• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

F. Anak Usia Dini

3. Tugas Perkembangan Anak Usia Dini

Pada masa usia dini, anak membutuhkan pemberian layanan yang optimal dari orang dewasa, lebih lanjut perlu secara khusus memahami berbagai karakteristis perkembangannya. Isjoni (2010) menjelaskan bahwa secara khusus perlulah memahami bagaimana perkembangan anak usia pra sekolah, yaitu dengan memahami karakteristik masing-masing aspek perkembangannya. Adapun karakteristik masing-masing aspek perkembangan anak usia dini menurut Mulyasa (2012) adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan Fisik dan Motorik

Perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik, sesuai dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang. Gerakan-geraknya sudah selaras dengan kebutuhan dan minatnya, serta cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Usia dini masa yang tepat untuk

mengajarkan berbagai keterampilan motorik seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, dan bermain bola.

Perkembangan fisik dan motorik anak cenderung mengikuti pola yang relative sama sehingga dapat diramalkan, normal atau menghambat. Meskipun demikian, terdapat perbedaan laju perkembangan antara anak yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak ada dua individu yang sama persisi, baik dalam pertumbuhan fisik maupun motoriknya

Terdapat karakteristik yang sangat menonjol dan berbeda ketika anak mencapai tahapan pra sekolah dan kelompok bermain dengan usia bayi. Perbedaan tersebut terletak pada penampilan, porposi tubuh, berat, panjang badan serta keterampilannya. Pada umumnya anak usia pra sekolah dan kelompok bermain memiliki sifat hangat dan aktif, mereka memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukannya sendiri. Meskipun demikian, mereka tetap memerlukan waktu istirahat yang cukup mengingat aktivitas yang dilakukan oleh mereka pada masa ini sangat memerlukan energi yang besar.

b. Perkembangan Kognitif

Kognitif sering disinonimkan dengan intelektual karena prosesnya banyak berhubungan dengan berbagai konsep yang telah dimiliki anak dan berkenaan dengan kemampuan anak dalam memecahkan suatu masalah. Memecahkan masalah dari yang sederhana merupakan langkah yang kompleks pada diri anak, yang sebelumnya perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara pemecahannya.

Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebagian besar ativitas belajar selalu berhubungan dengan mengingat dan berpikir. Piaget, tokoh Psikologi Kognitif yang memandang anak sebagai partisipan aktif di dalam proses perkembangan. Piaget menyakini bahwa anak harus dipandang seperti ilmuwan yang sedang mencari jawaban dalam upaya melakukan eksperimen terhadap dunia untuk melihat apa yang terjadi.

Anak usia dini masa pra sekolah atau kelompok bermain sudah mampu berpikir dengan menggunakan simbol, berpikiran masih dibatasi oleh persepsi. Mereka meyakini apa yang dilihatnya, dan hanya terfokus pada satu dimensi terhadap satu objek dalam waktu yang sama, serta berpikirnya masih memusat dan kaku. Anak sudah mulai mengerti dasar-dasar mengelompokkan sesuatu atas dasar satu dimensi seperti atas kesamaan warna, bentuk, dan ukuran.

Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa pada masa pra sekolah anak sudah mampu berpikir dengan menggunakkan simbol. Meskipun cara berpikir mereka masih dibatasi oleh persepsi serta masih bersifat memusat dan kaku, namun mereka sudah mulai mengerti bagaimana mengklasifikasi sesuatu berdasarkan pemahaman mereka yang masih sederhana.

c. Perkembangan Emosi

Pada tahap ini emosi anak usia dini lebih rinci atau anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan dan sering berebut perhatian guru. Pada masa ini anak mampu melakukan partisipasi dan mengambil inisiatif dalam kegiatan fisik. Anak sering memiliki keraguan untuk memilih antara apa yang ingin dikerjakan dengan apa

yang harus dikerjakan. Ciri khas emosi anak adalah emosinya kuat, sifat tersebut seringkali tampak, emosinya bersifat sementara atau labil, dan emosi tersebut dapat diketahui melalui perilaku anak.

Ekpresi emosi anak mudah berubah dari satu bentuk ekpresi ke bentuk ekspresi lainnya. Anak dalam situasi gembira tiba-tiba berubah menjadi marah karena ada sesuatu yang dirasakan tidak menyenangkan, sebaliknya ketika dalam keadaan marah, melalui bujukan yang menyenangkan bisa berubah menjadi riang.

d. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial berhubungan dengan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana ank itu berada. Perkembangan sosial anak merupakan hasil belajar, bukan hanya sekadar kematangan. Perkembangan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon terhadap dirinya. Bagi anak TK, kegiatan bermain menjadikan fungsi sosial anak semakin berkembang.

Ciri sosial anak usia pra sekolah sudah mulai mudah bersosialisasi dengan lingkungannya. Pada masa ini juga muncul kesadaran anak akan konsep diri yang berkenaan dengan “ Gender“ yang mana anak telah mampu memahami perannya sebagai anak perempuan dan sebagai anak laki-laki. Oleh karena itu, salah satu keuntungan pendidikan pra sekolah adalah dapat memberikan pengalaman sosial di bawah bimbingan guru yang dapat membantu mengembangkan hubungan sosial yang menyenangkan.

e. Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi. Pengertian ini tercakup pada semua cara untuk berkomunikasi, sehingga pikiran an perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat, bunyi, lambing, dan gambar.

Anak usia dini biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunkkan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan bernyanyi. Sejak usia dua tahun anak menunjukkan minat untuk menyebut nama benda. Minat tersebut terus berkembang sejalan dengan bertambahnya usia dan menunjukkan bertambah pula perbendaharaan kata. Perbendaharaan kata yang dimiliki anak mampu berkomunikasi dengan lingkungannya yang lebih luas.

f. Perkembangan Moral

Saat mempelajari perilaku moral, terdapat empat pokok utama, yaitu (a) mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok sosial terhadap anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan; (b) mengembangkan hati nurani; (c) belajar mengalami perasaan bersalah bila perilakunya tidak sesuai dengan harapan kelompok.

g. Perkembangan Spiritual

Perkembangan spiritual sangat tergantung pada lingkungan keluarga yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama keturunan (orang tua),

pembiasaan dan lingkungan. Oleh karena itu sebagai orang tua atau guru harus melakukan pembiasaan, dan menyediakan lingkungan yang kondusif.

Pada anak usia dini aspek perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial, bahasa, moral, dan spiritual dalam perkembangannya sangat membutuhkan perhatian yang besar dari orang tua, guru atau orang-orang dewasa yang tinggal disekitarnya. Semua dimaksudkan supaya anak siap untuk menerima kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan, dan anak juga dibina supaya dalam perilaku sosialnya berkembang dengan baik, karena itu yang akan menentukan kepribadiannya. Selain itu dari aspek moral hendaknya mendapatkan bimbingan supaya anak dapat menentukan suatu pilihan mana yang benar dan mana yang salah dari suatu masalah atau peristiwa, dan dari aspek spiritual orang tua atau guru harus melakukan pembiasaan untuk mengembangkan spiritual anak, dan menyediakan lingkungan yang kondusif seperti misalnya suasana kelas yang tenang saat berdoa.

BAB III