2. Minapolitan Perikanan Budidaya (MPB)
4.1.3. Kota Palangkaraya
Kondisi Geografis
Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai luas wilayah sebesar 153.564 km2. Dengan luas wilayah tersebut, Provinsi Kalimantan Tengah menjadi provinsi terluas ke tiga setelah Provinsi Papua dan Provinsi Kalimantan Timur. Kepadatan penduduk di Kalimantan relative masih jarang, yaitu 12 jiwa/ km2. Sedangkan rata-rata tingkat kepadatan penduduk secara nasional/Indonesia adalah 118 jiwa per km2.
Pada awalnya daerah Kalimantan Tengah terdiri dari tiga Kabupaten Otonom berasal dari eks Daerah Dayak Besar dan Swapraja Kotawaringin yang termasuk dalam wilayah Keresidenan Kalimantan Selatan. Ketiga Kabupaten otonom itu adalah Kabupaten Barito, Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Kotawaringin yang di tetapkan pada tahun 1950. Kemudian pada Tahun 1958 ditetapkan ibukota Propinsi Kalimantan Tengah bernama Palangkaraya.
Visi kota Palangkaraya adalah terwujudnya kota Palangkaraya yang tertata, tertib, dan berwawasan lingkungan, dalam suasana kehidupan masyarakat yang aman, sejahtera dan dinamis sesuai budaya betang. Sedangkan misi dari kota Palangkaraya adalah:
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). 2. Meningkatkan Pembangunan Prasarana dasar (Infrastruktur) untuk mendukung
kelancaran dan kemudahan di segala bidang kehidupan masyarakat.
3. Memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi khususnya pengusaha kecil dan menengah serta koperasi
Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Budidaya 62 4. Mengembangkan iklim dunia usaha yang kondusif dengan menciptakan
peluang-peluang investasi.
5. Memanfaatkan sumberdaya alam (SDA) secara optimal dan bertanggung jawab, berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan hidup. 6. pengaruh dan gangguan yang dapat mengancam
7. Mengembangkan kehidupan social budaya yang harmonis, dinamis dan kreatif guna menigkatkan ketahanan masyarakat terhadap pengaruh dan gangguan yang dapat mengancam kehidupan masyarakat.
8. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, sehingga dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Kota Palangkaraya, secara geografis terletak pada: 6°40’- 7°40’ Bujur Timur dan 1°30’- 2°30’ Lintang Selatan. Kota Palangkaraya terdiri dari 5 wilayah administrasi kecamatan, yaitu Pahandut, Sebangau, Jekan Raya, Bukit Batu dan Rakumpit.
Luas wilayah kecamatan di Kota Palangkaraya dapat dilihat pada Tabel 27, sedangkan batas-batas kota Palangkaraya adalah
- Sebelah utara : Kabupaten Gunung Mas - Sebelah timur : Kabupaten Gunung Mas - Sebalah selatan : Kabupaten Pulang Pisau - Sebelah Barat : Kabupaten Katingan
Tabel 27. Luas Wilayah per kecamatan di Kota Palangkaraya
No. Kecamatan Luas wilayah (Km2)
1 Pahandut 117,25
2 Sebangau 583,50
3 Jekan Raya 352,62
4 Bukit Batu 572,00
5 Rakumpit 1.053,14
Total luas wilayah 2.678,51
Sumber: Kota Palangkaraya Dalam Angka 2009
Sebagian besar wilayah kota Palangkaraya atau 92,80% dari total luas wilayah kota Palangkaraya merupakan kawasan hutan. Selain kawasan hutan tersebut, pemanfaatan wilayah adalah tanah pertanian, perkampungan, areal perkebunan, sungai dan danau. Pemanfaatan wilayah kota Palangkaraya dapat dilihat pada Tabel 28 di bawah ini.
Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Budidaya 63 Tabel 28. Pemanfaatan Wilayah Kota Palangkaraya
No. Pemanfaatan Luas Wilayah (Km2) Prosentase (%)
1 Kawasan hutan 2.485,75 92,80
2 Tanah Pertanian 12,65 0,47
3 Perkampungan 45,54 1,70
4 Areal Perkebunan 22,30 0,83
5 Sungai dan Danau 42,86 1,60
6 Lain-lain 69,41 2,59
Total Luas Wilayah 2.678,51 100,00
Sumber: Kota Palangkaraya Dalam Angka 2009
Kecamatan Sebangau merupakan target tempat yang akan dijadikan lokasi pengembangan program Minapolitan. Kecamatan Sebangau ini dibentuk berdasarkan Perda Kota Palangkaraya Nomor 32 Tahun 2003 tentang pembentukan, pemecahan dan penggabungan kecamatan dan kelurahan. Kecamatan Sebangau dengan ibukotanya Kalampangan terdiri dari enam kelurahan, yaitu Kalampangan, Kereng Bangkirai, Bereng Bengkel, Sabaru, Kameloh Baru dan Danau Tundai. Luas wilayah kecamatan Sebangau ini adalah 58.350 Ha, dengan batas wilayah:
- Sebelah Utara : Kecamatan Jekan Raya, Kecamatan Pahandut dan Kabupaten Pulang Pisau
- Sebelah Timur : Kabupaten Pulang Pisau - Sebelah Selatan : Kabupaten Pulang Pisau - Sebelah Barat : Kabupaten Katingan
Kemasyarakatan
Jumlah penduduk kota Palangkaraya pada tahun 2008 ada 191.014 jiwa, yang terdiri dari 50,58% perempuan dan 49,42% laki-laki. Berdasarkan luas wilayah dibanding dengan jumlah penduduk, kepadatan penduduk Palangkaraya tergolong rendah bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk rata-rata nasional, yaitu 71 jiwa/Km2.
Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Budidaya 64 Gambar 9. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Palangkaraya
Sedangkan penduduk di kecamatan Sebangau berjumlah 12.709 jiwa, yang terdiri dari 6.297 laki-laki (49,55%) dan 6.412 perempuan (50,45%). Kepadatan rata-rata Kecamatan Sebangau sebanyak 28,87 jiwa/km2. Jumlah Penduduk, KK dan kepadatan penduduk di Kecamatan Sebangau dapat dilihat pada Tabel 29 berikut ini.
Tabel 29. Luas wilayah, jumlah Penduduk, Jumlah KK dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Sebangau No Kelurahan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk Jumlah KK Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kereng Bangkirai 270,50 2.369 2.633 5.002 1.254 18,49 2 Sabaru 152,25 1.485 1.344 2.829 658 18,58 3 Kalampang-an 46,25 1.514 1.499 3.013 859 65,15 4 Kameloh Baru 53,50 335 320 655 169 12,24 5 Bereng Bengkel 18,50 479 514 993 265 53,68 6 Danau Tundai 42,50 115 102 217 63 5,11 Jumlah 584 6.297 6.412 12.709 3.268 28,87
Sumber: Kecamatan Sebangau dalam Angka 2009 – BPS Kota Palangkaraya
- Kelompok Usia
Jumlah penduduk Kota Palangkaraya menurut kelompok umur menunjukkan struktur penduduk muda. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk dalam kelompok umur 0- 4 tahun sebesar 17.918 jiwa, kelompok umur 5 – 14 tahun sebanyak 34.843 jiwa, kelompok umur 15-49 tahun sebesar 112.843 jiwa, yang merupakan penduduk terbesar. Sedangkan penduduk 50 - ≥ 75 tahun yaitu sebanyak 17.627 jiwa. Sebagai akibat dari struktur penduduk muda ini, maka Kota Palangkaraya dituntut untuk
Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Budidaya 65 dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk yang telah memasuki usia kerja, menyediakan fasilitas sosial untuk memenuhi kebutuhan sektor pendidikan, sosial kemasyarakatan dan ekonomi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 30 seperti yang disajikan berikut.
Tabel 30. Struktur Penduduk Kota Palangkaraya Menurut Umur, tahun 2008
No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) %
1 < 4 18.998 0,01
2 5- 14 35.907 20,87
3 15-49 112.582 65,44
4 50- ≥75 23.527 13,68
Jumlah 172.035 100,00
Sumber: Kota Palangkaraya Dalam Angka 2009, BPS Kota Palangkaraya
- Tingkat Pendidikan
Dibidang pendidikan, pada tingkat makro kemampuan baca-tulis penduduk merupakan ukuran yang sangat mendasar. Dari data Kota Palangkaraya dalam Angka 2009, total penduduk Palangkaraya pada tahun 2008 masih banyak juga yang tidak mengenyam wajib belajar 9 tahun yang sudah dicanangkan oleh pemerintah dan 13,62% dari penduduk Palangkaraya tidak pernah mengenyam pendidikan dasar.
Tabel 31. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan dan Jenis Kelaminnya
Jumlah / Total
Tingkat Pendidikan Laki- Perempuan Laki-laki+
Yang Ditamatkan Laki Perempuan %
1. Tidak Pernah Sekolah 10.060 10.945 21.005 13,62
2. SD atau Setingkat 16.337 18.714 35.051 22,72
3. SLTP atau Setingkat 13.769 14.791 28.560 18,51
4. SLTA Umum atau Setingkat 24.357 25.842 50.199 32,54
5. D-I/ D-II/ D-II/ Sarjana Muda 2.521 3.471 5.992 3,88
6. D-IV/ S1/ S2/ S3 7.498 5.967 13.465 8,73
Jumlah / Total 74.542 79.730 154.272 100,00
Sumber: Kota Palangkaraya Dalam Angka 2009, BPS Kota Palangkaraya
- Jenis Pekerjaan
Tenaga kerja kota Palangkaraya banyak terpusat pada jasa (32,81%) dan perdagangan (30,37%). Sedangkan untuk Perikanan yang termasuk dalam sub bidang pertanian menduduki posisi ke 4 besar lapangan pekerjaan di kota Palangkaraya pada saat ini. Berbeda dengan pada tahun 2006 yang memiliki 64% penduduknya bekerja pada sector pertanian.
Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Budidaya 66 Tabel 32. Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut
Jenis Kelamin
Lapangan Pekerjaan Laki-Laki Perempuan jumlah %
1. Pertanian 5.061 2.463 7.524 10,25
2. Pertambangan dan Penggalian 1.135 0 1.135 1,55
3. Industri 1.689 1.169 2.858 3,89
4. Listrik, Gas & Air 473 83 556 0,76
5. Konstruksi 7.714 322 8.036 10,95
6. Perdagangan 2) 10.381 11.911 22.292 30,37
7. Transportasi dan Komunikasi 4.131 827 4.958 6,75
8. Keuangan3) 1.573 394 1.967 2,68
9. Jasa4) 14.972 9.115 24.087 32,81
Jumlah/ Total 47.129 26.284 73.413 100.00
Sumber: Kota Palangkaraya Dalam Angka 2009, BPS Kota Palangkaraya Keterangan:
1) Termasuk Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan. 2) Termasuk Perdagangan , Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi
3) Termasuk Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 4) Termasuk Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
Sumberdaya dan Tata Ruang
Penggunaan lahan menurut Jenis Pemanfaatan
Kecamatan Sebangau yang mempunyai luas 583,50 Km2 terdiri dari kawasan hutan tropis, rawa, tanah gambut, sungai dan danau. Dari enam kelurahan, hanya kelurahan Kalapangan saja yang tidak mempunyai kawasan hutan. Sedangkan kegiatan perikanan berada di Desa Kereng Bangkirai, Kameloh Baru, Bereng Bengkel dan Danau Tundai. Kondisi geografis dan kegiatan ekonomi masyarakat dapat dilihat pada Tabel 33 di bawah ini.
Tabel 33. Kondisi Geografis dan Kegiatan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Palangkaraya
No. Kelurahan Kondisi Geografis Kegiatan Ekonomi Dominan
1 Kereng Bangkirai
Sebagian hutan tropis, berawa-rawa/danau dan hamparan rata
Perikanan, Pertanian dan Kehutanan 2 Sabaru Sebagian hutan tropis, hamparan rata, dan
sebagian berawa-rawa/ danau
Perdagangan dan jasa
3 Kalampangan Tanah Gambut, hamparan rata Pertanian 4 Kameloh Baru Sebagian besar hutan tropis, sebagian
hamparan rata, berawa-rawa dan dilintasi sungai besar
Perikanan dan perkebunana 5 Bereng Bengkel Sebagian besar hutan tropis, hamparan rata,
sebagian berawa-rawa dan dilintasi sungai besar
Perikanan dan perkebunana
Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Budidaya 67
No. Kelurahan Kondisi Geografis Kegiatan Ekonomi Dominan
6 Danau Tundai Sebagian besar hutan tropis, sebagian berawa-rawa/danau
Perikanan Sumber: Kecamatan Sebangau Dalam Angka 2009
Di Desa Sabaru, sudah mulai ada kegiatan budidaya. terdapat sekitar enam kolam, dengan luas areal sekitar 8 ha. Berdasarkan hasil wawancara, akan bertambah dibangun beberapa kolam tambahan. Tetapi masih menunggu terkumpulnya modal. Sebenarnya Pemkot Palangkaraya sudah bersedia memberikan bantuan berupa pinjaman alat berat untuk membuat kolam, tetapi tidak menyediakan biaya pengiriman dan juga ongkos operasi alat berat tersebut. Sehingga sampai saat ini penambahan kolam baru belum terealisasi.
Sumberdaya air
Sumberdaya air yang digunakan masyarakat kecamatan Sebangau berasal dari air tanah dan sungai. Orbitasi dan sumber air minum di Kecamatan Sebangau dapat dilihat di Tabel 34 berikut ini.
Tabel 34. Orbitasi dan Sumber Air Minum Per Kelurahan di Kabupaten Palangkaraya
No. Kelurahan Orbitasi Sumber Air Minum
1 Kereng Bangkirai Bebas banjir Air tanah/ Pompa/Sungai
2 Sabaru Bebas banjir Air tanah/Pompa
3 Kalampangan Bebas banjir Air tanah/Pompa
4 Kameloh Baru Bantaran Sungai/ Rawan banjir Air Sungai
5 Bereng Bengkel Bantaran Sungai/ Rawan banjir Air tanah / Pompa/Sungai
6 Danau Tundai Rawan banjir Air Sungai
Sumber: Kecamatan Sebangau Dalam Angka 2009
Potensi Perikanan Kabupaten
Kota Palangkaraya memiliki potensi sumberdaya perikanan perairan umum yang cukup besar seperti sungai, danau dan rawa gambut. Sampai saat ini sebagian dari potensi perikanan tersebut sudah di manfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang murah dan juga sebagai sumber pendapatan masyarakat. Pada bagian ini, uraian aktivitas penangkapan ikan lebih ditujukan kepada aktivitas penangkapan oleh nelayan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perkenomian mereka.
Potensi perikanan di Kalimantan tengah, terutama di kota Palangkaraya merupakan potensi yang masih bisa dikembangkan lagi, hal ini terlihat dari produksi
Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Budidaya 68 perikanan yang terus berkembang dan pendapatan perikanan yang termasuk dalam pendapatan pertanian merupakan penyumbang PDRB kalteng terbesar berdasarkan Evaluasi Daya Dukung Perairan Danau Untuk Uji Coba Budidaya Ikan Di Perairan Terbuka.
- Perkembangan Produksi Ikan tangkapan
Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan nelayan perairan umum di Kota Palangkaraya umumnya masih bersifat tradisional. Jika ditinjau dari segi prinsip teknik penangkapan yang digunakan terlihat bahwa telah banyak pemanfaatan tingkah laku ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan ikan yang telah digunakan.
Tabel 35. Produksi Perikanan Menurut Kabupaten Kota (Ton)
Perikanan Darat/ Inland Fisheries
Kabupaten/ kota
Periknana
n Perairan Budidaya/ Cultured
Regency/ Laut Umum Budidaya Kolam Air
Municipality Marine Inland
/ Cultured Tawar/ Sawah Karamb a Total Pond (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Ktw. Barat 7.846,30 1.195,60 434,05 22,77 374,70 9.873,42 2. Ktw. Timur 9.293,20 2.823,50 48 76 143 12.383,70 3. Kapuas 6.434,40 3.167,50 - 990,36 12,78 10.605,04 4. Barito selatan - 5.726,40 - 51,85 951,36 6.729,61 5. Barito utara - 1.020 - 120 432 1.572 6. Sukamara 2.931,10 124,20 140,74 6,48 19,16 3.221,68 7.Lamandau - 119,30 581,37 94,09 65,39 860,15 8. Seruyan 5.421,80 7.632,70 21,40 95,87 649,25 13.821,02 9. Katingan 8.299,20 5.794,20 50,60 86,60 1.105,50 15.336,10 10. Pulang Pisau 8.718,20 6.559,60 - 30,33 24,93 15.333,06 11.Gunung Mas - 185,70 - 37,50 18,45 241,65 12.Barito Timur - 3.582,80 - 17,73 26,96 3.627,49 13. Murung Raya - 34,40 - 34,31 49,56 118,27 14.Palangkaraya - 1.892,20 - 104,10 1.152,25 3.148,55 Jumlah/ Total 2008 48.944,20 39.858,10 1.276,16 1.767,99 5.025,29 96.871,74 2007 48.576,80 34.789,70 1.810,38 836,71 3.355,99 89.369,58 2006 43.442,10 30.653 - - - 74.095,10
Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Budidaya 69 Jika dilihat dari berbagai jenis alat tangkap yang beroperasi pada jenis-jenis perairan di Kalimantan Tengah maka cukup banyak jenis alat tangkap dan teknik yang digunakan. Namun berbagai alat tangkap tersebut banyak mempunyai kemiripan dalam pengoperasianya walaupun ada yang lebih sederhana dan ada yang lebih kompleks. Sebagai contoh adalah alat tangkap pancing yang menggunakan hanya satu mata pancing (hand line) jika dibandingkan dengan rawai (long line) yang bisa mempunyai puluhan mata pancing. Kedua jenis alat tangkap ini sama-sama pancing tetapi ada yang sangat sederhana dengan jumlah hasil tangkapan yang sangat sedikit dan ada yang lebih besar.
Untuk perkembanganya, penangkapan pada perikanan laut tidak begitu membuahkan peningkatan hasil tangkapan yang cukup bagus, dilain pihak penangkapan pada perikanan darat cukup tinggi hal ini dapat dilihat pada tabel 35.
- Perkembangan produksi Ikan Budidaya
Perikanan budidaya adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfatan sumberdaya untuk usaha pembudidayaan dan pasca panen ikan. Budidaya adalah kegiatan memelihara ikan/binatang air lainnya/tanaman air dengan menggunakan fasilitas buatan. Pada umumnya budidaya perairan yang dikelilingi galangan atau tanggul (seperti tambak, kolam, pagar dan lain-lain). Karena itu pembenihan dan peternakan ikan juga termasuk kedalam budidaya.
Usaha budidaya ikan air tawar yang telah berkembang di Kota Palangkaraya jika dilihat wadah atau jenis areal budidaya ikan yang digunakan adalah kolam, Keramba dan beje. Budidaya yang dikembangkan di wilayah Kota Palangkaraya adalah Ikan Patin, Ikan Toman, Ikan Mas, Ikan Nila, Ikan Bawal Tawar dan jenis lainnya.
Tabel 36. Produksi Perairan Umum dan Budidaya Tiga tahun Terakhir di Kota Palangkaraya (2006 – 2008)
No. Tahun Perairan Umum Budidaya (ton) Budidaya (ton) Kolam Karamba 1. 2006 1.903,60 21,80 863,10 2. 2007 1.896,50 26,65 875,30 3. 2008 1.892,50 94,80 1.152,25
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kota Palangkaraya, 2009
Berdasarkan Statistik Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2008 Jumlah rumah tangga perikanan perairan umum sebanyak 951 RTP, rumah tangga budidaya sebanyak 1.244 RTP dan jumlah
Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Budidaya 70 armada perikanan yang melakukan usaha penangkapan ikan sebanyak 838 buah serta jumlah alat tangkap sebanyak 959 buah. Produksi ikan perairan umum tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 7,1 ton atau 0,37% dari 1.903,60 menjadi 1.896,50 ton dan terus menurun di tahun 2008 menjadi 1.892,50 ton Produksi ikan budidaya di kolam dan karamba mengalami kenaikan sebesar 17,05 ton atau, 193% dari 884,90 ton menjadi 901,95 ton tahun 2007 dan terus meningkat sebesar 1.247,05 ton di tahun 2008. Kenaikan produksi budidaya ikan dapat diketahui dari keinginan masyarakat untuk melakukan usaha budidaya ikan di kolam dan karamba serta adanya penambahan rumah tangga perikanan budidaya.
- Perkembangan Produksi Ikan Olahan
Produk Sumberdaya ikan Kalimantan Tengah selain dipasarkan dalam keadaan segar, juga dipasarkan dalam bentuk olahan. Metode pengolahan ikan secara tradisional masih memegang peranan penting dalam pemanfaatan hasil perikanan perairan umum Kalimantan Tengah, mengingat pengolahan ikan yang dilakukan di Kalimantan Tengah selama ini adalah pengolahan tradisional.
Diantara metode pengolahan tersebut, teknik penggaraman yang diikuti pengeringan adalah yang paling dominan dan sangat umum diterapkan pada hampir seluruh sentra perairan umum Kalimantan Tengah. Sesudah teknik penggaraman dan pengeringan, teknik fermentasi (wadi dan bakasam) merupakan teknik berikutnya yang penting, kemudian pengolahan kerupuk ikan pipih dan gabus ada pada kabupaten tertentu. Ikan asap dan abon ikan termasuk jenis hasil olahan yang ada di daerah daerah tertentu.
Pengolahan tradisional hasil perikanan dewasa ini, menempati kedudukan khusus di Kalimantan Tengah, terutama mengingat berbagai fungsi dan aspek berikut: a) Gizi. Masih perlu diungkapkan, sampai seberapa jauh hasil tangkapan perikanan
yang diolah secara tradisional sudah dimanfaatkan secara efektif dalam kerangka pemenuhan kebutuhan gizi, juga jika dibandingkan dengan metode pengolahan lainnya.
b) Kesehatan Masyarakat. Produk pengolahan tradisional dewasa ini masih berada jauh dari jangkauan pembinaan mutu secara hygienis.
c) Praktek dan teknik yang dilakukan. Kebanyakan masih jauh dari kewajaran apalagi dari cara berproduksi yang baik.
d) Sumber Pendapatan dan penghasilan. Kegiatan usaha pengolahan tradisional sebagai sumber penghasilan bagi nelayan dan pengolah kecil.
Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Budidaya 71 e) Pemasaran. Oleh karena sifat produk yang tidak stabil, daya awet pendek dan
lain-lain, maka banyak dari jenis-jenis olehen tradisional itu belum mempunyai kerangka saluran pemasaran yang mantap.