• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Kerangka Konseptual

1. Konsep Jaminan

66 kesempatan untuk menjaminkan secara fidusia, sebagai konsekuensi logis dari asas pemisahan horizontal .

B. Kerangka Konseptual

67 Adapun Lembaga perbankan dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds ) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of funds ). Untuk itu, perbankan bergerak dalam kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan bank dalam melayani kebutuhan pembiayaan, serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.

Peranan perbankan yang memiliki fungsi sebagai agen pembangunan (agent of development), bertujuan mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dengan tujuan untuk memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi, melakukan pemerataan dan hasil-hasilnya, sehingga tercipta stabilitas nasional yang mengarah kepada peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Pemberian kredit oleh bank kepada masyarakat merupakan tulang punggung bagi pembangunan ekonomi nasional. Akan tetapi, pemberian kredit mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan prinsip perkreditan yang sehat. Dalam mengurangi risiko kerugian dalam pemberian kredit ini, diperlukan adanya jaminan kredit guna memberikan keyakinan atas kemampuan debitor untuk melunasi utangnya sesuai perjanjian.

Kreditor harus mengetahui dengan jelas apakah debitor mempunyai itikad baik untuk mengembalikan fasilitas kredit tepat

68 pada waktunya. Faktor terpenting yang harus diteliti oleh kreditor adalah adanya jaminan yang dapat digunakan untuk melunasi hutang debitor kepada kreditor sehingga bila suatu saat debitor wanprestasi, maka kreditor dapat menjual barang yang diagunkan tersebut untuk melunasi hutang debitor kepada kreditor.

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.

23/69/kep/DIR tanggal 28 Februari 1991, tentang Jaminan Pemberian Kredit pada Pasal 1 butir B disebutkan bahwa jaminan pemberian kredit adalah keyakinan bank atas kesanggupan debitor untuk melunasi kredit sesuai yang diinginkan. Adapun agunan adalah jaminan material, surat berharga, asuransi risiko yang disediakan oleh debitor jika tidak dapat melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.

Kemudian pada Pasal 2 ayat (1) dari keputusan tersebut ditentukan bahwa bank tersebut tidak diperkenankan memberikan kredit kepada siapapun tanpa adanya jaminan pemberian kredit.

Demikian pula dalam penjelasan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 (selanjutnya disebut UU Perbankan) mengatur Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan yang dimaksud sesuai yang diperjanjikan. Jaminan pemberian kredit

69 dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan bank.

Adapun yang mendasari hukum jaminan tercermin dalam Pasal 1131 KUH Perdata, yang disebut sebagai jaminan umum, Dalam KUH Perdata ketentuan umum mengenai jaminan atau agunan terdapat dalam Pasal 1131 dan 1132. Dalam Pasal 1131 KUH Perdata ditentukan: Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perorangan.

Sehubungan dengan itu, Pasal 1132 KUHPerdata menentukan: Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang menghutangkan kepadanya; pendapatan penjualan dari benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.

Pasal tersebut menurut Frieda Husni Hasbullah77 sebagai petunjuk untuk menentukan rumusan jaminan, yang mengisyaratkan bahwa tanpa diperjanjikan pun seluruh harta kekayaan debitor yang merupakan jaminan bagi pelunasan

77 Frieda Husni Hasbullah. Hukum Kebendaan Perdata, Hak-hak yang Memberi Jaminan. Ind Hill Co. Jakarta. 2005. Hal 5

70 hutangnya. Dalam hal ini penulis sependapat mengingat ketentuan ini merupakan ketentuan umum, sehingga apabila kedua belah pihak, tidak mencantumkan hal tentang cara pelunasan utangnya debitor, maka hakim akan mengacu pada ketentuan Pasal tersebut, sebagai aturan pelengkap.

Kedua Pasal tersebut merupakan ketentuan umum jaminan.

Menurut Frieda Husni Hasbullah78 bahwa jaminan umum yaitu jaminan yang diberikan bagi kepentingan semua kreditor dan menyangkut semua harta kekayaan debitor. Hal ini berarti benda jaminan tidak diperuntukkan bagi kreditor tertentu dan dari hasil penjualannya dibagi diantara para kreditor seimbang dengan piutang-piutang masing-masing.

Selanjutnya ditambahkan oleh Frieda Husni Hasbullah79 bahwa Pasal 1131 KUH Perdata ini dapat menimbulkan dua kemungkinan yaitu pertama adalah kebendaan tersebut sudah cukup memberikan jaminan kepada kreditor jika kekayaan debitor paling sedikit (minimal) sama ataupun melebihi jumlah hutang-hutangnya, artinya hasil bersih penjualan harta kekayaan debitor dapat menutupi atau memenuhi seluruh hutang-hutangnya, sehingga semua kreditor akan menerima pelunasan piutang masing-masing, karena pada prinsipnya semua kekayaan debitor dapat dijadikan pelunasan hutang.

78 Frieda Husni Habullah 2005. Hukum kebendaan Perdata, Hak-Hak Yang Memberi Jaminan, Ind Hill Co, Jakarta, Hal 8

79 Ibid, Hal 8-9

71 Adapun kemungkinan kedua adalah harta benda debitor tidak cukup memberikan jaminan kepada kreditor dalam hal nilai kekayaan debitor itu kurang dari jumlah hutang-hutangnya atau bila pasivanya melebihi aktivanya. Hal ini dapat terjadimungkin karena harta kekayaannya menjadi berkurang nilainya, atau apabila harta kekayaan debitor dijual kepada pihak ketiga semntara hutang-hutangnya belum dibayar lunas. Atau dapat juga terjadi ada lebih dari seorang kreditor melaksanakan eksekusi, sementara nilai kekayaan debitor hanya cukup untuk menutupi satu piutang kreditor.

Selain itu, dikenal pula adanya jaminan khusus, untuk mengatasi kelemahan yang ada pada jaminan umum. Jaminan khusus ini dapat diketahui adanya dalam Pasal 1132 KUHPerdata peluang untuk mengadakan jaminan yang diperjanjikan secara khusus, oleh karenanya disebut sebagai jaminan khusus. Pada Pasal 1132 KUH Perdata yang memberikan pengecualian diantara para kreditor karena ada alasan yang sah untuk didahulukan.

Dengan kata lain ada kreditor yang diberikan kedudukan yang lebih didahulukan dalam pelunasan piutangnya dibanding kreditor-kreditor lainnya.

Jaminan khusus bertujuan memberikan manfaat khusus baik bagi debitor maupun bagi kreditor, antara lain yaitu:

72 1. Jaminan khusus dapat menjamin terwujudnya penrjanjian

pokok atau perjanjian hutang piutang.

2. Jaminan khusus melindungi kreditor dari kerugian jika kreditor wanprestasi.

3. Menjaminan agar kreditor mendapatkan pelunasan dari benda-benda yang dijaminkan.

4. Merupakan suatu dorongan bagi debitor agar sungguh-sunguh menjalankan usahanya atas biaya yang diberikan kreditor.

5. Menjamin agar debitor melaksanakan prestasi yang diperjanjikan sehingga dengan sendirinya dapat menjamin bahwa hutang-hutang debitor dapat dibayar lunas.

6. Menjamin debitor berperan serta dalam transaksi yang dibiayai pihak kreditor.80

Adapun Jaminan khusus ini, dapat dibagi 2 yaitu : 1. Jaminan kebendaan dan

2. Jaminan Perorangan.

Keberadaan jaminan atau agunan (collateral) dalam bidang perkreditan dipandang penting meski tidak dapat dikatakan mutlak.

Memang pada prinsipnya tidak selalu pengucuran kredit oleh bank harus disertai dengan adanya syarat agunan, sebab jaminan sudah dianggap ada dengan melihat peluang dan prospek usaha yang

80 Ibid. Hal 20

73 baik (prospektif) calon debitor. Namun, “siapa yang mampu meramal (forecast)keberuntungan seseorang esok hari”, karena perlu diperhatikan bahwa pengucuran kredit tanpa disertai agunan berarti memperbesar tingkat risiko (degree of risk) yang harus dihadapi bank.81

Black”s Law Dictionary menyebutkan arti jaminan (security) adalah:

The term is usualy applied to an obligation, pledge, mortgage, deposit, lien, etc. Given by a debtor in order to make sure the payment or performance of his debt, by furnishing the creditor with a resource to be used in case of failure in the principal obligation. The name is also sometimes given to one who becomes surety or guarantor for another.82

Jaminan merupakan tindakan preventif untuk mengamankan hutang debitor yang telah diberikan oleh kreditor yaitu dengan cara menjaminkan kekayaan debitor agar debitor memenuhi kewajiban untuk membayar kembali atau dengan adanya kesanggupan pihak ketiga untuk memenuhi prestasi debitor.83

Mengenai jenis jaminan kredit dibedakan menjadi :

1) Jaminan lahir karena undang-undang adalah jaminan yang keberadaannya karena ditentukan oleh undang-undang tidak perlu diperjanjikan antara kreditor dan debitor. Jaminan yang

81 Ibid. h.63

82 Bryan A.Garner, Black’s Law Dictionary, Eeighth Edition, West Publishing Co, USA, 2004,h.1314-1315

83 Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, Citra Aditya Bakti, Jakarta,1996,h.201 (selanjutnya disingkat dengan Djuhaendah Hasan I)

74 lahir karena undang-undang merupakan jaminan umum sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 BW bahwa segala kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.

2) Jaminan lahir karena diperjanjikan adalah keberadaannya karena diperjanjikan terlebih dahulu antara kreditor dan debitor. Jaminan yang lahir karena perjanjian merupakan jaminan khusus dapat berupa jaminan perorangan (Borgtocht/Personal Guarantee) yang diatur dalam Pasal 1820-1850 KUH Perdata atau jaminan kebendaan yaitu ada benda tertentu yang disediakan oleh debitor atau pihak ketiga sebagai jaminan.

Pemberian jaminan merupakan tindakan preventif untuk mengamankan utang debitur kepada kreditor dengan cara menjadikan kekayaan debitor sebagai jaminan untuk memenuhi kewajiban membayar kembali utangnya, atau dengan kesanggupan pihak ketiga untuk memenuhi pestasi debitor.

Adapun benda yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan adalah berupa benda yang memenuhi syarat yaitu memiliki nilai ekonomis dan dapat dipindah tangankan, benda (zaak) mempunyai pengertian yang luas yaitu segala sesuatu yang dapat dihaki oleh

75 orang. Pada Pasal 499 KUH Perdata diberikan pengertian tentang benda “ yang dinamakan kebendaan ialah tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik”. Jadi cakupannya sangat luas karena istilah benda (Zaak) didalamya terdapat istilah barang (goed) dan hak (recht). Barang mempunyai pengertian bersifat konkrit (berwujud) dalam arti dapat dilihat, diraba misalnya buku, meja dan lain-lain, sedangkan hak menunjuk pada pengertian benda yang tidak berwujud misalnya piutang-piutang seperti piutang atas nama, hak milik intelektual seperti hak cipta, hak merk dan hak paten.

Pembagian benda dalam KUH Perdata relatif lebih banyak dan cukup rinci bila dibandingkan dengan pembagian benda menurut hukum adat yang cukup sederhana yaitu benda berupa tanah dan benda bukan tanah.

Salah satu jenis benda yang dapat dijadikan objek jaminan adalah Piutang, bilamana piutang dijadikan sebagai objek jaminan maka lembaga jaminan yang dipergunakan adalah lembaga jaminan gadai dan fidusia. Objek gadai adalah benda bergerak sebagaimana diatur pada Pasal 1150 KUH Perdata, yaitu meliputi benda bergerak berwujud dan benda bergerak tidak berwujud misalnya piutang (lihat Pasal 1152 jo.1153KUH Perdata). Objek jaminan fidusia sebelum berlakunya UUJF pada umumnya merupakan benda-benda bergerak yang terdiri dari benda

76 inventory, benda dagangan, piutang, peralatan mesin dan kendaraan bermotor. Namun sejak berlakunya UUJF pengertian jaminan fidusia diperluas sehingga yang menjadi objek jaminan fidusia mencakup benda benda bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud serta benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan menurut UUHT Atas Tanah Beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah. Pada Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia disebutkan bahwa Benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan,baik benda itu berwujud maupun tidak berwujud, terdaftar maupun tidak terdaftar, bergerak maupun tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan atau hipotik.

Apabila diperhatikan pengertian benda yang dapat menjadi objek jaminan fidusia tersebut, maka yang dimaksud dengan benda adalah termasuk juga piutang (account receivebles). Berdasarkan uraian diatas maka yang akan dikaji dalam penulisan ini adalah tentang bangunan rumah panggung sebagai objek jaminan.