• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laju pemangsaan dan tanggap fungsional semut M. castanea

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Oryctes rhinoceros

(HYMENOPTERA: FORMICIDAE) DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Abstrak

6.3 Hasil dan Pembahasan .1 Preferensi mangsa

7.3.3 Laju pemangsaan dan tanggap fungsional semut M. castanea

Laju pemangsaan semut M. castanea terhadap berbagai kerapatan mangsa larva instar 2 O. rhinoceros yang berbeda menunjukkan perbedaan secara statistik pada kerapatan mangsa yang rendah dan yang tinggi. Pada kerapatan mangsa 5 dan 8 ekor tidak berbeda secara statistik, tetapi berbeda nyata dengan kerapatan mangsa 11 dan 14 ekor. Demikian juga dengan kerapatan mangsa 8 ekor, tidak berbeda dengan kerapatan mangsa yang 11 ekor, tapi berbeda dengan kerapatan mangsa yang 14 ekor (Tabel 7.1).

Parameter a sering disebut sebagai laju pemangsaan yang menunjukkan proporsi arena yang berhasil dijelajahi oleh seekor predator per satuan waktu.

Nilai a dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah laju pergerakan predator dalam mencari mangsa, laju pergerakan mangsa dalam menghindari predator, laju keberhasilan penangkapan mangsa dan jarak antara predator dan mangsa (Houck dan Strauss 1985). Semakin tinggi laju pemangsaan, maka akan semakin banyak mangsa yang dapat dimangsa. Pada kepadatan mangsa rendah, pemangsa akan menghabiskan banyak waktunya dalam pencarian mangsa, tetapi dalam kepadatan mangsa tinggi, maka pemangsa akan banyak menghabiskan waktunya dalam penanganan mangsa. Hasil penelitian Yusuf et al. (2014) menunjukkan bahwa semut Pachycondyla analis yang memangsa rayap Microtermes mampu mencari mangsa secara optimal, dengan menyeimbangkan energi yang dikeluarkannya dan mangsa yang didapatnya

Tabel 7.1 Laju pemangsaan semut M. castanea pada berbagai kerapatan mangsa larva instar 2 O. rhinoceros.

Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan secara statistik menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Parameter Th disebut sebagai masa penanganan mangsa (handling time), yaitu waktu yang dicurahkan oleh seekor predator untuk mencari, mengejar, mematikan, memakan mangsa, dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan

pemangsaan (Holling 1961). Semut M. castanea menyerang mangsanya dengan cara menyengatnya dan melumpuhkannya secara berkelompok. Dalam pengamatan selama penelitian, ada 4-7 ekor semut yang terlibat dalam menangani satu mangsa, dan waktu yang dibutuhkan oleh semut dalam melumpuhkan mangsanya berkisar 27–31 menit. Perbedaan nilai parameter tanggap fungsional seperti koefisien laju pemangsaan dan waktu pemangsaan dapat disebabkan oleh adanya perbedaan ukuran mangsa, kerakusan pemangsa, faktor kekenyangan, tingkat kelaparan pemangsa, kemampuan pemangsa untuk mencerna mangsa, dan kecepatan bergerak (Pervez dan Omkar 2005; Radiyanto et al. 2011).

Penentuan tipe tanggap fungsional berdasarkan analisis regresi, menunjukkan ada perbedaan. Dari tiga bentuk persamaan regresi yang diuji terdapat perbedaan nilai r. Nilai r menentukan tingkat keeratan dari masing masing persamaan. Nilai r yang mendekati 1 digunakan sebagai dasar penentuan persamaan yang dipilih, dan penentu dari tipe fungsional respon (Jones et al. 2000). Dari berbagai kerapatan mangsa yang diberikan tersebut, tanggap fungsional semut M. castanea tergolong kepada tipe II (Tabel 7.2).

Tanggap fungsional tipe II adalah tipe tanggap fungsional yang menggambarkan bahwa konsumsi mangsa meningkat pada peningkatan kepadatan mangsa tertentu dan kemudian konstan dan menurun. Predator yang tergolong tipe tanggap fungsional tipe II ini biasanya efektif pada kepadatan mangsa rendah.

Pada kepadatan mangsa tinggi, untuk mengoptimalkan peran predator ini tentu diperlukan campur tangan manusia melalui tindakan-tindakan peningkatan peran musuh alami.

Tabel 7.2 Tipe tanggap fungsional semut M. castanea pada berbagai kerapatan mangsa berdasarkan analisis regresi dan nilai R2

Persamaan regresi Nilai R2 Tipe tanggap fungsional Regresi Linier

Y = 0,6267x + 1,2467

0.9646

Regresi eksponensial Y = 2,9281e0,0881x

0,9758 Tipe II

Regresi logaritmik Y = 5,2627ln(x) – 4,2804

0,8978

Penentuan tipe tanggap fungsional dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor seperti kepadatan mangsa, jenis mangsa dan jenis tanaman inang dapat mempengaruhi penentuan tipe tanggap fungsional suatu predator. Hasil penelitian Nazari dan Tafaghodinia (2010) menunjukkan bahwa larva instar IV dari Exochomus nigromaculatus (Goeze) (Coleoptera: Coccinellidae) tergolong tanggap fungsional tipe II pada kerapatan mangsa 4, 8, 16, 32, 64, 96, dan 128 ekor pada mangsa Aphis nerii dan Aphis craccivora, sedangkan ketika dipaparkan mangsa dengan kerapatan 50, 100, dan 150 ekor tergolong tanggap fungsional tipe III. Pengaruh jenis mangsa terhadap tanggap fungsional terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarmento et al. (2007) dimana tanggap fungsional Eriopis connexa Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae) tergolong tipe II ketika memangsa Macrosiphum euphorbiae Thomas (Hemiptera: Aphididae) dan tipe III ketika memangsa Tetranychus evansi Baker (Acari: Tetranychidae).

Kesimpulan

Kemampuan memangsa semut M. castanea pada mangsa larva instar 2 O.

rhinoceros meningkat dengan bertambahnya kepadatan mangsa. Laju pemangsaan

pada kepadatan mangsa rendah (5 ekor) dan kepadatan tinggi (14 ekor) berbeda secara statistik dan rata-rata waktu yang dibutuhkan semut untuk menangani satu mangsanya adalah berkisar 27-30 menit. Penentuan tipe tanggap fungsional predator yang dilakukan dengan analisis regresi R2 didapatkan bahwa tipe tanggap fungsional semut M. castanea terhadap mangsa larva instar 2 O. rhinoceros adalah tipe II.

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Cripps, M.G. & Edwards, G.R. 2012. The potential of beneficial microorganisms in agricultural systems. Annu. Appl. Biol. 160(1):1-5.

Anshary, A. & Pasaru, F. 2008. Teknik perbanyakan dan aplikasi predator Dolichoderus thoracicus Smith (Hymenoptera: Formicidae) untuk pengendalian penggerek buah kakao Conomorpha cramerella (Snellen) di perkebunan rakyat. J. Agroland. 15(4):278-287.

Atlihan, R., Kaydan, B. & Özgökçe, M.S. 2004. Feeding activity and life history characteristics of the generalist predator, Chrysoperla carnea (Neuroptera: Chrysopidae) at different prey densities. J.Pest Sci.77(1):17-21.

Bedford, G.O. 1980. Biology, ecology and control palm of palm Rhinoceros beetle. Ann. Rev. Entomol. 25: 309-339.

Choate, B. & Drummond, F. 2011. Ants as biological control agents in agricultural cropping systems. Terrest. Arthro. Rev. 4(2):157-180.

Evans, E.W. & Toler, T.R. 2007. Aggregation of polyphagous predators in response to multiple prey: ladybirds (Coleoptera: Coccinellidae) foraging in alfalfa. Pop. Ecol. 49(1):29-36.

Falahudin, I. 2013 Peranan Semut Rangrang (Oecophylla smaradigna) dalam Pengendalian Biologis pada Perkebunan Kelapa Sawit Prosiding Konferensi AICIS XII.2604-2618.

Hawkeswood, T.J. & Sommung, B. 2016. The Coconut Rhinoceros Beetle, Oryctes rhinoceros L., (Coleoptera: Scarabaeidae: Dynastinae) in Lat Krabang Park, Bangkok, Thailand with notes on its biology and a new larval host plant.

Holling, C.S. 1961. Principles of insect predation. Canadia Entomol. 91:385-398.

Houck, M.A. & Strauss, R.E. 1985. The comparative study of functional responses: experimental design and statistical interpretation. The Canadian Entomol. 117(5): 617-629.

Indriyanti, D.R., Widiyaningrum, P., Slamet, M. & Maretta, Y. A. 2017.

Effectiveness of Metarhizium anisopliae and Entomopathogenic Nematodes to Control Oryctes rhinoceros Larvae in the Rainy Season.

Pakistan J. Biol. Sci. 20(7):320-327.

Ito, F. 2010. Notes on the biology of the Oriental amblyoponine ant Myopopone castanea: Queen‐worker dimorphism, worker polymorphism and larval hemolymph feeding by workers (Hymenoptera: Formicidae). Entomol.

Sci. 13(2):199-204.

Jackson, T.A. 2009. The use of Oryctes virus for control of rhinoceros beetle in the Pacific Islands. In: Hajek A.E., Glare T.R., O’Callaghan M. (eds) Use of Microbes for Control and Eradication of Invasive Arthropods.

Progress in Biological Control, vol 6. Springer, Dordrecht. pp 133-140.

Jones, D.B., Giles, K.L., Berberet, R.C., Royer, T.A., Elliott, N.C. & Payton, M.E.

2003. Functional responses of an introduced parasitoid and an indigenous parasitoid on greenbug at four temperatures. Environ.

Entomol. 32(3):425-432.

Junaedi, D., Bakti, D. & Zahara, F. 2014. Daya Predasi Myopopone castaneae (Hymenoptera: Formicidae) Terhadap Larva Oryctes rhinoceros L (Coleoptera: Scarabidae) di Laboratorium J. Online Agroekoteknologi.

3(1):112-117.

Li, L., Peng, H., Kurths, J., Yang, Y. & Schellnhuber, H.J. 2014. Chaos–order transition in foraging behavior of ants. Proceedings of the National Academy of Sciences. 111(23): 8392-8397.

Manjeri, G., Muhamad, R. & Tan, S.G. 2014. Oryctes rhinoceros beetles, an oil palm pest in Malaysia. Ann. Res. Rev. Biol. 4(22):3429.

Marheni. 2012. Karakteristik Bioekologi Orytes rhinoceros (L.) pada Pertanaman Kelapa Sawit. [Disertasi]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Nazari, A. & Tafaghodinia, B. 2010. Functional response of Exochomus nigromaculatus (Col.: Coccinellidae) to different densities of Aphis nerii and Aphis craccivora [Doctoral dissertation, Thesis]. Arak Islamic Azad University, Arak.

Nelly, N., Trizelia. & Syuhadah, Q. 2012. Tanggap fungsional Menochilus sexmaculatus Fabricius (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Aphis gossypii (Glover)(Homoptera: Aphididae) pada umur tanaman cabai berbeda. J. Entomol. Indonesia. 9(1): 23.

Pervez, A. & Omkar. 2005. Functional responses of coccinellid predators: an illustration of a logistic approach. J. Insect Sci. 5(1):5.

Philpott, S.M., Perfecto, I. & Vandermeer, J. 2008. Behavioral diversity of predatory arboreal ants in coffee agroecosystems. Environ. Entomol.

37(1):181-191.

Radiyanto, I., Rahayuningtias, S. & Widhianingtyas, E. 2011. Kemampuan Pemangsaan Menochilus sexmaculatus F.(Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Rhopalosiphum maidis Fitch (Homoptera: Aphididae). J.

Entomologi Indonesia. 8(1):1.

Sarmento, R.A., Pallini, A., Venzon, M., Souza, O.F.F.D., Molina-Rugama, A.J.

& Oliveira, C.L.D. 2007. Functional response of the predator Eriopis connexa (Coleoptera: Coccinellidae) to different prey types. Brazilian Archives of Bio. and Techno. 50(1):121-126.

Schoener, T.W. 1971. Theory of feeding strategies. Ann. Rev. Ecol. and systematics. 2(1):369-404.

Skalski, G.T. & Gilliam, J.F. 2001. Functional responses with predator interference: viable alternatives to the Holling type II model. Ecology.

82(11):3083-3092.

Widihastuty, Tobing M.C., Marheni. & Kuswardani, R.A. 2018. Prey preference Myopopone castanea (Hymenoptera: Formicidae) toward larvae Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae). IOP Publishing: IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 122(1):7pp.

Williams, A.C. & Flaxman, S.M. 2012. Can predators assess the quality of their prey’s resource?. Animal Behavior. 83(4):883-890.

Yusuf, A.A., Gordon, I., Crewe, R.M. & Pirk, C.W.W. 2014. Prey choice and raiding behaviour of the Ponerine ant Pachycondyla analis (Hymenoptera: Formicidae). J. Nat. History. 48(5-6):345-358.

BAB VIII