• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA :

4.5. Konsep Operasional

Pengertian dari beberapa konsep yang digunakan, disajikan berikut ini : 1. Dalam penelitian ini kata ‘keluarga’ dan ‘rumahtangga’ dipertukarkan

penggunaannya. Keduanya menunjukkan suatu unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terikat oleh adanya suatu hubungan perkawinan, darah atau adopsi, maupun yang tidak ada hubungan seperti itu, tetapi tinggal serumah dan keperluan hidupnya menjadi tanggung jawab kepala keluarga tersebut.

2. Gender adalah pembedaaan perempuan dan laki-laki dilihat dari sifat, peran dan tanggung jawab yang sepantasnya dilakukan laki-laki maupun perempuan, yang ada dan berlaku dalam budaya masyarakat Kabupaten Konawe Selatan, bukan berdasarkan perbedaan biologis diantara keduanya. Dalam penelitian ini, analisis gender hanya dilakukan untuk suami dan isteri dalam setiap rumahtangga responden. Perempuan dan laki-laki lainnya dalam rumahtangga (anak dan anggota keluarga lainnya), tidak menjadi responden dalam penelitian ini.

3. Bentuk peran gender dalam penelitian ini adalah alokasi waktu dan sumbangan pendapatan suami dan isteri dari kegiatan produktif dan reproduktif.

4. Kesetaraan gender adalah kondisi kesetaraan dalam peran, fungsi dan tanggung jawab dalam rumahtangga oleh suami dan isteri di Kabupaten Konsel.

5. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

6. Daerah Rawan Pangan adalah suatu daerah atau wilayah yang secara terus menerus atau secara periodik diamati, ditemu-kenali mengalami masalah kerawanan pangan. Dalam penelitian ini, pembedaan kecamatan dan desa rawan pangan berdasarkan pada kriteria (1) prevalensi gizi kurang pada Balita, (2) persentase keluarga miskin, dan (3) rasio produksi pangan beras terhadap kebutuhan pangan penduduk. Dalam penelitian ini istilah daerah atau rumahtangga ‘rawan pangan’ disamakan artinya dengan istilah ‘tidak tahan pangan’, sehingga penggunaannya dipertukarkan.

7. Kerawanan pangan adalah kondisi masyarakat atau rumahtangga di suatu daerah/wilayah yang tingkat ketersediaan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian besar masyarakat.

8. Umur perempuan (Up) dan laki-laki (Ul) adalah usia respoden perempuan dan laki-laki pada saat penelitian (tahun).

9. Umur saat menikah untuk perempuan (UMp) dan laki-laki (Uml) adalah usia responden perempuan dan laki-laki saat pertama kali menikah (tahun),

dibagi dalam dua kelompok umur yaitu bila menikah pada usia ≤ 19 tahun=1, lainnya=0; bila usia di atas 19 tahun=1, lainnya=0).

10. Pendidikan responden perempuan (PddP) dan laki-laki (PddL) adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai perempuan dan laki-laki (tahun). 11. Pendapatan/kapita (Ykap) adalah jumlah pendapatan/kapita yang diperoleh

anggota rumahtangga dalam setahun (Rp/kapita/tahun).

12. Dummy pendapatan pada garis kemiskinan (Ymis) adalah variabel yang me- nunjukkan apakah pendapatan rata-rata yang diperoleh rumahtangga berada pada garis kemiskinan atau tidak (bila ≤ Rp. 182 000=1, lainnya=0).

13. Adanya anak di rumah yang berusia < 10 tahun (DA) adalah jumlah anak dalam rumahtangga yang berumur di bawah 10 tahun (jiwa).

14. Dummy keterampilan (KET) menunjukkan ada-tidaknya keterampilan khusus yang dimiliki responden yang memudahkannya untuk mencari pekerjaan (ada=1, tidak ada=0).

15. Dummy ketahanan pangan rumahtangga (KP) diukur dari indikator konsumsi (dampak langsung) anggota rumahtangga, yaitu frekuensi makan anggota rumahtangga petani dalam sehari. Bila dapat makan paling tidak 3 kali dalam sehari=tahan pangan, bila kurang dari itu=tidak tahan pangan (tahan pangan=1, lainnya=0).

16. Dummy keputusan perempuan untuk bekerja di luar usahatani keluarga (KP) merupakan variabel yang menggambarkan apakah perempuan berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan ekonomi di luar usahatani keluarga atau tidak (berpartisipasi=1, tidak berpartisipasi=0).

17. Dummy keputusan laki-laki untuk bekerja di luar usahatani keluarga (KL) merupakan variabel yang menggambarkan apakah laki-laki berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan ekonomi di luar usahatani keluarga atau tidak (berpartisipasi=1, tidak berpartisipasi=0).

18. Pendapatan usahatani (YUT) adalah jumlah pendapatan bersih yang diperoleh rumahtangga dari aktivitas usahatani keluarga (Rp/tahun).

19. Frekuensi makan adalah seberapa seringnya rumahtangga melakukan kegiatan konsumsi pangan secara lengkap (idealnya pada setiap saat makan tersebut tersedia pangan sumber karbohidrat, protein, lemak dan vitamin). Ukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada saat makan paling tidak terdapat sumber karbohidrat, protein dan lemak. Frekuensi makan normal di Konawe Selatan adalah tiga kali sehari, yaitu makan pagi, makan siang dan makan malam.

20. Pendapatan gender (gender income)4

4

Penggunaan istilah gender income antara lain dapat dibaca pada tulisan A. Svenning (2006), sedangkan istilah gender earning antara lain dapat dibaca pada tulisan Y. Chu Ng (2006), C. Weinberger and P. Kuhn (2006), dan P. Rice (1999).

atau penghasilan gender (gender earning) adalah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh perempuan atau laki-laki dari kegiatan produktif yang dilakukan.

21. Pendapatan perempuan dari luar usahatani keluarga (Epnutkel) adalah jumlah pendapatan perempuan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi di luar usahatani keluarga (Rp/tahun).

22. Pendapatan laki-laki dari luar usahatani keluarga (Elnutkel) adalah jumlah pendapatan laki-laki yang diperoleh dari aktivitas ekonomi di luar usahatani keluarga (Rp/tahun).

23. Pendapatan bersama gender dari luar usahatani keluarga (Eplnutkel) adalah jumlah pendapatan perempuan dan laki-laki yang diperoleh dari aktivitas ekonomi yang dilakukan bersama di luar usahatani keluarga (Rp/tahun). 24. Ukuran rumahtangga (URT) adalah banyaknya anggota rumahtangga yang

tinggal bersama di bawah satu atap dan pemenuhan semua kebutuhannya menjadi tanggung jawab keluarga tersebut, termasuk kepala keluarga (jiwa). 25. Dummy desa (D) adalah variabel pembeda untuk desa tahan pangan dan desa

rawan pangan (desa tahan pangan=1, desa rawan pangan=0)

26. Dummy kesempatan kerja perempuan (DKKp) dan laki-laki (DKKl) merupakan pendapat subyektif perempuan dan laki-laki tentang ada tidaknya kesempatan kerja di daerahnya (ada=1; lainnya=0).

27. Reproduksi sosial adalah cara suatu masyarakat, baik dalam aspek sosial maupun ekonomi, untuk memperbaharui diri sepanjang waktu. Aktivitas reproduksi sosial dalam penelitian ini meliputi : (1) reproduksi biologis, yaitu aktivitas perawatan dan pemberian nutrisi awal pada anak (hamil dan menyusui), (2) reproduksi generasional, yaitu aktivitas seperti pemeliharaan anak, membesarkan, mensosialisasikan, serta mendidik anak, dan (3) repro- duksi harian, yaitu aktivitas perempuan dan laki-laki terkait dengan penyelenggaran kelangsungan rumahtangga, seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, menyiapkan makanan untuk ke sawah atau ke kebun, mencari air, dan mencari sayuran di kebun.

28. Aktivitas produksi dapat diklasifikasikan menjadi : (1) produksi langsung (produk akhir untuk konsums i keluarga), meliputi pengolahan makanan seperti menumbuk padi dan membuat pakaian, (2) aktivitas non-farm income

earning, yaitu produksi rumahtangga berupa kerajinan tangan atau produk- produk lain beserta pemasarannya di luar aktivitas pertanian, menjual makanan yang dimasak sendiri. Dalam kelompok ini juga termasuk usaha mandiri yang dilakukan responden, seperti membuat atap, mendulang emas, berjualan sembako di rumah (kios) atau di pasar, menjual sayur di pasar, menjual asesoris di pasar, tukang ojek motor, menjual sayur keliling,

dan membuat bata merah, (3) aktivitas usahatani keluarga (on-farm

activities), antara lain menyiapkan lahan, menyemai, memupuk, memanen, mencari ikan ke laut dan danau, dan (4) aktivitas off-farm wage labor,

yaitu berburuh di usahatani milik tetangga, buruh nelayan, buruh panjat kelapa, guru sekolah, buruh bangunan, tukang pijit, menjaga kios, SATPAM dan guru mengaji.

29. Aktivitas dalam usahatani keluarga (on-farm activities) adalah pekerjaan- pekerjaan yang dilakukan perempuan dan laki-laki di dalam usahatani keluarga (ladang, kebun, sawah, nelayan laut, nelayan air tawar), seperti menyiapkan lahan, menyemai, memupuk, memanen, menyiapkan alat pancing, mencari ikan ke laut dan danau.

30. Aktivitas pertanian di luar usahatani keluarga (off-farm avtivities) adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan perempuan dan laki-laki di luar usahatani keluarga, seperti menjadi buruh di sawah milik tetangga, buruh nelayan, dan buruh panjat kelapa.

31. Aktivitas ekonomi di luar pertanian (non-farm activities) adalah aktivitas- aktivitas yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki di luar sektor pertanian, yang mendapatkan pendapatan berupa uang tunai, seperti

membuka kios, menjual makanan yang dimasak sendiri, membuat atap, mendulang emas, berjualan sembako di rumah (kios) atau di pasar, menjual sayur di pasar, menjual asesoris di pasar, tukang ojek motor, menjual sayur keliling, dan membuat bata merah.

32. Aktivitas dalam rumahtangga (housework, domestic activities) adalah keseluruhan aktivitas reproduksi sosial yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki di dalam rumahtangga, seperti perawatan dan pemberian nutrisi awal pada anak, pemeliharaan anak, membesarkan anak, memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, menyiapkan makanan untuk ke sawah atau ke kebun, mencari air, dan mencari sayuran di kebun.

33. Aktivitas waktu luang (leisure) adalah aktivitas pribadi dan peranan sosial yang dilakukan perempuan dan laki-laki. Dalam penelitian ini, aktivitas waktu luang responden meliputi nonton TV, mandi, makan, sholat, berkunjung kerumah saudara, menjenguk saudara di rumah sakit, pergi ke hajatan, bercerita (ngobrol) dengan keluarga atau tetangga.

34. Istirahat merupakan aktivitas di luar kegiatan reproduksi dan produksi yang harus dilakukan responden. Dalam penelitian ini meliputi tidur dan sakit. 35. Kegiatan ekonomi adalah aktivitas yang dilakukan perempuan dan laki-laki yang menghasilkan pendapatan, baik tunai maupun natura.