• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Metode Pembiasaan 1. Pengertian Metode Pembiasaan 1.Pengertian Metode Pembiasaan

TINJAUAN PUSTAKA

B. Konsep Dasar Metode Pembiasaan 1. Pengertian Metode Pembiasaan 1.Pengertian Metode Pembiasaan

a. Metode.

Metode berasal dari kata “Method” yang berarti cara, menurut Kamus Ilmiah Popular Internasional, “Method” atau metode berarti cara yang disusun secara teratur, mapan, sistematis sebagai landasan untuk suatu kegiatan tertentu atau pelaksanaan sesuatu. Metode juga diartikan sebagai cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Moeslichatoen (2004) menegaskan metode merupakan dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.

Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa metode merupakan cara atau strategi yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan supaya apa yang diinginkan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

b. Pembiasaan

Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar (2007) menuliskan mengenai pembelajaran pembiasaan. Pembiasaan adalah sesuatu perbuatan atau keterampilan tertentu secara terus menerus dan konsisten untuk

waktu yang cukup lama, sehingga perbuatan atau keterampilan itu benar-benar dikuasai dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan, dan dalam ilmu psikologi proses pembiasaan disebut “Conditioning”. Proses ini akan menjadi kebiasaan (habit), dan kemampuan (ability), yang kemudian akan menjadi sifat pribadi (personal habit) yang nampak dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Pembiasaan (habituation) merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang.Mulyasa (2012) menyatakan bahwa kebiasaan yang baik harus ditanamkan pada anak mulai sejak dini, sehingga anak memiliki kesadaran, kepekaan, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupannya sehari-hari.

Kebiasaan terbentuk karena sesuatu yang dibiasakan, sehingga kebiasaan dapat diartikan sebagai hasil dari pengetahuan yang anak didapatkan dari orang lain, dan diterapkan melalui perbuatan atau ketrampilan secara terus menerus, secara konsisten untuk waktu yang lama, sehingga perbuatan dan keterampilan itu benar-benar bisa diketahui dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Anak melihat orang lain bagaimana menyapa orang dewasa dengan sopan misalnya. Berdasarkan pengalaman ini anak-anak mempraktikan cara menyapa yang sopan pada orang dewasa. Bila hal ini terus diulang akan menjadi suatu kerampilan bagi anak bagaimana menyapa yang sopan dan akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan yang menetap dalam diri anak.

2. Bidang Pengembangan Pembentukan Perilaku Melalui Pembiasaan

Pembentukan tingkah laku melalui pembiasaan dilakukan secara terus menerus dalam kehidupan anak sehari-hari sehingga anak menjadi kebiasaan yang baik (Moeslichatoen:2004). Pembentukan perilaku melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang (Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanan dan Sekolah Dasar, Jakarta :2007). Adapun bidang pengembangan pembentukan perilaku melalui pembiasaan menurut Isjoni (2010) meliputi:

a. Aspek perkembangan moral dan agama. Program pengembangan moral dan nilai-nilai agama anak diharapkan akan meningkatkan ketagwaan anak terhadap Tuhan yang MahaEsa dan membantu terbinanya sikap anak yang baik. Melalui pembentukan perilaku anak dikenalkan dengan aturan, mengenal sopan santun, salah, dan baik dan buruk dalam berperilaku.

b. Aspek perkembangan sosial emosional. Program pengembangan sosial dan emosional diharapkan anak dapat memiliki sikap membantu orang lain, dapat mengendalikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan. Selain itu dari aspek sosial secara interpersonal, anak mampu bermain bersama teman, dapat bergantian dan antri, bisa memberi dan menerima bantuan dari teman. Secara personal anak mau merespon dan menjawab pertanyaan, mau mengekspresikan diri di kelas, mau bertanya, dapat makan sendiri, memakai baju sendiri. Kemudian dari aspek emosional, anak memiliki rasa sayang pada teman, orang tua, saudara, dan juga guru. Anak juga memiliki rasa empati, dan dapat mengontrol emosi, marah, dan sebagainya.

Kesimpulan dari uraian di atas bahwa bidang pengembangan pembentukan perilaku melalui pembiasaan terdiri dari aspek perkembangan moral, agama, sosial, dan emosional. Pembentukan tingkah laku ini harus dilakukan secara terus menerus dalam kehidupan anak sehari-hari.

Ditinjau dari perkembangan anak, pembentukan tingkah laku disiplin melalui pembiasaan hendaknya lebih banyak dinyatakan dalam perbuatan dan tidak dalam ucapan saja. Hal ini bisa dilakukan seperti yang dijelaskan Hurlock ( dalam Moeslichatoen 2004) dengan cara:

a. Mendorong anak bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan

b. Tingkah laku yang diharapkan apabila dilakukan anak akan memberikan konsekuensi yang menyenangkan, sedang tingkah laku yang tidak diharapkan akan menimbulkan penyesalan pada diri anak.

c. Tingkah laku yang diharapkan apabila dibina secara terus menerus pada saatnya akan terjadi dengan dirinya, atas prakarsa anak sendiri meskipun tidak ada pengawasan dari guru.

d. Anak perlu mendapat kesempatan untuk mengubah tingkah laku yang tidak diharapkan itu.

Pembentukan tingkah laku melalui pembiasaan dinyatakan dalam perbuatan dan tidak dalam ucapan saja, akan membantu anak bertumbuh dan berkembang secara seimbang. Artinya memberikan rasa puas terhadap diri sendiri dan dapat diterima oleh masyarakat. Memungkinkan terjadinya hubungan yang baik antar pribadi yang baik, saling percaya, dan bekerja sama untuk kepentingan bersama.

3. Proses Pembiasaan

Wibowo (2013) menegaskan bahwa anak adalah peniru yang ulung. Proses pembiasaan berawal dari peniruan, selanjutnya dilakukan pembiasaan di bawah bimbingan orang tua, dan guru pembimbing. Bila sudah menjadi kebiasaan yang tertanam di dalam hati, anak akan sulit untuk berubah dari kebiasaannya itu. Misalnya anak akan mengucapkan terima kasih setelah menerima pemberian dari orang lain. Anak tidak akan berpikir panjang apakah mengucapkan terimakasih atau tidak, atau berpikir menunggu untuk disuruh oleh orang tua kemudian melakukan. Namun karena kebiasaan mengucapkan terima kasih itu sudah merupakan perilaku yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih dahulu, berlangsung begitu saja tanpa dipikirkan lagi anak akan melakukan. Kebiasaan mengucapkan terima kasih ini berawal dari anak yang meniru apa yang dilakukan oleh orang lain.

Wibowo (2013) menegaskan bahwa pada dasarnya anak itu cenderung meniru perilaku orang tua, untuk itu proses pembiasaan bagi anak membutuhkan keteladanan dari orang tua. Orang tua adalah faktor utama dalam keberhasilan pendidikan karakter di dalam keluarga. “Air cucuran atap, jatuhnya kepelimbahan juga” demikian kata pribahasa yang erat kaitannya dengan teladan orang tua atas anak. Menurut pribahasa ini, perilaku atau apa saja dari orang tua akan menurun dan diikuti anaknya. Semua aktivitas orang tua dipantau oleh anak dan dijadikan model. Pendek kata, semua perilaku orang tua termasuk kebiasaan buruk akan mudah ditiru oleh anak. Keteladanan dari orang tua, akan menjadi semacam blue print bagi anak dalam bertindak. Seorang anak tidak lagi menyaring apakah teladan orang tuanya itu baik atau buruk karena anak itu seperti spons yang akan menyerap setiap tindakan orang tuanya.

Keteladanan dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti hal yang dapat ditiru atau contoh. Keteladanan merupakan kata yang positif, sehingga hal-hal yang mengikuti adalah perilaku, sikap, maupun perbuatan yang baik. Keteladanan terdapat unsur mengajak anak secara tidak langsung, sehingga terkadang kurang efektif karena anak belum bisa menangkap apa yang diteladankan oleh orang tuanya, maka perlu diimbangi dengan pembiasaan yang secara langsung. Pembiasaan yang secara langsung mengarahkan pada suatu perilaku, sikap maupun perbuatan yang diharapkan. Misalnya orang tua memberi teladan berdoa mau tidur dan setelah bangun tidur. Anak melihat apa yang yang dilakukan oleh orang tuannya, namun belum tentu anak mengerti apa yang dilakukan oleh orantuanya ini, untuk itu orang tua perlu menyampaikan kepada anak apa diteladankannya dan berusaha membiasakan anak untuk berdoa sebelum tidur dan setelah bangun tidur.

Moeslichatoen (2004) menjelaskan bahwa proses pembiasaan sebenarnya suatu tingkah laku yang dilakukan secara terus menerus. Artinya yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang dilakukan berulang-ulang dan akhirnya menjadi kebiasaan. Pembiasaan harus diterapkan dalam kehidupan keseharian anak usia dini, sehingga apa yang dibiasakan terutama yang berkaitan dengan perilaku-perilaku yang baik dapat membentuk anak yang berkarakter baik. Misalnya saat makan bersama ada teman yang tidak membawa, anak mau berbagi kepada teman yang tidak membawa makanan. Bila anak tidak memberi, maka guru mengingatkan agar anak mau berbagi makanan kepada teman yang tidak membawa.

Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Pembiasaan sikap dan perilaku yang terus menerus akan menjadi

kebiasaan yang bersifat menetap dan otomatis, yang kemudian akan menjadi karakter yang nampak dalam kehidupan sehari-hari.

Akhirnya, dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan diadakannya metode pembiasaan bagi anak usia dini yaitu, untuk melatih serta membiasakan anak secara konsisten dan terus menerus untuk suatu tujuan, sehingga perilaku yang baik benar-benar tertanam pada diri anak dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan di kemudian hari. Proses pembiasaan ini membutuhkan keteladanan dan bimbingan dari orang tua dan guru pembimbing.

4. Dasar dan Tujuan Pembiasaan a. Dasar Pembiasaan

Penyelenggaraan taman kanak-kanak tentu saja mempunyai arti dan manfaat yang tidak sedikit. Suatu konsep pendidikan yang dilaksanakan oleh sebagian besarnya oleh masyarakat dan diperuntukkan bagi anak usia dini sebelum pendidikan dasar, sungguh merupakan tindakan yang luar biasa. Penyelenggaraan pendidikan pra sekolah atau taman kanak-kanak ini juga mendapatkan perhatian dan pengayoman yang sah dari pihak pemerintah. Bentuk perhatian dan pengayoman akan pendidikan pra sekolah ini adalah:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

2. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0125/U/1994 tentang Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak dan Keputusan Mendikbud Nomor 002/U/1995 tentang Perubahan Kepmendikbud Nomor 0125/U/1994.

3. SK Dirjen Dikdasmen No 399a/C.C2/Kep/DS/2004 tanggal 2 Agustus 2004 tentang Implementasi terbatas Kurikulum TK dan SD.

b. Tujuan Pengembangan Pembiasaan

Tujuan pengembangan pembiasaan adalah menfasilitasi anak untuk menampilkan totalitas pemahaman ke dalam kehidupan sehari-hari, baik di TK maupun di lingkungan yang lebih luas (keluarga, kawan, masyarakat). Bidang pengembangan pembiasaan meliputi aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, serta perkembangan sosial, emosional dan kemandirian. Aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar menjadi warga negara yang baik. Sedangkan aspek perkembangan sosial, emosional dan kemandirian bertujuan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun orang dewasa dengan baik serta menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup (Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanan dan Sekolah Dasar, Jakarta :2007).

Pengembangan pembentukan perilaku melalui pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Bidang ini meliputi aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, pengembangan sosial emosional dan kemandirian. Program perkembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan anak kepada Tuhan Yang Maha Esa. Program sosial emosional dan kemandirian diharapkan anak dapat memiliki sikap membantu orang lain, dapat mengendalikan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya. (Isjoni:2010)

Jika demikian pengembangan pembiasaan mempunyai tujuan agar anak memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepatdan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan di mana anak itu berada. Selain itu, secara tepat dan positif perilakunya dapat selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religiusmaupun tradisional dan kultural.

c. Fungsi

Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanan dan Sekolah Dasar (2007) menyatakan bidang pengembangan pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun fungsi pengembangan pembiasaan yang dilakukan di taman kanak-kanak adalah menfasilitasi anak untuk:

1. Menyadari atau mengenal perilaku yang dikehendaki dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya anak menyadari dan mengenal siapa dirinya, laki-laki atau perempuan.

2. Mentolerir adanya ragam perilaku yang mencerminkan adanya keragaman nilai. Misalnya anak mempunyai kemampuan untuk menghormati orang lain yang memiliki keyakinan lain.

3. Menerima perilaku yang dikehendaki dan menolak perilaku yang tidak dikehendaki, baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Misalnya anak mau untuk meminta maaf ketika salah dan mau memberi maaf kepada orang lain yang meminta maaf padanya.

4. Memilih perilaku yang mencerminkan nilai-nilai yang dikehendaki, misalnya disiplin, mandiri, sopan, ramah, hormat, dan menghargai orang lain.

5. Menginternalisasi nilai-nilai yang baik sebagai bagian dari kepribadian yang menuntun perilaku sehari-hari. Misalnya menyapa dan memberi salam pada orang lain, menolong teman yang membutuhkan bantuannya.

Fungsi pengembangan pembiasaan yang dilakukan di taman kanak-kanak dengan berbagai fasilitas yang telah diuraikan diatas, akan menumbuhkan dan mengembangkan untuk menjadi pribadi yang berkualitas. Melalui kehidupannya sehari-hari anak dibimbing dan didik untuk menyadari segala perilaku-perilakunya dan mengkonkritkan nilai-nilai yang baik dalam kehidupannya.

C. Konsep Dasar Metode Pembiasaan pada Pengembangan Karakter