STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) SECARA EKSPRESI SIMBOLIK DI MEDIA SOSIAL JELANG
PEMILU 2014
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi syarat mencapai gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ACHMAD FURQON NIM. 109051000047
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EKSPRESI SIMBOLIK IKLAN KAMPANYE PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI MEDIA SOSIAL JELANG PEMILU 2014 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 3 Oktober 2013skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 3 Oktober 2013
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Wahidin Saputra, MA Umi Musyarrofah, MA
NIP: 19700903 199603 1 001 NIP: 19710816 199703 2 002
Penguji I Penguji II
Siti Nurbaya, M.Si Dr. Rulli Nasrullah, M.Si
NIP: 19790823 200912 2 002 NIP: 19750318 200801 1 008
Dosen Pembimbing
Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Kamis, 3 Oktober 2013
ABSTRAK
ACHMAD FURQON
Strategi Komunikasi Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Secara Ekspresi Simbolik di Media Sosial Jelang Pemilu 2014.
Maraknya komunikasi politik di media sosial menunjukkan kesadaran partai politik untuk dapat memenangi suara dari para pemilih dengan menggunakan media massa yang juga dipertimbangi oleh efisiensi dan keefektifannya dalam menjangkau masyarakat luas. Salah satunya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berkampanye dengan menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, dan website.
Adapun rumusan masalahnya adalah pertama Bagaimana Strategi Komunikasi Politik PKS Jelang Pemilu Legislatif 2014 dan yang kedua Bagaimana Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik PKS di Media Sosial Jelang Pemilu Legislatif 2014.
Penelitian ini menggunakan metodologi pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan analisis data yang merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkrip wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan. Adapun responden yang diwawancarai adalah Mardani Ali Sera Ketua DPP PKS Jakarta dan Alif Chandra Irawan Humas DPP PKS Jakarta, dan dokumen-dokumen yang berasal dari dokumen DPP PKS dan upload video iklan politik PKS melalui internet.
Dalam melihat konstruksi citra yang dibangun PKS melalui iklan politiknya, teori yang tepat adalah teori konstruksi sosial media massa yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menggunakan teori performa komunikatif yang diperkenalkan oleh Pacanowsky danO’DonnelTrujillo.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PKS mempunyai grand design dalam memanfaatkan iklan politiknya di media sosial, yaitu PKS ingin merubah image politik, bahwa PKS merupakan partai yang ekslusif dan partai untuk Islam fundamental. Bersamaan dengan itu, formula yang dipakai oleh PKS dalam membuat strategi kreatif iklan kampanyenya dimedia sosial adalah adanya
exposure dan bisa memanfaatkan momentum untuk bisa “menunggangi”
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdullilahirabil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Strategi Komunikasi Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Secara Ekspresi Simbolik di Media Sosial Jelang Pemilu 2014”.
Walaupun dalam perjalanannya banyak hambatan dan rintangan yang
penulis dapatkan, namun banyak pihak yang turut berjasa atas terselesaikannya
skripsi ini. Maka dari itu, izikanlah penulis mengucapkan terima kasih banyak
pada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moril maupun
materil, kepada:
1. Orang tua penulis tercinta, bapak H. Fathi dan ibu Mardiana Maulani S.Pd,
serta adik kandung Ahmad Faathir yang dengan penuh kasih sayang selalu
memberikan dukungan dan semangat, yang tak henti-hentinya memberikan
doa yang tulus ikhlas dalam setiap waktu sehingga akhirnya skripsi ini dapat
selesai dengan baik;
2. Drs. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, dan Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu
Dekan II Bpk. Mahmud Jalal, M. Ag, serta Pembantu Dekan III Bpk. Study
Rizal, LK, M. Ag.
3. Drs. Jumroni, M.Si selaku Kepala Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Umi
Musyarofah, Ma selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
4. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membimbing dan memberikan pengarahan serta motivasi yang terus menerus
seraya memberikan dukungan guna meraih masa depan yang lebih baik.
Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan kebaikan setiap saat
kepada beliau beserta keluarga.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya untuk
Drs. Masran, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik yang sangat berjasa
dalam membantu skripsi ini. Serta semua dosen yang telah mengajarkan dan
mendidik ilmu pengetahuan serta ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas Ilam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan
berbagai referensi dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Pihak Partai Keadilan Sejahtera, Ketua DPP PKS, Dr. H. Mardani Ali Sera,
M.Eng dan Chandra Alif Indrawan selaku Humas DPP PKS yang telah
senantiasa meluangkan waktunya untuk menjadi narasumber penulis dan
memberikan data-data yang penulis butuhkan;
8. Yudid Dwi Septyarini yang telah memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, Terima kasih
Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya oleh semua pihak.
Wassalamuia’laikum Wr.Wb.
Jakarta, 3 Oktober 2013 Penulis
iv DAFTAR ISI
ABSTRAK………...…....i
KATA PENGANTAR………ii
DAFTAR ISI………..………..iv
DAFTAR TABEL………...…..……..vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..………….1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ……….…6
C. Manfaat Penelitian ………...………8
D. Metodologi Penelitian………..9
E. Tinjauan Pustaka………..13
F. Sistematika Penulisan………...14
BAB II KAJIAN TEORI MEDIA SOSIAL A. Teori Konstruksi Sosial ………16
B. Teori Performa Komunikatif ………22
C. Konseptualisasi Komunikasi Politik ……...………..…26
D. KonseptualisasiStrategi Komunikasi Politik ……...………30
E. KonseptualisasiEkspresi Simbolik ………...…...37
F. Konseptualisasi Media Sosial……...………40
G. Konseptualisasi Kampanye Politik……….………..47
v
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Partai Keadilan Sejahtera
1. Sejarah Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera ………61
2. Kerangka Landasan Ideologi Partai………...65
3. Prinsip Dasar Partai Keadilan Sejahtera ……….67
4. Visi dan Misi ………..97
5. Karakteristik Partai Keadilan Sejahtera ……….68
6. Lambang PartaiKeadilan Sejahtera ………...69
B. Data Suara PKS Pada Pemilu 2009 …………...………..72
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Komunikasi Politik PKS Jelang Pemilu 2014………..…….76
B. Kampanye PKS………85
C. Komunikasi Politik PKS………..96
D. Strategi Komunikasi Politik Kampanye PKS di Media Sosial ……….101
E. Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik PKS di Media Sosial ……….109
F. Makna Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik PKS di Media Sosial………...122
vi
H. Respon Netizen Terhadap Komunikasi Poltik PKS di
Media Sosial………...…129
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……….134
B. Saran-saran……….135
DAFTAR PUSTAKA……….136
vii
[image:11.612.103.528.173.582.2]DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Aspek Pembeda Antara Kampanye dengan Propaganda…………54
Tabel 2 : Seleksi Media Kampanye………57
Tabel 3 : Media yang Dijadikan Saluran Kampanye………..58
Tabel 4 : Hasil Suara Pada Pemilu 2009……….73
Tabel 5 : Perkiraan Citra dan Tema PKS Pada Pemilu 2004 dan 2009.……..80
Lampiran Tabel Tabel 1 : Hasil Penghitungan Suara Sah Partai Politik Peserta Pemilu Legislatif Tahun 2009………. 141
Tabel 2 : Daftar Akun PKS di Media Sosial Twitter………144
Tabel 3 : Daftar Akun PKS di Media Sosial Facebook………145
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menilisik sedikit mengenai partai politik, pastinya harus mengetahui
apa yang dimaksud dengan latar belakang partai politik. Partai politik
merupakan sebuah institusi yang dianggap penting dalam sistem demokrasi
modern. Dengan kata lain, para politisi, terutama partai politik, telah didesak
sedemikian rupa untuk mempertimbangkan “selera pasar”, dalam hal ini
masyarakat, khususnya ketika melakukan kampanye politik.1
Di saat banyaknya bermunculan partai-partai, munculah partai PKS
yang ikut mewarnai dunia perpolitikan di Indonesia. Partai ini mencoba
meraih simpati masyarakat dengan konsep Islam yang mereka usung.
Sehingga di awal kemunculan partai ini, banyak yang memprediksikan bahwa
PKS mempunyai prospek yang bagus untuk masa depan.
Namun perjalanan ini tidaklah mudah, setelah kegagalan Partai
Keadilan, yaitu partai pendahuluan PKS, pada pemilu 1999 dengan perolehan
suara 1,5%, kinerja elektoral partai ini meningkat secara dramatis sampai
7,3% dan 45 kursi Parlemen pada tahun 2004, kemudian mengkonsolidasikan
dengan perolehan suara 7,9% dan 57 kursi pada pemilu 2009.2
1
Firmanzah, Ph. D., “Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi., (Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 2008)., h. 43.
2
Gencarnya iklan politik partai PKS merupakan salah satu bentuk
propaganda yang efektif dalam membangun citra politik partai Islam.
Sejumlah iklan yang dibuat ingin merubah citra PKS dari partai ekslusif
(tertutup) menjadi partai inklusif (terbuka). Dalam iklan pahlawan misalnya,
ditampilkan sejumlah tokoh politik nasional hingga tokoh agama dengan
harapan PKS bisa merangkul semua kepentingan. Iklan-iklan PKS juga
mencitrakan bahwa PKS bukanlah partai lokal namun partai yang berskala
nasional, partai yang layak menjadi pilihan seluruh masyarakat di Indonesia
dari segala lapisan masyarakat.
Pada kenyataannya, PKS sedang berusaha untuk meraih lapangan
pemilih yang lebih luas, dengan menggunakan platform politik yang
berdasarkan pemerintahan yang bekerja berdasarkan cinta untuk membentuk
sebuah harmoni, sesuai dengan slogan barunya menjelang Pemilu legislatif
2014.
Jika melihat pada pemilu 1999, anggota dewan dari Partai Keadilan di
DPR hanya 7 orang. Pada pemilu 2004 PKS telah menempatkan 45 orang di
DPR.3 Dengan jumlah kader lebih dari 975.000 yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia serta mengoptimalkan peran media yang bisa dilihat dari
iklan-iklan PKS yang semakin banyak baik di media cetak maupun elektronik
PKS pasang target nasional 20% pada pemilu 2009. Apalagi pengalaman
pada tahun 2004 dengan jumlah kader 450.000 dan biaya penggunaan media
3
untuk kampanye yang jauh lebih dari sedikit, PKS berhasil menaikkan suara
sampai lebih dari lima kali lipat.4
Guna mencapai tujuan jangka panjang dan menengah, partai politik
membutuhkan strategi yang bersifat jangka panjang maupun jangka
menengah. Menurut Firmansyah strategi partai dapat dibedakan dalam
beberapa hal. Pertama strategi yang terkait dengan penggalangan dan
mobilisasi massa dalam pembentukan opini publik ataupun selama periode
pemilihan umum. Strategi ini penting dilakukan untuk memenangkan
perolehan suara yang mendukung kemenangan suatu partai politik. Kedua
strategi partai politik untuk berkoalisi dengan partai lain. Ketiga, strategi
partai politik dalam mengembangkan dan memberdayakan organisasi politik
secara keseluruhan. Strategi-strategi tersebut merupakan sarana untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan.5
Kebijakan umum partai yang telah ditetapkan pada munas PKS tahun
2005. Program-program tahunan dalam satu periode ini bisa dianggap sebagai
strategi jangka panjang sebagaimana konsep yang dikemukakan oleh
Firmanzah di atas. Adapun program tahunan tersebut selanjutnya di bagi
menjadi empat item dalam satu periode: (1) Tahun konsolidasi partai; (2)
Tahun pembinaan; (3) Tahun perluasan jaringan dan penokohan; (4) Tahun
pemenangan pemilu; dan (5) Tahun evaluasi.6 Kemudian menyikapi tahun
4
Tim Pemenangan Pemilu Nasional PKS,Buku Saku Pemenang Pemilu 2009 Kader PKS 11-19
5
Firmanzah, “Marketing politik; Antara Pemahaman dan Realitas”, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.109
6
keempat sebagai tahun pemenangan pemilu, PKS membagi satu tahun ini
menjadi empat tahapan aksi pemenangan pemilu. Empat tahapan aksi dalam
tahun pemenangan pemilu ini bisa dikatakan sebagai strategi jangka pendek
sebagai kelanjutan strategi jangka panjang partai dalam satu periode
kepengurusan.
Adapun program-program dalam tahun pemenangan pemilu adalah
pertama, PKS mendengar, yaitu kader PKS turun ke bawah dalam artian
terjun langsung ke masyarakat untuk mendengar aspirasi, apa yang
dikeluhkan dan diinginkan oleh masyarakat. PKS mendengar ini merupakan
sarana komunikasi partai dengan masyarakat atau konstituen langsung dari
rumah sendiri. ke rumah atau disebut komunikasidoor to door.7
Kedua, PKS mengajak. Karena PKS tidak mungkin menangani semua
permasalahan dan tuntutan yang ada di masyarakat, maka PKS mengajak
orang-orang atau pihak-pihak yang bisa diajak bekerja sama untuk membantu
mengatasi permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Ketiga, PKS
berbicara. Berbicara kepada masyarakat dengan berdasarkan platform partai
sebagai tindak lanjut dari PKS mengajak. Keempat, PKS menang. Artinya
dari program- program yang telah dilakukan oleh kader PKS di tengah-tengah
masyarakat, maka diharapkan terwujudnya simpati masyarakat. Bentuk dari
simpati masyarakat inilah yang diharapkan membantu tercapainya target PKS
dalam memenangi pemilu 2009.
7
Dalam menjalankan empat tahapan aksi pemenangan pemilu tersebut
di atas, PKS menggunakan tiga strategi komunikasi politik. Pertama adalah
komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi langsung kader PKS dengan
masyarakat dari rumah ke rumah atau istilah lainnya door to door. Kedua
yaitu membuka simpul-simpul massa dengan melakukan komunikasi publik,
yang dilakukan oleh calon legislatif (caleg) dengan warga masyarakat atau
khalayak umum di tempat terbuka. Dan ketiga adalah komunikasi massa
melalui media dalam rangka membangun opini publik.8
Strategi komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh para kader
PKS merupakan bentuk komunikasi langsung kepada masyarakat dengan cara
door to door. Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau lebih dalam sebuah kelompok
kecil dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.9
Jika berbicara sedikit mengenai kasus PKS, hal ini dianggap sangat
penting karena beberapa faktor. Pertama karena, perkembangan partai
tersebut bisa dikatakan fenomena elektoral yang luar biasa, khususnya pada
pemilu tahun 2004 ketika PKS mengalami peningkatan dukungan hampir
sebesar 500%. Kemudian dengan perolehan suara 7,89% pada pemilu 2009,
PKS adalah satu-satunya partai yang berhasil meningkatkan perolehan suara
dari pemilu sebelumnya.10
8
Tim Pemenangan Pemilu Nasional PKS,Buku Saku Pemenang Pemilu 2009 Kader PKS (Jakarta: DPP PKS, 2004), Cet. II, h.22
9
Devito, Joseph,”Komunikasi Antara Manusia”, (Jakarta: Profesional Books Edisi terjemahan oleh Agus Maulana 1997), h.4
10
Perkembangan PKS tanpa dukungan dari salah satu ormas Islam
Indonesia yang besar juga menunjukkan bahwa persimpangan agama Islam
dengan dunia politik di Indonesia pada jaman sekarang semakin melebar dan
semakin kompleks.11
Berangkat dari latar belakang dan masalah diatas maka peneliti
mengajukan penelitian ilmiah dengan judul "Strategi Komunikasi Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Secara Ekspresi Simbolik di Media Sosial Jelang Pemilu 2014". Adapun yang menjadi pertimbangan penulis untuk mengangkat judul tersebut adalah dikarenakan strategi komunikasi
politik PKS yang cukup unik dalam mengekspresikan kampanyenya secara
simbolik di media sosial untuk meyakinkan calon pemilih terutama oleh
kalangan pemilih umat Islam pada elektabilitas suara menjelang Pemilu
Legislatif 2014 terkait masalah kasus dugaan suap impor daging sapi yang
sedang di alami presiden PKS Luthfi Hasan Ishak di awal tahun 2013.
B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Penelitian ini mengambil titik fokus dengan membatasi masalah
pada persoalan bagaimana strategi kreatif iklan kampanye politik partai
PKS dalam memperkenalkan nomor urut 3 di pemilu 2014 untuk meraih
popularitas masyarakat Indonesia. Ruang lingkup ini dibatasi hanya pada
strategi komunikasi politik yang digunakan oleh PKS menjelang pemilu
legislatif 2014.
11
Sedangkan fokus penelitian ini adalah ada pada bagaimana PKS
mengekspresikan secara simbolik komunikasi politiknya menjelang
Pemilu legislatif 2014 di media sosial yang dilihat dari identifikasi yang
terjadi pada strategi komunikasi politik yang digunakan oleh PKS dalam
meyakinkan calon pemilih pada elektabilitas suara menjelang Pemilu
Legislatif 2014 terkait masalah-masalah kasus yang sedang dihadapi.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi dan pembatasan masalah seperti yang
sudah di jelaskan di atas, maka dalam penelitian ini perumusan
masalahnya mencakup dalam hal sebagai berikut:
a. Bagaimana Strategi Komunikasi Politik PKS Jelang Pemilu Legislatif
2014?
b. Bagaimana Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik PKS di Media Sosial
Jelang Pemilu Legislatif 2014.
3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan batasan dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan maka penelitian ini bertujuan:
1. Ingin mengetahui apakah strategi komunikasi politik PKS yang
dilancarkan secara ekspresi simbolik di media sosial dapat mendongkrak
perolehan suara untuk memilih partai PKS dalam Pemilu Legislatif 2014
2. Ingin mengetahui bagaimana ekspresi simbolik komunikasi politik
pemikiran partai PKS yang menggunakan simbol-simbol islam sehingga
C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis
a. Untuk menambah wawasan tentang strategi komunikasi politik PKS
yang dilancarkan guna memperbaiki citra yang terkait banyak kasus
dalam mempertahankan keyakinan masyarakat
b. Untuk memberikan kontribusi positif dalam studi Dakwah dan
Komunikasi, khususnya dalam kaitan di antara dua bidang tersebut.
2. Manfaat Praktis
a. Membantu team kreatif dalam iklan kampanye politik partai PKS
sebagai bahan masukan pembuatan iklan kampanye politik.
b. Memberikan rekomendasi kepada para praktisi komunikasi maupun
konsultan politik tentang bagian strategi komunikasi politik yang
sesuai aturan hukum yang berlaku dan melanggar ketentuan.
3. Manfaat Sosial
a. Memberikan pendidikan komunikasi politik kepada publik tentang
bagaimana menggunakan simbol-simbol mengenai islam yang
mempunyai peran dalam memperoleh suara di Pemilu Legislatif 2014
b. Memberikan saran dan masukan kepada konsultan komunikasi dan
politik.
c. Sebagai bahan informasi awal bagi peneliti dengan fokus serupa dimasa
D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Kualitatif
Penelitian ini menggunakan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data
yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian dalam tataran praktis.12
Pendekatan kualitatif menggunakan analisis data deskriptif yang
merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi
wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah
dikumpulkan.13
Dan menurut Bagdan dan Taylor, Metode Penelitian Kualitatif adalah
[image:20.595.98.514.211.575.2]sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
gambar, kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
diamati.14 Penelitian ini menjelaskan peran dari media tersebut dalam
memenangkan suara di Pemilu Legislatif 2014, menarik simpati publik,
dan memiliki pengaruh yang luar biasa dalam membentuk citra kandidat
melalui publisitas dan kampanye.
12
E. Kristi Poerwandari, “Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia”, (Jakarta; LPSP UI, 2005) h.29
13
E. Kristi Poerwandari, “Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia”, (Jakarta; LPSP UI, 2005) h.29
14
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Ada beberapa lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian, yaitu:
a. Penelitian ini dilakukan di kantor DPP PKS, Jln TB Simatupang
Jakarta Selatan dan melalu emailhumas.pks@gmail.com
b. Penelitian ini dilakukan di kantor FASTCOMM di jalan
Adityawarman 1 No.12 Jakarta 12160.
c. Penelitian dimulai pada tanggal 26 Agustus 2012 sampai 3 September
2013
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah tim kreatif
kampanye politik partai PKS. Sedangkan yang menjadi objek dari
penelitian ini adalah strategi komunikasi politik partai PKS.
4. Teknik Pengumpulan Data
Berikut adalah teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan:
a. Observasi
Penelitian dengan metode observasi biasanya dilakukan untuk
melacak secara sistematis dan langsung dengan gejala-gejala yang
terkait, persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat.
Disini kita langsung memiliki pergertian bahwa peneliti hadir dan
mengamati kejadian-kejadian di lokasi.15
15
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis
sifatnya. Karena bentuknya berasal dari interaksi verbal antara peneliti
dan narasumber.16 Data dikumpulkan melalui wawancara yang
mendalam pada subjek penelitian. Wawancara ini merupakan
wawancara tatap muka antara peneliti dengan informan atau
narasumber yang bersangkutan dengan penelitian dengan teknik
wawancara mendalam.
Wawancara (interview) berbentuk tanya jawab lisan antara dua
orang lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer,
sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee.17 Peneliti
melakukan wawancara dalam bentuk diskusi. Kepada responden dalam
hal ini yang menjadi responden adalah:
a. Mardani Ali Sera M.Eng Sebagai Ketua Badan Kehumasan DPP
PKS dan Anggota Tim Kampanye PKS bidang media massa.
b. Chandra Alif Irawan, sebagai Humas DPP PKS dan staf Web
Developer PKS.
Dengan memilih Ketua Badan Kehumasan DPP PKS Mardani Ali
Sera dan Chandra Alif Irawan sebagai responden wawancara, peneliti
bisa mengetahui beberapa point penting mengenai strategi persiapan
kampanye PKS serta komunikasi politik antar kader PKS.
16
Sanafiah Faisal,Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi(Jakarta: Rajawali Pers 1995), cet. 3, h. 39.
17
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu instrumen pengumpulan data.
Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis
dan interpretasi data. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau
dokumen pribadi. Dokumen yang digunakan dalam mendukung data
penelitian ini berasal dari dokumen tayangan iklan kampanye politik
melalui media sosialWebsiteresmi partai PKS.
5. Teknik Analisis Data
Analisa data menurut Patton, adalah proses mengatur uraian data.
Mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satu uraian
dasar.18 Data yang terkumpul melalui wawancara mendalam dan
dokumen-dokumen di klasifikan ke dalam kategori-kategori tertentu.19
Untuk menganalisa strategi komunikasi politik dan ekspresi simbolik
PKS mengenai persiapan Pemilu legislatif 2014, maka peneliti juga
melakukan analisis deskriptif interpretatif, yaitu dengan menganalisis
setiap data atau fakta yang ditemukan lebih dekat, mendalam, mengakar,
dan menyeluruh.
Dengan menggunakan teori Performa (performance) yang artinya
adalah metafora yang menggambarkan proses simbolik dari pemahaman
akan prilaku manusia dalam sebuah organisasi, performa organisasi sering
kali memiliki unsur teatrikal, di mana baik supervisor maupun karyawan
18
Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif, h. 103
19
(kader partai dalam hal ini) memilih untuk mengambil peran atas bagian
tertentu dalam organisasi mereka.20
Sedangkan teknik dan metode penulisannya, peneliti berpedoman
pada buku Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya
Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti juga mengadakan tinjauan
perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan Perpusatakaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. Peneliti juga mencari skripsi yang ada di
perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah guna memastikan apakah
ada judul atau tema yang sama dengan skripsi ini.
Berdasarkan hasil penelusuran peneliti, ada satu deskripsi serupa
namun berbeda yang membahas tentang kampanye politik di media massa,
skripsi ini berjudul Kampanye Politik di Media Massa Pasangan Adang
Daradjatun Dani Anwar dalam Masa Kampanye Pilkada DKI Jakarta
2007 yang disusun oleh Maharani Aliawati mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam pada Tahun 2008.
20
Skripsi ini menyimpulkan bahwa kampanye politik di media massa
yang dilakukan oleh pasangan cagub dan cawagub ini berupaya untuk
meningkatkan popularitas dan akseptabilitas pasangan yang diusung PKS
ini diminta khalayak pemilih.
Mochammad Rifqi Ridho menulis tentangStrategi Komunikasi Politik
Dalam Perolehan Suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Pada
Pemilu Legislatif 2009 Di Kabupaten Tegal. Persamaan skripsi ini adalah
obyek penelitian yang mengarah pada partai politik Islam.
Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada analisis data yang
diteliti, pada skripsi ini analisisnya lebih mengarah kepada
masalah-masalah yang yang terjadi pada komunikasi politik yang digunakan oleh
PPP Kabupaten Tegal pada Pemilu legislatif 2009 yang dilihat dari
mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan serta penyebab turunnya
perolehan suara PPP Kabupaten Tegal pada Pemilu legislatif 2009.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan memberikan
gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan
yang ada dalam skripsi ini, maka peneliti mengkelompokkan dalam lima
bab pembahasan, yaitu sebagai berikut:
BAB I : Bab pendahuluan yang membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan
[image:25.595.96.515.205.590.2]BAB II : Bab Kajian Teoritis yang membahas tentang Teori
Konstruksi Sosial, Teori Performa Komunikatif,
Konseptualisasi Kampanye Politik, dan Konseptualisasi
Strategi Komunikasi Politik.
BAB III : Bab Gambaran Umum tentang Partai Keadilan Sejahtera mulai dari sejarah Berdirinya Partai keadilan Sejahtera,
Kerangka Landasan Ideologi Partai, Prinsip Dasar Partai
Keadilan Sejahtera, Visi dan Misi, Karakeristik Partai
Keadilan Sejahtera dan Lambang Partai.
BAB VI :Bab ini membahas tentang Strategi Komunikasi Politik Partai kedilan Sejahtera (PKS) Di Media Sosial Jelang
Pemilu 2014 Antara lain, Strategi Komunikasi Politik PKS
Jelang Pemilu 2014 dan Ekspresi Simbolik PKS di Media
Sosial.
16
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Teori Konstruksi Sosial
Teori konstruksi sosial ini berlangsung dengan pembentukan citra
partai politik pada masa kampanye pemilu berlangsung. Konstruksi sosial
diarahkan untuk menciptakan pengetahuan dan persepsi yang beredar dan
berkembang di masyarakat dalam bentuk kesadaran umum dan wacana
publik. Melalui media sosial pembentukan konstruksi sosial ini akan lebih
cepat dan luas dalam pemberian pengetahuan dan persepsi.
Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi
informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan
sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang membentuk opini massa
cenderung apriori dan sinis.1
Target image merupakan tahapan dalam konstruksi citra, dalam
konteks yang lebih luas, target image menunjukkan eksistensi sebuah naskah
iklan dalam konteks pemasaran karena itu biasanya amat signifikan dengan
media iklan yang mereka pilih.2
Biasanya pesan iklan atau konstruksi iklan memiliki klasifikasi
tingkatan; pertama, untuk menyampaikan informasi produk; kedua, untuk
menyampaikan informasi dan membangun citra (image);ketiga, pembenaran
1
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008), cet.3 h.203
2
tindakan; empat menyampaikan informasi, membentuk citra (mage),
pembenaran dan persuasi tindakan.3
Menurut Berger dan Luckmann sebagaimana yang dikutip oleh
Subiakto, realitas sosial terdiri dari realitas objektif, realitas simbolis dan
realitas subjektif. Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari realitas
subjektif. Dan realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman
di dunia objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap
sebagai kenyataan. Realitas simbolis merupakan ekspresi simbolis dari
realitas objektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subjektif adalah
realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif
dan simbolis ke dalam individu melalui proses internalisasi.4
Mereka juga menegaskan bahwa, konstruksi sosial tidak berlangsung
dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan. mereka
menjelaskan realitas sosial di konstruksi melalui proses eksternalisasi,
objektivasi, dan internalisasi. Eksternalisasi, yaitu penyesuaian diri dengan
dunia sosiokultural sebagai bagian dari produk manusia. Objektivasi, yaitu
interaksi yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau
mengalami proses institusional.5
Hal terpenting dalam objektivasi adalah pembuatan signifikasi, yakni
pembuatan tanda-tanda oleh manusia, internalisasi, yaitu proses yang mana
individu mengidentifikasikan dirinya pada lembaga-lembaga sosial atau
3
Ibid, h.213
4
Henry Subiakto,Dominasi Negara dan Wacana Pemberitaan Pers,dalam Basis Susilo (ed.),Masyarakat dan Negara,(Surabaya: AUP,1997), h.93.
5
organisasi tempat individu menjadi anggotanya. Pemahaman individu dan
orang lain serta pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi
dari kenyataan sosial internalisasi juga melibatkan identifikasi subjektif
dengan peran dan normanya yang sesuai.6
1. Konstruksi Sosial
Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi
informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung
dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terekonstruksi
itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa
cenderung sinis.7
Posisi konstruksi sosial media massa adalah mengkoreksi substansi
kelemahan dan melengkapi konstruksi sosial atas realitas, dengan
menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek media pada
keunggulan atas konstruksi sosial dan realitas.
Dari konten konstruksi sosial media massa, proses kelahiran
konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut: (a)
tahap menyiapkan materi konstruksi; (b) tahap sebaran konstruksi (c)
tahap pembentukan konstruksi; dan (d) tahap konfirmasi.8
6
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008), cet.3, h. 193.
7
Ibid, h.203
8
Bagan (1) Proses Konstruksi Sosial Media Massa9
a. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi
Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas
redaksi media massa. Masing-masing media memiliki desk yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Ada tiga
hal penting dalam penyiapan materi konstruksi media massa kepada
kapitalisme.
Pertama, media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan
kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang
dan pelipat gandaan modal.
Kedua, keberpihakan semua kepada masyarakat. Bentuk
keberpihakan ini adalah dalam bentuk empati, simpati dan berbagi
partisipasi kepada masyarakat, namunpada dasarnya untuk “menjual
9
berita” dan menaikkan kepentingan kapitalis. Ketiga, keberpihakkan
kepada kepentingan umum. Keberpihakkan ini sesungguhnya adalah
visi setiap media massa.
b. Tahap Sebaran Konstruksi
Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi
media massa. Konsep konkret strategi sebaran media massa
masing-masing media berbeda, namun prinsip utamanya adalahreal time. Pada
umumnya, sebaran konstruksi sosial media massa mengunakan model
satu arah, dimana media menyodorkan informasi sementara konsumen
media tidak memiliki pilihan kecuali mengonsumsi informasi itu.
Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah
semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya
dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang
penting oleh media. Apa yang dipandanng penting oleh media,
menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.
c. Pembentukan Konstruksi Realitas
Pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang
berlangsung secara generik. Tahap pertama, konstruksi pembenaran
sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang kreativitas, seni,
sosial dan budaya yang popular yang spektakuler, sehingga
Biasanya pesan iklan atau konstruksi iklan memiliki klasifikasi
tingkatan; (1) menyampaikan informasi produk; (2) untuk
menyampaikan informasi dan membangun citra (image); (3)
pembenaran tindakan; (4) menyampaikan informasi, membentuk citra,
pembenaran, dan persuasi tindakan.
d. Tahap Konfirmasi
Konfirmasi adalah tahapan ketika media masa maupunpembaca
dan pemirsa member argumentasi dan akutabilitas terhadap pilihannya
untuk terlibat alam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media,
tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi terhadap
alasan-alasan konstruksi sosial. Sedangkan, bagi pembaca dan pemirsa,
tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat
dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.
Dalam pandangan konstruksionis, media bukanlah sekedar
saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas
lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakaknnya. Disini media
dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.
Pandangan ini menolak argument yang menyatakan media seolah-olah
sebagai tempat saluran yang bebas. Lewat berbagai instrument yang
pemberitaan. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas
untuk disajikan kepada khalayak.10
Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis,
Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan pada politik
pemaknanan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran
tentang realitas. Makna bukanlah suatu yang absolute, makna adalah
suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan.
Kedua, pendekatan konstruksisonis memandang kegiatan komunikasi
sebagai proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa
bagaimana pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi
penerima (komunikan) ia memeriksa bagaimana konstruksi makna
individu ketika menerima pesan.11
B. Teori Performa Komunikatif
Pada setiap organisasi pasti mempunyai budaya organisasi yang
berbeda-beda. Begitu juga dengan performa komunikasi pada setiap organiasi
yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Performa komunikasi yang
dilakukan di dalam struktur organisasi maupun diluar organisasi akan
membantu organisasi ini didalam membangun kebersamaan diantara anggota
dalam rangka mencapai tujuan organisasi, memecahkan suatu masalah,
sosialisasi program-program organisasi kepada anggota ataupun masyarakat,
dan lain sebagainya.
10
Eriyanto, Analisis Framming: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2008), cet. 5, h.23
11
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi politik atau yang dikenal
sebagai partai politik. Partai politik yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah Partai Keadilan Sejahtera. Bagaimana partai ini membentuk sebuah
performa komunikatif diantara para kader, konstituennya dan masyarakat
secara luas, terutama dalam rangka menghadapi pemilu 2014.
Performa (performance) adalah metafora yang menggambarkan
proses simbolik dari pemahaman akan prilaku manusia dalam sebuah
organisasi, performa organisasi sering kali memiliki unsur teatrikal, di mana
baik supervisor maupun karyawan (kader partai dalam hal ini) memilih untuk
mengambil peran atas bagian tertentu dalam organisasi mereka.12
1. Performa Ritual
Performa ritual merupakan semua performa komunikasi yang
terjadi secara teratur dan berulang. Ritual terdari atas empat jenis, yakni
personal, tugas, sosial, dan organisasi.
a. Performa ritual personal merupakan rutinitas yang dilakukan di
tempat kerja setiap hari.
b. Performa ritual tugas merupakan rutinitas yang dilakukan dengan
pekerjaan tertentu di tempat kerja.
c. Performa ritual sosial merupakan rutinitas yang melibatkan hubungan
dengan orang lain di tempat kerja.
d. Performa ritual organisasi merupakan rutinitas yang berkaitan dengan
organisasi secara keseluruhan.
Dalam performa ini Partai Keadilan Sejahtera memberikan
kegiatan sesuai program kerja yang dilaksanakan secara rutin kepada
setiap kader-kadernya untuk menjalin hubungan komunikasi politik agar
lebih baik dalam mensosialisasikan program-program partai kepada
konstituennya.
2. Performa Sosial
Performa sosial merupakan perpanjangan sikap santun dan sopan
untuk mendorong kerja sama di antara anggota organisasi. Sikap ini juga
merupakan cerminan perilaku organisasi yang ditujukan untuk
mendemostrasikan kerja sama dan kesopanan dengan orang lain.
Kebanyakan organisasi menginginkan untuk mempertahankan perilaku
yang profesional, bahkan dimasa yang sulit, dan performa sosial
membantu tercapainya hal ini.13
Organisasi dalam konteks ini adalah organisasi partai politik,
performa sosial yang dilakukan berupa kesantunan dan kesopanan yang
ditujukan oleh Partai Keadilan Sosial untuk kerjasama di antara para kader
dan calon konstituennya.
3. Performa Politis
Ketika budaya organisasi mengkomunikasikan performa politis,
budaya ini sedang menjalankan kekuasaan atau kontrol. Performa politis
merupakan perilaku organisasi yang mendemostrasikan kekuasaan atau
kontrol. Karena biasanya organisasi bersifat hierarkis, harus ada seseorang
13
dengan kekuasaan untuk mencapai segala sesuatu dengan memiliki cukup
kontrol untuk mempertahankan dasar-dasar yang ada.
Ketika anggota organisasi terkait dalam performa politis, mereka
mengkomunikasikan keinginan untuk memengaruhi orang lain. Hal ini
bukanlah selalu merupakan hal yang buruk. Performa politis budaya pada
anggota organisasi berpusat pada pengakuan akan kompetisi sebagai
anggota organisasi dan untuk komitmen mereka terhadap misi
organisasinya.
4. Performa Enkulturasi
Performa enkulturasi merujuk pada bagaimana anggota
mendapatkan pengetahuan dankeahlian untuk dapat menjadi anggota
organisasi yang mampu berkontribusi. Performa ini dapat berupa sesuatu
yang berai maupun hati-hati,dan performa ini mendemonstrasikan
kompetisi seorang anggota dalam sebuah organisasi.
Dalam performa ini, Partai Keadilan Sejahtera memberikan
pengetahuan dan keahlian kepada kader-kadernya dalam rangka
meningkatkan komunikasi politik dan bagaimana menjadi politisi yang
dapat mencapai jabatan public serta mensosialiasikan program-program
C. Konseptualisasi Komunikasi Politik 1. Definisi Komunikasi Politik
Bertolak dari konsp komunikasi dan konsep politik yang telah
diuraikan pada bagian awal, maka upaya untuk mendekati pengertian apa
yang dimaksud komunikasi politik, menurut Dahlan (1999) yang dikutip
Hafied Cangara dalam bukunya “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan
Strateg”, Komunikasi Politik ialah suatu bidang atau disiplin yang telah
menelah perilaku dan kegiatan-kegiatan komunikasi yang bersifat politik,
mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik.14
Menurut McNair dalam bukunya Introduction to Political
Communication (2003) yang dikutip Hafied Cangara dinyatakan bahwa
murni membicarakan tentang alokasi sumber daya publik yang memiliki
nilai, apakah itu nilai kekuasaan atau nilai ekonomi, petugas yang
memiliki nilai, apakah itu nilai kekuasaan atau nilai ekonomi, petugas
yang memiliki keweanangan untuk member kekuasaan dari
keputusandalam pembuatan undang-undang atau aturan, apakah itu
legislatif atau eksekutif, serta sanksi-sanksi, apakah itu dalam bentuk
hadiah atau denda.15
14
Cangara Hafied, “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strategi”(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), h.30
15
Dengan demikian, pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan
sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau symbol-simbol
komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok
kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara
berpikir, serta memengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang
menjdai target politik.
Strategi komunikasi merupakan perpaduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) unutuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus menunjukan bagaiamana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata pendekatannya bisa berbeda-beda tergantung pada suatu kondisi dan situasi.16
Strategi komunikasi antara berbagai tingkat dalam organiasai harus
konsisten. Seringkali terjadi keputusan strategis yang dibuat pada
tingkat-tingkat yang berbeda kurang dipahami. Oleh karena itu, peran spesialis
public relations adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan
secara menyeluruh, yang oleh politisi Inggris Peter Mandelson disebut
sebagai ‘on message’. Penerapan menyeluruh ini tidak berarti umum atau
sama, meskipun persepsi dari frase tersebut secara terus- menerus dibuat
oleh jurnalis dan rival politiknya agar frase ‘on message’ memang berarti
umum atau sama.17
16
Effendy Onong Uchjana,“Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek“(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1992), h.11
17
Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi.
1. Tujuan Sentral dalam Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dana manajemen (management) untuk mencapai tujuan. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut R. Wayne Pace, Brent D Peterson dan M. Dallas Burrnett dalam bukunya “Technique For Effective Communication”, bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama:18
a. To Secure Understanding
Memastikan bahwa komunikan paham dan mengerti pesan yang diterma. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaan itu harus dibina (To establish acceptance).
18
b. To Establish Acceptance
Setelah komunikan mengerti dan menerima pesan maka ini harus dilakukan pembinaan. Setelah penerimaan itu dibina. Kegiatan harus di motivasikan (To motivate action).
c. To Motivate Action
Setelah penerimaan itu dibina maka kegiatan itu harus di motivasikan (To motivate action).
2. Korelasi Antar Komponen dalam Strategi Komunikasi
Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor pendukung dan faktor penghambat pada setiap komponen tersebut.19
3. Strategi Komunikasi dalam Kampanye Pemilihan Umum
Berdasarkan strategi–strategi komunikasi yang dilakukan oleh setiap kandidat guna mengenalkan, menarik simpati, bahkan meningkatkan citra. Dengan strategi tersebut, masyarakat dibentuk opini dan persepsinya sehingga tertarik dan mau memilih seorang kandidat dalam pemilu. Strategi komunikasi politik yang dilakukan cukup beragam, mulai dengan penggunaan promosi secara tidak langsung atau disebutbellow the lineseperti banner, flyer, pamflet, brosur, katalog, serta pameran. Kemudian promosi secara langsung dengan menggunakan media iklan atauabove the lineseperti penggunaan televisi, radio, surat kabar, internet (sosial media). Hal lain yang menunjang keberhasilan suatu strategi komunikasi dalam kampanye adalah waktu. Dimana
19
dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memenuhi beberapa proses
atau tahapan hingga akhirnya persepsi atau opini publik terbentuk dan
memilih kandidat dalam pemilu.20
D. Konseptualisasi Strategi Komunikasi Politik
Langkah pertama dalam strategi komunikasi politik, ialah merawat
ketokohan dan memantapkan kelembagaan. Artinya, ketokohan seseorang
politikus dan kemantapan lembaga politiknya dalam komunikasi politik.
Selain itu jga diperlukan kemampuan dan dukungan lembaga dalam menyusun
pesan politik, menetapkan metode, dan memilih media politik yang tepat.21
Karena politik adalah pengambilan keputusan bukan untuk
kepentingan perorangan, melainkan untuk kepentingan orang banyak. Maka
cita-cita politik harus diarahkan untuk menciptakan individu yang memiliki
komitmen untuk menjadi “negarawan”. Oleh karena itu, negarawan hanya bisa
dicapai melalui keikhlasan dan kejujuran, maka komunikasi politik memiliki
filososfi yakni pendayagunaan sumber daya komunikasi, apakah itu sumber
daya manusia, infrastruktur, maupun piranti lunak untuk mendorong
terwujudnya system politik yang mengusung demokrasi, di mana kekuasaan
pemerintahan dijalankan oleh pemenang pemilu (mayoritas).
20
“Strategi Komunikasi Dalam Kampanye Pemilihan Umum”. Diolah pada hari minggu,
8 April 2013, Pukul 12:42 WIB dan diakses dari http://mediapublica.co/2013/02/11/strategi-komunikasi-dalam-kampanye-pemilihan-umum/
21
Dengan demikian, demokrasi menjadi cita-cita yang luhur sesuai
dengan hati nurani, sehingga dapat diabdikan untuk kepentingan semua pihak,
baik yang kalah maupun yang menang dalam membangun suatu kebersamaan
menuju tujuan yang sama.22
Pada hakikatnya, suatu strategi dalam komunikasi politik adalah
keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan saat
ini, guna mencapai tujuan politik masa depan. Justru itu, merawat ketokohan
dan memantapkan kelembagaan politiknya akan merupakan kepurtusan
strategis yang paling tepat bagi komunikator politik untuk mencapai ujuan
politik kedepan, terutama memenangkan pemilihan umum. Ketika komunikasi
politik berlangsung, justru yang berpengaruh bukan pesan politik saja,
melainkan terutama siapa tokoh politik (politikus) atau tokoh aktivis dan
professional dan dari lembaga mana yang menyampaikan pesan poltik itu.
Dengan kata lain, ketokohan seseorang komunikator politik dan lembaga
politik yang mendukungnya sangat menentukan berhasul atau tidaknya
komunikasi politik dalam mencapai sasaran dan tujuannya.23
1. Pesan Politik
Ialah pernyataan yang disampaikan baik secara tertulis maupun
tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi mapun
terang-terangan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari yang
isinya mengandung bobot politik. Misalnya pidato politik, undang-undang
22
Cangara Hafied, “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strategi”(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), h.31
23
Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
kepartaian, undang-undang pemilu pernyataan politik, artikel atau isi
buku/brosur dan berita surat kabar, radio, televisi dan internet yang berisi
ulasan politik dan pemerintahan, puisi politik, spanduk dan baliho, iklan
politik, propaganda, perang urat saraf (psywar), makna logo, warna baju
atau bendera, bahsa badan (body language) dan semacamnya.24
Bertolak dari paradigma khalayak aktif di Negara demokratis,
sesungguhnya khalayaklah yang menentukan pesan politik yang harus
disampaaikan oleh para politikus dalam kampanye politiknya, baik dalam
menggunakan retorika politik (pidato) maupun melalui media politik,
pesan politik disusun setelah mengetahui kondisi khalayak, hal itulah yang
disebut sebagai persuasi dalam arti yang sesungguhnya (positif).25
Harus disadari bahwa individu-individu dalam saat yang
bersamaan selalu dirangsang oleh banyak pesan dari berbagai
sumber,termasuk pesan politik. Akan tetapi, tidaklah semua rangsangan itu
dapat memengaruhi khalayak karena tidak menimbulkan perhatian atau
pengamatan yang terfokus. Artinya, tidak semua yang diamati dapat
menimbulkan perhatian kecuali pesan yang memenuhi syarat.
Selanjutnya menurut Wilbur Schramm (1955) yang dikutip Anwar
Arifin, dalam syarat-syarat untuk berhasilnya suatu pesan yaitu:
a. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
pesan itu dapat menarik perhatian khalayak.
24
Cangara Hafied, “Komunikasi Politik Konsep, Teori dan Strategi”(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), h.32
25
Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
b. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang sudah dikenal oleh
komunikator dan khalayak sehingga kedua pengertian itu bertemu.
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada pesan sasaran
dan menyarankan agar cara-cara tersebut dapat mencapai kebutuhan
itu.
d. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan
yang layak bagi khalayak.26
Sesungguhnya syarat-syarat yang dikemukakan di atas pada
prinsipnya hanyalah terdiri atas intensitas dan pokok persoalannya. Jika
diterapkan dalam komunikasi politik, intensitas pesan politik dapat
dilakukan, misalnya pada tanda-tanda komunikasi (sign of communication)
dan diisi komunikasi politik. Isi pesan politik yang menarik perhatian
apabila ia memuat pemenuhan kebutuhan pribadi (personal needs) dan
kelompok (social needs) dalam masyarakat. Suatu pesan politik hanya
akan menarik perhatian selama ia memberikan harapan atau hasil yang
kuat relevansinya dengan persoalan kebutuhan (needs) tersebut.27
Dengan demikian, upaya pertama yang harus dilakukan dalam
menyusun pesan politik yang pesuasif adalah bangkitnya perhatian dari
khalayak terhadap pesan-pesan politik yang disampaikan. Pesan yang
dapat menimbulkan perhatian adalah pesan yang mudah diperoleh
(availability) dan karena itu harus menyolok perbedaannya (contrast)
26
Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) cet ke-1, h.248
27
Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi
dengan pesan-pesan yang lain. Kedua hal ini ditujukan terutama dalam
pengunaan tanda-tanda komunikasi (sign of communication) dan
pengunaan medium.28
2. Partai Politik
Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk
wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai
pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa
dikonsolidasikan. Dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam
pembuatan dan pelaksanaan keputusan.29
Secara umum partai politik dapat dikatakan suatu kelompok
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan
cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh
kekuatan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara
konstitusional untuk menjalankan programnya.30
Adapun fungsi partai politik di negara demokratis seperti di
Indonesia yang menganut sistem pemerintahan yang demokratis yang
mana banyaknya partai politik pada saat ini relatif dapat menjalankan
fungsi sesuai harkat sesuai pada saat kelahirannya, yakni menjadi wahana
bagi warga negara untuk berpatisipasi dalam pengelolaan kehidupan
bernegara dan memperjuangkan kepentingannya dihadapan penguasa.
28
Ibid,h.249-250
29
Miriam Budiardjo,op, cit,h.403
30
Fungsi partai politik di negara demokratis ialah;31
1. Sebagai sarana komunikasi politik
2. Sebagai sarana sosialisasi politik
3. Sebagai sarana rekrutmen politik
4. Sebagai sarana pengatur konflik
Hal ini dapat dikaji dengan melihat berbagai organisasi, system dan
prosedur kerja. Oleh karena itu ada organisasi politik yang resmi tampak
seperti partai politik, perkumpulan buruh tani, nelayan, pedagang,
organisasi wanita, pemuda, pelajar, militer dan lain-lain. Tetapi ada pula
organisasi abstrak yang tidak resmi namun sangat menguasai keadaan
sebagai elite power, disebut juga dengan group penekan (pressure group)
seperti sekelompok kesukuan, fanatisme keagamaan dan sekelompok
tertentu yang berdasarkan almamater.32
3. Komunikator Politik
Dalam politik praktis, antara kandidat dan juru kampanye sebenarnya
tidak bisa dipisahkan sehingga publik akan menilainya secara keseluruhan
tanpa melakukan pemisahan. Mengapa komunikator politik ini sangat
menentukan? Kalau ada kandidat seorang yang baik dan jujur, tetapi juru
kampanye nya orang yang dianggap masyarakat berprilaku buruk, apa pun
pesan yang disampaikannya pasti akan ditolak oleh masyarakat. Di sinilah
peran penting seorang komunikator politik.
31
Miriam Budiarjo,op, cit,h.405
32
Komunikator poltik adalah orang yang melakukan komunikasi
dalam konteks politik kapanpun dan dimanapun pesan itu disampaikan. Ia
menyampaikan pesan-pesan politik, baik kepada individu, kelompok
maupun massa. Komunikator politik merupakan orang yang terlibat dalam
proses politik, baik secara langsung maupun tidak langsung.33
Dalam aktivitas politik, komunikator politik memiliki peranan
yang sangat penting. Mereka adalah orang-orang yang dengan pesannya
dapat membentuk opini publik. Dalam skala luas, komunikator politik
akan dapat memengaruhi kehidupan sosial masyarakat sebab konstalasi
politik juga sangat ditentukan oleh sejauh mana mereka melontarkan
gagasan-gagasannya. Komunikator politik biasanya terdiri dari
orang-orang yang memiliki kapasitas di bidangnya sehingga apa yang
dikatakannya dapat menjadi referensi atau rujukan banyak orang.34
Dalam kapasitas apa pun, seorang komunikator politik harus dapat
memahamkan kepada pihak yang ditujunya mengenai maksud dan target
politiknya. Berikut klasikasifikasi komunikator politik utama dalam
politik:
1. Politikus
Orang yang berscita-cita untuk dan atau memegang jabatan
pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk atau pejabat
karier dan tidak mengindahkan apakah ajabatan itu eksekutif, legislatif
atau yudikatif.
33
Liliweri Alo,Komunikasi Serba Ada Serba Makna,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) Cet. ke-1 h.270
34
2. Profesional
Orang-orang yang mencari nafkah dengan mengandalkan keahliannya
berkomunikasi. Komunikator professional adalah peranan sosial yang
relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang
sedikitnya mempunyai dua dimensi utama, ayitu munculnya media
massa dan perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah
untuk khalayak khsusus, stasiun radion dsb.) yang menciptakan publik
baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan.
3. Aktivis
Komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran
organisasional dan interpersonal. Dalam komunikasi politik, terdapat
dua jenis aktivis: pertama, juru bicara bagi kepentingan yang
terorganisasi. Pada umumnya ia tidak memegang ataupun
mencita-citakan jabatan pada pemerintah.
E. Konseptualisasi Ekspresi Simbolik
Orang tidak dilahirkan dengan kepercayaan, nilai dan penghargaan
politik. Namun, mereka menyusunnya secara sinambung jika dihadapkan
pada rangsangan politik. Salah satu tingkat dalam tahap penyusunan personal
ini terdiri atas segala sesuatu yang dapat dipelajari orang melalui komunikasi
proses yang disebut sosialisasi dalam bentuk ekspresi politik secara simbolik
tertentu.35
Dan Nimmo dalam bukunya mengutip pernyataan Mead, menurutnya
isyarat tubuh, ujaran, kata dan jeda adalah tanda-tanda yang diinterprestasikan
orang. Interpretasi membuat lambang menjadi tanda yang bermakna. Melalui
komunikasi (dan proses negosiasi yang dimudahkan oleh komunikasi) orang
menciptakan makna bersama, yang dipahami bersama dari lambang
signifikan. Maka belajar bagi orang adalah menjumlahkan inernalisasi makna
lambang yang dipahami bersama dan karena itu menanggapi atau
sekurang-kurangnya seperti tanggapan yang mereka bayangkan merupakan tangapan
bersama dengan orang lain dan menanggapi maksud orang lain sebagaimana
yang disajikan dalam lambang signifikan, sifat ini memandang belajar
sebagai kegiatan simbolik.36
1. Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik di Indonesia
Komunikasi politik yang melibatkan lebih banyak partisipasi
rakyat memang masih terbatas pada momentum-momentum pesta
demokrasi, sejak sebelum hingga saat pelaksanaan pemilu usai. Untuk
melihat simbol-simbol komunikasi politik contohnya pada era Orde Baru,
Asep Saepul Muhtadi dalam bukunya menelaah tulisan Anderson (1978),
Cartoons and Monuments: The Evolution of Political Communication
under the New Order. Dia menyebutkan sekurang-kurangnya empat
35
Nimmo Dan, “Komunikasi Politik Khalayak dan Efek” (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2001), h.86
36
symbol komunikasi politik yang banyak digunakan pemerintahan Orde
Baru.37
1. Direct Speech, yang dalam realitasnya merupakan bentuk komunikasi
politik paling banyak digunakan di masyarakat, seperti gossip, rumor,
diskusi, argumentasi, interogasi dan intrik. Meskipun demikian,
bentuk-bentuk komunikasi ini hampir lepas dari perhatian para pakar
dan peneliti tentang komunikasi politik di Indonesia.
2. Symbolic Speech, yaitu symbol-simbol yang di ekspresikan kemudian
dimaknai secara khusus sesuai dengan kepentingan sejarahnya.
Pemilihan warna bendera “merah-putih” misalnya, merupakan symbol
yang mengandung pesan-pesan tertentu sesuai dengan makna
sejarahnya.
3. Cartoons, yaitu bentuk komunikasi politik yang paling terbuka untuk
diinterpretasikan. Kartun biasanya dibuat dengan latar belakang
peristiwa tersendiri. Ia merupakan respon terhadap
kenyataan-kenyataan yang sedang hangat terjadi.
4. Monuments, yaitu symbol komunikasi politik yang dibuat untuk
menginformasikan sesuatu peristiwa yang pernah di lalui bangsa
Indonesia.munimen banyak dibangun selama pemerintahan Orde Baru
yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.
37
2. Interaksi Simbolik Dalam Budaya Siber
Dalam buku Komunikasi Antar Budaya di Era Buda Siber, Rulli
Nasrullah mengutip pernyataan yang dilontarkan Castells (2009:129) pada
dasarnya Term mass self-communication dapat terwakili dari bagaimana
teks itu diproduksi dan dikonsumsi sekaligus oleh entitas yang
bersangkutan. Seperti tombol “Like” dalam media sosial Facebook, di satu
sisi ikon yang di klik tersebut secara denotasi menandakan makna “suka”
terhadap status atau image yang dipublikasikan, namun di sisi lain makna
“Like” itu bisa beragam dan hanya diketahui oleh pengklik tombol
tersebut.38
“Like” yang pada awalnya merupakan penanda bahwa entitas
tertarik pada bahasan atau topic tertentu di Facebook, ternyata mengalami
pergeseran makna. Fenomena tombol “Like” pada dasarnya merupakan
salah satu bentuk dari budaya komunikasi yang terjadi di era digital saat
ini. Makna sebuah ikon tidak bisa lagi diasumsikan akan dimaknai sama
oleh entitas lain. Teknologi telah memberikan kebebasan bagi entitas
untuk memproduksi sebuah teks dan sekaligus memaknai teks tadi dalam
konteks sesuai dengan keinginan entitas tersebut.39
F. Konseptualisasi Media Sosial
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia tentunya tidak bisa
lepas dari kegiatannya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan untuk
bersosialisasi itulah manusia memerlukan komunikasi sehingga akibatnya
38
Rulli Nasrullah, ”Kebudayaan AntarBudaya di Era Budaya Siber”(Jakarta: Kencana Prenada
Grup, 2012) h.104
39
timbul interaksi dalam kehidupan manusia, maka ketika seseorang melakukan
proses komunikasi dengan orang lain dibutuhkan kesamaan makna sehingga
diharapkan agar proses komunikasi yang sedang terjadi dapat berlangsung
efektif.
Dengan kemajuan di bidang teknologi informasi serta komunikasi
sekarang ini, dunia tidak lagi mengenal batas, jarak, ruang dan waktu, sebagai
contoh kini orang dapat dengan mudah memperoleh baerbagai macam
informasi yang terjadi di belahan dunia tanpa harus datang ke tempat tersebut.
Bahkan orang dapat berkomunikasi dengan siapa saja di berbagai tempat di
dunia ini, hanya dengan memanfaatkan seperangkat komputer yang
tersambung ke internet.40
Sebagai contohnya, di era komunikasi global seperti sekarang ini
banyak sekali bermunculan situs-situs social networking yang cukup menarik
perhatian. Social networking adalah sebuah bentuk layanan internet yang
ditujukan sebagai komunitas online bagi orang yang memiliki kesamaan
aktivitas, ketertarikan pada bidang tertentu, atau kesamaan latar balakang
tertentu. Layanan social network biasanya berbasis web, yang menyediakan
kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat berinteraksi
seperti chat, messaging, email, video, chat suara, share file, blog, diskusi grup,
dan lain-lain.41
40
Fahmi,“Mencerna Situs Jejaring sosial” (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011) h.10
41
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,
jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki
merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan ole