• Tidak ada hasil yang ditemukan

paling lambat : prostate, uterus yang tidak hamil

Dalam dokumen 67839673 Buku Roman Forensik Second Edition (Halaman 41-51)

Fase II : Unit postmortem :

Ada 6 cara mendeteksi tidak berfungsinya sistem kardiovaskuler, yaitu :

3) paling lambat : prostate, uterus yang tidak hamil

2) lambat : jantung, paru, ginjal, diafragma

3) paling lambat : prostate, uterus yang tidak hamil

Perbedaan Bulla Intravital dan Bulla Pembusukan

Bulla Intravital Perbedaan Bulla

Pembusukan

Kecoklatan Warna kulit ari Kuning

Tinggi Kadar albumin &

klor Bulla Rendah atau tidak ada

Hiperemis Dasar bulla Merah

pembusukan

Intraepidermal Jaringan yang

terangkat epidermis & Antara dermis

Ada Reaksi jaringan

& respon darah

Tidak ada

Variasi-variasi pembusukan: a. Mummifikasi

o Terjadi bila temperatur turun, kelembaban turun → dehidrasi viceral sehingga kuman-kuman tidak berkembang → tidak terjadi pembusukan → mayat mengecil, bersatu berwarna coklat kehitaman, struktur anatomi masih lengkap sampai bertahun-tahun.

o Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan

o Syarat terjadinya mummifikasi : o Suhu relatif tinggi

o Kelembaban udara rendah o Aliran udara baik

o Waktu yang lama (12-14 minggu)

o Yang terlihat pada mummifikasi adalah penyusutan bentuk tubuh, kulit padat hitam seperti kertas perkamen

b. Adipocare

o Terjadi karena hidrogenisasi asam lemak tidak jenuh (asam palmitat, asam stearat, asam oleat) dihidrogenisasi menjadi asam lemak jenuh yang relatif padat .

o Suhu tinggi → kelembaban tinggi → lemak → asam lemak → pH turun → kuman tidak bisa berkembang → asam lemak → dehigrogenase → penyabunan → mayat menjadi kebalikannya mumifikasi.

o Syarat terjadinya adiposera :

o Suhu rendah, kelembaban tinggi o Lemak cukup

o Aliran udara rendah o Waktu yang lama Perkiraan Saat Kematian

Perubahan pada mata : Kekeruhan menyeluruh pada kornea terjadi kira-kira 10-12 jam pasca mati

Perubahan dalam lambung : Pengosongan lambung yang terjadi dalam 3-5 jam setelah makan terakhir, misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam

untuk dicerna. Kecepatan pengosongan lambung ini dipengaruhi oleh penyakit-penyakit saluran cerna, konsistensi makanan dan kandungan lemaknya.

Perubahan rambut : Panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk

memperkirakan saat kematian, kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari

Pertumbuhan kuku : Pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm/hari

Perubahan dalam cairan serebrospinal : Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, Kadar nitrogen non protein kurang 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam

Metode Entomologik : Larva Musca domestica mencapai panjang 8 mm pada hari ke-7, berubah menjadi kepompong pada hari ke-8, menjadi lalat pada hari ke-14. Larva

Sarcophaga cranaria mencapai panjang 20 mm

pada hari ke-9, menjadi kepompong pada hari ke-10 dan menjadi lalat pada hari ke-18. Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari.

Reaksi supravital : Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Rangsang listrik dapat menimbulkan kontraksi otot mayat hingga

90-120 menit pasca mati, mengakibatkan sekresi kelenjar sampai 60-90 menit pasca mati, trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati

BAB VI ASFIKSIA Definisi

Merupakan suatu keadaan dimana suplai O2 ke jaringan berkurang

Penyebab asfiksia terbagi 2 yaitu, penyebab asfiksia wajar dan tidak wajar. Penyebab asfiksia wajar karena penyakit seperti difteri, tumor laring, asma bronkiale, pneumotoraks, pneumonia, COPD, reaksi anafilaksis, dan lain-lain. Penyebab asfiksia tidak wajar karena emboli, listrik, racun (barbiturat), dan adanya halangan udara masuk ke saluran pernapasan secara paksa.

Pembagian menurut London

1. Hipoksik-hipoksia (Keadaan dimana oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah) : kadar oksigen yang memang rendah atau gangguan masuk, biasanya karena gangguan sist.respirasi : hipoksia mekanik : intraluminer (co : tersedak) & ekstraluminer (co : pencekikan, penjeratan)

2. Anemik-hipoksia (Darah tidak dapat membawa O2

yang cukup untuk metabolisme ) : biasanya Hb yang kurang atau volume darah yang kurang

3. Stagnan-hipoksia (Terjadinya kegagalan sirkulasi) : biasanya gangguan pembuluh darah, jantung, vagal refleks, emboli, dekomp kordis

4. Histotoksik-hipoksia (HH) (Keadaan yang mengakibatkan O2 tdk bisa digunakan jaringan)

a. HH ekstraseluler : gangguan enzim, contoh keracunan CO

b. HH periseluler : gangguan permeabilitas membran sel, contoh keracunan eter/kloroform c. HH substrat : bahan/substrat yang tidak cukup

d. HH metabolit : gangguan metabolisme karena end product tidak dapat dieliminir, contoh uremia, keracunan CO2

Hipoksik hipoksia bisa terjadi karena:

1.strangulation by suspension / hanging / penggantungan

2. manual strangulation / throttling (cekikan)

3. strangulation by ligature / jeratan

4.simulated suicidal hanging / pembunuhan yg dibuat seperti gantung diri

5.Suffocation :

a.smothering / pembekapan b.chocking / tersedak

c. gagging / mulut disumbat dg kain lalu diikat ke belakang

6.tenggelam/drowning

7.external pressure of the chest / asfiksia traumatik

8. inhalation of suffocation gases Stadium asfiksia versi I :

stadium inspirasi dispneusesak napas saat inspirasiTD dan nadi meningkat

Cemas, gelisah, berat kepala, takut, tinitus, vertigo

Sianosis

sesak saat ekspirasi  Kadar CO2 tinggi  kejang

pada saat relaksasi  relaksasi spingter ani  keluar kotoran

relaksasi spingter OUI  ada spermastadium apneu

kesadaran yang menurun  komapupil melebar

reflek cahaya negatifTD hampir tidak terukurNadi tidak teraba

stadium akhir

Stadium asfiksia versi II :

dispneu : + 4 menit, nafas berat, cepat & sukar, Nadi&TD meningkat, tanda-tanda sianosis

konvulsi : + 2 menit, klonik dulu baru tonik, lalu opistotonik, kesadaran mulai menghilang, pupil dilatasi, denyut jantung melambat, TD turun

apneu : + 1 menit, nafas lemah, kesadaran menurun sampai hilang, relaksasi spinkter

final : paralisis nafas lengkap, denyut jantung beberapa saat masih ada, lalu hilang, & meninggal

Penggantungan

Definisi

Penggantungan (hanging) merupakan suatu strangulasi berupa tekanan pada leher akibat

adanya jeratan yang menjadi erat oleh berat badan korban.

Tanda asfiksia

Alat penggantung :

- alat penggantung dengan permukaan yang luas (co: sarung)  menyebabkan tekanan hanya pada permukaan saja, sehingga yang terjepit hanya vena (vena jugularis) sehingga muka bengkak&kebiruan, kongesti vena, mata menonjol karena bendungan

- alat penggantung dengan permukaan yang kecil (co: tali jemuran)  menyebab tekanan besar ke dalam, selain vena, arteri juga terjepit wajah pucat , mata tidak menonjol

Adanya air liur yang keluar dari mulut

Lidah menonjol  jika gantungan di bawah gld tiroid

Ada air mani atau feses karena ada relaksasi spingter

Ada jejas pada leher tepi meninggi, warna merah kecoklatan, pada palpasi keras seperti kertas perkamen, arahnya miring ke arah simpul.

Ada resapan darah di bawah kulit di bawah otot  pada m. sternokleidomastoideus, m. supra/infrahyoid, m. hyoglosus.

Fraktur os hyoid

Edema pada plika vokalis

Mati gantung bisa bunuh diri/tidak maka lakukan:

o Periksa TKP

Ada persiapan gantung diri atau tidak

Jika 1 meter  tidak mungkin gantung diri

Bunuh diri  tidak terlalu jauh jaraknya, dan TKP tenang tidak morat marit

o Simpul dilihat

Simpul hidup  bunuh diri

Simpul mati  dibunuh

Bunuh diri  ikatan membentuk sudut, tidak ada tanda perlawanan, tidak ada luka lecet atau memar, simpul tali bisa dikeluarkan dari kepala

o Jika tanda tanda diatas tidak ada  kecelakaan

PEMBEDA PENGGANTUNGAN

PADA BUNUH DIRI

PENGGANTUNGAN PADA

PEMBUNUHAN Usia Lebih sering terjadi pada

usia remaja dan dewasa.

Tidak mengenal batas usia, karena tindakan pembunuhan dilakukan oleh musuh atau lawan dari korban dan tidak bergantung pada usia.

Tanda jejas jeratan.

Bentuknya miring, berupa lingkaran terputus

(noncontinous) dan terletak

pada bagian atas leher.

Berupa lingkaran tidak terputus, mendatar, dan letaknya di bagian tengah leher, karena usaha pembunuh (pelaku) untuk membuat simpul tali.

Simpul tali. Biasanya hanya satu simpul yang letaknya pada bagian samping leher.

Biasanya lebih dari satu pada bagian depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat.

Riwayat korban.

Biasanya korban

mempunyai riwayat untuk bunuh diri dengan cara lain.

Sebelumnya korban tidak mempunyai riwayat untuk bunuh dir.

Cedera. Luka-luka pada tubuh

korban yang bisa

menyebabkan kematian mendadak tidak ditemukan pada kasus bunuh diri.

Cedera berupa luka-luka pada tubuh korban biasanya mengarah pada pembunuhan.

terikat, karena sulit untuk gantung diri dalam keadaan tangan terikat.

terikat mengarahkan dugaan pada kasus pembunuhan.

Kemudahan. Pada kasus bunuh diri, mayat biasanya ditemukan tergantung pada tempat yang mudah dicapai oleh korban atau di sekitarnya ditemukan alat yang digunakan untuk mencapai tempat tersebut.

Pada kasus pembunuhan, mayat ditemukan tergantung pada tempat yang sulit dicapai oleh korban dan alat yang digunakan untuk mencapai tempat tersebut tidak ditemukan.

Tempat kejadian.

Jika kejadian berlangsung di dalam kamar, dimana pintu, jendela, ditemukan dalam keadaan tertutup dan terkunci dari dalam, maka kasusnya pasti merupakan bunuh diri.

Bila sebaiknya pada ruangan ditemukan terkunci dari luar, maka penggantungan adalah kasus pembunuhan.

Tanda-tanda perlawanan.

Tidak ditemukan pada kasus gantung diri.

Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.

Gambar Kasus penggantungan

Sebab kematian pada gantung diri

1. tekanan jalan napas  asfiksia  O2 yang masuk paru kurang

2. suplai O2 ke otak berkurang  penakanan arteri karotis comunis  vena jugularis tertekan  bendungan vena  gagal jantung

3. vagal reflek  pusat saraf vagus di bagian depan leher, tanda sianosis tidak ada  kemungkinan mati karena reflek vagal

penekanan sinus karotikus di belakang gld tiroid  gangguan blok jantung  kardiak arrest

4. karena edema laring  karena obstruksi napas tanda asfiksia nampak

5.spasme laring

Ada 4 penyebab kematian pada penggantungan ,

Dalam dokumen 67839673 Buku Roman Forensik Second Edition (Halaman 41-51)