• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI MEDIA SOSIAL

F. Konseptualisasi Media Sosial

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia tentunya tidak bisa lepas dari kegiatannya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan untuk bersosialisasi itulah manusia memerlukan komunikasi sehingga akibatnya 38

Rulli Nasrullah, ”Kebudayaan AntarBudaya di Era Budaya Siber”(Jakarta: Kencana Prenada

Grup, 2012) h.104

39

timbul interaksi dalam kehidupan manusia, maka ketika seseorang melakukan proses komunikasi dengan orang lain dibutuhkan kesamaan makna sehingga diharapkan agar proses komunikasi yang sedang terjadi dapat berlangsung efektif.

Dengan kemajuan di bidang teknologi informasi serta komunikasi sekarang ini, dunia tidak lagi mengenal batas, jarak, ruang dan waktu, sebagai contoh kini orang dapat dengan mudah memperoleh baerbagai macam informasi yang terjadi di belahan dunia tanpa harus datang ke tempat tersebut. Bahkan orang dapat berkomunikasi dengan siapa saja di berbagai tempat di dunia ini, hanya dengan memanfaatkan seperangkat komputer yang tersambung ke internet.40

Sebagai contohnya, di era komunikasi global seperti sekarang ini banyak sekali bermunculan situs-situs social networking yang cukup menarik perhatian. Social networking adalah sebuah bentuk layanan internet yang ditujukan sebagai komunitas online bagi orang yang memiliki kesamaan aktivitas, ketertarikan pada bidang tertentu, atau kesamaan latar balakang tertentu. Layanan social network biasanya berbasis web, yang menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat berinteraksi seperti chat, messaging, email, video, chat suara, share file, blog, diskusi grup, dan lain-lain.41

40

Fahmi,“Mencerna Situs Jejaring sosial” (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011) h.10

41

Tabroni Roni, “Komunikasi Politik Pada Era Multimedia” (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012) h. 150

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.42

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan media sosial dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Pengguna media sosial dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai modelcontentlainnya.43

1. Peran dan Fungsi Media Sosial

Dalam abad ke-21 ini media sosial atau media alternatif tersebut telah terbukti efektif dalam komunikasi sosial dan komunikasi politik. Peran strategis media sosial itu dalam komunikasi politik, telah di

42

Fahmi,“Mencerna Situs Jejaring sosial”(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011) h.13

43

tunjukkan keberhasilan dan kemampuannya menggalang kekuatan dan dukungan terhadap gerakan prodemokrasi di berbagai Negara seperti Tunisia (2011) dan Mesir (2011). Pada akhir abad ke-20 yang lalu beberapa Negara telah mengalami gerakan politik yang didorong juga oleh media sosial itu seperti Indonesia (1998), Filipina (2001) dan Malaysia (2008).44

Media sosial memiliki kelebihan dibandingkan dengan media konvensional, antara lain :45

• Kesederhanaan

Dalam sebuah produksi media konvensional dibutuhkan keterampilan tingkat tinggi dan keterampilan marketing yang unggul.

• Membangun Hubungan

Sosial media menawarkan kesempatan tak tertandingi untuk berinteraksi dengan pelanggan dan membangun hubungan.

• Jangkauan Global

Media tradisional dapat menjangkau secara global tetapi tentu saja dengan biaya sangat mahal dan memakan waktu.

• Terukur

Dengan sistemtracking yang mudah, pengiriman pesan dapat terukur, sehingga perusahaan langsung dapat mengetahui efektifitas promosi.

44

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) cet ke-1, h. 170

45

2. Internet dan Pengaruhnya Terhadap Interaksi

Relasi antar individu saat ini tidak lagi fisik melainkan “interface”, telah diwakili oleh perangkat atau “terminal” teknologi komunikasi,

sebagaimana perangkat teknologi yang biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam perkembangan cyber saat ini, kehadiran individu sebagai objek bisa diwakili sebagai objek bisa diwakili dengan animasi (avatar) sesuai kemauan kita; di internet siapa pun bisa menjadi siapa atau apa yang diinginkannya.46

Menurut Rulli Nasrullah mengutip pernyataan Holmes (2005:7) ide

tentang “second media age” telah muncul pada pertengahan tahun 1990-an dimana internet semakin berkembang dan bersamaan dengan hal itu kebudayaan atau kultur siber yang juga ikut berkembang.47

Internet adalah system jaringan computer yang terhubung di seluruh dunia, dan dapat disebut sebgai kolaborasi teknis antara computer, telepon dan televisi. Arti penting dari penggunaaan internet sebagai bagian pokok dari revolusi informasi, adalah kemampuan manusia menghemat waktu dan menundukkan ruang . ada penghematan energy dalam transportasi, karena komunikasi tidak lagi tergantung pada jarak, sehingga

dapat”dipersatukan” dalam waktu yang singkat dan terjadilah globalisasi.48

46

Rulli Nasrullah, ”Kebudayaan AntarBudaya di Era Budaya Siber”(Jakarta: Kencana Prenada

Grup, 2012) h.60

47

Ibid, h.61

48

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) cet ke-1, h. 173

Menurut Rulli Nasrullah mengutip pernyataan Holmes (2005, 15-17) memberikan ulasan yang cukup panjang bagaimana sebenarnya dalam tataran tertentu distingsi antara broadcast dan new media serta interaksi sosial dengan terfokus pada face-to-face menjadi sesuatu yang tidak memisahkan dua model tersebut. Karena pada dasarnya, ada pemahaman yang terlanjur terhadap pengertian face-to-face yang secara historis dimaknai sebagai dan dengan menggunakan istilah integrasi sosial (social integration) dibandingkan dengan istilah interaksi (interaction); istilah interaksi adalah istilah yang cenderung digunakan sebagai salah sau cirri darisocial media age.49

3. Peranan Politik Media Sosial

Melalui media sosial, kegiatan komunikasi politik dapat terlaksana dengan menyertakan jutaan orang di seluruh dunia, tanpa adanya hubungan bersifat pribadi. Jika media sosial digunakan untuk komunikasi politik,maka penerima komunikasi politik yang dapat tercipta oleh media sosial tersebut sangat khas, yaitu jutaan individu yang terhubung oleh jaringan yang disebut segai dunia maya (cyberspace).50

Upaya politikus, pejabat dan aktivis untuk menggunakan media massa dalam membangun komunikasi politik dengan khalayak massa secara terus menerus, harus memiliki sejumlah kemampuan.51

49

Rulli Nasrullah, ”Kebudayaan AntarBudaya di Era Budaya Siber”(Jakarta: Kencana Prenada Grup, 2012) h.63

50

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) cet ke-1, h.171

51

a. Mampu meciptakan berita actual, baik dalam bentuk fakta atau pun opini.

b. Mampu dan cakap dalam menanggapi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat karena itu harus rajin mengikuti berita dari media massa.

c. Mampu menjalin hubungan sosial yang baik dengan wartawan dan redaktur sebagai komunikator politik yang professional.

Selain itu hubungan politikus dengan media massa memang bersifat mutual-simbiosis (saling memerlukan), media memerlukan berita politik dan politikus dapat menjadi obyek berit (factual news) atau narasumber berita (talking news). Politikus baik sebagai manusia (human interest) maupun sebag pekerja politik dengan seluruh aktivitasnya (komentar dan prilakunya), memang mrupakan obyek berita yang menarik.52

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa media sosial atau media interaktif itu berbeda dengan media massa, meskipun sasaran yang disentuh jumlahnya besar, namun tidak bersifat “massal”. Media massa

mendorong terjadinya massifikasi, sebagai cirri masyarakat industry. Sebaliknya media interaktif itu lebih banyak bersifat individual, sehingga terjadi individuasi dan demassifikasi, sebagai cirri masyarakat informasi. Tampaknya media sosial atau media interaktif itu telah ditakdirkan menjadi wahana penegakan politik terbuka dan demokratis dengan

52

Tabroni Roni, “Komunikasi Politik Pada Era Multimedia” (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012) h. 153

dampak positif dan negatifnya. Justru itu rakyatnya dimana saja di dunia ini akan memahami bahwa akses internet itu semakin bisa diterima sebagai bagian dari hak asasi manusia dan semakin menjadi komponen penting dalam komunikasi politik53

G. Konseptualisasi Kampanye Politik