• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 landasan Teori

Menurut The American Heritage Dictionary of the English Language, dalam Djaali (2013) minat merupakan perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau mempunyai sesuatu. Selain itu minat adalah bagian dari ranah afeksi, mulai dari tahap kesadaran hingga dalam pilihan nilai.

Minat adalah perilaku jiwa seorang yang tertuju dalam suatu objek tertentu dari ketiga bagian jiwanya (kognisi, emosi dan konasi). Pada interaksi tersebut unsur perasaan merupakan yang terkuat. Unsur kognisi, pada arti minat yaitu pengetahuan dan fakta tentang objek yang dituju. Unsur emosi, dalam partisipasi atau pengalaman disertai perasaan tertentu sedangkan unsur konasi adalah kelanjutan dari kedua unsur sebelumnya, yaitu kognisi dan emosi yang merupakan sesuatu yang direalisasikan dalam bentuk kemauan dan harapan untuk melakukan suatu aktivitas (Ahmadi, 2003).

Minat merupakan aspek kunci kesesuaian antara orang dan pekerjaannya yang menjadi alasan mengapa petani padi sawah masih tetap bertahan untuk menjalankan usahataninya saat ini hingga nanti (Panurat et al., 2014).

Secara umum minat dimaknai sebagai dorongan atau keinginan dalam diri seseorang pada objek tertentu.

Menurut Mappiare (1982) dalam Panurat et al (2014) menjelaskan bahwa latar belakang lingkungan, tingkat ekonomi, status sosial, dan pengalaman mempengaruhi bentuk minat seseorang.

Menurut Crow (1973) dalam Isnaeni (2019) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi minat seseorang yaitu: (1) faktor dorongan dari dalam individu, (2) motif sosial, dan (3) faktor emosional.

Menurut safari (2003) dalam Isnaeni (2019), Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur minat, yaitu:

1. Keseriusan, yang diukur dengan melihat bagaimana keseriusan seseorang dalam mengerjakan suatu aktivitas atau kegiatan.

2. Ketertarikan, yang diukur dengan melihat bagaimana respon yang diberikan seseorang dalam menanggapi sesuatu yang menggambarkan seseorang tersebut cenderung tertarik terhadap orang, benda atau pengalaman yang ada dalam suatu kegiatan.

3. Rasa senang, yang diukur dengan melihat rasa kegairahan pada diri seseorang dalam melakukan kegiatan tanpa adanya rasa terpaksa.

4. Keterlibatan, yang diukur dengan melihat peran aktif seseorang dalam melakukan kegiatan.

2.2.2 Pola pikir

Secara etimologi Pola pikir berasal dari bahasa inggris yang disebut mindset, yang terdiri atas gabungan dua kata yaitu: mind dan set. “Mind” berarti seat of thought and memory; the center of consciousness that generates thoughts, feelings, ideas, and perceptions, and stores knowledge and memories (sumber pikiran dan memori;

pusat kesadaran yang membuahkan pikiran, perasaan, ide, dan persepsi, dan menyimpan pengetahuan dan memori). “Set” berarti a preference for or increased ability in a particular activity (memprioritaskan peningkatan kemampuan dalam suatu aktivitas). Dengan demikian pola pikir adalah beliefs that affect somebody’s attitude; a set of beliefs or a way of thinking that determine somebody’s behavior and outlook (kepercayaan-kepercayaan yang mempengaruhi seseorang untuk bersikap; sekumpulan kepercayaan atau suatu cara berpikir yang menentukan seseorang dalam berperilaku dan berpandangan, bersikap, dan bagaimana masa depan seseorang) (Gunawan, 2007).

Menurut Darmawan (2008), pola pikir merupakan inti dari self learning atau pembelajaran diri. Hal Inilah yang menentukan bagaimana seseorang memandang sebuah potensi, kecerdasan, tantangan dan peluang sebagai sebuah proses yang wajib diupayakan dengan tekun dan kerja keras serta usaha agar tercapainya tujuan.

Menurut Dweck (2006 ), pola pikir terbagi dua, yaitu pola pikir bertumbuh dan pola pikir tetap. Pola pikir bertumbuh adalah seseorang meyakini bahwa inteligensi, bakat dan keterampilannya adalah suatu hal yang bisa dikembangkan dengan upaya kerja keras dan usaha yang giat, tekun dan juga melalui proses pembelajaran.

Sementara pola pikir tetap adalah seseorang meyakini bahwa kecerdasan, keterampilan, dan bakat telah ditentukan dalam jumlah tertentu dan tidak bisa dikembangkan lagi.

 Indikator pola pikir bertumbuh adalah:

1. Percaya bahwa kecerdasan, bakat, dan karakter bukanlah fungsi dari keturunan

2. Menerima tantangan dan menghadapinya dengan sungguh-sungguh 3. Berpandangan ke depan secara konsisten dari kegagalan

4. Memiliki pandangan positif tentang bisnis 5. Belajar dari kritik yang ada

 Indikator pola pikir tetap adalah:

1. Percaya bahwa kecerdasan, bakat, dan karakter adalah fungsi yang diwariskan dan tidak dapat diubah

2. Menghindari tantangan 3. Mudah menyerah

4. Berpikir bahwa usaha tidak berguna

5. Tidak mengambil manfaat/pembelajaran dari kritikan orang lain.

2.2.3 Keterampilan

Menurut Soemarjadi et al (1992) keterampilan ialah perilaku yang diperoleh melalui tahapan pembelajaran, keterampilan berasal dari gerakan-gerakan yang kasar atau tidak terkoordinasi memlalui training ini, secara bertahap gerakan tidak teratur itu berangsur-angsur berubah menjadi gerakan-gerakan yang lebih halus, melalui proses koordinasi diskriminasi (perbedaan) serta integrasi (perpaduan) sebagai akibatnya diperoleh suatu keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan dalam melaksanakan beberapa pekerjaan yang merupakan pengembangan diri sebagai hasil dari training dan pengalaman yang didapat (Dunnette, 1976). Keterampilan merupakan salah satu poin yang menjadi pertimbangan bagi seseorang dalam memilih jenis

pekerjaan. Bekerja di bidang apapun harus mempunyai keterampilan agar hasil yang diperoleh memuaskan (A’yun, 2015).

Berdasarkan penelitian Irawan dan Mulyadi (2016), Indikator ketermpilan meliputi:

a. Keterampilan Teknis

adalah kemampuan seseorang dalam menguasaidan mengelola pengetahuan dan teknologi baru

b. Keterampilan Manajemen

adalah kemampuan seseorang dalam merencanakan dan mengorganisasikan fungsi-fungsi manajemen untuk mengelola sumberdaya yang ada dalam membangun usahanya.

c. Keterampilan Kewirausahaan

Adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membangun dan mengembangkan usahanya.

d. Keterampilan Kedewasaan Pribadi

kemampuan seseorang untuk menjadi swadaya/mandiri untuk menemukan permasalahannya sendiri dan mencari solusi untuk permasalahannya itu sendiri.

2.2.4 Modal

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Von Bohm Bawerk (1959), modal atau capital adalah adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan oleh masyarakat disebut kekayaan warga. Sebagian dari kekayaan itu dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk menghasilkan barang-barang. Jadi modal ialah setiap hasil atau produk yang digunakan dalam menghasilkan suatu produk.

Dan modal bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu modal tetap dan modal bergerak.

Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh model tersebut (Soekartawi, 2002). Modal tetap ialah barang-barang modal yang digunakan pada proses produksi yang bisa digunakan beberapa kali meskipun akhirnya barang-barang modal yang digunakan dalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali tadi akan habis (Rahmanta, 2014). Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin termasuk dalam kategori modal tetap. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relatif pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang (Soekartawi, 2002).

Dalam usahatani, besar kecilnya modal tergantung pada:

1. Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar atau kecilnya modal yang digunakan, semakin besar skala usaha maka semakin besar pula modal yang digunakan.

2. Macam komoditas, jenis komoditas yang digunakan dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar ataupun kecilnya modal yang digunakan.

3. Tersedianya kredit bagi masyrakat tani sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani (Rahim dan Hastuti, 2007).

Menurut penelitian Putri et al (2014), Indikator Modal Usaha meliputi:

a. Struktur permodalan meliputi; modal sendiri dan modal pinjaman b. Pemanfaatan modal tambahan

c. Hambatan dalam pendanaan eksternal d. Status bisnis setelah melakukan investasi

2.2.5 Teori Pendapatan

Menurut Soekartawi (2002) menjelaskan bahwa pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi dan juga kualitas dari barang yang dikonsumsi.

Misalnya sebelum terjadinya penambahan pendapatan, beras yang dikonsumsikan adalah kualitas yang biasa ataupun kurang baik, namun setelah terjadi penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

Menurut Warsana (2007), Pendapatan merupakan penerimaan yang berasal dari hasil penjualan kemudian dikurangi dengan biaya total yang dikeluarkan. Secara matematis bisa dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

TR = Penerimaan Kotor (Rp)

TC = Total Cost/ Total biaya yang dikeluarkan (Rp)

Dimana:

TC = Biaya (Rp) FC = Fixed Cost (Rp)

Menurut Soekirno (1985), terdapat empat ukuran pendapatan:

Pendapatan = TR – TC

TC = FC + VC

1. Pendapatan kerja petani, Pendapatan ini diperoleh dengan cara menghitung semua penerimaan dan peningkatan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik tunai maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga.

2. Penghasilan kerja petani, Pendapatan ini diperoleh dari selisih Total penerimaan usahatani setelah dikurangi dengan bunga modal.

3. Pendapatan kerja keluarga, Pendapatan yang didapatkan dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan yang dikerjakan oleh petani dan anggotanya dengan tujuan menambah penghasilan rumah tangga.

4. Pendapatan keluarga, Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarga disamping kegiatan pokoknya.

Menurut Bramastuti (2009), indikator pendapatan antara lain:

1. Penghasilan diterima setiap bulan 2. Bekerja

3. Anggaran biaya penidikan 4. Beban keluarga

Dokumen terkait