• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA A. DASAR PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA

1. Undang-Undang Nomor ISTahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; 5. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahannya;

6. Keputusan Menteri Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah;

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43/PRT/M/2007 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

9. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/203/KPTS/013/2006 tentang Penetapan Surat Kabar sebagai sarana pengumuman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Provinsi Jawa Timur;

10.Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/49/KPTS/013/2008 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa Elektronik di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Petunjuk Operasionalnya.

B. PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPKn) adalah Pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sebagai pemilik pekerjaan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa;

2. Pejabat Pembuat Komitmen diangkat dengan keputusan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

3. Persyaratan Pejabat Pembuat komitmen sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 Pasal 9 ayat 1 yaitu :

a. memiliki integritas moral; b. memiliki disiplin tinggi;

c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya;

d. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah;

e. memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tegas dan keteladanan dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah terlibat KKN.

4. Keputusan pembentukan Pejabat Pembuat Komitmen disampaikan kepada Biro Keuangan dan Biro Administrasi Pembangunan;

5. Tugas pokok dan fungsi Pejabat Pembuat Komitmen sesuai Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 Pasal 9 Ayat 3 :

b. menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan mengenai peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha termasuk koperasi kecil, serta kelompok masyarakat;

c. menetapkan dan mengesahkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS), jadwal, tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun oleh Panitia/Pejabat Pengadaan; d. menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan Panitia/Pejabat Pengadaan sesuai

kewenangannya;

e. menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai ketentuan yang berlaku;

f. menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia barang/jasa;

g. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada pimpinan instansinya;

h. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

i. menyerahkan asset hasil pengadaan barang/jasa dan asset lainnya kepada Gubernur dengan berita acara penyerahan;

j. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai.

C. PANITIA PENGADAAN

1. Panitia Pengadaan melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa yang dananya dari APBD dibentuk/diangkat sesuai kebutuhan oleh PA/KPA;

2. Keputusan pembentukan/pengangkatan Panitia Pengadaan disampaikan kepada Biro Keuangan dan Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur.

3. Pembentukan/pengangkatan Panitia Pengadaan:

a. Panitia Pengadaan berjumlah gasal, beranggotakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.

b. Anggota Panitia Pengadaan terdiri dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar Instansi yang bersangkutan yang memahami :

Tata cara pengadaan;

Substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan; Hukum-hukum perjanjian/kontrak.

4. Di lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, susunan Panitia Pengadaan adalah sebagai berikut:

a. Ketua merangkap Anggota : Unsur pada Biro Administrasi Pembangunan

b. Sekretaris merangkap Anggota : Unsur pada Biro Administrasi Pembangunan

c. Anggota : 1) Unsur Biro Keuangan

2) Unsur Biro Hukum

3) Unsur Biro Administrasi Pembangunan

4) Unsur Biro terkait (pengguna barang/jasa) sebagai anggota tidak tetap

5) Unsur Biro/Instansi Teknis terkait sebagai anggota tidak tetap

Anggota tidak tetap sebagai unsur Biro terkait selain mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai Anggota Panitia juga mengkoordinir spesifikasi teknis/KAK (Kerangka Acuan Kerja)/gambar detail perencanaan dan Engineering Cost Estimate yang disiapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) masing-masing Biro.

D. PEJABAT PENGADAAN

1. Pejabat Pengadaan diangkat oleh PA/KPA;

2. Keputusan pengangkatan Pejabat Pengadaan disampaikan kepada Biro Keuangan dan Biro Administrasi Pembangunan;

3. Pejabat Pengadaan hanya 1 (satu) orang yang memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar instansi yang bersangkutan.

4. Untuk SKPD yang mempunyai UPT dapat mengangkat Pejabat Pengadaan maksimal sejumlah UPT.

5. Pada masing-masing Biro di lingkungan Sekretariat Daerah wajib menetapkan/ menunjuk Pejabat Pengadaan.

E. UNIT LAYANAN PENGADAAN (PROCUREMENT UNIT)

Unit Layanan Pengadaan adalah satu unit yang terdiri dari pegawai-pegawai yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa Pemerintah, yang dibentuk oleh Gubernur yang bertugas secara khusus untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Bagi SKPD yang tidak memiliki Panitia Pengadaan Barang/Jasa yang disebabkan karena tidak adanya personil yang memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa Pemerintah, pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

F. PERSYARATAN PANITIA/PEJABAT PENGADAAN/ANGGOTA UNIT LAYANAN PENGADAAN

Panitia/Pejabat Pengadaan/Anggota Unit Layanan Pengadaan sebagaimana dimaksud huruf C, D dan E tersebut di atas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas; b. memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan;

c. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas Panitia/Pejabat Pengadaan yang bersangkutan;

d. memahami isi dokumen pengadaan/metode dan prosedur pengadaan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahannya;

e. tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yang mengangkat dan menetapkannya sebagai Panitia/Pejabat Pengadaan;

f. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah.

G. TUGAS, WEWENANG, DAN TANGGUNG JAWAB PEJABAT/PANITIA PENGADAAN/ UNIT LAYANAN PENGADAAN (PROCUREMENT UNIT)

Tugas, wewenang, dan tanggung jawab pejabat/panitia pengadaan/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) meliputi sebagai berikut:

a. menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan; b. menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri (HPS);

c. menyiapkan dokumen pengadaan;

d. mengumumkan pengadaan barang/jasa di surat kabar nasional dan/atau provinsi dan/atau papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan diupayakan diumumkan di website pengadaan nasional;

e. menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi; f. melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;

g. mengusulkan calon pemenang;

h. membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan/atau pejabat yang mengangkatnya;

i. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai.

H. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

1. Pengguna Anggaran wajib mengumumkan secara terbuka rencana pengadaan barang/jasa kecuali pengadaan barang/jasa yang bersifat rahasia pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada masyarakat luas.

2. Cara Pengadaan :

a. Dengan menggunakan penyedia barang/jasa; b. Dengan cara swakelola.

3. Pengadaan dengan menggunakan penyedia barang/jasa :

a. Untuk pengadaan sampai dengan nilai Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh Panitia atau Pejabat Pengadaan;

b. Untuk pengadaan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan.

4. Pejabat Pembuat Komitmen dilarang mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia barang/jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang akan mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan/proyek yang dibiayai dari APBD.

5. Pejabat Pembuat Komitmen dapat melaksanakan proses pengadaan barang/jasa sebelum dokumen anggaran disahkan sepanjang anggaran untuk kegiatan yang bersangkutan telah dialokasikan, dengan ketentuan penerbitan surat penunjukan penyedia barang/jasa dan penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa dilakukan setelah dokumen anggaran untuk kegiatan/proyek sebagaimana dimaksud pada butir 3 disahkan.

6. Pejabat Pembuat Komitmen bertanggungjawab dari segi administrasi, fisik, keuangan, dan fungsional atas pengadaan barang/jasa yang dilaksanakannya.

7. Untuk mendukung pelaksanaan pengadaan barang/jasa, SKPD wajib menyediakan biaya administrasi proyek sebagai berikut:

a. Honorarium Panitia/Pejabat Pengadaan/ Pejabat Pembuat Komitmen. b. Pengumuman Pengadaan Barang/Jasa

c. Penggandaan dokumen pengadaan barang/jasa dan/atau dokumen kualifikasi d. Administrasi lainnya yang diperlukan.

8. KPA/KPAP/Pejabat Pembuat Komitmen diwajibkan :

a. Memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan terhadap jawaban sanggahan banding Gubernur Jawa Timur;

b. Koordinasi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan sanggahan banding yang diterima oleh Gubernur Jawa Timur;

c. Memberikan hasil kajian dan pertimbangan serta evaluasi untuk dijadikan kesimpulan berkaitan dengan sanggahan banding oleh Gubernur Jawa Timur.

9. Dalam hal pelaksanaan pengadaan barang lebih mengutamakan produksi dalam negeri dengan memperhatikan Peraturan Menteri Perindustrian No : 11/M - IND/PER/3/2006 tanggal 14 Maret 2006 tentang Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN).

I. PROSEDUR PELELANGAN

1. Prosedur pelelangan secara keseluruhan mengikuti ketentuan dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003 dan Perubahannya.

2. Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/49/KPTS/013/2008 tanggal 6 Pebruari 2008 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa Elektronik di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Petunjuk Operasionalnya, maka semua pemilihan penyedia barang/jasa secara elektronik di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan sumber dana dari APBD Provinsi Jawa Timur diharuskan melalui sistem aplikasi e-lelang Jatim dengan alamat http://e-lelang.iatimprov.qo.id 3. Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur adalah

pengguna sistem Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik yang meliputi: a. pelelangan umum;

b. pelelangan terbatas; c. seleksi umum; d. seleksi terbatas.

4. Semua tahapan lelang/seleksi di antaranya mekanisme, metode dan lain sebagainya yang dimungkinkan dapat diaplikasikan pada sistem pengadaan secara elektronik, wajib untuk dilaksanakan.

5. Pengumuman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara terbuka melalui Surat Kabar Provinsi mengacu pada Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/203/KPTS/013/2006 tentang Penetapan Surat Kabar sebagai Sarana Pengumuman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

6. Penyampaian Dokumen Penawaran

a. Surat Penawaran ditandatangani oleh Pemimpin/Direktur (Utama) perusahaan atau penerima kuasa dari Direktur (Utama) yang penerima kuasanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya kecuali jasa akomodasi dan konsumsi dapat ditandatangani oleh manajer atau yang ditunjuk;

b. Surat Penawaran ditujukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen, selanjutnya beserta dokumen penawaran lainnya disampaikan kepada Panitia Pengadaan.

J. PENETAPAN PEMENANG

Pejabat yang berwenang menetapkan pemenang penyedia barang/jasa diatur sebagai berikut:

1. Nilai pekerjaan di atas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

2. Di lingkungan SKPD/Rumah Sakit:

Nilai pekerjaan di atas Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) ditetapkan oleh Gubernur.

3. Di lingkungan BUMD Provinsi Jawa Timur:

a. Nilai pekerjaan sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) ditetapkan oleh Direksi BUMD;

b. Nilai pekerjaan di atas Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) ditetapkan oleh Direksi BUMD dengan persetujuan Gubernur.

K. SURAT PENUNJUKAN PENYEDIA BARANG/JASA

Surat penunjukan penyedia barang/jasa di lingkungan SKPD/Rumah Sakit ditetapkan/ dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

L. PENANDA-TANGANAN KONTRAK.

1. Di lingkungan Dinas/Badan/Kantor/Lembaga :

a. Pekerjaan dengan nilai sampai dengan Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) bentuk kontrak cukup dengan kuitansi, dengan dilampiri nota pembelian/faktur dan ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan Pejabat Pembuat Komitmen;

b. Pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) bentuk kontrak berupa Surat Perintah Kerja ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen dengan penyedia barang/jasa dan disetujui oleh KPA;

c. Pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) bentuk kontrak berupa Surat Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia Barang/Jasa, disetujui oleh KPA dan diketahui oleh PA.

2. Di lingkungan Sekretariat Daerah :

a. Pekerjaan dengan nilai sampai dengan Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) bentuk kontrak cukup dengan kuitansi, dengan dilampiri nota pembelian/faktur dan ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan Pejabat Pembuat Komitmen;

b. Pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) bentuk kontrak berupa Surat Perintah Kerja ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen dengan penyedia barang/jasa dan disetujui oleh KPAP;

c. Pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) bentuk kontrak berupa Surat Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia Barang/Jasa, disetujui oleh KPAP dan diketahui oleh KPA.

3. a. Penanda-tanganan kontrak tersebut angka 1 huruf b dan c dilakukan selambat-lambatnya 14 hari kerja terhitung sejak diterbitkannya Surat Penunjukan penyedia barang/jasa sebagai pelaksana pekerjaan;

b. Khusus untuk angka 1 huruf c dan angka 2 huruf c, penanda-tanganan kontrak dilakukan setelah penyedia barang/jasa menyerahkan jaminan pelaksanaan dari bank yang nilainya sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 beserta perubahannya kecuali pekerjaan jasa konsultansi tidak diperlukan jaminan pelaksanaan.

4. Pihak penyedia barang/jasa dalam hal ini ditandatangani oleh Direktur/Pimpinan Perusahaan atau dikuasakan kepada orang yang namanya tercantum dalam Akte Pendirian Perusahaan atau Perubahannya (Akte Notaris) atau Kepala Cabang Perusahaan yang diangkat oleh Kantor Pusat yang dibuktikan dengan dokumen otentik, atau Pejabat yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang berhak mewakili perusahaan yang bekerjasama, kecuali jasa akomodasi dan konsumsi dapat ditandatangani oleh manajer atau yang ditunjuk;

5. Surat Perintah Kerja/Kontrak yang mempunyai lampiran, maka lampiran tersebut juga ditandatangani oleh pejabat yang menandatangani Surat Perintah Kerja/Kontrak.

Lampiran tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Surat Perintah Kerja/Kontrak.

M. PENGADAAN PADA AWAL TAHUN ANGGARAN

Pelaksanaan pengadaan untuk barang dan jasa yang bersifat rutin dan harus dilaksanakan setiap bulan selama satu tahun anggaran, dimana ikatan kerjanya harus dimulai per 1 Januari seperti pekerjaan cleaning service, penyediaan konsumsi pasien dlsb, maka administrasi pengadaannya dapat diproses oleh panitia atau pejabat pengadaan tahun sebelumnya, sedangkan untuk penandatanganan kontrak (ikatan kerja) dilakukan oleh pejabat yang berwenang (yang ditunjuk pada tahun yang bersangkutan) dan setelah dokumen anggaran disahkan.

N. SWAKELOLA

1. Prosedur dan pelaksanaan swakelola mengacu pada Keppres Nomor 80 Tahun 2003 Pasal 39, Lampiran I Bab I A.2 dan Lampiran I Bab III.

2. Biaya Perencanaan dan Pengawasan

a. Biaya Perencanaan dipergunakan untuk menyusun TOR/KAK yang merupakan Kerangka Acuan pelaksanaan penelitian, kajian, survey, studi yang memuat landasan kerja, perkiraan biaya, jadwal kegiatan serta hasil (harapan) dari kegiatan swakelola dimaksud.

b. Biaya Pengawasan dipergunakan untuk mengawasi pelaksanaan penelitian, kajian, survey, studi termasuk penyusunan pelaporan agar pelaksanaannya sesuai dengan yang direncanakan.

c. Besarnya biaya perencanaan dan pengawasan pada pekerjaan swakelola oleh pengguna barang/jasa dan swakelola oleh instansi lain non swadana adalah sebagai berikut:

c. 1. Swakelola konstruksi biaya perencanaan dan pengawasan sebagai berikut: 1) nilai sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) < 10 % 2) nilai di atas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan

Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) < 8 %

3) nilai di atas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) < 5 %

4) nilai di atas Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) < 3 %

5) biaya perencanaan, pengawasan dan pelaksanaan untuk pekerjaan konstruksi masing-masing dipisahkan dan ditampung dalam kode rekening yang berbeda yang mengakibatkan adanya asset dikelompokkan dalam Belanja Modal (BM)

6) biaya perencanaan, pengawasan dan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh pihak ketiga dibayarkan dengan Beban Langsung (LS). c. 2. Swakelola Non Konstruksi biaya perencanaan dan pengawasan sebagai

berikut:

1) nilai sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) < 10 % 2) nilai di atas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) < 8 %

3) nilai di atas Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) < 5 %

4) nilai di atas Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) < 3 %

5) biaya perencanaan dan pengawasan dibayar dengan Beban Uang Ganti Persediaan (UP/GU), sedangkan penggunaannya terdiri dari honor, uang sidang, biaya perjalanan dinas, ATK, dan lain-lain masuk pada rekening-rekening Belanja Langsung yang sesuai.

6) biaya pelaksanaannya ditampung dalam Kode Rekening Biaya Jasa Kerja dan dibayar dengan Beban Langsung (LS) karena melibatkan pihak ketiga.

d. Pekerjaan Swakelola oleh Penerima Hibah perlu dibentuk Tim (Tim Monitoring dan Evaluasi) di tiap SKPD oleh Pengguna Anggaran (PA), sedangkan pada Biro di lingkungan Sekretariat Daerah oleh Kuasa Pengguna Anggaran.

O. PENANGANAN PENANGGULANGAN BENCANA/KEJADIAN ALAM/DARURAT

1. Mekanisme penanganan bencana/kejadian alam/darurat dengan menggunakan Belanja Tidak Terduga adalah sebagai berikut:

a. Apabila terjadi bencana/kejadian alam/darurat maka instansi Pemerintah Provinsi terkait menyampaikan laporan kepada Gubernur Jawa Timur dalam bentuk Form 16/ Form 17 dengan dilampiri foto kejadian dan surat pernyataan Bupati/Walikota setempat.

b. Selanjutnya Kepala Dinas terkait melaporkan kepada Gubernur untuk mohon persetujuan penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja untuk penanganan akibat bencana/kejadian alam/darurat.

Adapun dana untuk penanganan pelaksanaan pekerjaan tersebut diusulkan kepada Gubernur Jawa Timur melalui Belanja Tidak Terduga dengan dilampiri Form 16/ Form 17 dan surat pernyataan Bupati/Walikota beserta foto kejadian.

c. Setelah laporan kejadian alam tersebut diterima, maka Gubernur membentuk Tim Teknis yang terdiri dari Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Timur, Biro Administrasi Pembangunan, Biro Keuangan dan SKPD terkait. Tim Teknis tersebut turun ke lapangan guna:

1) meninjau lokasi bencana/kejadian alam/darurat; 2) memastikan penanganan konstruksi darurat; 3) membuat sketsa penanganan darurat.

Selanjutnya Tim Teknis membuat Berita Acara Hasil Peninjauan Lapangan.

d. Dalam waktu maksimum 7 (tujuh) hari setelah diterimanya Surat Persetujuan Penanganan Bencana Alam/Darurat dari Gubernur, maka SKPD terkait harus menindaklanjuti dengan menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja untuk segera melakukan kegiatan pelaksanaan di lapangan.

e. Dalam hal Gubernur tidak menyetujui sebagai penanganan bencana/kejadian alam/darurat, maka penanganan tersebut diusulkan melalui program reguler.

f. Setelah alokasi dana disetujui Gubernur, instansi yang bersangkutan dapat membuat kontrak pekerjaan melalui proses pengadaan dengan cara penunjukan langsung.

g. Pembayaran kepada penyedia jasa dilakukan setelah fisik pelaksanaan pekerjaan di lapangan selesai 100 %.

2. Khusus Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Timur sehubungan dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang menyebutkan bahwa "Apabila terjadi gangguan dan hambatan terhadap fungsi ruang milik jalan, penyelenggara jalan wajib segera mengambil tindakan untuk kepentingan pengguna jalan. Tindakan untuk kepentingan pengguna jalan adalah suatu penanganan secara langsung untuk meniadakan gangguan dan hambatan yang wajib dilakukan oleh penyelenggara jalan supaya jalan berfungsi sebagaimana mestinya", maka Kriteria Penanganan Bencana/Kejadian Alam/Darurat di bidang Jalan dan Jembatan adalah sebagai berikut: a. Secara umum dilakukan dengan penanganan darurat.

b. Dalam hal penanganan darurat tidak memungkinkan dapat mengembalikan fungsi jalan sebagaimana mestinya guna mengembalikan kelancaran kegiatan masyarakat seperti kondisi semula, maka dilakukan penanganan dengan konstruksi permanen. Penanganan konstruksi permanen dilakukan apabila :

1) Jalan

Lalu lintas padat.

Tidak ada jalan alternatif/pemindahan sementara.

Secara teknis tidak mungkin membuat konstruksi darurat.

Lalu lintas yang lewat tidak dapat dibatasi baik beban maupun jumlahnya. Apabila dibiarkan terlalu lama, maka akan menimbulkan kerugian yang lebih

besar bagi masyarakat pengguna jalan. 2) Jembatan

Lalu lintas padat.

Bentang panjang dan konstruksi kompleks, apabila dibuat Jembatan darurat membutuhkan dana yang sangat besar.

Apabila dibiarkan terlalu lama, maka akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi masyarakat pengguna Jembatan.

P. PENGADAAN TANAH

Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum mengacu pada ketentuan :

1. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006;

2. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58/PMK.02/2008 tentang Biaya Panitia Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2004 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Provinsi Jawa Timur.

BAB XIV