• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Secara Ekspresi Simbolik Di Media Sosial Jelang Pemilu 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Secara Ekspresi Simbolik Di Media Sosial Jelang Pemilu 2014"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) SECARA EKSPRESI SIMBOLIK DI MEDIA SOSIAL JELANG

PEMILU 2014

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi syarat mencapai gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

ACHMAD FURQON NIM. 109051000047

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul EKSPRESI SIMBOLIK IKLAN KAMPANYE PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI MEDIA SOSIAL JELANG PEMILU 2014 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 3 Oktober 2013skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 3 Oktober 2013

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA Umi Musyarrofah, MA

NIP: 19700903 199603 1 001 NIP: 19710816 199703 2 002

Penguji I Penguji II

Siti Nurbaya, M.Si Dr. Rulli Nasrullah, M.Si

NIP: 19790823 200912 2 002 NIP: 19750318 200801 1 008

Dosen Pembimbing

Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Kamis, 3 Oktober 2013

(5)

ABSTRAK

ACHMAD FURQON

Strategi Komunikasi Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Secara Ekspresi Simbolik di Media Sosial Jelang Pemilu 2014.

Maraknya komunikasi politik di media sosial menunjukkan kesadaran partai politik untuk dapat memenangi suara dari para pemilih dengan menggunakan media massa yang juga dipertimbangi oleh efisiensi dan keefektifannya dalam menjangkau masyarakat luas. Salah satunya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berkampanye dengan menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, dan website.

Adapun rumusan masalahnya adalah pertama Bagaimana Strategi Komunikasi Politik PKS Jelang Pemilu Legislatif 2014 dan yang kedua Bagaimana Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik PKS di Media Sosial Jelang Pemilu Legislatif 2014.

Penelitian ini menggunakan metodologi pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan analisis data yang merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkrip wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan. Adapun responden yang diwawancarai adalah Mardani Ali Sera Ketua DPP PKS Jakarta dan Alif Chandra Irawan Humas DPP PKS Jakarta, dan dokumen-dokumen yang berasal dari dokumen DPP PKS dan upload video iklan politik PKS melalui internet.

Dalam melihat konstruksi citra yang dibangun PKS melalui iklan politiknya, teori yang tepat adalah teori konstruksi sosial media massa yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menggunakan teori performa komunikatif yang diperkenalkan oleh Pacanowsky danO’DonnelTrujillo.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PKS mempunyai grand design dalam memanfaatkan iklan politiknya di media sosial, yaitu PKS ingin merubah image politik, bahwa PKS merupakan partai yang ekslusif dan partai untuk Islam fundamental. Bersamaan dengan itu, formula yang dipakai oleh PKS dalam membuat strategi kreatif iklan kampanyenya dimedia sosial adalah adanya

exposure dan bisa memanfaatkan momentum untuk bisa “menunggangi”

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdullilahirabil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul Strategi Komunikasi Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Secara Ekspresi Simbolik di Media Sosial Jelang Pemilu 2014”.

Walaupun dalam perjalanannya banyak hambatan dan rintangan yang

penulis dapatkan, namun banyak pihak yang turut berjasa atas terselesaikannya

skripsi ini. Maka dari itu, izikanlah penulis mengucapkan terima kasih banyak

pada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moril maupun

materil, kepada:

1. Orang tua penulis tercinta, bapak H. Fathi dan ibu Mardiana Maulani S.Pd,

serta adik kandung Ahmad Faathir yang dengan penuh kasih sayang selalu

memberikan dukungan dan semangat, yang tak henti-hentinya memberikan

doa yang tulus ikhlas dalam setiap waktu sehingga akhirnya skripsi ini dapat

selesai dengan baik;

2. Drs. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, dan Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu

Dekan II Bpk. Mahmud Jalal, M. Ag, serta Pembantu Dekan III Bpk. Study

Rizal, LK, M. Ag.

3. Drs. Jumroni, M.Si selaku Kepala Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Umi

Musyarofah, Ma selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

4. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak

membimbing dan memberikan pengarahan serta motivasi yang terus menerus

seraya memberikan dukungan guna meraih masa depan yang lebih baik.

(7)

Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan kebaikan setiap saat

kepada beliau beserta keluarga.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya untuk

Drs. Masran, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik yang sangat berjasa

dalam membantu skripsi ini. Serta semua dosen yang telah mengajarkan dan

mendidik ilmu pengetahuan serta ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas Ilam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan

berbagai referensi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Pihak Partai Keadilan Sejahtera, Ketua DPP PKS, Dr. H. Mardani Ali Sera,

M.Eng dan Chandra Alif Indrawan selaku Humas DPP PKS yang telah

senantiasa meluangkan waktunya untuk menjadi narasumber penulis dan

memberikan data-data yang penulis butuhkan;

8. Yudid Dwi Septyarini yang telah memberi semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, Terima kasih

Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat digunakan dengan

sebaik-baiknya oleh semua pihak.

Wassalamuia’laikum Wr.Wb.

Jakarta, 3 Oktober 2013 Penulis

(8)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK………...…....i

KATA PENGANTAR………ii

DAFTAR ISI………..………..iv

DAFTAR TABEL………...…..……..vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..………….1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ……….…6

C. Manfaat Penelitian ………...………8

D. Metodologi Penelitian………..9

E. Tinjauan Pustaka………..13

F. Sistematika Penulisan………...14

BAB II KAJIAN TEORI MEDIA SOSIAL A. Teori Konstruksi Sosial ………16

B. Teori Performa Komunikatif ………22

C. Konseptualisasi Komunikasi Politik ……...………..…26

D. KonseptualisasiStrategi Komunikasi Politik ……...………30

E. KonseptualisasiEkspresi Simbolik ………...…...37

F. Konseptualisasi Media Sosial……...………40

G. Konseptualisasi Kampanye Politik……….………..47

(9)

v

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Profil Partai Keadilan Sejahtera

1. Sejarah Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera ………61

2. Kerangka Landasan Ideologi Partai………...65

3. Prinsip Dasar Partai Keadilan Sejahtera ……….67

4. Visi dan Misi ………..97

5. Karakteristik Partai Keadilan Sejahtera ……….68

6. Lambang PartaiKeadilan Sejahtera ………...69

B. Data Suara PKS Pada Pemilu 2009 …………...………..72

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Komunikasi Politik PKS Jelang Pemilu 2014………..…….76

B. Kampanye PKS………85

C. Komunikasi Politik PKS………..96

D. Strategi Komunikasi Politik Kampanye PKS di Media Sosial ……….101

E. Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik PKS di Media Sosial ……….109

F. Makna Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik PKS di Media Sosial………...122

(10)

vi

H. Respon Netizen Terhadap Komunikasi Poltik PKS di

Media Sosial………...…129

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……….134

B. Saran-saran……….135

DAFTAR PUSTAKA……….136

(11)

vii

[image:11.612.103.528.173.582.2]

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Aspek Pembeda Antara Kampanye dengan Propaganda…………54

Tabel 2 : Seleksi Media Kampanye………57

Tabel 3 : Media yang Dijadikan Saluran Kampanye………..58

Tabel 4 : Hasil Suara Pada Pemilu 2009……….73

Tabel 5 : Perkiraan Citra dan Tema PKS Pada Pemilu 2004 dan 2009.……..80

Lampiran Tabel Tabel 1 : Hasil Penghitungan Suara Sah Partai Politik Peserta Pemilu Legislatif Tahun 2009………. 141

Tabel 2 : Daftar Akun PKS di Media Sosial Twitter………144

Tabel 3 : Daftar Akun PKS di Media Sosial Facebook………145

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menilisik sedikit mengenai partai politik, pastinya harus mengetahui

apa yang dimaksud dengan latar belakang partai politik. Partai politik

merupakan sebuah institusi yang dianggap penting dalam sistem demokrasi

modern. Dengan kata lain, para politisi, terutama partai politik, telah didesak

sedemikian rupa untuk mempertimbangkan “selera pasar”, dalam hal ini

masyarakat, khususnya ketika melakukan kampanye politik.1

Di saat banyaknya bermunculan partai-partai, munculah partai PKS

yang ikut mewarnai dunia perpolitikan di Indonesia. Partai ini mencoba

meraih simpati masyarakat dengan konsep Islam yang mereka usung.

Sehingga di awal kemunculan partai ini, banyak yang memprediksikan bahwa

PKS mempunyai prospek yang bagus untuk masa depan.

Namun perjalanan ini tidaklah mudah, setelah kegagalan Partai

Keadilan, yaitu partai pendahuluan PKS, pada pemilu 1999 dengan perolehan

suara 1,5%, kinerja elektoral partai ini meningkat secara dramatis sampai

7,3% dan 45 kursi Parlemen pada tahun 2004, kemudian mengkonsolidasikan

dengan perolehan suara 7,9% dan 57 kursi pada pemilu 2009.2

1

Firmanzah, Ph. D., “Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi., (Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 2008)., h. 43.

2

(13)

Gencarnya iklan politik partai PKS merupakan salah satu bentuk

propaganda yang efektif dalam membangun citra politik partai Islam.

Sejumlah iklan yang dibuat ingin merubah citra PKS dari partai ekslusif

(tertutup) menjadi partai inklusif (terbuka). Dalam iklan pahlawan misalnya,

ditampilkan sejumlah tokoh politik nasional hingga tokoh agama dengan

harapan PKS bisa merangkul semua kepentingan. Iklan-iklan PKS juga

mencitrakan bahwa PKS bukanlah partai lokal namun partai yang berskala

nasional, partai yang layak menjadi pilihan seluruh masyarakat di Indonesia

dari segala lapisan masyarakat.

Pada kenyataannya, PKS sedang berusaha untuk meraih lapangan

pemilih yang lebih luas, dengan menggunakan platform politik yang

berdasarkan pemerintahan yang bekerja berdasarkan cinta untuk membentuk

sebuah harmoni, sesuai dengan slogan barunya menjelang Pemilu legislatif

2014.

Jika melihat pada pemilu 1999, anggota dewan dari Partai Keadilan di

DPR hanya 7 orang. Pada pemilu 2004 PKS telah menempatkan 45 orang di

DPR.3 Dengan jumlah kader lebih dari 975.000 yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia serta mengoptimalkan peran media yang bisa dilihat dari

iklan-iklan PKS yang semakin banyak baik di media cetak maupun elektronik

PKS pasang target nasional 20% pada pemilu 2009. Apalagi pengalaman

pada tahun 2004 dengan jumlah kader 450.000 dan biaya penggunaan media

3

(14)

untuk kampanye yang jauh lebih dari sedikit, PKS berhasil menaikkan suara

sampai lebih dari lima kali lipat.4

Guna mencapai tujuan jangka panjang dan menengah, partai politik

membutuhkan strategi yang bersifat jangka panjang maupun jangka

menengah. Menurut Firmansyah strategi partai dapat dibedakan dalam

beberapa hal. Pertama strategi yang terkait dengan penggalangan dan

mobilisasi massa dalam pembentukan opini publik ataupun selama periode

pemilihan umum. Strategi ini penting dilakukan untuk memenangkan

perolehan suara yang mendukung kemenangan suatu partai politik. Kedua

strategi partai politik untuk berkoalisi dengan partai lain. Ketiga, strategi

partai politik dalam mengembangkan dan memberdayakan organisasi politik

secara keseluruhan. Strategi-strategi tersebut merupakan sarana untuk

mencapai tujuan yang telah di tetapkan.5

Kebijakan umum partai yang telah ditetapkan pada munas PKS tahun

2005. Program-program tahunan dalam satu periode ini bisa dianggap sebagai

strategi jangka panjang sebagaimana konsep yang dikemukakan oleh

Firmanzah di atas. Adapun program tahunan tersebut selanjutnya di bagi

menjadi empat item dalam satu periode: (1) Tahun konsolidasi partai; (2)

Tahun pembinaan; (3) Tahun perluasan jaringan dan penokohan; (4) Tahun

pemenangan pemilu; dan (5) Tahun evaluasi.6 Kemudian menyikapi tahun

4

Tim Pemenangan Pemilu Nasional PKS,Buku Saku Pemenang Pemilu 2009 Kader PKS 11-19

5

Firmanzah, “Marketing politik; Antara Pemahaman dan Realitas”, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.109

6

(15)

keempat sebagai tahun pemenangan pemilu, PKS membagi satu tahun ini

menjadi empat tahapan aksi pemenangan pemilu. Empat tahapan aksi dalam

tahun pemenangan pemilu ini bisa dikatakan sebagai strategi jangka pendek

sebagai kelanjutan strategi jangka panjang partai dalam satu periode

kepengurusan.

Adapun program-program dalam tahun pemenangan pemilu adalah

pertama, PKS mendengar, yaitu kader PKS turun ke bawah dalam artian

terjun langsung ke masyarakat untuk mendengar aspirasi, apa yang

dikeluhkan dan diinginkan oleh masyarakat. PKS mendengar ini merupakan

sarana komunikasi partai dengan masyarakat atau konstituen langsung dari

rumah sendiri. ke rumah atau disebut komunikasidoor to door.7

Kedua, PKS mengajak. Karena PKS tidak mungkin menangani semua

permasalahan dan tuntutan yang ada di masyarakat, maka PKS mengajak

orang-orang atau pihak-pihak yang bisa diajak bekerja sama untuk membantu

mengatasi permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Ketiga, PKS

berbicara. Berbicara kepada masyarakat dengan berdasarkan platform partai

sebagai tindak lanjut dari PKS mengajak. Keempat, PKS menang. Artinya

dari program- program yang telah dilakukan oleh kader PKS di tengah-tengah

masyarakat, maka diharapkan terwujudnya simpati masyarakat. Bentuk dari

simpati masyarakat inilah yang diharapkan membantu tercapainya target PKS

dalam memenangi pemilu 2009.

7

(16)

Dalam menjalankan empat tahapan aksi pemenangan pemilu tersebut

di atas, PKS menggunakan tiga strategi komunikasi politik. Pertama adalah

komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi langsung kader PKS dengan

masyarakat dari rumah ke rumah atau istilah lainnya door to door. Kedua

yaitu membuka simpul-simpul massa dengan melakukan komunikasi publik,

yang dilakukan oleh calon legislatif (caleg) dengan warga masyarakat atau

khalayak umum di tempat terbuka. Dan ketiga adalah komunikasi massa

melalui media dalam rangka membangun opini publik.8

Strategi komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh para kader

PKS merupakan bentuk komunikasi langsung kepada masyarakat dengan cara

door to door. Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan

penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau lebih dalam sebuah kelompok

kecil dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.9

Jika berbicara sedikit mengenai kasus PKS, hal ini dianggap sangat

penting karena beberapa faktor. Pertama karena, perkembangan partai

tersebut bisa dikatakan fenomena elektoral yang luar biasa, khususnya pada

pemilu tahun 2004 ketika PKS mengalami peningkatan dukungan hampir

sebesar 500%. Kemudian dengan perolehan suara 7,89% pada pemilu 2009,

PKS adalah satu-satunya partai yang berhasil meningkatkan perolehan suara

dari pemilu sebelumnya.10

8

Tim Pemenangan Pemilu Nasional PKS,Buku Saku Pemenang Pemilu 2009 Kader PKS (Jakarta: DPP PKS, 2004), Cet. II, h.22

9

Devito, Joseph,”Komunikasi Antara Manusia”, (Jakarta: Profesional Books Edisi terjemahan oleh Agus Maulana 1997), h.4

10

(17)

Perkembangan PKS tanpa dukungan dari salah satu ormas Islam

Indonesia yang besar juga menunjukkan bahwa persimpangan agama Islam

dengan dunia politik di Indonesia pada jaman sekarang semakin melebar dan

semakin kompleks.11

Berangkat dari latar belakang dan masalah diatas maka peneliti

mengajukan penelitian ilmiah dengan judul "Strategi Komunikasi Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Secara Ekspresi Simbolik di Media Sosial Jelang Pemilu 2014". Adapun yang menjadi pertimbangan penulis untuk mengangkat judul tersebut adalah dikarenakan strategi komunikasi

politik PKS yang cukup unik dalam mengekspresikan kampanyenya secara

simbolik di media sosial untuk meyakinkan calon pemilih terutama oleh

kalangan pemilih umat Islam pada elektabilitas suara menjelang Pemilu

Legislatif 2014 terkait masalah kasus dugaan suap impor daging sapi yang

sedang di alami presiden PKS Luthfi Hasan Ishak di awal tahun 2013.

B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Penelitian ini mengambil titik fokus dengan membatasi masalah

pada persoalan bagaimana strategi kreatif iklan kampanye politik partai

PKS dalam memperkenalkan nomor urut 3 di pemilu 2014 untuk meraih

popularitas masyarakat Indonesia. Ruang lingkup ini dibatasi hanya pada

strategi komunikasi politik yang digunakan oleh PKS menjelang pemilu

legislatif 2014.

11

(18)

Sedangkan fokus penelitian ini adalah ada pada bagaimana PKS

mengekspresikan secara simbolik komunikasi politiknya menjelang

Pemilu legislatif 2014 di media sosial yang dilihat dari identifikasi yang

terjadi pada strategi komunikasi politik yang digunakan oleh PKS dalam

meyakinkan calon pemilih pada elektabilitas suara menjelang Pemilu

Legislatif 2014 terkait masalah-masalah kasus yang sedang dihadapi.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi dan pembatasan masalah seperti yang

sudah di jelaskan di atas, maka dalam penelitian ini perumusan

masalahnya mencakup dalam hal sebagai berikut:

a. Bagaimana Strategi Komunikasi Politik PKS Jelang Pemilu Legislatif

2014?

b. Bagaimana Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik PKS di Media Sosial

Jelang Pemilu Legislatif 2014.

3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan batasan dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan maka penelitian ini bertujuan:

1. Ingin mengetahui apakah strategi komunikasi politik PKS yang

dilancarkan secara ekspresi simbolik di media sosial dapat mendongkrak

perolehan suara untuk memilih partai PKS dalam Pemilu Legislatif 2014

2. Ingin mengetahui bagaimana ekspresi simbolik komunikasi politik

pemikiran partai PKS yang menggunakan simbol-simbol islam sehingga

(19)

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

a. Untuk menambah wawasan tentang strategi komunikasi politik PKS

yang dilancarkan guna memperbaiki citra yang terkait banyak kasus

dalam mempertahankan keyakinan masyarakat

b. Untuk memberikan kontribusi positif dalam studi Dakwah dan

Komunikasi, khususnya dalam kaitan di antara dua bidang tersebut.

2. Manfaat Praktis

a. Membantu team kreatif dalam iklan kampanye politik partai PKS

sebagai bahan masukan pembuatan iklan kampanye politik.

b. Memberikan rekomendasi kepada para praktisi komunikasi maupun

konsultan politik tentang bagian strategi komunikasi politik yang

sesuai aturan hukum yang berlaku dan melanggar ketentuan.

3. Manfaat Sosial

a. Memberikan pendidikan komunikasi politik kepada publik tentang

bagaimana menggunakan simbol-simbol mengenai islam yang

mempunyai peran dalam memperoleh suara di Pemilu Legislatif 2014

b. Memberikan saran dan masukan kepada konsultan komunikasi dan

politik.

c. Sebagai bahan informasi awal bagi peneliti dengan fokus serupa dimasa

(20)

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Kualitatif

Penelitian ini menggunakan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data

yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian dalam tataran praktis.12

Pendekatan kualitatif menggunakan analisis data deskriptif yang

merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi

wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah

dikumpulkan.13

Dan menurut Bagdan dan Taylor, Metode Penelitian Kualitatif adalah

[image:20.595.98.514.211.575.2]

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

gambar, kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang

diamati.14 Penelitian ini menjelaskan peran dari media tersebut dalam

memenangkan suara di Pemilu Legislatif 2014, menarik simpati publik,

dan memiliki pengaruh yang luar biasa dalam membentuk citra kandidat

melalui publisitas dan kampanye.

12

E. Kristi Poerwandari, “Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia”, (Jakarta; LPSP UI, 2005) h.29

13

E. Kristi Poerwandari, “Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia”, (Jakarta; LPSP UI, 2005) h.29

14

(21)

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Ada beberapa lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian, yaitu:

a. Penelitian ini dilakukan di kantor DPP PKS, Jln TB Simatupang

Jakarta Selatan dan melalu emailhumas.pks@gmail.com

b. Penelitian ini dilakukan di kantor FASTCOMM di jalan

Adityawarman 1 No.12 Jakarta 12160.

c. Penelitian dimulai pada tanggal 26 Agustus 2012 sampai 3 September

2013

3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah tim kreatif

kampanye politik partai PKS. Sedangkan yang menjadi objek dari

penelitian ini adalah strategi komunikasi politik partai PKS.

4. Teknik Pengumpulan Data

Berikut adalah teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan:

a. Observasi

Penelitian dengan metode observasi biasanya dilakukan untuk

melacak secara sistematis dan langsung dengan gejala-gejala yang

terkait, persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat.

Disini kita langsung memiliki pergertian bahwa peneliti hadir dan

mengamati kejadian-kejadian di lokasi.15

15

(22)

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis

sifatnya. Karena bentuknya berasal dari interaksi verbal antara peneliti

dan narasumber.16 Data dikumpulkan melalui wawancara yang

mendalam pada subjek penelitian. Wawancara ini merupakan

wawancara tatap muka antara peneliti dengan informan atau

narasumber yang bersangkutan dengan penelitian dengan teknik

wawancara mendalam.

Wawancara (interview) berbentuk tanya jawab lisan antara dua

orang lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer,

sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee.17 Peneliti

melakukan wawancara dalam bentuk diskusi. Kepada responden dalam

hal ini yang menjadi responden adalah:

a. Mardani Ali Sera M.Eng Sebagai Ketua Badan Kehumasan DPP

PKS dan Anggota Tim Kampanye PKS bidang media massa.

b. Chandra Alif Irawan, sebagai Humas DPP PKS dan staf Web

Developer PKS.

Dengan memilih Ketua Badan Kehumasan DPP PKS Mardani Ali

Sera dan Chandra Alif Irawan sebagai responden wawancara, peneliti

bisa mengetahui beberapa point penting mengenai strategi persiapan

kampanye PKS serta komunikasi politik antar kader PKS.

16

Sanafiah Faisal,Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi(Jakarta: Rajawali Pers 1995), cet. 3, h. 39.

17

(23)

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu instrumen pengumpulan data.

Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis

dan interpretasi data. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau

dokumen pribadi. Dokumen yang digunakan dalam mendukung data

penelitian ini berasal dari dokumen tayangan iklan kampanye politik

melalui media sosialWebsiteresmi partai PKS.

5. Teknik Analisis Data

Analisa data menurut Patton, adalah proses mengatur uraian data.

Mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satu uraian

dasar.18 Data yang terkumpul melalui wawancara mendalam dan

dokumen-dokumen di klasifikan ke dalam kategori-kategori tertentu.19

Untuk menganalisa strategi komunikasi politik dan ekspresi simbolik

PKS mengenai persiapan Pemilu legislatif 2014, maka peneliti juga

melakukan analisis deskriptif interpretatif, yaitu dengan menganalisis

setiap data atau fakta yang ditemukan lebih dekat, mendalam, mengakar,

dan menyeluruh.

Dengan menggunakan teori Performa (performance) yang artinya

adalah metafora yang menggambarkan proses simbolik dari pemahaman

akan prilaku manusia dalam sebuah organisasi, performa organisasi sering

kali memiliki unsur teatrikal, di mana baik supervisor maupun karyawan

18

Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif, h. 103

19

(24)

(kader partai dalam hal ini) memilih untuk mengambil peran atas bagian

tertentu dalam organisasi mereka.20

Sedangkan teknik dan metode penulisannya, peneliti berpedoman

pada buku Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya

Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality

Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti juga mengadakan tinjauan

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan Perpusatakaan Fakultas

Dakwah dan Komunikasi. Peneliti juga mencari skripsi yang ada di

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah guna memastikan apakah

ada judul atau tema yang sama dengan skripsi ini.

Berdasarkan hasil penelusuran peneliti, ada satu deskripsi serupa

namun berbeda yang membahas tentang kampanye politik di media massa,

skripsi ini berjudul Kampanye Politik di Media Massa Pasangan Adang

Daradjatun Dani Anwar dalam Masa Kampanye Pilkada DKI Jakarta

2007 yang disusun oleh Maharani Aliawati mahasiswi UIN Syarif

Hidayatullah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam pada Tahun 2008.

20

(25)

Skripsi ini menyimpulkan bahwa kampanye politik di media massa

yang dilakukan oleh pasangan cagub dan cawagub ini berupaya untuk

meningkatkan popularitas dan akseptabilitas pasangan yang diusung PKS

ini diminta khalayak pemilih.

Mochammad Rifqi Ridho menulis tentangStrategi Komunikasi Politik

Dalam Perolehan Suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Pada

Pemilu Legislatif 2009 Di Kabupaten Tegal. Persamaan skripsi ini adalah

obyek penelitian yang mengarah pada partai politik Islam.

Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada analisis data yang

diteliti, pada skripsi ini analisisnya lebih mengarah kepada

masalah-masalah yang yang terjadi pada komunikasi politik yang digunakan oleh

PPP Kabupaten Tegal pada Pemilu legislatif 2009 yang dilihat dari

mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan serta penyebab turunnya

perolehan suara PPP Kabupaten Tegal pada Pemilu legislatif 2009.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan memberikan

gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan

yang ada dalam skripsi ini, maka peneliti mengkelompokkan dalam lima

bab pembahasan, yaitu sebagai berikut:

BAB I : Bab pendahuluan yang membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan

[image:25.595.96.515.205.590.2]
(26)

BAB II : Bab Kajian Teoritis yang membahas tentang Teori

Konstruksi Sosial, Teori Performa Komunikatif,

Konseptualisasi Kampanye Politik, dan Konseptualisasi

Strategi Komunikasi Politik.

BAB III : Bab Gambaran Umum tentang Partai Keadilan Sejahtera mulai dari sejarah Berdirinya Partai keadilan Sejahtera,

Kerangka Landasan Ideologi Partai, Prinsip Dasar Partai

Keadilan Sejahtera, Visi dan Misi, Karakeristik Partai

Keadilan Sejahtera dan Lambang Partai.

BAB VI :Bab ini membahas tentang Strategi Komunikasi Politik Partai kedilan Sejahtera (PKS) Di Media Sosial Jelang

Pemilu 2014 Antara lain, Strategi Komunikasi Politik PKS

Jelang Pemilu 2014 dan Ekspresi Simbolik PKS di Media

Sosial.

(27)

16

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Teori Konstruksi Sosial

Teori konstruksi sosial ini berlangsung dengan pembentukan citra

partai politik pada masa kampanye pemilu berlangsung. Konstruksi sosial

diarahkan untuk menciptakan pengetahuan dan persepsi yang beredar dan

berkembang di masyarakat dalam bentuk kesadaran umum dan wacana

publik. Melalui media sosial pembentukan konstruksi sosial ini akan lebih

cepat dan luas dalam pemberian pengetahuan dan persepsi.

Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi

informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan

sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang membentuk opini massa

cenderung apriori dan sinis.1

Target image merupakan tahapan dalam konstruksi citra, dalam

konteks yang lebih luas, target image menunjukkan eksistensi sebuah naskah

iklan dalam konteks pemasaran karena itu biasanya amat signifikan dengan

media iklan yang mereka pilih.2

Biasanya pesan iklan atau konstruksi iklan memiliki klasifikasi

tingkatan; pertama, untuk menyampaikan informasi produk; kedua, untuk

menyampaikan informasi dan membangun citra (image);ketiga, pembenaran

1

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008), cet.3 h.203

2

(28)

tindakan; empat menyampaikan informasi, membentuk citra (mage),

pembenaran dan persuasi tindakan.3

Menurut Berger dan Luckmann sebagaimana yang dikutip oleh

Subiakto, realitas sosial terdiri dari realitas objektif, realitas simbolis dan

realitas subjektif. Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari realitas

subjektif. Dan realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman

di dunia objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap

sebagai kenyataan. Realitas simbolis merupakan ekspresi simbolis dari

realitas objektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subjektif adalah

realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif

dan simbolis ke dalam individu melalui proses internalisasi.4

Mereka juga menegaskan bahwa, konstruksi sosial tidak berlangsung

dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan. mereka

menjelaskan realitas sosial di konstruksi melalui proses eksternalisasi,

objektivasi, dan internalisasi. Eksternalisasi, yaitu penyesuaian diri dengan

dunia sosiokultural sebagai bagian dari produk manusia. Objektivasi, yaitu

interaksi yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau

mengalami proses institusional.5

Hal terpenting dalam objektivasi adalah pembuatan signifikasi, yakni

pembuatan tanda-tanda oleh manusia, internalisasi, yaitu proses yang mana

individu mengidentifikasikan dirinya pada lembaga-lembaga sosial atau

3

Ibid, h.213

4

Henry Subiakto,Dominasi Negara dan Wacana Pemberitaan Pers,dalam Basis Susilo (ed.),Masyarakat dan Negara,(Surabaya: AUP,1997), h.93.

5

(29)

organisasi tempat individu menjadi anggotanya. Pemahaman individu dan

orang lain serta pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi

dari kenyataan sosial internalisasi juga melibatkan identifikasi subjektif

dengan peran dan normanya yang sesuai.6

1. Konstruksi Sosial

Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi

informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung

dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terekonstruksi

itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa

cenderung sinis.7

Posisi konstruksi sosial media massa adalah mengkoreksi substansi

kelemahan dan melengkapi konstruksi sosial atas realitas, dengan

menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek media pada

keunggulan atas konstruksi sosial dan realitas.

Dari konten konstruksi sosial media massa, proses kelahiran

konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut: (a)

tahap menyiapkan materi konstruksi; (b) tahap sebaran konstruksi (c)

tahap pembentukan konstruksi; dan (d) tahap konfirmasi.8

6

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008), cet.3, h. 193.

7

Ibid, h.203

8

(30)

Bagan (1) Proses Konstruksi Sosial Media Massa9

a. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi

Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas

redaksi media massa. Masing-masing media memiliki desk yang

berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Ada tiga

hal penting dalam penyiapan materi konstruksi media massa kepada

kapitalisme.

Pertama, media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan

kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang

dan pelipat gandaan modal.

Kedua, keberpihakan semua kepada masyarakat. Bentuk

keberpihakan ini adalah dalam bentuk empati, simpati dan berbagi

partisipasi kepada masyarakat, namunpada dasarnya untuk “menjual

9

(31)

berita” dan menaikkan kepentingan kapitalis. Ketiga, keberpihakkan

kepada kepentingan umum. Keberpihakkan ini sesungguhnya adalah

visi setiap media massa.

b. Tahap Sebaran Konstruksi

Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi

media massa. Konsep konkret strategi sebaran media massa

masing-masing media berbeda, namun prinsip utamanya adalahreal time. Pada

umumnya, sebaran konstruksi sosial media massa mengunakan model

satu arah, dimana media menyodorkan informasi sementara konsumen

media tidak memiliki pilihan kecuali mengonsumsi informasi itu.

Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah

semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya

dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang

penting oleh media. Apa yang dipandanng penting oleh media,

menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

c. Pembentukan Konstruksi Realitas

Pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang

berlangsung secara generik. Tahap pertama, konstruksi pembenaran

sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang kreativitas, seni,

sosial dan budaya yang popular yang spektakuler, sehingga

(32)

Biasanya pesan iklan atau konstruksi iklan memiliki klasifikasi

tingkatan; (1) menyampaikan informasi produk; (2) untuk

menyampaikan informasi dan membangun citra (image); (3)

pembenaran tindakan; (4) menyampaikan informasi, membentuk citra,

pembenaran, dan persuasi tindakan.

d. Tahap Konfirmasi

Konfirmasi adalah tahapan ketika media masa maupunpembaca

dan pemirsa member argumentasi dan akutabilitas terhadap pilihannya

untuk terlibat alam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media,

tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi terhadap

alasan-alasan konstruksi sosial. Sedangkan, bagi pembaca dan pemirsa,

tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat

dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.

Dalam pandangan konstruksionis, media bukanlah sekedar

saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas

lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakaknnya. Disini media

dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.

Pandangan ini menolak argument yang menyatakan media seolah-olah

sebagai tempat saluran yang bebas. Lewat berbagai instrument yang

(33)

pemberitaan. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas

untuk disajikan kepada khalayak.10

Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis,

Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan pada politik

pemaknanan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran

tentang realitas. Makna bukanlah suatu yang absolute, makna adalah

suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan.

Kedua, pendekatan konstruksisonis memandang kegiatan komunikasi

sebagai proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa

bagaimana pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi

penerima (komunikan) ia memeriksa bagaimana konstruksi makna

individu ketika menerima pesan.11

B. Teori Performa Komunikatif

Pada setiap organisasi pasti mempunyai budaya organisasi yang

berbeda-beda. Begitu juga dengan performa komunikasi pada setiap organiasi

yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Performa komunikasi yang

dilakukan di dalam struktur organisasi maupun diluar organisasi akan

membantu organisasi ini didalam membangun kebersamaan diantara anggota

dalam rangka mencapai tujuan organisasi, memecahkan suatu masalah,

sosialisasi program-program organisasi kepada anggota ataupun masyarakat,

dan lain sebagainya.

10

Eriyanto, Analisis Framming: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2008), cet. 5, h.23

11

(34)

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi politik atau yang dikenal

sebagai partai politik. Partai politik yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah Partai Keadilan Sejahtera. Bagaimana partai ini membentuk sebuah

performa komunikatif diantara para kader, konstituennya dan masyarakat

secara luas, terutama dalam rangka menghadapi pemilu 2014.

Performa (performance) adalah metafora yang menggambarkan

proses simbolik dari pemahaman akan prilaku manusia dalam sebuah

organisasi, performa organisasi sering kali memiliki unsur teatrikal, di mana

baik supervisor maupun karyawan (kader partai dalam hal ini) memilih untuk

mengambil peran atas bagian tertentu dalam organisasi mereka.12

1. Performa Ritual

Performa ritual merupakan semua performa komunikasi yang

terjadi secara teratur dan berulang. Ritual terdari atas empat jenis, yakni

personal, tugas, sosial, dan organisasi.

a. Performa ritual personal merupakan rutinitas yang dilakukan di

tempat kerja setiap hari.

b. Performa ritual tugas merupakan rutinitas yang dilakukan dengan

pekerjaan tertentu di tempat kerja.

c. Performa ritual sosial merupakan rutinitas yang melibatkan hubungan

dengan orang lain di tempat kerja.

d. Performa ritual organisasi merupakan rutinitas yang berkaitan dengan

organisasi secara keseluruhan.

(35)

Dalam performa ini Partai Keadilan Sejahtera memberikan

kegiatan sesuai program kerja yang dilaksanakan secara rutin kepada

setiap kader-kadernya untuk menjalin hubungan komunikasi politik agar

lebih baik dalam mensosialisasikan program-program partai kepada

konstituennya.

2. Performa Sosial

Performa sosial merupakan perpanjangan sikap santun dan sopan

untuk mendorong kerja sama di antara anggota organisasi. Sikap ini juga

merupakan cerminan perilaku organisasi yang ditujukan untuk

mendemostrasikan kerja sama dan kesopanan dengan orang lain.

Kebanyakan organisasi menginginkan untuk mempertahankan perilaku

yang profesional, bahkan dimasa yang sulit, dan performa sosial

membantu tercapainya hal ini.13

Organisasi dalam konteks ini adalah organisasi partai politik,

performa sosial yang dilakukan berupa kesantunan dan kesopanan yang

ditujukan oleh Partai Keadilan Sosial untuk kerjasama di antara para kader

dan calon konstituennya.

3. Performa Politis

Ketika budaya organisasi mengkomunikasikan performa politis,

budaya ini sedang menjalankan kekuasaan atau kontrol. Performa politis

merupakan perilaku organisasi yang mendemostrasikan kekuasaan atau

kontrol. Karena biasanya organisasi bersifat hierarkis, harus ada seseorang

13

(36)

dengan kekuasaan untuk mencapai segala sesuatu dengan memiliki cukup

kontrol untuk mempertahankan dasar-dasar yang ada.

Ketika anggota organisasi terkait dalam performa politis, mereka

mengkomunikasikan keinginan untuk memengaruhi orang lain. Hal ini

bukanlah selalu merupakan hal yang buruk. Performa politis budaya pada

anggota organisasi berpusat pada pengakuan akan kompetisi sebagai

anggota organisasi dan untuk komitmen mereka terhadap misi

organisasinya.

4. Performa Enkulturasi

Performa enkulturasi merujuk pada bagaimana anggota

mendapatkan pengetahuan dankeahlian untuk dapat menjadi anggota

organisasi yang mampu berkontribusi. Performa ini dapat berupa sesuatu

yang berai maupun hati-hati,dan performa ini mendemonstrasikan

kompetisi seorang anggota dalam sebuah organisasi.

Dalam performa ini, Partai Keadilan Sejahtera memberikan

pengetahuan dan keahlian kepada kader-kadernya dalam rangka

meningkatkan komunikasi politik dan bagaimana menjadi politisi yang

dapat mencapai jabatan public serta mensosialiasikan program-program

(37)

C. Konseptualisasi Komunikasi Politik 1. Definisi Komunikasi Politik

Bertolak dari konsp komunikasi dan konsep politik yang telah

diuraikan pada bagian awal, maka upaya untuk mendekati pengertian apa

yang dimaksud komunikasi politik, menurut Dahlan (1999) yang dikutip

Hafied Cangara dalam bukunya “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan

Strateg”, Komunikasi Politik ialah suatu bidang atau disiplin yang telah

menelah perilaku dan kegiatan-kegiatan komunikasi yang bersifat politik,

mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik.14

Menurut McNair dalam bukunya Introduction to Political

Communication (2003) yang dikutip Hafied Cangara dinyatakan bahwa

murni membicarakan tentang alokasi sumber daya publik yang memiliki

nilai, apakah itu nilai kekuasaan atau nilai ekonomi, petugas yang

memiliki nilai, apakah itu nilai kekuasaan atau nilai ekonomi, petugas

yang memiliki keweanangan untuk member kekuasaan dari

keputusandalam pembuatan undang-undang atau aturan, apakah itu

legislatif atau eksekutif, serta sanksi-sanksi, apakah itu dalam bentuk

hadiah atau denda.15

14

Cangara Hafied, “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strategi”(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), h.30

15

(38)

Dengan demikian, pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan

sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau symbol-simbol

komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok

kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara

berpikir, serta memengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang

menjdai target politik.

Strategi komunikasi merupakan perpaduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) unutuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus menunjukan bagaiamana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata pendekatannya bisa berbeda-beda tergantung pada suatu kondisi dan situasi.16

Strategi komunikasi antara berbagai tingkat dalam organiasai harus

konsisten. Seringkali terjadi keputusan strategis yang dibuat pada

tingkat-tingkat yang berbeda kurang dipahami. Oleh karena itu, peran spesialis

public relations adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan

secara menyeluruh, yang oleh politisi Inggris Peter Mandelson disebut

sebagai ‘on message’. Penerapan menyeluruh ini tidak berarti umum atau

sama, meskipun persepsi dari frase tersebut secara terus- menerus dibuat

oleh jurnalis dan rival politiknya agar frase ‘on message’ memang berarti

umum atau sama.17

16

Effendy Onong Uchjana,“Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek“(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1992), h.11

17

(39)

Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi.

1. Tujuan Sentral dalam Strategi Komunikasi

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dana manajemen (management) untuk mencapai tujuan. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut R. Wayne Pace, Brent D Peterson dan M. Dallas Burrnett dalam bukunya “Technique For Effective Communication”, bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama:18

a. To Secure Understanding

Memastikan bahwa komunikan paham dan mengerti pesan yang diterma. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaan itu harus dibina (To establish acceptance).

18

(40)

b. To Establish Acceptance

Setelah komunikan mengerti dan menerima pesan maka ini harus dilakukan pembinaan. Setelah penerimaan itu dibina. Kegiatan harus di motivasikan (To motivate action).

c. To Motivate Action

Setelah penerimaan itu dibina maka kegiatan itu harus di motivasikan (To motivate action).

2. Korelasi Antar Komponen dalam Strategi Komunikasi

Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor pendukung dan faktor penghambat pada setiap komponen tersebut.19

3. Strategi Komunikasi dalam Kampanye Pemilihan Umum

Berdasarkan strategi–strategi komunikasi yang dilakukan oleh setiap kandidat guna mengenalkan, menarik simpati, bahkan meningkatkan citra. Dengan strategi tersebut, masyarakat dibentuk opini dan persepsinya sehingga tertarik dan mau memilih seorang kandidat dalam pemilu. Strategi komunikasi politik yang dilakukan cukup beragam, mulai dengan penggunaan promosi secara tidak langsung atau disebutbellow the lineseperti banner, flyer, pamflet, brosur, katalog, serta pameran. Kemudian promosi secara langsung dengan menggunakan media iklan atauabove the lineseperti penggunaan televisi, radio, surat kabar, internet (sosial media). Hal lain yang menunjang keberhasilan suatu strategi komunikasi dalam kampanye adalah waktu. Dimana

19

(41)

dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memenuhi beberapa proses

atau tahapan hingga akhirnya persepsi atau opini publik terbentuk dan

memilih kandidat dalam pemilu.20

D. Konseptualisasi Strategi Komunikasi Politik

Langkah pertama dalam strategi komunikasi politik, ialah merawat

ketokohan dan memantapkan kelembagaan. Artinya, ketokohan seseorang

politikus dan kemantapan lembaga politiknya dalam komunikasi politik.

Selain itu jga diperlukan kemampuan dan dukungan lembaga dalam menyusun

pesan politik, menetapkan metode, dan memilih media politik yang tepat.21

Karena politik adalah pengambilan keputusan bukan untuk

kepentingan perorangan, melainkan untuk kepentingan orang banyak. Maka

cita-cita politik harus diarahkan untuk menciptakan individu yang memiliki

komitmen untuk menjadi “negarawan”. Oleh karena itu, negarawan hanya bisa

dicapai melalui keikhlasan dan kejujuran, maka komunikasi politik memiliki

filososfi yakni pendayagunaan sumber daya komunikasi, apakah itu sumber

daya manusia, infrastruktur, maupun piranti lunak untuk mendorong

terwujudnya system politik yang mengusung demokrasi, di mana kekuasaan

pemerintahan dijalankan oleh pemenang pemilu (mayoritas).

20

“Strategi Komunikasi Dalam Kampanye Pemilihan Umum”. Diolah pada hari minggu,

8 April 2013, Pukul 12:42 WIB dan diakses dari http://mediapublica.co/2013/02/11/strategi-komunikasi-dalam-kampanye-pemilihan-umum/

21

(42)

Dengan demikian, demokrasi menjadi cita-cita yang luhur sesuai

dengan hati nurani, sehingga dapat diabdikan untuk kepentingan semua pihak,

baik yang kalah maupun yang menang dalam membangun suatu kebersamaan

menuju tujuan yang sama.22

Pada hakikatnya, suatu strategi dalam komunikasi politik adalah

keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan saat

ini, guna mencapai tujuan politik masa depan. Justru itu, merawat ketokohan

dan memantapkan kelembagaan politiknya akan merupakan kepurtusan

strategis yang paling tepat bagi komunikator politik untuk mencapai ujuan

politik kedepan, terutama memenangkan pemilihan umum. Ketika komunikasi

politik berlangsung, justru yang berpengaruh bukan pesan politik saja,

melainkan terutama siapa tokoh politik (politikus) atau tokoh aktivis dan

professional dan dari lembaga mana yang menyampaikan pesan poltik itu.

Dengan kata lain, ketokohan seseorang komunikator politik dan lembaga

politik yang mendukungnya sangat menentukan berhasul atau tidaknya

komunikasi politik dalam mencapai sasaran dan tujuannya.23

1. Pesan Politik

Ialah pernyataan yang disampaikan baik secara tertulis maupun

tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi mapun

terang-terangan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari yang

isinya mengandung bobot politik. Misalnya pidato politik, undang-undang

22

Cangara Hafied, “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strategi”(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), h.31

23

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan

(43)

kepartaian, undang-undang pemilu pernyataan politik, artikel atau isi

buku/brosur dan berita surat kabar, radio, televisi dan internet yang berisi

ulasan politik dan pemerintahan, puisi politik, spanduk dan baliho, iklan

politik, propaganda, perang urat saraf (psywar), makna logo, warna baju

atau bendera, bahsa badan (body language) dan semacamnya.24

Bertolak dari paradigma khalayak aktif di Negara demokratis,

sesungguhnya khalayaklah yang menentukan pesan politik yang harus

disampaaikan oleh para politikus dalam kampanye politiknya, baik dalam

menggunakan retorika politik (pidato) maupun melalui media politik,

pesan politik disusun setelah mengetahui kondisi khalayak, hal itulah yang

disebut sebagai persuasi dalam arti yang sesungguhnya (positif).25

Harus disadari bahwa individu-individu dalam saat yang

bersamaan selalu dirangsang oleh banyak pesan dari berbagai

sumber,termasuk pesan politik. Akan tetapi, tidaklah semua rangsangan itu

dapat memengaruhi khalayak karena tidak menimbulkan perhatian atau

pengamatan yang terfokus. Artinya, tidak semua yang diamati dapat

menimbulkan perhatian kecuali pesan yang memenuhi syarat.

Selanjutnya menurut Wilbur Schramm (1955) yang dikutip Anwar

Arifin, dalam syarat-syarat untuk berhasilnya suatu pesan yaitu:

a. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga

pesan itu dapat menarik perhatian khalayak.

24

Cangara Hafied, “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strategi”(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), h.32

25

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan

(44)

b. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang sudah dikenal oleh

komunikator dan khalayak sehingga kedua pengertian itu bertemu.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada pesan sasaran

dan menyarankan agar cara-cara tersebut dapat mencapai kebutuhan

itu.

d. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan

yang layak bagi khalayak.26

Sesungguhnya syarat-syarat yang dikemukakan di atas pada

prinsipnya hanyalah terdiri atas intensitas dan pokok persoalannya. Jika

diterapkan dalam komunikasi politik, intensitas pesan politik dapat

dilakukan, misalnya pada tanda-tanda komunikasi (sign of communication)

dan diisi komunikasi politik. Isi pesan politik yang menarik perhatian

apabila ia memuat pemenuhan kebutuhan pribadi (personal needs) dan

kelompok (social needs) dalam masyarakat. Suatu pesan politik hanya

akan menarik perhatian selama ia memberikan harapan atau hasil yang

kuat relevansinya dengan persoalan kebutuhan (needs) tersebut.27

Dengan demikian, upaya pertama yang harus dilakukan dalam

menyusun pesan politik yang pesuasif adalah bangkitnya perhatian dari

khalayak terhadap pesan-pesan politik yang disampaikan. Pesan yang

dapat menimbulkan perhatian adalah pesan yang mudah diperoleh

(availability) dan karena itu harus menyolok perbedaannya (contrast)

26

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) cet ke-1, h.248

27

Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi

(45)

dengan pesan-pesan yang lain. Kedua hal ini ditujukan terutama dalam

pengunaan tanda-tanda komunikasi (sign of communication) dan

pengunaan medium.28

2. Partai Politik

Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk

wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai

pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa

dikonsolidasikan. Dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam

pembuatan dan pelaksanaan keputusan.29

Secara umum partai politik dapat dikatakan suatu kelompok

terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan

cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh

kekuatan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara

konstitusional untuk menjalankan programnya.30

Adapun fungsi partai politik di negara demokratis seperti di

Indonesia yang menganut sistem pemerintahan yang demokratis yang

mana banyaknya partai politik pada saat ini relatif dapat menjalankan

fungsi sesuai harkat sesuai pada saat kelahirannya, yakni menjadi wahana

bagi warga negara untuk berpatisipasi dalam pengelolaan kehidupan

bernegara dan memperjuangkan kepentingannya dihadapan penguasa.

28

Ibid,h.249-250

29

Miriam Budiardjo,op, cit,h.403

30

(46)

Fungsi partai politik di negara demokratis ialah;31

1. Sebagai sarana komunikasi politik

2. Sebagai sarana sosialisasi politik

3. Sebagai sarana rekrutmen politik

4. Sebagai sarana pengatur konflik

Hal ini dapat dikaji dengan melihat berbagai organisasi, system dan

prosedur kerja. Oleh karena itu ada organisasi politik yang resmi tampak

seperti partai politik, perkumpulan buruh tani, nelayan, pedagang,

organisasi wanita, pemuda, pelajar, militer dan lain-lain. Tetapi ada pula

organisasi abstrak yang tidak resmi namun sangat menguasai keadaan

sebagai elite power, disebut juga dengan group penekan (pressure group)

seperti sekelompok kesukuan, fanatisme keagamaan dan sekelompok

tertentu yang berdasarkan almamater.32

3. Komunikator Politik

Dalam politik praktis, antara kandidat dan juru kampanye sebenarnya

tidak bisa dipisahkan sehingga publik akan menilainya secara keseluruhan

tanpa melakukan pemisahan. Mengapa komunikator politik ini sangat

menentukan? Kalau ada kandidat seorang yang baik dan jujur, tetapi juru

kampanye nya orang yang dianggap masyarakat berprilaku buruk, apa pun

pesan yang disampaikannya pasti akan ditolak oleh masyarakat. Di sinilah

peran penting seorang komunikator politik.

31

Miriam Budiarjo,op, cit,h.405

32

(47)

Komunikator poltik adalah orang yang melakukan komunikasi

dalam konteks politik kapanpun dan dimanapun pesan itu disampaikan. Ia

menyampaikan pesan-pesan politik, baik kepada individu, kelompok

maupun massa. Komunikator politik merupakan orang yang terlibat dalam

proses politik, baik secara langsung maupun tidak langsung.33

Dalam aktivitas politik, komunikator politik memiliki peranan

yang sangat penting. Mereka adalah orang-orang yang dengan pesannya

dapat membentuk opini publik. Dalam skala luas, komunikator politik

akan dapat memengaruhi kehidupan sosial masyarakat sebab konstalasi

politik juga sangat ditentukan oleh sejauh mana mereka melontarkan

gagasan-gagasannya. Komunikator politik biasanya terdiri dari

orang-orang yang memiliki kapasitas di bidangnya sehingga apa yang

dikatakannya dapat menjadi referensi atau rujukan banyak orang.34

Dalam kapasitas apa pun, seorang komunikator politik harus dapat

memahamkan kepada pihak yang ditujunya mengenai maksud dan target

politiknya. Berikut klasikasifikasi komunikator politik utama dalam

politik:

1. Politikus

Orang yang berscita-cita untuk dan atau memegang jabatan

pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk atau pejabat

karier dan tidak mengindahkan apakah ajabatan itu eksekutif, legislatif

atau yudikatif.

33

Liliweri Alo,Komunikasi Serba Ada Serba Makna,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) Cet. ke-1 h.270

34

(48)

2. Profesional

Orang-orang yang mencari nafkah dengan mengandalkan keahliannya

berkomunikasi. Komunikator professional adalah peranan sosial yang

relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang

sedikitnya mempunyai dua dimensi utama, ayitu munculnya media

massa dan perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah

untuk khalayak khsusus, stasiun radion dsb.) yang menciptakan publik

baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan.

3. Aktivis

Komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran

organisasional dan interpersonal. Dalam komunikasi politik, terdapat

dua jenis aktivis: pertama, juru bicara bagi kepentingan yang

terorganisasi. Pada umumnya ia tidak memegang ataupun

mencita-citakan jabatan pada pemerintah.

E. Konseptualisasi Ekspresi Simbolik

Orang tidak dilahirkan dengan kepercayaan, nilai dan penghargaan

politik. Namun, mereka menyusunnya secara sinambung jika dihadapkan

pada rangsangan politik. Salah satu tingkat dalam tahap penyusunan personal

ini terdiri atas segala sesuatu yang dapat dipelajari orang melalui komunikasi

(49)

proses yang disebut sosialisasi dalam bentuk ekspresi politik secara simbolik

tertentu.35

Dan Nimmo dalam bukunya mengutip pernyataan Mead, menurutnya

isyarat tubuh, ujaran, kata dan jeda adalah tanda-tanda yang diinterprestasikan

orang. Interpretasi membuat lambang menjadi tanda yang bermakna. Melalui

komunikasi (dan proses negosiasi yang dimudahkan oleh komunikasi) orang

menciptakan makna bersama, yang dipahami bersama dari lambang

signifikan. Maka belajar bagi orang adalah menjumlahkan inernalisasi makna

lambang yang dipahami bersama dan karena itu menanggapi atau

sekurang-kurangnya seperti tanggapan yang mereka bayangkan merupakan tangapan

bersama dengan orang lain dan menanggapi maksud orang lain sebagaimana

yang disajikan dalam lambang signifikan, sifat ini memandang belajar

sebagai kegiatan simbolik.36

1. Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik di Indonesia

Komunikasi politik yang melibatkan lebih banyak partisipasi

rakyat memang masih terbatas pada momentum-momentum pesta

demokrasi, sejak sebelum hingga saat pelaksanaan pemilu usai. Untuk

melihat simbol-simbol komunikasi politik contohnya pada era Orde Baru,

Asep Saepul Muhtadi dalam bukunya menelaah tulisan Anderson (1978),

Cartoons and Monuments: The Evolution of Political Communication

under the New Order. Dia menyebutkan sekurang-kurangnya empat

35

Nimmo Dan, “Komunikasi Politik Khalayak dan Efek” (Bandung, PT Remaja

Rosdakarya, 2001), h.86

36

(50)

symbol komunikasi politik yang banyak digunakan pemerintahan Orde

Baru.37

1. Direct Speech, yang dalam realitasnya merupakan bentuk komunikasi

politik paling banyak digunakan di masyarakat, seperti gossip, rumor,

diskusi, argumentasi, interogasi dan intrik. Meskipun demikian,

bentuk-bentuk komunikasi ini hampir lepas dari perhatian para pakar

dan peneliti tentang komunikasi politik di Indonesia.

2. Symbolic Speech, yaitu symbol-simbol yang di ekspresikan kemudian

dimaknai secara khusus sesuai dengan kepentingan sejarahnya.

Pemilihan warna bendera “merah-putih” misalnya, merupakan symbol

yang mengandung pesan-pesan tertentu sesuai dengan makna

sejarahnya.

3. Cartoons, yaitu bentuk komunikasi politik yang paling terbuka untuk

diinterpretasikan. Kartun biasanya dibuat dengan latar belakang

peristiwa tersendiri. Ia merupakan respon terhadap

kenyataan-kenyataan yang sedang hangat terjadi.

4. Monuments, yaitu symbol komunikasi politik yang dibuat untuk

menginformasikan sesuatu peristiwa yang pernah di lalui bangsa

Indonesia.munimen banyak dibangun selama pemerintahan Orde Baru

yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.

37

(51)

2. Interaksi Simbolik Dalam Budaya Siber

Dalam buku Komunikasi Antar Budaya di Era Buda Siber, Rulli

Nasrullah mengutip pernyataan yang dilontarkan Castells (2009:129) pada

dasarnya Term mass self-communication dapat terwakili dari bagaimana

teks itu diproduksi dan dikonsumsi sekaligus oleh entitas yang

bersangkutan. Seperti tombol “Like” dalam media sosial Facebook, di satu

sisi ikon yang di klik tersebut secara denotasi menandakan makna “suka”

terhadap status atau image yang dipublikasikan, namun di sisi lain makna

Like” itu bisa beragam dan hanya diketahui oleh pengklik tombol

tersebut.38

Like” yang pada awalnya merupakan penanda bahwa entitas

tertarik pada bahasan atau topic tertentu di Facebook, ternyata mengalami

pergeseran makna. Fenomena tombol “Like” pada dasarnya merupakan

salah satu bentuk dari budaya komunikasi yang terjadi di era digital saat

ini. Makna sebuah ikon tidak bisa lagi diasumsikan akan dimaknai sama

oleh entitas lain. Teknologi telah memberikan kebebasan bagi entitas

untuk memproduksi sebuah teks dan sekaligus memaknai teks tadi dalam

konteks sesuai dengan keinginan entitas tersebut.39

F. Konseptualisasi Media Sosial

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia tentunya tidak bisa

lepas dari kegiatannya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan untuk

bersosialisasi itulah manusia memerlukan komunikasi sehingga akibatnya

38

Rulli Nasrullah, ”Kebudayaan AntarBudaya di Era Budaya Siber”(Jakarta: Kencana Prenada

Grup, 2012) h.104

39

(52)

timbul interaksi dalam kehidupan manusia, maka ketika seseorang melakukan

proses komunikasi dengan orang lain dibutuhkan kesamaan makna sehingga

diharapkan agar proses komunikasi yang sedang terjadi dapat berlangsung

efektif.

Dengan kemajuan di bidang teknologi informasi serta komunikasi

sekarang ini, dunia tidak lagi mengenal batas, jarak, ruang dan waktu, sebagai

contoh kini orang dapat dengan mudah memperoleh baerbagai macam

informasi yang terjadi di belahan dunia tanpa harus datang ke tempat tersebut.

Bahkan orang dapat berkomunikasi dengan siapa saja di berbagai tempat di

dunia ini, hanya dengan memanfaatkan seperangkat komputer yang

tersambung ke internet.40

Sebagai contohnya, di era komunikasi global seperti sekarang ini

banyak sekali bermunculan situs-situs social networking yang cukup menarik

perhatian. Social networking adalah sebuah bentuk layanan internet yang

ditujukan sebagai komunitas online bagi orang yang memiliki kesamaan

aktivitas, ketertarikan pada bidang tertentu, atau kesamaan latar balakang

tertentu. Layanan social network biasanya berbasis web, yang menyediakan

kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat berinteraksi

seperti chat, messaging, email, video, chat suara, share file, blog, diskusi grup,

dan lain-lain.41

40

Fahmi,“Mencerna Situs Jejaring sosial” (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011) h.10

41

(53)

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya

bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,

jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki

merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan ole

Gambar

Tabel 1: Aspek Pembeda Antara Kampanye dengan Propaganda …………54
gambar, kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan
gambar-gambar, isyarat tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk, subtansi dan media komunikasi politik yang dilakukan partai politik beserta pemilu tahun 2004 dalam berbagai bentuk dan saluran, serta media komunikasi berdampak pada

Oleh karena itu pentingnya sebuah komunikasi politik yang baik, untuk memperoleh dukungan dari masyarakat, dalam hal ini partai Gerindra sebagai partai yang baru kedua kalinya

Berkaitan dengan pengaruh media -sebagai salah satu alat pemasaran politik- dalam mengubah persepsi publik dalam hal ini adalah pemilih (konstituen), menjadi menarik untuk

Bentuk, subtansi dan media komunikasi politik yang dilakukan partai politik beserta pemilu tahun 2004 dalam berbagai bentuk dan saluran, serta media komunikasi berdampak pada

1. Dasar pertimbangan pada penentuan keterwakilan perempuan 30% dalam kepengurusan partai politik menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik adalah :

Berdasar uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi politik Partai Keadilan Sejahtera, peran media pada pemilu, dan bagaimana dampak

Penelitian ini mendiskusikan tentang perilaku pemilih yang mempengaruhi perubahan suara partai politik pada pemilu legislatif 2009, 2014, dan 2019. Pendalaman partai politik

yang telah banyak memberikan informasi terkait dengan strategi komunikasi politik Partai Gerindra.. Semoga Allah SWT memberikan rakhmat dan tempat