• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRAUMATOLOGI Definisi :

Dalam dokumen 67839673 Buku Roman Forensik Second Edition (Halaman 75-84)

Asfiksia traumatik

TRAUMATOLOGI Definisi :

Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai

kekerasan (rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.

Ada tiga hal yang ciri khas/ hasil dari trauma yaitu : 1. Adanya luka

2. Perdarahan dan atau skar

3. Hambatan dalam fungsi organ

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkanoleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik , atau gigitan hewan atau juga gangguan pada ketahanan jaringan tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal, berupa potongan atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan oleh cedera atau operasi.

Luka di klasifikasikan dapat dibagi berdasarkan : 1. Jenis Penetrasi yang terbagi atas luka tusuk,

luka insisi, luka bacok, luka memar, luka robek, luka tembak dan luka gigitan.

2. Tingkat kebersihan dari kontaminasi bakteri terbagi atas luka bersih, luka bersih yang terkontaminasi, luka terkontaminasi dan luka kotor.

3. Waktu terjadinya terbagi atas luka akut ( sebelum 8 jam) dan luka kronik

Diskripsi luka :

1. Lokalisasi (Letak luka terhadap garis ordinat atau absis pada tubuh. Garis yang melalui tulang dada dan tulang belakang dipakai sebagai ordinat.)

2. Ukuran, ditentukan :

Ditentukan panjang lukaJumlah luka

Sifat luka

Ada atau tidaknya benda asing pada luka

Luka terjadi saat masih hidup atau korban sudah mati

Menyebabkan kematian atau tidak

Cara terjadinya luka : bunuh diri, kecelakaan dan pembunuhan

3. Jenis kekerasan yang menjadi penyebab lukaLuka akibat kekerasan mekanis:

Luka akibat kekerasan oleh benda tumpul

Luka akibat kekerasan oleh benda tajam

Luka akibat kekerasan oleh tembakan senjata api

Luka akibat kekerasan fisis:

Luka akibat kekerasan oleh suhu tinggi atau rendah

Luka akibat kekerasan

auditorik

Luka akibat kekerasan oleh arus listrik dan petir

Luka akibat kekerasan radiasiLuka akibat kekerasan kimiawi:

Luka akibat kekerasan oleh asam kuat

Luka akibat kekerasan oleh basa kuat

Intoksikasi

Klasifikasi trauma (berdasarkan sifat dan penyebab) :

1. Trauma mekanik (Kekerasan oleh benda tajam, kekerasan oleh benda tumpul, tembakan senjata)

2. Trauma Fisika (Suhu, listrik dan petir, akustik, radiasi, tekanan udara)

3. Trauma Kimia (Asam basa atau kuat)

NB : Ada yang memisahkan trauma senjata api tersendiri (balistik) terpisah dari trauma mekanik

Patofisiologi Trauma

Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh darah dan organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada semua sistem organ, sehingga tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila kompensasi tubuh tersebut berlanjut tanpa dilakukan penanganan akan mengakibatkan kematian seseorang. Mekanisme kompensasi tersebut adalah :

1. Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan vena, bronkhodilatasi, takikardia, takipneu,

capillary shunting, dan diaforesis.

2. Peningkatan heart rate. Cardiac output sebanding dengan stroke volume dikalikan heart rate. Jika stroke volume menurun, heart

rate meningkat.

3.Peningkatan frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif. Aksi pompa thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel kanan untuk menjaga cardiac output.

4.Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan untuk menjaga cairan vaskular. Penurunan angka filtrasi glomerulus menyebabkan respon ini. 5.Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan

turunnya cardiac output (sistolik) dan peningkatan vasokonstriksi (diastolik). Tekanan nadi normal adalah 35-40 mmHg.

6.Capillary shunting dan pengisian trans kapiler dapat menyebabkan dingin, kulit pucat dan mulut kering. Capillary refill mungkin melambat.

7.Perubahan status mental dan kesadaran disebabkan oleh perfusi ke otak yang menurun atau mungkin secara langsung disebabkan oleh trauma kepala.

Trauma Mekanik Trauma tumpul :

Benda tumpul : benda yang permukaannya tidak mampu utk mengiris

Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah : - Benda tumpul yg bergerak pd korban yg diam - Korban yg bergerak pd benda tumpul yg diam

Sifat luka akibat persentuhan dengan permukaan tumpul :

1. Memar (kontusio, hematom) 2. Luka Lecet

-Luka Lecet Tekan -Luka Lecet Geser 3. Luka Robek

Luka memar  diskontinuitas PD& jar di bwh kulit tanpa rusaknya jar. Kulit

Teraba menonjol  pengumpulan darah di jar sekitar PD rusak

Bentuk luka  Menyerupai benda yang mengenai Luka Lecet  tjd pd epidermis – gesekan dgn benda yang permukaannya kasar

Luka Lecet Tekan  arah kekerasan tegak lurus pd permukaan tubuh, epidermis yang tertekan  melesak kedalam

Luka Lecet Geser arah kekerasan miring/membentuk sudut  epidermis terdorong & terkumpul pd tmpt akhir gerak benda tersebut

Luka Lecet Regang  diskontinuitas epidermis akibat peregangan yang letaknya sesuai dengan garis kulit

Luka robek  terjadi pada epidermis/jaringan dibawahnya akibat kekerasan yang mengenainya melebihi elastisitas kulit/jar

Syarat : kekuatan peregangan > elastisitas kulit Patah tulang

o Bentuk : tgt sifat benda penyebab o Perubahan berdasarkan waktu

o Dampak patofisiologi : perdarahan, disfungsi, kerusakan jaringan sekitar, emboli lemak dan sumsum tulang

Fraktur tulang kepala

Terjadi akibat trauma langsung terhadap skull. Adanya fraktur tidak selalu disertai dgn adanya cedera otak namun manunjukkan adanya benturan yg cukup kuat dan sebaikknya dievaluasi untuk tau ada tidaknya cedera tambahan.

Benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan :

1. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak

2. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam

3. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar padabenda yang lain dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet)

Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup yang disebabkan oleh hantaman pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena dan contre coup terjadi pada sisi yang berlawanan dengan arah benturan.

Luas dan tipe fraktur ditentukan oleh beberapa hal, yaitu :

- Besarnya energi yang membentur kepala (Energi kinetik objek)

- Arah Benturan

- Bentuk tiga dimensi objek yang membentur - Lokasi Anatomis tulang tengkorak tempat

benturan terjadi

Tipe Fraktur pada cedera kepala, yaitu :

1. Fraktur simple : Pecahnya tulang kepala yg tidak disertai kerusakan kulit

2. Fraktur Linier : Pecahnya tulang kepala yg menyerupai garis tipis tanpa distorsi tulang

3. Fraktur depresi : Pecahnya tulang kepala dengan penekanan sebagian tulang kedalam otak.

4. Fraktur compound : Pecahnya tulang disertai dengan rusak atau hilangnya kulit

Tergantung kecepatan dan gaya

-depressed jika permukaan yang mengenai kepala tidak luas

- hole/stellata jika benda yang mengenai kepala

permukaannya kecil dan

berkecepatan/berenergi tinggi, contoh : luka tembak

Jika kepala bergerak ke permukaan rata&diam : patah linier

Fraktur basis kranii :

Fraktur yg terjadi pada tulang yg membentuk dasar tengkorak.

-gaya langsung ke basis kranii

-gaya ke dagu melalui rami mandibulae

Adanya Rhinorea jika bercampur dgn darah kadang2 sulit dibedakan dengan epistaksis. Beberapa cara untuk membuktikan adanya rhinorea yaitu :

1. Darah tersebut tidak akan membeku karena bercampur CSS

2. Tanda “Double Ring atau Hallo Sign” yaitu jika setetes cairan diletakkan diatas kertas tissue/koran maka darah akan terkumpul ditengah dan sekitarnya masih terbentuk rembesan cairan (CSS) yg membentuk cincin kedua yg mengelilingi lingkaran pertama.

3. Pemeriksaan Beta-2-transferrin yg merupakan marker spesifik untuk CSS.

- Jika terdapat kecurigaan adanya fraktur, jangan memasang NGT krn dapat melewati lempeng kribriformis yang sudah fraktur dan masuk ke intracranial.

- Jika fraktur melibatkan kanalis optikus, dapat mencederai N. Optikus sehingga tjd gangguan visus.

Ring fraktur :gaya dari atas ke bawah

Dapat berbentuk lesi fokal (Perdarahan epidural, perdarahan subdural, kontusio dan perdarahan intraserebral) maupun lesi difus.

• Epidural hematom : klot terletak diluar duramater, namun di dalam tengkorak

A.meninge media

– Temporal (50%), oksipital (15%)

– Prognosis baik bila dilakukan penanganan segera karena cedera otak disekitarnya biasanya terbatas.

• Subdural/subarachnoid bleeding : >> ditemukan pada penderita dengan cedera kepala berat.

– Tjd karena robeknya vena bridging, Sinus draining, focus laserasi atau kontusio

– Delayed : subdural

– Spontan : leukaemia, tumor, infeksi

– Kerusakan otak biasanya sangat lebih berat dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural

– Mortalitas umumnya 60% namun mungkin diperkecil oleh tindakan operasi yg sangat segera dan pengelolaan medis agresif.

● Kontusi dan hematoma intraserebral : hamper selalu berkaitan dengan hematoma subdural

- >> dilobus frontal dan temporal

Cedera Difusa membentuk kerusakan otak berat progresif yg berkelanjutan, disebabkan oleh meningkatnya jumlah cedera akselerasi deselerasi otak.

Doktrin Monroe Kellie :

Konsep utama : volume intracranial selalu konstan (rongga kranium tidak mungkin mekar). Tekanan Intra Kranial (TIK) yang normal tidak berarti tidak ada lesi massa intakranial, karena TIK umumnya tetap dalam batas normal sampai penderita mencapai titik dekompensasi dan memasuki fase ekspansional.

TIK normal : 50-200 mmH2O (4-15 mmHg)

Kapasitas ruang cranial : otak (1400 g), LCS (75 ml), darah (75 ml)

Perubahan kompensatoris dapat melalui : - pengalihan LCS ke rongga spinal - peningkatan aliran vena dari otak - sedikit tekanan pada jaringan otak

peningkatan TIK sampai 33 mmHg (450 mmH2O) akan menurunkan aliran darah otak secara signifikan

Dalam dokumen 67839673 Buku Roman Forensik Second Edition (Halaman 75-84)