• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: UPAYA SERAPHINE COMMUNITY DEVELOPMENT

C. Pandangan Umum mengenai Pelayanan Sosial

5) Profetisme Dialogis

Dialog antar agama merupakan kegiatan di mana orang dari berbagai iman dan kepercayaan bekerja sama. Karena itu dialog tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu kegiatan yang mencakup perkara agama semata-mata. Dialog antar agama tidak boleh terpenjara dalam menara gading pembicaraan religius dan pengalaman religius belaka, tetapi mesti mengalir ke dalam pembebasan manusia. Dialog antar agama, yang mencari persekutuan sejati, tidak dapat membutakan matanya kepada realitas yang ada di dekatnya yakni orang-orang yang ditimpa kelaparan, dalam kondisi hidup yang tidak manusiawi. Dialog dengan kaum miskin yang disingkirkan dan misi antara kaum miskin berarti bersikap setia kawan terhadap mereka, seraya ambil bagian dalam kehidupan dan perjuangan mereka, guna membangun masyarakat yang lebih berkeadilan dan lebih insani.

Dari keempat bentuk diakonia atau pelayanan tersebut, penulis berpendapat bahwa sudah saatnya Gereja lebih memberi perhatian dan fokus pelayanan pada bentuk diakonia profetis. Karena bentuk pelayanan ini berbeda dengan ketiga bentuk diakonia yang lain. Diakonia karitatif yang hanya sebatas memberi bantuan karitatif bagi orang miskin, diakonia reformatif yang lebih mementingkan unsur pembangunan dan diakonia transformatif yang cenderung memberi perhatian pada perubahan atau transformasi sosial masyarakat.

Diakonia profetis merupakan suatu bentuk pelayanan yang menyentuh seluruh aspek kehidupan dan kepribadian manusia tanpa ada perbedaan. Oleh karena itu, pelayanan sosial yang dijalankan perlu mengambil unsur-unsur yang ada dalam

diakonia profetis agar pelayanan tersebut sungguh-sungguh membawa keselamatan dan penebusan bagi umat manusia.

D. Pelayanan (Karya) Sosial Para Suster Amalkasih Darah Mulia di Sumba Barat Daya

1. Sejarah Singkat Komunitas Suster-suster Amalkasih Darah Mulia di Sumba Setelah melewati proses yang panjang dan atas kehendak Allah Yang Mahakuasa; pada tanggal 18 Juni 1862 di Sittard-Belanda; lahirlah sebuah‘tunas’ baru dalam Gereja yaitu Kongregasi Suster-suster Amalkasih Darah Mulia dengan pendirinya adalah Ibu Seraphine Spickermann (Konstitusi Kongregasi, 1984. No. 3).

Berdirinya Kongregasi ini dipandang sebagai suatu penyelenggaraaan Ilahi. Setelah 28 tahun berdiri, tepatnya tanggal 24 September 1890, Kongregasi mendapat pengesahan dan pengakuan dari takhta suci oleh Paus Leo XIII serta secara resmi diberi tugas istimewa untuk mewartakan kebaktian kepada Darah Mulia Tuhan Kita Yesus Kristus; sebagaimana dirumuskan dalam Konstitusi Suster-suster ADM 1984 No. 1:

Pada tanggal 24 September 1890 Kongregasi kita diberi pengesahan kepausan oleh Paus Leo XIII. Tugas istimewa yang diberikan kepada kita ialah kebaktian terhadap Darah Mulia. Ini dapat dipandang sebagai penyelenggaraan ilahi, karena dengan demikian kebaktian pribadi pendiri kita terhadap Darah Mulia dijadikan tugas bagi seluruh Kongregasi.

Dari Sittard, suara panggilan Tuhan menghantar para Suster untuk membuka komunitas dan pelayanan di Jerman dan Afrika. Hujan rahmat dan embun kasih Tuhan senantiasa menetes membasahi tanah pijakan membuat tunas baru semakin

berkembang dan menghasilkan buah bagi banyak orang; selanjutnya tunas baru ini mulai melebarkan sayap sampai di Indonesia, tepatnya pada tanggal 10 Juni 1933 para Suster misionaris pertama tiba di Batavia (Jakarta) dengan komunitas awal di Kutoarjo.

Dua puluhlima tahun setelah misi di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, Kongregasi khususnya para suster di Jerman menyanggupi permintaan para Pater Redemptoris untuk berkarya di tanah misi yaitu Pulau Sumba dan membantu

pelayanan para Pater yang sudah lebih dahulu berkarya di Sumba.Pada tanggal 13

September 1958, para misionaris yakni Sr. Stephanie, Sr. Michaela, dan Sr. Regina meninggalkan pelabuhan Genoa menuju Indonesia. Bersama dengan seorang Suster Indonesia yaitu Sr. Christine, para misionaris Jerman berangkat menuju tanah misi di Sumba. Secara resmi misi para suster ADM di Pulau Sumba dimulai pada tanggal 27 November 1958 dengan komunitas Weetebula sebagai komunitas pertama. Di komunitas inilah para Suster memulai karya-pelayanan mereka khususnya di bidang kesehatan dengan mengadakan pengobatan kepada para pasien termasuk memberi pelayanan kesehatan di kampung-kampung dan membuka poliklinik yang sekarang menjadi RS. Karitas. Dalam kesederhanaan, ketaatan, ketekunan, keuletan, dan kegembiraan serta kerja keras di tengah kesulitan para Suster berkarya agar semakin banyak orang mengalami cinta kasih Kristus tersalib yang mencurahkan Darah-Nya yang Mulia (Pancawindu Suster-suster ADM Sumba, 1998: 42-60).

Pada tanggal 3 Mei 1969 para suster membuka komunitas baru di Homba Karipit - Kodi dengan karya yang pertama sebuah klinik yang sederhana. Pada tahun

yang sama, dibuka pula komunitas di Elopada dan di Katikoluku: keduanya terletak di sebelah barat Weetebula. Karya dan kegiatan awal para Suster sama, yaitu menangani karya kesehatan (Sulistiowati, 2007: 96).

2. Unit Pelayanan Sosial “Seraphine Community Development” Sumba

a. Sejarah Perkembangan Unit Pelayanan Sosial “Seraphine Community Development” Sumba

Karya sosial para Suster Amalkasih Darah Mulia merupakan salah satu upaya untuk mengambil bagian dalam misi atau perutusan Yesus bagi dunia dewasa ini. Melalui pelayanan sosial, para Suster ingin secara aktif mengabdikan diri kepada tugas yang harus dipenuhi Gereja di dunia ini. Karya atau pelayanan sosial para Suster merupakan warisan berharga Ibu Seraphine Spickermaan (pendiri kongregasi) yang perlu dikembangkan dan dilestarikan.

…Seperti Ibu Seraphine pada jamannya, kita pun pada jaman kita ini ingin mengabdikan diri pada pengembangan Kerajaan Allah serta memberi perhatian besar pada orang-orang yang paling hina di dalam masyarakat (Konstitusi Suster-suster Amalkasih Darah Mulia, 1984: no. 6).

Selanjutnya konstitusi no. 75 menegaskan bahwa: “...Sama seperti Kristus maka diri pribadi manusialah yang diperhatikan. Kita mengutamakan pengabdian terhadap orang-orang miskin dan mereka yang terpojokkan, sesuai dengan teladan Ibu Seraphine”. Pernyataan ini mau mengajak setiap anggota kongregasi untuk mengutamakan pelayanan kepada orang miskin dan terpojokkan dengan kesungguhan

memperhatikan pribadi manusia; memanusiakan orang yang dilayani seperti yang dilakukan oleh Tuhan sendiri.

UnitPelayanan Sosial Seraphine Community Development Sumba, lahir dari

sebuah proses. Sejak kehadirannya di Pulau Sumba pada tahun 1958, Kongregasi Suster-Suster Amalkasih Darah Mulia sudah mulai memiliki perhatian besar untuk membantu para putri Sumba yang sangat terbelakang pada masa itu, khususnya dalam hal pendidikan dan masih terbelenggu oleh adat istiadat setempat. Keprihatian para Suster mengenai situasi masyarakat di Sumba tidak hanya dalam hal pendidikan kaum perempuan tetapi juga dalam hal kesehatan dan kesejahteraan hidup pada umumnya. Oleh karena itu, pada tahun 1989 lahirlah suatu wadah untuk menanggapi

keprihatinan masyarakat yakni PHC (Primary Health Care) yang bernaung di bawah

Yayasan Karitas Sumba, yang bergerak dibidang kesehatan.

Kegiatan-kegiatan awal yang dilakukan adalah mengunjungi kampung-kampung, mendata setiap anggota keluarga sambil berbicara dari hati ke hati mengenai pelbagai persoalan yang dihadapi. Langkah pertama yang ditempuh sebagai jalan keluar untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dijumpai adalah: menyelenggarakan pos kesehatan terpadu, mengadakan pengobatan untuk menanggulangi penyakit TBC, diare dan malaria serta memberikan makanan tambahan untuk memperbaiki dan meningkatkan gizi anak-anak. Dalam perjalanan waktu, kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat mulai diprogramkan antara lain: pelatihan memasak, menjahit, dan menenun. Di samping itu, ada juga pembinaan atau pendampingan keluarga sebagai upaya untuk

meningkatkan pendapatan keluarga. Kegiatan-kegiatan pelatihan dan pendampingan ini, mengalami kemajuan pesat dan sangat nyata hasilnya hingga pada tahun 1997

berubah nama dari Primary Health Care yang bernaung di bawah Yayasan Karitas

(Kesehatan) menjadi Seraphine Community Development sebuah unit pelayanan

sosial Suster-suster Amalkasih Darah Mulia yang menitik beratkan perhatian pada pengembangan dan pemberdayaan orang miskin khususnya (Ina Nggole, 2009: 2-3). Penulis dari pengalaman pribadi melihat bahwa unit pelayanan sosial Seraphine Community Development Sumba merupakan pelayanan yang lahir dari sebuah dialog antara Injil dengan agama lokal, budaya dan orang-orang miskin. Pelayanan yang sungguh-sungguh memberdayakan dan mengembangkan kepribadian bukan sekedar meringankan penderitaan orang dengan bantuan-bantuan dalam hal materi.

b. Visi dan Misi Unit Pelayanan Sosial “Seraphine Community Development” Sumba

Pelayanan sosial yang dilaksanakan sebagai keikutsertaan dalam karya keselamatan Allah, perlu memiliki visi dan misi yang jelas agar sampai pada tujuan sebagaimana yang diharapkan. Adapun visi dan misi Karya Sosial Kongregasi Suster-suster Amalkasih Darah Mulia, dirumuskan dalam Keputusan Kapitel Provinsi tahun 2005 no. 14 (Amalkasih Darah Mulia, 2005: 22-24) adalah sebagai berikut:

Dokumen terkait