• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSULTASI RANCANGAN PERDA PROVINSI ( Permendagri No 28 th 2008, Pasal 6 s/d 9)

Gubernur mengkonsultasikan rancangan perda tentang RTRWP dan RTR Kawasan

Strategis Provinsi kepada instansi pusat yang membidangi urusan tata ruang yang dikoordinasikan oleh BKTRN guna mendapatkan persetujuan substansi.

Materi konsultasi meliputi rancangan perda tentang RTRWP atau RTR Kawasan

Strategis Provinsi beserta lampirannya berupa dokumen RTR Provinsi dan album peta.

Konsultasi dilakukan sebelum rancangan perda tentang RTRWP atau rancangan

perda tentang RTR Kawasan Strategis Provinsi disetujui bersama DPRD.

Persetujuan dari instansi pusat yang membidangi urusan tata ruang menjadi bahan Menteri Dalam Negeri dalam melakukan:

evaluasi terhadap rancangan perda tentang RTRWP dan rancangan perda tentang RTR Kawasan Strategis Provinsi; dan

klarifikasi terhadap perda tentang RTRWP dan perda tentang RTR Kawasan Strategis Provinsi yang telah ditetapkan.

b. Pemanfaatan ruang, dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya yang antara lain meliputi :

Perumusan kebijakan Strategis operasional rencana tata ruang wilayah Provinsi dan rencana tata ruang kawasan Strategis Provinsi;

Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang wilayah dan kawasan Strategis Provinsi;

Pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah

dan kawasan Strategis.

c. Pengendalian pemanfaatan ruang, yang dilakukan melalui :

Penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi.

Khusus yang terkait dengan perizinan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional Jawa Timur (pelaksanaan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2006) pelaksanaannya dilakukan melalui prosedur rekomendasi Tim Asistensi Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional Provinsi Jawa Timur (Keputusan Gubernur Nomor 188/53/KPTS/ 013/2007).

C. Pengawasan penataan ruang dilakukan melalui tindakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang agar tujuan pelaksanaan penataan ruang dapat tercapai

D. Pemerintah Provinsi selain terlibat dalam penyelenggaraan penataan ruang dalam skala provinsi, juga bertugas untuk membina penataan ruang Kabupaten/Kota dan/atau rencana tata ruang pada wilayah/kawasan yang menjangkau lebih dari satu daerah Kabupaten/Kota; yang dilaksanakan melalui :

a. koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;

b. sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi pedoman bidang penataan ruang;

c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang; d. pendidikan dan pelatihan;

e. penelitian dan pengembangan;

f. pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang; g. penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan h. pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

E. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 14 ayat (2) bahwa rencana umum tata ruang secara berhirarki terdiri atas :

a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;

c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota . F. Jangka waktu Rencana Tata Ruang seperti tertuang dalam Undang-Undang Nomor 26

Tahun 2007 Pasal 20, Pasal 22, Pasal 26 adalah sebagai berikut: a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional selama 20 tahun; b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi selama 20 tahun; c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten selama 20 tahun.

G. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur sebagaimana Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang RTRW Provinsi Jawa Timur digunakan sebagai pedoman dalam :

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah; b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam wilayah Provinsi; d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar

wilayah kabupaten/kota serta keserasian antar sektor; e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; f. Penetapan ruang kawasan strategis Provinsi;

g. Penataan ruang wilayah kabupaten/kota untuk menjadi dasar dalam pengawasan terhadap perijinan lokasi pembangunan.

H. Penataan Ruang dilaksanakan melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan dikoordinasikan melalui kelembagaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Provinsi, berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah. Badan ini terdiri dari Sekretariat, Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang dan Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Dalam melaksahakan tugasnya, BKPRD Provinsi bertugas dan bertanggung jawab memberikan masukan dan rumusan kebijaksanaan kepada Gubernur yang meliputi proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sedangkan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kabupaten/Kota terdiri dari Sekretariat, Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang dan Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Dalam melaksanakan tugasnya, BKPRD Kabupaten/Kota bertugas dan bertanggung jawab memberikan masukan dan rumusan kebijaksanaan kepada Bupati/Walikota yang meliputi proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, serta menyiapkan laporan Bupati/Walikota tentang penyelenggaraan penataan ruang kepada Gubernur. I. Dalam rangka mengantisipasi pesatnya pembangunan serta untuk melakukan sinkronisasi

kegiatan penataaan ruang di daerah, perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah guna disesuaikan dengan tingkat perkembangan yang ada serta kemungkinan berubahnya program/rencana strategis kewilayahan, untuk itu perlu dievaluasi minimal setiap 5 (lima) tahun sekali seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 23 Ayat 4. Adapun mekanisme evaluasi (peninjauan ulang) dan penyusunan rencana tata ruang adalah sebagaimana telah diatur dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTSM/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang.

J. Tata cara perhitungan biaya dan standar biaya penyusunan rencana tata ruang mengacu pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 1998 tentang Pedoman Penyusunan dan Perhitungan Biaya Rencana Tata Ruang di daerah serta Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tanggal 11 Maret 1999 Nomor 050/497/II/Bangda tentang Tata Cara Perhitungan Komponen Biaya Penyusunan Rencana Tata Ruang di Daerah, yang secara rinci ditetapkan dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Timur perihal Petunjuk Teknis Perhitungan Biaya Penyusunan Rencana Tata Ruang di Daerah.

K. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang, dilaksanakan sesuai: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan

Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang;

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;

3. Untuk lingkup Provinsi Jawa Timur maka Hak, Kewajiban dan Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang RTRW Provinsi Jawa Timur.

L. Pembagian Kewenangan dalam Kegiatan Penataan Ruang, berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa: Pengawasan terhadap Raperda yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD dan Rencana Tata Ruang sebelum disahkan oleh Kepala Daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk Raperda Provinsi dan oleh Gubernur terhadap Raperda Kabupaten/Kota.

Adapun mekanisme evaluasi Raperda tata ruang Kabupaten/Kota diatur dalam Peraturan Pemerintah No 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal.

M. Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Penatataan ruang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang meliputi :

a. Pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota

b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota

c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota d. Kerjasama penataan ruang antar kabupaten/kota.

N. Berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri tanggal 21 Oktober 1999 Nomor 050/2496/II/ Bangda tentang Penataan Ruang, dijelaskan menunjuk Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang penyelenggaraan kegiatan penataan ruang di daerah disebutkan bahwa :

1. Penyusunan RTRW Kabupaten/Kota dan pengendalian ruang secara makro struktural menjadi kewenangan Bappekab/ Bappeko.

2. Penyusunan Rencana Rinci Ruang (RDTR dan RTK) dan pengaturan teknis peruntukan ruang beserta pengendaliannya menjadi kewenangan Dinas Teknis yang menangani Tata Ruang Kabupaten/Kota.

Untuk itu, Bappekab/Bappeko diarahkan lebih berperan dalam penyiapan kebijakan umum Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW) beserta pengawasannya (pemantauan dan pelaporan) sedangkan Dinas Teknis yang menangani Tata Ruang sebagai instansi pelaksana lebih berperan dalam fungsi pelaksanaan kebijakan teknis yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari kebijakan umum perencanaan tata ruang dimaksud.

BAB XVI

PETUNJUK KEGIATAN PENELITIAN/KAJIAN/STUDI