• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dimensi Pengembangan Karakter Disiplin pada Anak 1. Pengertian Disiplin

5. Unsur-Unsur Disiplin

Bila disiplin diharapkan mampu mendidik untuk berperilaku sesuai dengn standar yang ditetapkan kelompok masyarakat di mana anak tinggal, maka ia harus mempunyai unsur-unsur disiplin. Seperti dijelaskan oleh Hurlock (1992) bahwa ada empat unsur disiplin, yaitu peraturan, hukuman, konsistensi, dan penghargaan.

a. Peraturan

Unsur pertama disiplin adalah peraturan. Peraturan merupakan pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola itu mungkin ditetapkan oleh orang tua, guru, atau teman bermain. Tujuannya ialah untuk membekali anak dengan pedoman

perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Hal peraturan di sekolah misalnya, peraturan mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu di kelas, koridor sekolah, atau lapangan bermain sekolah.

Demikian juga, peraturan di rumah mengajarkan anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan di rumah atau dalam hubungan dengan anggota keluarga. Misalnya, tidak boleh mengambil milik saudara, tidak boleh membantah nasehat orang tua dan tidak boleh lalai merapikan kembali mainan yang dipakai untuk bermain.

Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok masyarakat. Misalnya, anak belajar dari peraturan tentang member dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa menyerahkan tugas yang dibuatnya sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat diterima di sekolah untuk menilai prestasinya. Peraturan juga membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Bila merupakan peraturan keluarga bahwa anak tidak boleh mengambil mainan milik saudaranya tanpa sepengetahuan atau seijin dari saudaranya tersebut, anak segera belajar bahwa hal ini dianggap perilaku yang tidak diterima karena mereka dimarahi bila melakukan tindakan terlarang ini.

Agar peraturan dapat berfungsi dengan baik, maka peraturan itu harus dimengerti, diingat dan diterima oleh anak. Bila peraturan diberikan dalam kata-kata yang tidak dimengerti atau hanya sebagian dimengerti, peraturan itu tidak berharga sebagai pedoman perilaku dan gagal mengekang perilaku yang tidak diijinkan.

b. Hukuman

Unsur kedua disiplin ialah hukuman. Hukuman untuk perbuatan yang salah hanya dapat dibenarkan bila hukuman mempunyai nilai pendidikan, dan pada waktu anak memahami arti kata dengan cukup baik untuk mengerti peraturan, penjelasan verbal harus menggantikan hukuman.

Hukuman mempunyai fungsi menghalangi. Hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan dihukum, anak akan urung melakukan tindakan tersebut. Selain itu hukuman mempunyai fungsi mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dangan mendapat hukuman karena melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan tindakan yang diperbolehkan.

Hukuman juga mempunyai fungsi memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. Pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan tersebut. Bila anak mampu mempertimbangkan tindakan alternatif dan akibat masing-masing alternatif, mereka harus belajar memutuskan sendiri apakah suatu tindakan yang salah cukup menarik untuk dilakukan. Jika mereka memutuskan tidak, maka mereka akan mempunyai motivasi untuk menghindari tindakan tersebut.

Hukuman mempunyai tujuan untuk mendidik, menghalangi,dan memberi motivasi. Misalnya, apakah hukuman itu memberitahu anak mengapa suatu tindakan itu salah atau memberitahu mereka bahwa mereka adalah anak-anak yang nakal. Apabila seperti sering terjadi pada hukuman badan, hukuman ini

mengisyarakatkan bahwa orang dewasa mempunyai hak memukul anak kecil, hukuman itu akhirnya tidak mempunyai fungsi mendidik, yang seharusnya memberitahukan pada anak mengapa tindakan tertentu itu salah dan karenannya tidak boleh diulang. Sebaliknya, mengajar anak-anak beranggapan bahwa orang dewasa mempunyai hak memukul anak yang lebih kecil, maka keyakinan ini akan menyebabkan munculnya anak-anak yang suka menteror anak yang lebih lemah. Jika hukuman yang digunakan membuat anak suka melawan dan bersikap bermusuhan, motivasi untuk mencoba bersikap lebih baik akan hilang. Sebaliknya, anak akan berusaha membalas, walaupun mungkin dengan memproyeksi rasa marah dan sikap permusuhan pada korban yang tidak bersalah alih-alih pada orang yang menghukumnya. Karena pengaruh psikologis hukuman badan potensial membahayakan, kini disadari hukuman badan sebaiknya tidak digunakan.

c. Penghargaan

Unsur ketiga disiplin ialah penggunaan penghargai. Istilah penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung.

Penghargaan mempunyai peranan penting dalam mengajar anak berperilaku sesuai dengan cara yang direstui masyarakat. Penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Penghargaan mengisyaratkan pada anak bahwa perilakunya baik. Penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara social. Anak bereaksi dengan positif terdapat persetujuan yang dinyatakan dengan

penghargaan. Penghargaan juga mempunyai fungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara social, dan tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulang perilaku.

Penghargaan bertindakan sebagai sumber motivasi yang kuat bagi anak untuk melanjutkan usahanya untuk berperilaku sesuai dengan harapan. Sepanjang masa kanak-kanak, penghargaan mempunyai nilai pendidikan yang penting. Imbalan mengatakan pada mereka bahwa perilaku mereka sesuai dengan harapan social dan motivasi mereka untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara social ini. Jadi penghargaan merupakan agen pendorong untuk perilaku yang baik.

d. Konsistensi

Unsur keempat disiplin ialah konsistensi. Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Ia tidak sama dengan ketetapan, yang berarti tidak adanya perubahan. Sebaliknya, artinya ialah suatu kecenderungan menuju kesamaan. Contoh, bila anak pada suatu hari dihukum untuk suatu tindakan dan pada lain hari tidak, mereka tidak akan mengetahui apa yang benar dan apa yang salah. Bila suatu tindakan dihargai hari ini dan tidak dihargai lain kali, nilai pendorong dari pengahrgaan akan hilang.

Konsistensi dalam disiplin mempunyai peran yang sangat penting. Konsistensi mempunyai nilai mendidik. Bila peraturannya konsisten, maka proses belajar akan terpacu. Hal ini disebabkan karena pendorongnya. Sebagai contoh, jauh lebih mudah anak akan belajar peraturan “Kamu tidak boleh mengambil milik seseorang tanpa meminta ijinnya terlebih dulu,” daripada bila anak diijinkan mengambil mainan saudaranya tanpa ijinnya dan kemudian mendapatkan hukuman.

Konsistensi juga mempunyai nilai motivasi yang kuat. Anak akan menyadari bahwa penghargaan selalu mengikuti perilaku yang disetujui dan hukuman selalu mengikuti perilaku yang dilarang, maka anak akan mempunyai keinginan yang lebih besar untuk menghindari tindakan yang dilarang dan melakukan tindakan yang disetujui. Selain itu konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa. Anak kecil pun bisa kurang menghargai orang dewasa, jika orang dewasa tidak konsisten dalam memberikan suatu peraturan dalam tindakan.

Konsistensi memacu proses belajar dan membantu anak belajar peraturan dan menggabungkan peraturan tersebut kedalam aspek moral. Hasilnya, anak-anak yang terus diberi pendidikan moral yang konsisten cenderung secara keseluruhan menjadi lebih matang secara moral dibandingkan dengan teman sebaya mereka yang mendapat pendidikan moral yang tidak konsisten.

Pengetahuan yang diberikan di rumah maupun di sekolah yang konsisten, akan menciptakan dalam diri anak rasa hormat terhadap orang tua dan guru. Lebih penting lagi, anak yang mendapat disiplin yang konsisten mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk berperilaku menurut standar yang disetujui secara social daripada mereka yang disiplin dengan tidak konsisten.

Peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi menjadi empat unsur pokok, bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan kelompok masyarakat di mana anak tinggal. Unsur-unsur disiplin ini sangat penting diketahui oleh orang tua atau pun guru, supaya mereka tidak salah dalam

membimbing dan mendidik anak untuk menjadi pribadi yang memiliki karakter disiplin.