• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI MEDIA SOSIAL

D. Konseptualisasi Strategi Komunikasi Politik

Langkah pertama dalam strategi komunikasi politik, ialah merawat ketokohan dan memantapkan kelembagaan. Artinya, ketokohan seseorang politikus dan kemantapan lembaga politiknya dalam komunikasi politik. Selain itu jga diperlukan kemampuan dan dukungan lembaga dalam menyusun pesan politik, menetapkan metode, dan memilih media politik yang tepat.21

Karena politik adalah pengambilan keputusan bukan untuk kepentingan perorangan, melainkan untuk kepentingan orang banyak. Maka cita-cita politik harus diarahkan untuk menciptakan individu yang memiliki komitmen untuk menjadi “negarawan”. Oleh karena itu, negarawan hanya bisa

dicapai melalui keikhlasan dan kejujuran, maka komunikasi politik memiliki filososfi yakni pendayagunaan sumber daya komunikasi, apakah itu sumber daya manusia, infrastruktur, maupun piranti lunak untuk mendorong terwujudnya system politik yang mengusung demokrasi, di mana kekuasaan pemerintahan dijalankan oleh pemenang pemilu (mayoritas).

20

“Strategi Komunikasi Dalam Kampanye Pemilihan Umum”. Diolah pada hari minggu,

8 April 2013, Pukul 12:42 WIB dan diakses dari http://mediapublica.co/2013/02/11/strategi-komunikasi-dalam-kampanye-pemilihan-umum/

21

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) cet ke-1, h.235

Dengan demikian, demokrasi menjadi cita-cita yang luhur sesuai dengan hati nurani, sehingga dapat diabdikan untuk kepentingan semua pihak, baik yang kalah maupun yang menang dalam membangun suatu kebersamaan menuju tujuan yang sama.22

Pada hakikatnya, suatu strategi dalam komunikasi politik adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan saat ini, guna mencapai tujuan politik masa depan. Justru itu, merawat ketokohan dan memantapkan kelembagaan politiknya akan merupakan kepurtusan strategis yang paling tepat bagi komunikator politik untuk mencapai ujuan politik kedepan, terutama memenangkan pemilihan umum. Ketika komunikasi politik berlangsung, justru yang berpengaruh bukan pesan politik saja, melainkan terutama siapa tokoh politik (politikus) atau tokoh aktivis dan professional dan dari lembaga mana yang menyampaikan pesan poltik itu. Dengan kata lain, ketokohan seseorang komunikator politik dan lembaga politik yang mendukungnya sangat menentukan berhasul atau tidaknya komunikasi politik dalam mencapai sasaran dan tujuannya.23

1. Pesan Politik

Ialah pernyataan yang disampaikan baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi mapun terang-terangan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik. Misalnya pidato politik, undang-undang 22

Cangara Hafied,Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strategi”(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), h.31

23

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan

kepartaian, undang-undang pemilu pernyataan politik, artikel atau isi buku/brosur dan berita surat kabar, radio, televisi dan internet yang berisi ulasan politik dan pemerintahan, puisi politik, spanduk dan baliho, iklan politik, propaganda, perang urat saraf (psywar), makna logo, warna baju atau bendera, bahsa badan (body language) dan semacamnya.24

Bertolak dari paradigma khalayak aktif di Negara demokratis, sesungguhnya khalayaklah yang menentukan pesan politik yang harus disampaaikan oleh para politikus dalam kampanye politiknya, baik dalam menggunakan retorika politik (pidato) maupun melalui media politik, pesan politik disusun setelah mengetahui kondisi khalayak, hal itulah yang disebut sebagai persuasi dalam arti yang sesungguhnya (positif).25

Harus disadari bahwa individu-individu dalam saat yang bersamaan selalu dirangsang oleh banyak pesan dari berbagai sumber,termasuk pesan politik. Akan tetapi, tidaklah semua rangsangan itu dapat memengaruhi khalayak karena tidak menimbulkan perhatian atau pengamatan yang terfokus. Artinya, tidak semua yang diamati dapat menimbulkan perhatian kecuali pesan yang memenuhi syarat.

Selanjutnya menurut Wilbur Schramm (1955) yang dikutip Anwar Arifin, dalam syarat-syarat untuk berhasilnya suatu pesan yaitu:

a. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian khalayak.

24

Cangara Hafied,Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strategi”(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), h.32

25

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan

b. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang sudah dikenal oleh komunikator dan khalayak sehingga kedua pengertian itu bertemu. c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada pesan sasaran

dan menyarankan agar cara-cara tersebut dapat mencapai kebutuhan itu.

d. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi khalayak.26

Sesungguhnya syarat-syarat yang dikemukakan di atas pada prinsipnya hanyalah terdiri atas intensitas dan pokok persoalannya. Jika diterapkan dalam komunikasi politik, intensitas pesan politik dapat dilakukan, misalnya pada tanda-tanda komunikasi (sign of communication) dan diisi komunikasi politik. Isi pesan politik yang menarik perhatian apabila ia memuat pemenuhan kebutuhan pribadi (personal needs) dan kelompok (social needs) dalam masyarakat. Suatu pesan politik hanya akan menarik perhatian selama ia memberikan harapan atau hasil yang kuat relevansinya dengan persoalan kebutuhan (needs) tersebut.27

Dengan demikian, upaya pertama yang harus dilakukan dalam menyusun pesan politik yang pesuasif adalah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan politik yang disampaikan. Pesan yang dapat menimbulkan perhatian adalah pesan yang mudah diperoleh (availability) dan karena itu harus menyolok perbedaannya (contrast)

26

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) cet ke-1, h.248

27

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi

dengan pesan-pesan yang lain. Kedua hal ini ditujukan terutama dalam pengunaan tanda-tanda komunikasi (sign of communication) dan pengunaan medium.28

2. Partai Politik

Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan.29

Secara umum partai politik dapat dikatakan suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuatan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk menjalankan programnya.30

Adapun fungsi partai politik di negara demokratis seperti di Indonesia yang menganut sistem pemerintahan yang demokratis yang mana banyaknya partai politik pada saat ini relatif dapat menjalankan fungsi sesuai harkat sesuai pada saat kelahirannya, yakni menjadi wahana bagi warga negara untuk berpatisipasi dalam pengelolaan kehidupan bernegara dan memperjuangkan kepentingannya dihadapan penguasa.

28

Ibid,h.249-250

29

Miriam Budiardjo,op, cit,h.403

30

Fungsi partai politik di negara demokratis ialah;31 1. Sebagai sarana komunikasi politik

2. Sebagai sarana sosialisasi politik 3. Sebagai sarana rekrutmen politik 4. Sebagai sarana pengatur konflik

Hal ini dapat dikaji dengan melihat berbagai organisasi, system dan prosedur kerja. Oleh karena itu ada organisasi politik yang resmi tampak seperti partai politik, perkumpulan buruh tani, nelayan, pedagang, organisasi wanita, pemuda, pelajar, militer dan lain-lain. Tetapi ada pula organisasi abstrak yang tidak resmi namun sangat menguasai keadaan sebagai elite power, disebut juga dengan group penekan (pressure group) seperti sekelompok kesukuan, fanatisme keagamaan dan sekelompok tertentu yang berdasarkan almamater.32

3. Komunikator Politik

Dalam politik praktis, antara kandidat dan juru kampanye sebenarnya tidak bisa dipisahkan sehingga publik akan menilainya secara keseluruhan tanpa melakukan pemisahan. Mengapa komunikator politik ini sangat menentukan? Kalau ada kandidat seorang yang baik dan jujur, tetapi juru kampanye nya orang yang dianggap masyarakat berprilaku buruk, apa pun pesan yang disampaikannya pasti akan ditolak oleh masyarakat. Di sinilah peran penting seorang komunikator politik.

31

Miriam Budiarjo,op, cit,h.405

32

Ibnu Kencana Syafei dan Azhari, ”Sistem Politik Indonesia”, Refika Aditama, Bandung, cet. Ke-3. h.80

Komunikator poltik adalah orang yang melakukan komunikasi dalam konteks politik kapanpun dan dimanapun pesan itu disampaikan. Ia menyampaikan pesan-pesan politik, baik kepada individu, kelompok maupun massa. Komunikator politik merupakan orang yang terlibat dalam proses politik, baik secara langsung maupun tidak langsung.33

Dalam aktivitas politik, komunikator politik memiliki peranan yang sangat penting. Mereka adalah orang-orang yang dengan pesannya dapat membentuk opini publik. Dalam skala luas, komunikator politik akan dapat memengaruhi kehidupan sosial masyarakat sebab konstalasi politik juga sangat ditentukan oleh sejauh mana mereka melontarkan gagasan-gagasannya. Komunikator politik biasanya terdiri dari orang-orang yang memiliki kapasitas di bidangnya sehingga apa yang dikatakannya dapat menjadi referensi atau rujukan banyak orang.34

Dalam kapasitas apa pun, seorang komunikator politik harus dapat memahamkan kepada pihak yang ditujunya mengenai maksud dan target politiknya. Berikut klasikasifikasi komunikator politik utama dalam politik:

1. Politikus

Orang yang berscita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk atau pejabat karier dan tidak mengindahkan apakah ajabatan itu eksekutif, legislatif atau yudikatif.

33

Liliweri Alo,Komunikasi Serba Ada Serba Makna,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) Cet. ke-1 h.270

34

2. Profesional

Orang-orang yang mencari nafkah dengan mengandalkan keahliannya berkomunikasi. Komunikator professional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama, ayitu munculnya media massa dan perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah untuk khalayak khsusus, stasiun radion dsb.) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan.

3. Aktivis

Komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran organisasional dan interpersonal. Dalam komunikasi politik, terdapat dua jenis aktivis: pertama, juru bicara bagi kepentingan yang terorganisasi. Pada umumnya ia tidak memegang ataupun mencita-citakan jabatan pada pemerintah.