• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN DALAM FORENSIK

Dalam dokumen 67839673 Buku Roman Forensik Second Edition (Halaman 180-188)

Tingkat II yaitu luas dry heat 30%  membahayakan jiwa

PEMERIKSAAN DALAM FORENSIK

Persiapan sebelum dilakukan pemeriksaan dalam 1.Gunakan apron yang terbuat dari plastik warna

putih, bias juga menggunkan jas lab.

2.Menggunkan sepatu tinggi yang terbuat dari karet.

3.Kedua tangan ditutup dengan sarung tangan rangkap supaya tidak tercemar bahan-bahan dari mayat.

Pembedahan Mayat

Mayat yang dibedah diletakkan terlentang dengan bagian bahu ditinggikan (diganjal) dengan sepotong balok kecil.

Pemeriksa berada disebelah kanan jenazah untuk yang menggunakan tangan kanan tetapi jika menggunakan tangan kiri, pemeriksa berada disebelah kiri jenazah.

Insisi kulit dilakukan mengikuti garis pertengahan badan mulai di bawah dagu, diteruskan kearah umbilicus dan melingkari umbilicus di sisi kiri dan seterusnya kembali mengikuti garis pertengahan badan sampai di daerah simfisis pubis. Potong agak tegas sehingga tidak merusak kulit.

Buka daerah dalam, pada daerah dada potong sampai ke tulang, lepaskan otot. Insisi pada dinding perut biasanya dimulai pada daerah epigastrium dengan membuat irisan pendek yang menembus sampai peritoneum. Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri yang dimasukkan ke dalam lubang insisi ini, maka dinding perut dapat ditarik atau diangkat ke atas untuk menghindari terpotongnya alat-alat dalam.

Kulit thorax dan jaringan otot dibawahnya dipegang dengan erat dengan tangan kiri, yaitu sebaiknya dijepit diantara ibu jari disebelah medial dan jari-jari lain disebelah lateral. Kemudian jaringan kulit dan otot tersebut ditarik kearah lateral hingga jaringan yang menegang tersebut dapat dipotong dengan pisau pada tangan kanan; pisau diarahkan ke bagian lateral dan posisi pisau kurang lebih tegak lurus pada costae dan sewaktu mengiris otot-otot yang masih melekat pada costae dibersihkan.

Pada bagian leher, yang dilepaskan adalah bagian kulitnya saja, sedangkan otot-ototnya dibiarkan saja.

Memeriksa ketinggian diafragma untuk mendeteksi adanya pneumothorax atau hematothoraxyang ditandai dengan penurunan diafragma.

Memeriksa rongga perut apakah terdapat darah, cairan atau pus. Perhatikan juga dinding perut. Dinding perut yang normal adalah licin, putih, tidak ada fibrin, tidak ada resapan darah pada otot dan kulit agak tebal.

Rongga dada dibuka dengan jalan mengiris rawan-rawan iga pada tempat ± 1 cm medial dari batas tulang rawan dengan masing-masing iga. Posisi pisau miring dengan ditekan oleh tangan kiri. Dimulai dari iga kedua terus kea rah caudal. Lepaskan dengan tajam agar tidak memotong alat-alat didalamnya.Pemeriksa berdiri dibagian kepala jenazah.

Melepaskan daerah clavicula dengan memotong iga kesatu kearah lateral dan medial pada sendi sternoclavicula.

Lakukan pemeriksaan lebar mediastinum dan periksa juga apa yang ada di rongga dada kiri dengan menarik paru kiri dan jantung untuk mengetahui apakah ada cairan atau darah.

Kantung jantung dibuka dengan melakukan pengguntingan pada dinding depan mengikuti bentuk huruf Y terbalik dari tengah. Perhatikan apah rongga kandung jantung terisi cairan atau darah. Periksa pula akan adanya luka baik pada kandung jantung maupun pada permukaan jantung sendiri.

Cairan jantung normal: kuning, jernih, ukuran bervariasi 10-20 ml

Selanjutnya pengeluaran alat leher dimulai dengan melakukan pengirisan dasar mulut menyusuri tepi rahang bawah hingga masuk rongga mulut, gunakan hak agar lebih mudah. Otot dasar mulut terpotong seluruhnya, sehingga lidah bias dipegang dengan tangan.

Potong tulang leher d\sehingga laring, faring medial dari arteri karotis.

Mengeluarkan organ-organ dada dari tulang leher kemudian ditarik dengan tangan kiri sehingga semuanya terangkat.

Temukan esophagus dan ikat serta dipotong proksimal dari ikatan tadi sehingga alat leher dan dada bisa dilepaskan.

Cari pangkal usus halus yang paling pangkal (retroperitoneal) yaitu duodenum dan dibuat 2 ikatan dan dipotong diantaranya agar isis duodenum tidak keluar. Dengan tangan kiri memegang pada ujung distal dan mengangkatnya maka mesenterium yang melepaskan usus halus dengan dinding rongga perut dapat diiris dekat pada usus.Pengirisan dilakukan dengan pisau diletakkan tegak lurus pada usus dan digerakkan maju mundur seperti gerakan mengegrgaji. Pengirisan dilakukan sepanjang usus halussampai ileum terminalis. Pada daerah caecum pengirisan dilakukan terhadap mesocolon dengan memotong mesocolon pada bagian lateral dan colon ascendens. Pemotongan dilakukan dengan hati-hati, lapis demi lapis agar tidak teriris ginjal kanan serta duodenum pars retroperitonealis.

Pada daerah colon transversum lepaskan perlekatan antara colon dan lambung. Mesocolon kembali diiris disebelah lateral dari colon descendens dengan memisahkannya juga dari limpa dan ginjal kiri. Colon sigmoid dapat dilepaskan dari dinding rongga perut dengan memotong mesocolon di bagian belakangnya.Rectum dipegang dengan tangan kanan, mulai

proksimal agar isi rectum dipindahkan ke colon sigmoid dan rectum dapat diikat dengan 2 ikatan, untuk kemudian diputus diantara 2 ikatan tersebut.

Untuk melepaskan alat rongga panggul dan perut, pengirisan dilakukan dengan memotong diafragma yang dekat/melekat pada dinding dada dari kanan dan kiri, masing-masing ginjal sampai memotong a. iliaca comunis.

Alat rongga panggul dilepaskan dengan melepaskan peritoneum didaerah simfisis, kandung kencing serta alat-alat lainnya. Buli-buli dilepaskan dengan memasukkan tangan subperitoneum, alat-alat seperti uretra, rectum, dan pada wanita (vagina) terangkat. Pada pria, alat panggul setingga prostat dan wanita 1/3 proksimal vagina.

Pemeriksaan kepala dimulai dengan membuat irisan pada kulit kepala dimulai dari prosessus mastoideus, melingkari kepala kearah puncak dan berakhir pada prosessus mastoideus sisi lain. Kulit kepala kemudian dikupas kearah depan sampai kurang lebih 1-2 cm di atas batas orbita dan kearah belakang sampai protuberantia occipitalis externa. Perhatikan permukaan luar tulang tengkorak apakah ada tanda kekerasan baik resapan darah maupun garis/patah tulang. Membuka rongga tengkorak dengan penggergajian tulang tengkorak melingkari daerah frontal ± 2 cm di atas margo supraorbitalis, di temporal ± 2 cm di atas daun telinga. Pemotongan otot temporalis agar jika telah selesai dimaksudkan dapat dijadikan tempat jahitan menyatukan kembali atap tengkorak dengan bagian lain tengkorak.

Setelah tengkorak dilepaskan duramater digunting mengikuti garis pemotongan tengkorak.

Otak dikeluarkan dengan memasukkan dua jari tangan kiri digaris pertengahan daerah frontal. Dengan sedikit menekan bagian frontal akan tampak falk cerebri yang dapat dipotong sampai dasar tengkorak. Kedua jari tangan kiri dapat sedikit mengangkat bagian frontal dan memperlihatkan nn.olfactorius, nn.opticus yang kemudian dipotong sedekat mungkin pada dasar tengkorak. Setelah otak dikeluarkan, duramater yang melekat pada dasar tengkorak harus dilepaskan untuk mengetahui apakah dasar tengkorak utuh.

Pada bagian otak harus diperiksa apakah terdapat perdarahan subdural, subarachnoid, contusion dan laserasi. Perdarahan subdural dengan penyiraman darah akan hilang berbeda dengan subarachnoid. Iris batang otak, potong secara horizontal. Pada otak besar lihat dan catat apakah ada perdarahan, infark atau edem cerebri. Jika agak gelap pada daerah tersebut, lakukan pengirisan, curiga ada contusio.

Pemeriksaan alat dalam dimulai dari lidah, esophagus sampai meliputi alat tubuh lainnya.Letakkan bagian depan esophagus dibagian

bawah untuk melihat isi selaput lendir Esofagus dilihat dari trachea apakah ada varises atau striktur.

Pembukaan trachea dilakukan dengan melakukan pengguntingan dinding belakang (bagian jaringan ikat pada cincin trachea) sampai mencapai cabang bronchus kanan dan kiri. Perhatikan adanya benda asing, busa, darah serta keadaan selaput lendirnya.

Periksa tulang thyroid bila baik. Jaringan lunak lapisan otot sampai terlihat apakah ada perdarahan. Kekerasan pada daerah leher yang sifatnya lunak, sehingga perdarahan hanya sampai jaringan otot tidak sampai subkutis.

Lepaskan jantung dari jaringan sekitarnya seperti paru. Inspeksi paru apakah ada perdarahan (aspirasi darah), edem, luka, atau sisa-sisa infeksi sebelumnya. Normalnya berwarna merah kelabu agak ungu dan pada perabaan seperti busa dan ada derik udara. Paru dibelah untuk melihat penampangnya, apakah ada cairan/darh/busa. Jika busa banyak maka curiga adanya edem paru. Timbang paru, normalnya 225-300 gram.

Periksa jantung dengan melihat adanya perdarahan atau sikatriks. Periksa pembuluh nadi koroner dibagian depan a. coronaria dinilai dengan cara dipotong sehingga terlihat penampangnya . pembuluh darah tidak menebal atau kolaps.

Buka daerah atrium, potong vena cava superior dan inferior sehingga terbuka. Cara membuka daerah atrium kanan, tusuk pisau sampai ventrikel kanan lalu potong kearah lateral sehinga atrium dan ventrikel kanan terbuka. Lihat adanya kelainan, periksa katup dan ukur panjang katup serambi dan bilik kanan. Lakukan hal yang sama pada sisi jantung kiri.Periksa penampang sehat ventrikel apakah ada

sikatriks, tebal otot ventrikel dan kiri diukur.A. coronaria jantung dipotong sedikit-sedikit

apakah ada perkapuran atau penebalan.

Pemeriksaan rongga perut. Limpa dilepaskan dari jaringan sekitarnya, periksa permukaan, warna dan kelainannya. Potong untuk melihat

penampangnya, lakukan pengikisan untuk menilai adanya jaringan ikat.

Angkat diafragma dan lepaskan.

Posterior diletakkan di atas, rapikan daerah urogenital, cari kelenjar suprarenal kanan dan kiri kemudian lepaskan. Bentuknya tidak teratur atau trapezium, korteks kuning dan medulla coklat. Traktus urinarius dipisahkan dari yang lainnya.

Aorta dibuka sampai a. renalis dari atas ke bawah dilihat permukaannya. Ginjal dibelah, normalnya 1/3 dari tebal ginjal dan periksa kalixnya.

Pankreas dipisahkan dari jaringan sekitarnya lalu nilai penampangnya.

Hati: permukaanya licin, rata, tepi tajam, warna merah coklat (normal). Kemudian dibelah dan lihat penampangnya tampak kelenjar hati yang jelas. Lambung dibuka dan lihat penampangnya.

Dalam dokumen 67839673 Buku Roman Forensik Second Edition (Halaman 180-188)