• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah-langkah yang dilakukan auditor internal

PADA PERUSAHAAN KELAPA SAWIT Arief Indrawan*), Holiawat

2. Langkah-langkah yang dilakukan auditor internal

dalam memeriksa pengukuran aset biologis:

a) Auditor internal meminta kepada bagian akuntansi mengenai accounting top schedule aset biologis, yaitu suatu kertas kerja yang menunjukkan saldo awal dan saldo akhir akun aset biologis dalam suatu periode tertentu dan supporting schedule aset biologis, yaitu suatu kertas kerja yang memuat rincian atas mutasi akun dalam periode tertentu yang merupakan pendukung accounting top schedule. Hal ini dibutuhkan untuk dapat melihat berapa saldo awal aset biologis, berapa penambahan/pengurangann ya dan berapa saldo akhir aset biologis tersebut. b) Auditor internal memeriksa

apakah setiap penambahan dan pengurangan dari aset biologis dilengkapi dengan supporting document, termasuk otorisasinya. Tidak berbeda dengan pelaksanaan audit internal pengakuan aset biologis, setiap penambahan dan pengurangan aset biologis pada PT X didukung dengan

berita acara yang diotorisasi oleh Region Controller Operation dan Head Research & Agronomy Palm Oil.

c) Internal audtior memeriksa apakah setiap transaksi reklasifikasi ke TM maupun TBM dilengkapi dengan berita acara, dan memastikan semua akun yang berhubungan dengan aset biologis sudah direklasifikasi ke akun yang tepat. Pada langkah ini, auditor internal lebih memfokusnya pemeriksaan terhadap biaya-biaya yang berkaitan langsung dengan aktivitas tanaman, yaitu dengan cara memeriksa Cost Object ID atau kode identitas yang merujuk kepada lokasi dan departemen yang

menikmati atau

menggunakan suatu biaya yang dikeluarkan perusahaan.

d) Auditor internal memeriksa apakah capitalization policy sudah benar dan depreciation policy dijalankan secara konsisten dengan tahun sebelumnya. Untuk memeriksa konsistensi dalam melakukan penyusutan aset biologis, auditor internal memeriksa persentase penyusutan dan memeriksa apakah nilai penyusutan sudah dihitung dengan akurat. Untuk memastikan tarif penyusutan aset biologis tersebut, maka diperlukan bukti yang menunjukkan tarif penyusutan aset biologis. Dalam hal ini akan

170

ditunjukkan pada catatan atas laporan keuangan milik PT X. Auditor internal juga memeriksa berapa besar tanaman menghasilkan di akhir tahun sebelum periode audit kemudian dikalikan tarif penyusutan, ditambah, nilai tanaman menghasilkan yang diangkat di tahun periode audit dikalikan dengan jumlah bulan dalam tahun periode sejak pengangkatan tanaman

menghasilkan dibagi 12 bulan. Hasilnya harus sama dengan pergerakan akumulasi penyusutan dari tahun sebelum dan saat periode audit.

Berikut ini adalah gambar catatan atas laporan

keuangan yang

menunjukkan umur ekonomis tanaman dan persentase penyusutan aset biologis.

Gambar 3.3 Catatan atas laporan Keuangan Langkah-langkah yang

diterapkan oleh auditor internal PT X telah memenuhi unsur E, yaitu Execution dalam siklus audit internal P-E-D-E menurut Valery.

3. Temuan

a) Terdapat biaya pemeliharaan kendaraan

yang beroperasional di kantor regional Pontianak, akan tetapi masuk ke pembebanan kebun, kesalahan ini terjadi karena keliru melihat daftar kepemilikan kendaraan. b) Terdapat biaya pemupukan

TM yang dibebankan ke TBM, kesalahan ini terjadi

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

171 karena keliru memilih

COA.

4. Menyampaikan Temuan Auditor internal PT X menyampaikan temuan tersebut kepada tim Accounting, Auditor internal tidak menyampaikan rekomendasi dengan tujuan agar tim Accounting yang dapat mencari akar permasalahannya dan menemukan solusinya, dalam hal tim Accounting tidak dapat menyelesaikan masalah, maka akan dibahas melalui rapat, ditunjuk notulen, dan dibuatkan MoM dan dateline hingga permasalahan selesai agar temuan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pengendalian internal dan pelaksanaan operasional yang lebih baik. Penyampaian temuan oleh auditor internal PT X telah memenuhi unsur D, yaitu Deliverables dalam siklus audit internal P-E-D-E menurut Valery.

5. Menuntaskan temuan

Setelah temuan disampaikan, dan diberikan tenggang waktu agar temuan dapat diselesaikan, maka auditor internal PT X harus

memastikan bahwa temuan sudah diselesaikan. Dalam kasus ini, maka penyelesaian atas temuan auditor internal sebagai berikut :

a) Terdapat biaya pemeliharaan kendaraan yang beroperasional di kantor regional Pontianak, akan tetapi masuk ke pembebanan kebun, kesalahan ini terjadi karena keliru melihat daftar kepemilikan kendaraan. Penyelesaiannya adalah mereklasifikasi ke akun yang tepat dengan mengurangi pembebanan kebun dan menambah beban kantor regional Pontianak. b) Terdapat biaya

pemeliharaan TM yang dibebankan ke TBM, kesalahan ini terjadi karena keliru memilih COA. Penyelesaiannya adalah mereklasifikasi biaya pemupukan TBM ke TM Penuntasan temuan yang diterapkan oleh auditor internal PT X telah memenuhi unsur E, yaitu Evaluation dalam siklus audit internal P-E-D-E menurut Valery.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di PT X, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. PT X dalam melakukan pengakuan aset biologis berupa tanaman perkebunan telah dilakukan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 16, sedangkan untuk teknisnya, PT X menggunakan nama akun

“Tanaman Belum Menghasikan” atau “Immature Plant” untuk

mencatat tanaman yang belum mampu menghasilkan manfaat bagi perusahaan dan akun

“Tanaman Menghasilkan” atau “Mature Plant” untuk tanaman yang sudah dapat memberikan kontribusi berupa buah kepada perusahaan.

2. Aset biologis berupa tanaman perkebunan pada PT X diukur berdasarkan harga perolehannya yaitu dengan metode biaya karena didasarkan pada pertimbangan bahwa nilai ini lebih terukur

172

sehingga mampu memberikan informasi yang lebih andal. 3. Analisis audit internal atas

pengakuan dan pengukuran aset biologis pada PT X memenuhi nilai- nilai empat tahapan siklus audit internal menurut Valery (2011), yaitu P-E-D-E, Plan, Execution, Deliverables dan Evaluation. 4.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta beberapa kesimpulan pada penelitian ini, saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu: 1. Bagi perusahaan

Prosedur Audit Internal yang sudah ada memang sudah baik karena memenuhi empat tahapan siklus audit internal P-E-D-E menurut Valery dan jelas didukung dengan SOP tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan yang juga memadai membuat pelaksaan audit internal atas pengakuan dan pengukuran aset biologis dapat dilakukan tanpa adanya hambatan yang signifikan. Diharapkan ke dapannya PT X dapat juga menyusun program- program audit lainnya seperti audit sumber daya manusia, apakah kompensasi dan punishment yang sudah ada sudah cukup adil, hal ini untuk meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja sehingga karyawan mampu memberikan kontribusi yang maksimal.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat memberikan gambaran tentang penerapan audit internal atas pangakuan dan pengukuran aset biologis mengacu pada PSAK 69 yang pada saat peneliti melakukan penelitian masih dalam proses penyusunan dan penyempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. (2011). Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Badan Pusat Statistik. (2015). Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama. Diakses dari http://www.bps.go.id.

Deloitte Touche Tohmatsu Limited. (2013). IFRS In Your Pocket. London: The Creative Studio at Deloitte.

Floyd A. Beams dan Partenrs. (2007).

Akuntansi Lanjutan Jilid I. Jakarta: PT Indeks.

Halim, Abdul (2008). Auditing 1 (Dasar- dasar Audit Laporan Keuangan). Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Harahap dan Sofyan Safri. (2011) Teori Akuntansi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Hery. (2012) Pengantar Akuntansi 1. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Hery. (2015). Praktis Menyusun Laporan Keuangan. Jakarta: PT Grasindo. Ikatan Akuntansi Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan 16 Aset Tetap”,

Jakarta: Salemba.

Kompas Cetak. (2015). Pahami Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Diakses dari http://www.nationalgeographic.c o.id.

Laras, Esti. (2012). Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Pelaporan Aset biologis

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

173 (Studi Kasus Pada Koperasi

“M”). Jurnal.

Riska, Dian. (2014). Analisis Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Pada Industri Perkebunan. Jurnal. Rudianto. (2012). Pengantar Akuntansi

Konsep& Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, Danang. (2014). Auditing (Pemeriksaan Akuntansi). Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service). Valery. (2011). Internal Audit. Jakarta:

Erlangga.

Warren, Carl S., Reeve, James M., dan Fess, Philip E. (2006). Pengantar Akuntansi. Edisi dua puluh satu. (penerjemah: Aria Farahmita), Jakarta: Salemba Empat.

Weygandt, Jerry J., Kieso, Donald E., Kimmel, Paul D. (2007). Accounting principles (penerjemah: Ali Akbar Yulianto). Jakarta: Salemba Empat.

Widjaja, Amin. (2012). The Internal Auditing Handbook. Jakarta: Harvarindo.

Yusuf, A. Muri. (2014). Metodologi Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Jakarta

174

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE