• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: USULAN PROGRAM BAGI UNIT PELAYANAN SOSIAL

B. Usulan Program untuk Unit Pelayanan Sosial Seraphine Community

8) Langkah-langkah Kegiatan

(1) Sapaan atau salam untuk menyegarkan suasana (2) Doa (Petugas)

b) Kegiatan Inti

Peserta diajak untuk menyadari perasaan atau suasana hatinya pada saat ini; dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:

(a).Apakah saat ini Bapak, Ibu, Saudari-saudara merasa gembira/bahagia, sedih/kecewa/cemas?

(b).Mengapa Bapak, Ibu, Saudari-saudara merasa demikian?

(2) Sharing pengalaman. Beberapa peserta diminta untuk membagikan pengalamannya kepada peserta yang lain.

(3) Pendamping memberi peneguhan atas sharing peserta.

Misalnya: kita mempunyai perasaan yang bermacam-macam. Ada yang gembira, ada yang sedih, cemas atau mungkin kecewa dan marah karena kita memiliki pengalaman yang berbeda-beda pula. Jikalau ada yang saat ini sedang sedih karena ada persoalan, marilah kita percaya bahwa pasti ada jalan keluar untuk mengatasi persoalan itu. Dan bagi kita yang perasaannya sedang bahagia atau senang, kita ingat dan menaruh peduli pada sesama yang mengalami persoalan. Kita hadir di sini sebagai saudara, sebagai satu keluarga atau kelompok yang mau saling meneguhkan dan memberi dukungan satu sama lain.

Nyanyian bersama: “Di Mana-mana Hatiku Senang” Di sini senang, di sana senang

Di mana-mana hatiku senang Lalalala………..

Di sini senang, di sana senang Di mana-mana hatiku senang

2 X

Tangan dilambai-lambai Kaki dihentak-hentak

Pinggul digoyang-goyang putar badan

(4) Keluarga: ‘Komunitas Cinta Kasih’

(a).Pendamping memperlihatkan foto atau gambar keluarga (Ayah, Ibu dan anak-anak)

(b).Peserta diminta untuk mengamati gambar tersebut

(c).Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan apa yang mereka pikirkan atau rasakan setelah melihat gambar tersebut.

Gambar-gambar tersebut adalah gambar keluarga: ada ayah, ibu dan anak-anak. Mereka tampak bahagia, rukun, damai dan setia satu sama lain. Hal ini bukan berarti tidak ada persoalan dalam hidup mereka. Sekecil apa pun persoalan tetap ada, tetapi mereka tahu apa yang paling penting dalam hidup yakni cinta dan kebahagiaan.

Kita juga memiliki keluarga kita masing-masing dengan situasi yang berbeda-beda. Seperti keluarga-keluarga yang ada dalam gambar, kita pun pasti memiliki harapan agar keluarga kita selalu bahagia, rukun, damai dan saling setia satu sama lain. Pertanyaan bagi kita: apakah yang paling penting untuk kita usahakan agar keluarga kita bisa memperoleh kebahagiaan, kedamaian, kesejahteraan, dan hidup rukun satu sama lain?

(5) Cerita: Cinta, Kekayaan dan Kesuksesan

(a) Pendamping membagikan teks cerita kepada setiap peserta (b) Pendamping membacakan cerita tersebut

(c) Peserta membaca sendiri-sendiri cerita dalam hati

(d) Pendalaman cerita dibantu dengan panduan pertanyaan dari pendamping:

¾ Siapa nama ketiga pemuda yang mau bertamu di rumah keluarga dalam cerita tersebut? (Cinta, kekayaan dan kesuksesan)

¾ Pemuda manakah yang akhirnya dipilih untuk masuk ke dalam rumah? (Cinta)

¾ Menurut Ibu, Bapak dan Saudari-saudara, pemuda manakah yang sebaiknya masuk ke dalam rumah Ibu, Bapak dan Saudari-saudara? Mengapa demikian?

(6) Peneguhan

(a) Pendamping memberikan peneguhan atas jawaban peserta

Bukan uang, barang atau kekayaan dan kesuksesan yang membuat kita bahagia dalam hidup berkeluarga. Kita memang membutuhkan semuanya itu untuk mempertahankan hidup tetapi bukan menjadi dasar dan tujuan hidup kita. Satu hal yang paling penting bagi kita dalam membangun hidup berkeluarga adalah cinta kasih. Cinta yang menunjukkan pemberian diri secara total antara anggota keluarga. Cinta yang demikianlah membuat pria dan wamita menjadi suami-istri

dan melahirkan anak-anak yang juga merupakan buah cinta kasih. Hendaklah setiap hari kita mengundang agar cinta selalu masuk dan tinggal dalam rumah.

(b) Pendamping membacakan Injil Yoh. 15 : 9 – 14

Ayat 12 – 13 diulang dan diberi penegasan “Inilah perintah-Ku, yaitu hendaklah kamu saling mengasihi, sama seperti Aku sudah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”

Ibu, Bapak dan Saudari-saudara terkasih, marilah kita hidup saling mengasihi; kita menjadikan cinta kasih sebagai dasar dalam membangun keluarga kita masing-masing sehingga kita bisa mengalami kebahagiaan, kesejahteraan, dan kedamaian dalam hidup kita setiap hari.

(7) Saat Hening

(a) Peserta diajak untuk hening sejenak merenungkan makna kasih dalam hidup setiap hari secara khusus dalam keluarga (Kaset: Lagu ‘Kasih’) (b) Peserta diajak untuk mendoakan orang-orang yang dikasihi: suami,

istri, anak-anak, dan anggota keluarga lain yang ingin didoakan. (8) Penutup

(a) Doa Penutup (Petugas)

2. Rekoleksi Bagi Staf Unit Pelayanan Sosial Seraphine Community Development Sumba

a. Latar Belakang

Seperti yang sudah dikatakan penulis pada program untuk anggota kelompok binaan, pada program kedua ini penulis menegaskan sekali lagi bahwa pemahaman responden khususnya anggota staf Unit Pelayanan Sosial Seraphine Community Development Sumba akan evangelisasi baru yang masih kurang bukanlah halangan untuk mewujudkan evangelisasi di Sumba Barat Daya.

Dalam Evangelii Nuntiandi (art. 14) dikatakan bahwa tugas untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa merupakan perutusan hakiki Gereja dan merupakan suatu tugas dan perutusan yang semakin lebih mendesak karena Gereja berhadapan dengan perubahan-perubahan dan situasi masyarakat yang diwarnai oleh aneka persoalan yang semakin rumit. Oleh kerena itu, pada bagian ini penulis ingin mengusulkan suatu program Rekoleksi tentang Evangelisasi Baru bagi anggota staf unit pelayanan sosial Seraphine Community Development Sumba. Tujuannya adalah untuk memberikan motivasi dan semangat baru demi meningkatkan kualitas pelayanan dalam upaya mewujudkan evangelisasi baru di Sumba Barat Daya. Penulis memilih kegiatan rekoleksi karena responden sendiri mengatakan bahwa sudah lama mereka tidak rekoleksi padahal mereka membutuhkan saat seperti itu untuk menimba semangat baru dalam pelayanan.

Tema umum rekoleksi ini adalah Seraphine Community Development Melayani dengan Kasih untuk Mewujudkan Evangelisasi Baru. Tujuan tema utama

tersebut adalah mengajak peserta untuk menyadari bahwa pelayanan yang mereka lakukan bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi baik staf maupun anggota kelompok binaan melainkan lebih dari itu sebagai keterlibatan dalam tugas perutusan Gereja Universal. Tema ini dijabarkan dalam tiga sub tema antara lain: Evangelisasi Baru sebagai Panggilan Ilahi, Pemberdayaan Sosial Ekonomi sebagai suatu Model Evangelisasi Baru, dan Pemberdayaan Komunitas Basis Manusiawi dan Keluarga demi Perwujudan Evangelisasi Baru.

b. Matriks Program Rekoleksi Staf Unit Pelayanan Sosial Seraphine Community Development Sumba

c. Petunjuk Pelaksanaan

Program ini dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi selama setengah hari, dimulai Pkl. 08.00 – 14.30. Rekoleksi dipimpin oleh nara sumber yang dianggap menguasai materi sesuai dengan tema.

d. Contoh Persiapan Program Rekoleksi Sub Tema ke-2

1) Tema : Pemberdayaan Sosial Ekonomi sebagai Suatu Model Evangelisasi Baru

2) Tujuan : Mengajak peserta untuk mencari suatu bentuk evangelisasi baru yang diharapkan dapat membantu atau memberi motivasi kepada anggota kelompok binaan untuk mengatasi masalah kemiskinan dengan kekuatan mereka sendiri

3) Sumber Bahan

(a) Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (KPKC)

(b) Pemberdayaan Sosail Ekonomi sebagai Suatu Model Evangelisasi Baru dalam Konteks Indonesia

(c) Film ‘Busung Lapar‘

4) Sarana

(a) Hand Out (b) LCD

(c) Perangkat Sound System (d) VCD Player

5) Metode (a) Nonton Film

(b) Diskusi dan Pleno (c) Penyampaian Informasi 6) Waktu : 90 Menit 7) Pemikiran Dasar

Masalah sosial-ekonomi yang menyebabkan kemiskinan melanda berbagai daerah di Indonesia tak terkecuali masyarakat di Sumba Barat Daya, secara khusus anggota kelompok binaan unit pelayanan sosial Seraphine Community Development. Hampir seluruh anggota kelompok merupakan masyarakat miskin. Kurangnya kesempatan dan hilangnya peluang untuk berusaha menyebabkan angka kemiskinan terus bertambah. Busung lapar, bertambahnya tingkat kematian ibu dan anak, penyakit, kekerasan, putus sekolah, perampokan, pencurian, dan kerusakan lingkungan hidup adalah masalah yang sering terjadi sebagai akibat dari kemiskinan.

Hidup bahagia, adil dan sejahtera adalah dambaan setiap orang. Maka pemerintah, lembaga atau yayasan sosial dan Gereja hendaknya semakin menyadari tugas dan panggilannya untuk membantu orang-orang miskin agar dapat keluar dari belenggu kemiskinan. Usaha pemberdayaan sosial-ekonomi merupakan panggilan sekaligus tugas perutusan yang mendesak bagi Gereja saat ini. Dikatakan demikian karena masalah kemiskinan selalu menimbulkan persoalan-persoalan lain seperti kekerasan, pencurian, perampokan dan

masalah-masalah sosial yang lain dalam masyarakat sebagaimana sudah dikatakan sebelumnya.

Dengan rekoleksi ini diharapkan agar staf unit pelayanan sosial mendapatkan pencerahan untuk semakin memahami apa yang menjadi panggilan dan tugas perutusannya sebagai anggota Gereja di tengah dunia saat ini, khususnya di kelompok binaan unit pelayanan sosial Seraphine Community Development Sumba.

8) Langkah-langkah Kegiatan Sessi ke-2

a) Pembuka (Tidak ada karena lanjutan dari sessi sebelumnya) b) Inti Pertemuan

(1) Potret Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat (Nonton Film ‘Busung Lapar’)

(2) Diskusi Kelompok dengan panduan pertanyaan:

(a) Apakah yang Anda rasakan dan pikirkan ketika melihat film Busung Lapar?

(b) Mengapa bisa terjadi bencana busung lapar di beberapa daerah di Indonesia?

(c) Siapakah yang salah dan siapakah yang harus bertanggungjawab? (d) Tindakan konkrit apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah

sosial-ekonomi yang ada di sekitar kita? (3) Pleno hasil diskusi kelompok

c) Selingan

d) Materi dari Pendamping

(1) Ekonomi dan Pemberdayaan (Ola R. 2010:

http://yabisa.wordpress.com.)

Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ”oikos” dan ”nomos” yang berarti ‘tata kelola rumah tangga’. Tata-kelola itu diperlukan supaya kesejahteraan hidup rumah tangga bisa tercapai. Disini istilah ‘ekonomi’ merujuk pada proses atau usaha pengadaan barang dan jasa untuk kebutuhan hidup rumah tangga. Akan tetapi mengingat bahwa barang dan jasah yang diperlukan untuk hidup itu sangat terbatas, sementara kebutuhan hidup manusia sangat banyak dan beragam maka, istilah ekonomi juga mengandung arti ”seni memilih secara bijak antara banyaknya kebutuhan di satu pihak dan terbatasnya sumberdaya (beli) dan sarana (tukar) di lain pihak”. Dalam perkembangannya, ”ekonomi” yang artinya tata kelola rumah tangga itu diperluas menjadi ”tata kelola negara-bangsa”. Pada konteks ini, ekonomi mengandung arti seni-mengelola sumberdaya yang dimiliki suatu negara demi terwujudnya kesejahteraan dan keadilan hidup bersama.

Pembangunan sosial-ekonomi keluarga dan negara terus saja menjadi tugas utama dalam kehidupan setiap orang dan anggota masyarakat. Sebab setiap manusia hanya bisa menghayati kebebasannya secara penuh kalau memiliki landasan hidup sosial-ekonomi yang baik mengingat ekonomi merupakan titik tolak kemajuan pendidikan, kesehatan serta kelayakan hidup

sebagai pribadi manusia. Pada titik ini, masyarakat miskin, lemah dan terpinggirkan perlu dibantu sehingga berkembang dan memiliki kehidupan sosial-ekonomi yang layak sebagai manusia. Bantuan itu dapat diberikan antara lain melalui kegiatan pemberdayaan sosial-ekonomi keluarga dan komunitas basis dengan sasaran kemandirian sosial-ekonomi keluarga atau komunitas basis.

Pemberdayaan sosial-ekonomi ialah usaha memberi pengetahuan, keterampilan serta menumbuhkan kepercayaan diri serta kemauan kuat dalam diri seseorang sehingga mampu membangun suatu kehidupan sosial-ekonomi yang lebih baik dengan kekuatan sendiri. Singkatnya, pemberdayaan ekonomi bermaksud menciptakan manusia swadaya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pemberdayaan sosial-ekonomi ini pada intinya dapat diupayakan melalui berbagai kegiatan antara lain pelatihan, pendampingan, penyuluhan, pendidikan dan keterlibatan berorganisasi demi menumbuhkan dan memperkuat motivasi hidup dan usaha, serta pengembangan pengetahuan dan keterampilan hidup dan kerja. Pemberdayaan ini perlu dilakukan atas keyakinan dasar bahwa setiap orang termasuk orang yang paling miskin sekalipun mampu mengubah hidupnya dengan kekuatan sendiri. Keyakinan ini perlu terus ditumbuh-kembangkan dan menjadi kultur hidup sehari-hari. Cita-cita pemberdayaan ialah ”berdiri di atas kaki sendiri.”

Tantangan terbesar terhadap pemberdayaan sosial-ekonomi ialah masyarakat kecil terlalu sering dibuat bergantung kepada sistem

pemerintahan, birokrasi, institusi politik dan ekonomi yang otoriter dan feodalistik yang dimainkan para pengusaha besar dan internasional corperation yang erat bekerjasama dengan para politisi nasional dan lokal. Hal ini mengakibatkan pembangunan sosial-ekonomi berbasis kemandirian masyarakat kecil di tanah air saat ini kurang berkembang. Sebaliknya ketergantungan masyarakat kepada para pengusaha, pemilik modal dan pemerintah semakin besar. Faktor lain yang menghambat pembangunan sosial-ekonomi yang berbasis kemandirian ialah terus membengkaknya utang luar negeri. Hal ini tidak menguntungkan perputaran roda kemandirian ekonomi rakyat sebab memperlemah investasi masyarakat serta menghancurkan manajemen ekonomi nasional dan lokal yang berorientasi pada kemandirian sosial-ekonomi rakyat. Menghadapi tantangan ini, perlu dibangun kemandirian berpikir, mengambil keputusan serta bertindak atas dasar kesadaran dan pertimbangan pribadi dalam diri masyarakat sehingga mereka lebih mampu mengatasi persoalan hidup sehari-hari.

(2) Pemberdayaan Sosial-Ekonomi sebagai Suatu Model Evangelisasi Baru

Panggilan dan tugas perutusan Gereja adalah mewartakan harapan akan kebaikan, kedamaian, kemajuan, kesejahteraan dan keadilan hidup bersama kepada segala bangsa. Seiring dengan kemajuan jaman, Gereja senantiasa mencari bentuk pewartaan yang sesuai dengan kebutuhan hidup

setiap orang; pewartaan yang mampu menjawab persoalan atau tantangan hidup mereka. Masalah sosial-ekonomi dipandang sebagai persoalan hidup yang mendesak untuk ditangani karena persoalan sosial-ekonomi yang mengakibatkan kemiskinan selalu menimbulkan persoalan-persoalan baru seperti penyakit, putus sekolah, bertambahnya jumlah pengangguran, pencurian, perampokan, penindasan, kejahatan, dan berbagai bentuk kekerasan.

Sebagai salah satu unit karya sosial Suster-suster Amalkasih Darah Mulia yang ikut berpartisipasi dalam tugas perutusan Gereja Universal, Seraphine Community Development Sumba diajak untuk mengambil langkah konkrit mewartakan harapan akan kebaikan, kedamaian, kemajuan, kesejahteraan dan keadilan hidup bersama. Hal ini akan dimulai dalam kelompok-kelompok binaan yang sudah ada. Unit Pelayanan Sosial Seraphine Community Development akan semakin mengintensifkan pendampingan dan pelayanan kepada anggota kelompok. Oleh karena kemiskinan merupakan persoalan utama bagi kebanyakan orang tak terkecuali masyarakat di Sumba Barat Daya khususnya anggota kelompok binaan, maka pemberdayaan sosial-ekonomi menjadi fokus perhatian.

Pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat yang akan kita usahakan ini, diharapkan dapat menggerakan potensi masyarakat untuk membangun kesejahteraan sosial-ekonomi dengan kekuatan sendiri serta membebaskan mereka dari ketergantungan hidup kepada kekuatan-kekuatan para pemilik

modal serta belas kasihan pemerintah dan segelintir orang kaya. Sebagai unit pelayanan sosial yang didasari oleh semangat Cinta Kristus Tersalib, kita perlu membangun komitmen yang kuat untuk ikut bertanggungjawab mewujudkan kesejahteraan hidup sesama di sekitar kita.

Dokumen terkait