligus memenuhi asas publisitas.94
Selain hal tersebut di atas, ketentuan objek jaminan fidusia ini dapat ditemukan pada Pasal 9 UUJF bahwa jaminan fidusia dapat memberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian.
Sebagaimana telah disinggung diatas bahwa piutang dapat juga dibebani dengan lembaga jaminan fidusia, akan tetapi piutang seperti apa yang dapat dijadikan objek jaminan fidusia, berbeda dalam jaminan gadai yang menyebutkan secara rinci tentang jenis-jenis piutang yang dapat dijadikan objek jaminan gadai. Pada Pasal 1 angka (3) UUJF memberikan definisi bahwa piutang adalah hak untuk menerima pembayaran, sedangkan jenis-jenis piutang yang dapat dijadikan objek jaminan fidusia tidak diatur secara detail dalam Undang-undang ini.
Memperhatikan syarat benda yang dapat dijadikan objek jaminan yaitu benda tersebut mempunyai nilai dan dapat
94 Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, Sinar Grafika, Jakarta,2011,, hlm. 291.
86 dipindahtangankan, sehingga piutang dapat dijadikan objek jaminan sepanjang memenuhi syarat benda sebagai objek jaminan.
Objek jaminan fidusia meliputi, benda berwujud maupun benda yang tidak berwujud, yaitu piutang/tagihan dan tagihan itu meliputi baik yang sudah ada maupun yang akan ada.
Pembahasan tentang tagihan yang akan ada mengingatkan pada permasalahan gadai atas tagihan atas nama, yang dalam praktiknya dilaksanakan dengan cara cessie, tagihan yang bersangkutan kepada kreditor, karena cessie merupakan penyerahan tagihan atas nama, agar dengan itu tagihan menjadi hak dari kreditor/cessionaries. Fidusia mempunyai persamaan dengan cessie tagihan. Kedua-duanya merupakan penyerahan hak milik yang hanya dimaksudkan sebagai jaminan saja.95
Namun demikian,menurut penulis terdapat perbedaan antara fidusia dengan cessie tagihan. Pada cessie tagihan penyerahan hak piutang dengan tujuan memindahkan hak milik, sedangkan pada fidusia penyerahan hak milik dimaksudkan hanya sebagai jaminan saja. Penyerahan hak milik kepada kreditor penerima jaminan fidusia ini hanya sebagai pemilik yang terbatas dalam arti sebagai pemilik jaminan.
Ditinjau dari aspek hukum perikatan, hak kreditor sebagai pemilik benda jaminan, baru muncul bilamana dipenuhi syarat
95 Ibid,h.45
87 tangguh, seperti yang tertuang dalam Pasal 1263 KUH Perdata.
Syarat menangguhkan ini menyebabkan suatu perikatan belum lagi mempunyai daya kerja perikatan atau pemenuhan perikatan belum lagi dapat dilaksanakan.96 Lahirnya kepemilikan benda jaminan fidusia bagi kreditor adalah pada saat dilakukan pendaftaran di Kantor Pendaftaran Fidusia.97
Hapusnya fidusia dapat diakibatkan musnahnya benda jaminan karena objek jaminan fidusia sudah tidak ada. Apabila benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut musnah dan benda tersebut diasuransikan sebelumnya, maka klaim asuransi akan menjadi pengganti objek jaminan fidusia tersebut.