• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSIJAWA TIMUR

A. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4502);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4503);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 08/PMK.02/2006 Tahun 2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum;

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/2006 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan dan Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 Tahun 2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum, sebagaimana diubah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2007;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas Badan Layanan Umum;

10.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Administratif dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

11.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

12.Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pedoman Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Provinsi Jawa Timur.

B. PENGELOLAAN KEUANGAN BAGI RUMAH SAKIT/SKPD/UNU KERJA SKPD LAINNYA

1. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD)

Bagi Rumah Sakit/SKPD/Unit Kerja yang sudah menerapkan PPK-BLUD, maka diberikan suatu keleluasaan/fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan dengan suatu prosentase ambang batas tertentu belanja dari pendapatan fungsional, yang pelaksanaannya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 29 Tahun 2008 tentang

Pedoman Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Provinsi Jawa Timur. Sedangkan pengelolaan lebih lanjut secara teknis masing-masing ditetapkan dalam Peraturan Gubernur meliputi :

1) Penatausahaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD); 2) Kewenangan Penghapusan Piutang;

3) Pinjaman;

4) Pengadaan Barang dan Jasa; 5) Sistem Akuntansi;

6) Investasi; 7) Kerjasama; 8) Remunerasi;

9) Rencana Bisnis dan Anggaran;

10)Kriteria pejabat pengelola/pegawai non PNS; 11)Pengaturan Dewan Pengawas;

12)Standar Pelayanan Minimal; 13)Tarif.

a. Sistem Penganggaran

1. Tahun Anggaran yang berlaku bag! Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), baik yang berstatus BLUD penuh atau bertahap, mengikuti APBD Provinsi Jawa Timur.

2. Setiap Tahun Anggaran, Pemimpin BLUD menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) serta Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang berbasis kinerja dengan mengacu pada Rencana Strategi Bisnis (RSB).

3. RBA/RKA-BLUD memuat:

a. Rencana pendapatan BLUD selama 1 (satu) tahun dengan kode rekening pendapatan yang meliputi rincian seluruh pendapatan yang sah;

b. Rencana belanja BLUD disusun sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku selama 1 (satu) tahun dan diselaraskan dengan rencana pendapatan yang diperoleh.

4. Penyusunan RKA dan DPA yang dananya bersumber dari APBD (subsidi) maupun penyusunan DIPA yang bersumber dari APBN (subsidi) mengikuti ketentuan yang berlaku.

5. DPA-BLUD yang diajukan kepada Biro Keuangan merupakan gabungan antara DPA-BLUD yang anggaran belanjanya berasal dari pendapatan fungsional (pendapatan-pendapatan lain yang sah) dan DPA yang anggaran belanjanya berasal dari APBD (subsidi).

6. RBA/RKA definitif yang telah mendapat persetujuan Gubernur selanjutnya disebut DPA-BLUD berlaku sebagai dasar pelaksanaan anggaran BLUD.

7. Pemimpin BLUD dapat melaksanakan belanja mendahului penetapan DPA. 8. Dalam kondisi tertentu (darurat) dapat melaksanakan belanja di luar DPA dan

dilaporkan untuk mendapatkan persetujuan Gubernur yang selanjutnya diusulkan dalam P-APBD dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).

9. Perubahan dan pergeseran belanja :

a. Perubahan antar rekening dapat dilakukan sepanjang tidak melampaui ambang batas dalam anggaran fleksibel yang ditetapkan setiap tahun oleh Gubernur;

b. Ambang batas fleksibilitas tersebut adalah paling tinggi 10 % dari pelampauan target pendapatan yang sah selain APBD, APBN dan hibah; c. Apabila pendapatannya melebihi target yang ditetapkan dalam DPA tetapi

masih dalam ambang batas fleksibilitas, maka kelebihan tersebut dapat digunakan langsung mendahului penetapan Perubahan APBD (P-APBD); d. Apabila pendapatannya melebihi target yang ditetapkan dalam DPA setelah

P-APBD tetapi masih dalam ambang batas fleksibilitas, maka kelebihan tersebut dapat digunakan langsung mendahului penyusunan APBD tahun berikutnya;

e. Penggunaan pendapatan yang melampaui ambang batas fleksibilitas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Gubernur;

f. Kelebihan pendapatan dan pengeluaran belanja terhadap kelebihan pendapatan dilaporkan kepada Gubernur.

b. Penatausahaan Keuangan

1. Untuk Rumah Sakit yang menerapkan PPK - BLUD perhitungan Uang Persediaan (UP) adalah paling banyak sebesar 1/12 dari Belanja Langsung ditambah Belanja Tidak Langsung (Tambahan Penghasilan PNS) dikurangi belanja untuk fungsional.

2. Pemimpin BLUD sebagai Pengguna Anggaran (PA) dapat menguasakan pada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

3. Yang ditunjuk sebagai KPA adalah Pejabat Keuangan atau Pejabat Teknis. 4. Pada BLUD dapat ditunjuk lebih dari 1 (satu) KPA sesuai kebutuhan.

5. KPA dalam melaksanakan fungsinya dapat dibantu oleh PPTK.

6. Surat Penyedia Dana (SPD) sebagai dasar pengeluaran kas yang mengakibatkan pembebanan anggaran belanja diterbitkan sekaligus untuk pengeluaran 1 (satu) tahun.

7. Prosedur dan mekanisme pencairan dan pertanggungjawaban dana yang berasal dari anggaran subsidi (APBD) dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagaimana SKPD yang lain.

c. Tata Cara Pengelolaan Pendapatan Fungsional

1. Penerimaan Kas yang diperoleh dari penerimaan pendapatan fungsional bag! BLUD dapat digunakan langsung untuk belanja;

2. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang dananya bersumber dari pendapatan fungsional/pendapatan lain yang sah dilaksanakan melalui Rekening Kas BLUD;

3. Bendahara Penerimaan beserta PPK membuka Rekening BLUD di Bank Jatim untuk menampung penyetoran penerimaan pendapatan fungsional/pendapatan lain yang sah;

4. Pendapatan yang diperoleh dari penerimaan fungsional dan penerimaan lain yang sah setiap hari disetorkan seluruhnya ke Rekening Kas BLUD dan dilaporkan ke KPA;

5. Penerimaan fungsional serta lain-lain PAD yang sah, yaitu penerimaan yang berasal antara lain dari sewa, pembuangan limbah, komisi, potongan, laba usaha kerjasama dengan pihak ketiga yang menggunakan fasilitas BLUD atau pengadaan barang dan jasa menjadi hak BLUD dan wajib dicatat sebagai pendapatan fungsional BLUD;

6. Kelebihan target penerimaan pendapatan dan sisa alokasi anggaran belanja penerimaan fungsional yang tidak terserap sampai dengan akhir tahun anggaran menjadi saldo awal tahun berikutnya dan dilaporkan sebagai Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun anggaran berjalan;

7. Kelebihan target penerimaan pendapatan pada akhir tahun berjalan dapat digunakan terlebih dahulu untuk kebutuhan operasional dan diperhitungkan pada anggaran belanja tahun berikutnya;

8. Sisa lebih DPA yang bersumber dari penerimaan Subsidi Pemerintah Daerah Provinsi yang tidak digunakan sampai dengan akhir tahun anggaran menjadi sisa mati;

9. Terhadap sisa lebih dana/kas dari penerimaan Subsidi APBD pada tahun berkenaan wajib disetorkan kembali ke Kuasa Bendahara Umum Daerah di Biro Keuangan sebagaimana SKPD yang lain;

10.Saldo pada Rekening Koran fungsional harus sama dengan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun anggaran berjalan yaitu selisih antara penerimaan fungsional dengan pengeluaran fungsional;

11.Mekanisme penerimaan dana fungsional :

a. Penerimaan fungsional yang diterima oleh Bendahara Penerimaan akan disetor ke Bank Jatim dengan menggunakan STS, dengan mengetahui PPK-BLUD;

b. Dokumen STS akan disahkan oleh pihak Bank dan kemudian diserahkan ke PPK BLUD untuk dicatat kedalam Buku Kas Umum (BKU) Penerimaan serta jurnal transaksi penerimaan kas sesuai dengan kode rekening pendapatan tersebut;

c. Bendahara Penerimaan merekap laporan realisasi pendapatan dari Kasir untuk dijadikan dasar Laporan Realisasi Pendapatan BLUD (Bpn-6);

d. Laporan Realisasi Pendapatan BLUD tersebut dilaporkan pada Biro Keuangan dengan tembusan kepada Dinas Pendapatan paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

12.Mekanisme pencairan dana fungsional :

a. Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP Fungsional rangkap 2 (dua) kepada PA/KPA melalui PPK-BLUD, dengan dilampiri :

Pengantar SPP Fungsional;

Lampiran lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.

b. PPK-BLUD meneliti dokumen SPP Fungsional, setelah dinyatakan sesuai maka diterbitkan SPM Fungsional. PPK-BLUD akan meneruskan SPM Fungsional tersebut kepada PA untuk diotorisasi.

c. Berdasarkan SPM Fungsional yang sudah diotorisasi oleh PA, Bendahara Penerimaan wajib dengan segera menyediakan kebutuhan uang tersebut, dengan mencairkan dan mendistribusikan ke Bendahara Pengeluaran.

13.Mekanisme pertanggungjawaban dana fungsional :

a. Bendahara Pengeluaran membuat SPJ Fungsional dan mengirimkannya ke PPK-BLUD untuk diteliti kelengkapan dan keabsahannya;

b. PPK-BLUD memverifikasi dokumen SPJ Fungsional dan membuat pengesahan SPJ fungsional dan rincian penggunaan dana fungsional yang diotorisasi oleh Pengguna Anggaran (PA). Rincian penggunaan dana fungsional diajukan ke Biro Keuangan;

c. Setelah rincian penggunaan dana fungsional disetujui, Biro Keuangan akan menerbitkan Persetujuan Rincian Penggunaan Dana Fungsional.

d. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Penyelenggaraan Akuntansi dan Laporan Keuangan BLUD dibuat selain mengacu pada ketentuan yang berlaku bagi SKPD yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) untuk pendapatan fungsional juga mengacu pada laporan keuangan yang berlaku sebagaimana SKPD yang lain untuk pendapatan APBD (non fungsional).

e. Kerjasama Operasional (KSO)

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan mengingat keterbatasan dana subsidi dari Pemerintah untuk belanja investasi/modal, BLUD dalam bentuk Kerjasama Operasional (KSO) dengan prinsip efisiensi dan produktifitas.

KSO merupakan suatu bentuk kerja sama antara sektor publik (pemerintah) dengan sektor privat (swasta), yang dibangun dengan memanfaatkan kemampuan pihak-pihak yang bekerjasama, untuk menyediakan barang publik/asset melalui pengalokasian sumber daya, resiko dan imbalan secara tepat.

KSO dilaksanakan berdasarkan kesepakatan yang dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama Operasional antara Pemimpin BLUD dengan pihak lain dan dilaporkan kepada Gubernur.

f. Revolving Fund (khusus bag! Rumah Sakit/UPT Dinas Kesehatan).

Sistem Revolving Fund adalah sistem pengelolaan dana secara langsung untuk membiayai, mengadakan, penyaluran, dan penjualan obat-obatan, bahan dan alat kesehatan.

Kegiatan dimaksud untuk memberikan pelayanan obatan-obatan, bahan dan alat kesehatan kepada pasien serta untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Provinsi yang dilaksanakan oleh Depo Farmasi.

Depo Farmasi merupakan unit pelayanan fungsional yang melayani obat-obatan, bahan dan alat kesehatan yang berada di bawah tanggung jawab Instalasi Farmasi.

2. Pola Pengelolaan Keuangan SKPD/UPT Dinas yang belum menerapkan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

Bagi SKPD/UPT yang belum menerapkan PPK BLUD berlaku ketentuan sebagaimana SKPD yang lain.

3. Untuk UPT Dinas Kesehatan (Rumah Sakit Khusus) diberikan beberapa kekhususan, yaitu :

a. Pendelegasian wewenang secara penuh kepada KPA UPTD Dinas Kesehatan (Rumah Sakit Khusus) dalam penyusunan anggaran, pertanggungjawabannya dan pelaporannya.

b. Perhitungan dana UP paling banyak 1/10 dari Belanja Langsung ditambah dengan Belanja Tidak Langsung (Tambahan Penghasilan PNS).

BAB XII

ADMINISTRASI PENGELOLAAN BARANG DAERAH