• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi yang diterapkan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam Pembinaan Ibadah

Bab V Kesimpulan dan Saran, yang meliputi Kesimpulan dari hasil penelitian dan saran. hasil penelitian dan saran

ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH

A. Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi yang diterapkan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam Pembinaan Ibadah

Sebuah lembaga, atau yayasan agar bisa mencapai segala tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan maka sangat membutuhkan cara atau

metode. Cara atau metode yang dipakai itulah yang disebut dengan strategi. Karena strategi sangatlah dibutuhkan untuk melancarkan program-program yang diterapkan oleh pihak Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.

Peranan komunikator sangatlah diperlukan dalam strategi komunikasi. Karena komunikator ikut menentukan berhasilnya strategi komunikasi. Hal ini sesuai rencana dasar yang dilakukan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan agar pesan tersebut dapat diterima, sehingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan kata lain, strategi komunikasi itu akan berjalan dan berhasil bila ada keterkaitan antara komunikator dan komunikan terhadap pesan yang disampaikan.

Menurut Onong Uchjana, dalam menentukan menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor-faktor-faktor penghambat. Adapun langkah-langkah dalam strategi komunikasi di buku karya Onong Uchjana, yang pertama yaitu55:

1. Mengenali Sasaran Komunikasi 3) Faktor kerangka referensi

Kerangka referansi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari panduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideology, cita-cita dan sebagainya. Dalam situasi komunikasi antarpersonal mudah untuk mengenal kerangka referensi komunikan karena ia hanya satu orang. Jangankan sudah dikenal, tidak

55

Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2007), Cet ke-21. Hal. 36.

dikenal pun mudah menjajaginya, umpamanya dengan menanyakan kepadanya mengenai pekerjaan dan asal daerahnya.

Dalam hal ini, peneliti melihat para pengasuh serta pengurus yayasan yatim piatu Al-barokah mengetahui kerangka referensi yaitu paduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh oleh komunikan yaitu mengetahui masing-masing latar belakang mereka serta keadaan ekonomi yang berbeda-beda, yaitu watak serta cara menghadapi mereka sesuai daerah tempat mereka berasal.

Sebagai contoh untuk anak asuh yang berasal dari bekasi, mereka lebih menyesuaikan tempat serta keadaan dan bahasa, lain dengan anak yang berasal dari flores watak mereka lebih keras untuk dibimbing, sehingga butuh sikap yang lebih dari pengasuh. Dikarenakan dari bahasa, adat serta lingkungan mereka berbeda. Sehingga dengan begitu pengasuh serta pengurus dapat menyampaikan pesan dengan komunikasi dua arah secara timbal balik akan lancar. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:

“Sangat,, sangat sangat diperlukan sekali,, jadi untuk kita lebih tau bagaimana kondisi anak itu bagaimana, kepribadiannya,, karna setiap anak dari latar belakang berbeda dari orang tua yang berbeda dan pasti juga dari ekonomi yang pastinya akan

berbeda sekali.,,”56

56

Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.

4) Faktor situasi dan kondisi

Yang dimaksudkan dengan situasi disini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, situasi komunikasi yang biasanya terjadi, ketika suasana ramai oleh kegaduhan anak-anak ketika belajar sehingga agak mengganggu konsentrasi anak-anak yang lain dalam menghafal. Sehingga bagi pengurus mengeluarkan suara yang lebih keras, sehingga anak-anak asuh yang lain menaruh perhatiannya kembali pada pelajaran.

Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi di sini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah, sedih, bingung, atau sakit. Berdasarkan petikan wawancara bersama Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:

“Biasanya, masalah yang umum dihadapi anak yatim, kurang percaya diri, tidak konsentrasi belajar, stress karena ditinggal orang tua, malas dan sebagainya. Dan akhirnya mereka kurang betah buat tinggal di sini deh.,,”57

57

Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.

Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh anak yatim piatu Al-Barokah biasanya berupa masalah prilaku yang dikhawatirkan akan menggangu perkembangan serta belajarnya, sedih karna tidak lagi mempunyai seorang ayah atau ibu, sehingga mengakibatkan tidak konsentransi dalam belajar, masalah dengan temannya dan akhirnya mereka tidak betah untuk tinggal di asrama.

2. Pemilihan Media Komunikasi

Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Dalam hal ini, Yayasan menyediakan buku-buku tentang kumpulan hadits-hadits yang akan dihafalkan serta dipraktekkan oleh anak asuh selain itu panduan beribadah sholat dengan baik dan benar. Melalui media tulisan atau cetakan tersebut dapat dikaji berulang-ulang dan dipergunakan oleh pengurus dalam mengajarkan kepada anak asuh. Ini sesuai dengan tujuan serta teknik komunikasi yang digunakan, yaitu bertujuan agar anak asuh dapat merubah sikap serta perilaku dalam beribadah sehingga mereka faham dan benar dalam tata cara beribadah. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:

“.,,, selain itu ada ustadnya yang mendukung karna gurunya juga

semangat gitu mengajarnya,, media belajarnya seperti Al-Qur’an,

kitab, buku-buku yang memadai dipenuhi oleh yayasan,,”.58 3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu, ini menetukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, persuasi, atau teknik instruksi. Apapun tekniknya, pertama-tama komunikasi harus mengerti pesan komunikasi itu.

Mengenai pesan yang disampaikan, materi yang diberikan oleh pengurus ibadah dapat dipahami oleh anak-anak asuh. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:

“,,yah programnya ada macem-macem yang pertama mungkin,,, ibadah yang pastinya,, terus yang kedua ada pendalaman materi agama,, salah satunya ngaji, terus majlis taklim hemm,, hafalan

juga bisa seperti itu.,”.59

Dari penjelasan materi agama dan tata cara sholat, mereka dapat menjalankannya serta mempraktekkannya. Selain itu, teknik komunikasi yang digunakan yaitu informatif yaitu agar anak asuh mengerti dan tahu, dan persuasif yaitu agar anak asuh patuh serta dapat menjalankan suatu perbuatan atau kegiatan yang diberikan oleh pengurus ibadah.

58

Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.

59

4. Peranan Komunikator dalam Komunikasi a. Daya tarik sumber

Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan lain perkataan, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator.

Berdasarkan pengamatan, pengurus mempunyai peranan penting dalam keberhasilan anak asuh, ini ditandai dengan semangat guru dalam memberikan pemahaman kepada si anak, sehingga dapat mendukung pesan yang akan disampaikan. Selain itu si anak dapat sedikit demi sedikit merubah perilakunya karena dorongan dari gurunya itu sendiri.

b. Kredibilitas sumber

Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Ini diterapkan oleh pihak Yayasan dalam strategi konseling, yaitu upaya atau suatu cara pemberian nasehat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran melalui interaksi antara dua orang yaitu pengurus dan anak asuh yang sedang mengalami suatu

masalah yang dihadapi dengan memberikan jalan keluar terhadap masalah individu, sehingga masalah itu dapat teratasi.

Dalam hal ini, masalah yang umum dihadapi anak yatim berupa masalah perilaku yang dapat mengganggu perkembangan diri serta belajar anak, semua ini dilakukan melalui motivasi bersama yaitu dengan memberikan nasihat kepada masing-masing anak asuh.

Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap empatik (empaty), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan kata lain perkataan, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seorang komunikator harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa dan sebagainya.

Berikut ini adalah strategi yang digunakan pihak Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam membina ibadah para anak asuhnya, strategi komunikasi ini dilakukan oleh para pengurus ibadah untuk anak asuh ini di koordinatori oleh Ustad Faqihuddin, dan para pengurus ibadah lainnya yaitu H. Tabrani S.Ag, Tamali, Siti Barkah S.Ag dan Maria Ulfah. Strategi komunikasi ini dilakukan dengan beberapa strategi yang diterapkan oleh anak asuh60:

60

Wawancara Pribadi dengan Samsul Hadi, Kepala Sekolah Mts Yatim Piatu Al-Barokah, Bekasi 12 April 2011.

1. Strategi Mengenal Komunikan

Dalam mengenal anak asuh, strategi ini sangatlah diperlukan dalam pembinaan. Di karenakan masing-masing anak asuh berasal dari latar belakang keluarga dan kepribadian yang berbeda-beda. Diantaranya anak asuh yang salah satu orang tuanya sudah tiada serta anak yang kurang mampu. Sebagai contoh dalam hal pembinaan, anak asuh yang berasal dari Flores Nusa Tenggara Timur pembinaannya lebih ditekankan serta dikhususkan karena pada anak tersebut lebih bersifat temperamental. Ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Faqihuddin selaku pengurus ibadah Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah:

“,,,,yang pertama, strategi mengenal anak asuh disini, seperti kita mengenalnya dengan latar belakang keluarga mereka yang berasal dari beberapa daerah misalnya anak asuh yang berasal dari flores, cara menghadapinya sangatlah berbeda lebih ditekankan dikarenakan lebih temperamental, dengan mengetahui semua itu, kita bisa tahu IQ mereka masing-masing. Tentang latar belakangnya yang berbeda,, perbedaannya mungkin,, klo dari jawa itu lebih ke diam, ga bisa ngomong, atau minder pokoknya wataknya lebih tertutup atau ga berani gitu.. sedangkan klo dari bekasi sendiri karna dari sini gitu udah biasa ngomong, lebih menyesuaikan karna dari daerah sini,, dan klo dari lampung atau flores itu lebih keras lagi dia,, wataknya dan kadang untuk di bilangin juga ga sekali dua kali,,”61

2. Strategi Konseling

Konseling yaitu suatu proses interaksi yang terjadi antara dua orang atau individu yang disebut konselor dan klien, atau terjadi dalam situasi pribadi (professional), serta dibina sebagai suatu cara untuk

61

Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.

memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku klien, sehingga ia memperoleh keputusan yang memuaskan kebutuhannya.62 Sedangkan tujuan dari konseling dalam Islam, yaitu untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (Muthmainah), bersikap lapang dada (Radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (Mardhiyah).63

Strategi konseling yaitu suatu cara pemberian nasehat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran melalui interaksi antara dua orang yaitu pengurus dan anak asuh yang sedang mengalami suatu masalah yang dihadapi dengan memberikan jalan keluar terhadap masalah individu, sehingga masalah itu dapat teratasi.

Dalam hal ini, masalah yang umum dihadapi anak yatim berupa masalah perilaku yang dapat mengganggu perkembangan diri anak tersebut, diantaranya: kurangnya percaya diri, tidak konsentrasi belajar, ,malas dan sebagainya.64 Sehingga mereka menimbulkan masalah seperti, tidak betah untuk tinggal di lingkungan asrama, berkelahi dengan temannya. Ini dikarnakan perasaan mereka yang belum terima bahwa mereka sudah ditinggal oleh orang tua yaitu ayah atau ibu mereka, Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:

62

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling : Suatu Uraian Ringkas (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), Cet. Ke-1, h. 14.

63

M. Hamdani Bakran Adz-dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode Sufistik. h. 220.

64

Wawancara Pribadi dengan Armelia Sri Wulandari, Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.

“Strategi Konseling,, iyaa,,apa namanya,,hemm anak kita panggil saja satu anak satu persatu klo ada masalah kita Tanya bagaimana masalahnya yah begitu,,, kadang klo anak ada masalahnya aja, yah tapi ga menentu satu minggu sekali tapi kadang juga klo banyak yang anak mempunyai masalah yahhh lebih sering lagi kita menanganinya,, ini dilakukan untuk pemberian motivasi, anjuran, nasehat seperti masalah umum yang dihadapi sihh:,,,,,,,. 65

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, pengurus saling memberikan bimbingan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak asuh, dengan menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri anak asuh sehingga muncul dan berkembang rasa ingin keinginan untuk berbuat taat kepada Allah SWT dengan beribadah kepada-Nya, sekaligus memberikan nasihat agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.66 3. Strategi menentukan metode

Selanjutnya strategi yang terakhir yaitu menentukan materi dengan metode yang digunakan, ini dilakukan agar terwujudnya suatu perubahan kepada anak tersebut ke arah yang lebih baik lagi. Berdasarkan penelitian yang diamati, metode yang dilakukan dalam pembinaan ibadah terhadap anak asuh yaitu:

a. Metode Hafalan

Metode hafalan adalah suatu cara yang digunakan oleh para pengajar dalam hal pembinaan ibadahnya. Seperti bagaimana anak dapat menghafal setiap bacaan shalat dan menerapkannya dalam ibadah shalatnya sehari-hari. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh

65

Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011.

66

Pengamatan Observasi, Tentang Penerapan Strategi Konseling, di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah, 12 April 2011.

Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dai wawancara dengan beliau:

“Strategi selanjutnya yaitu,, metode yang akan digunakan menentukan materi , yaitu melalui metode hafalan, metode ini dilakukan seminggu dua kali, hafalan itu,, tergantung tingkatan anak-anak itu, sesuai Tsanawiyah apa,, Aliyah,, biasanya hafalan juz’ama teruss surat: Al-Waqi’ah, Yasin

dan Al-Mulk., dan lain-lain deh,,67

Dalam metode ini, pengurus ibadah menentukan materi dari surat-surat yang akan dihafalkan kepada anak-anak, seperti

juz’ama, hadits, serta surat-surat panjang seperti surat Al-Waqi’ah,

surat Yasin, surat Al-Mulk dan lain-lain, setelah itu anak-anak mulai menghafal dengan masing-masing surat yang ditentukan. Setelah dihafalkan oleh anak asuh dan hafalan tersebut harus disetorkan kepada para Pengurus dalam jangka waktu yang ditentukan.

Adapun waktu pelaksanaannya yaitu dilakukan seminggu dua kali dalam menyetorkan hafalan, yaitu pada hari senin, selasa dan rabu, dengan menyetorkan secara bergilir berdasarkan tingkat pendidikan mereka, Yaitu sebagai berikut:

1) Tingkat Madrasah Tsanawiyah

Untuk kelas Tsanawiyah pengurus membagi dua kelompok, kelas satu dan kelas dua. Adapun hafalan yang wajib

67

Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011.

dihafalkan yaitu meliputi hafalan juz’ama, ratibul hadad,

hadits-hadits pendek, 2) Tingkat Madrasah Aliyah

Sementara surat yang wajib dihafalkan oleh mereka yaitu: surat Al-Waqi’ah, surat Yasin, surat Al-Mulk serta Juz’ama.

Berdasarkan kegiatan hafalan yang dilakukan oleh anak asuh yang penulis amati dilapangan, pada dasarnya penyetoran hafalan surat-surat yang terjadi dilakukan dengan pola kelompok . dalam masing-masing kelompok tersebut, anak asuh meyetorkan hafalan kepada pengurus dengan waktu dan hari yang ditentukan yaitu hari rabu dan kamis atau secara bergilir tergantung siap atau tidaknya anak tersebut untuk menyetorkan hafalannya.

Dalam tahap awal kegiatan ini, pengurus ibadah memberikan semacam materi yang disampaikan kepada anak-anak dengan mengenalkan bagaimana cara untuk beribadah dengan baik, dengan kata lain mengenalkan materi yang dianggap mudah terlebih dahulu, setelah itu pengurus menekankan anak untuk mengucapkan berulang-ulang diselingi dengan melihat buku yang menjadi rujukannya untuk menghafal. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:

“Yang pertama kita mengenalkan materi yang lebih mudah

berulang-ulang lalu dia sambil melihat buku lalu dia langsung

hafalan gitu,,,”.68 b. Metode Pembiasaan Diri

Dalam hal ini, metode yang dipakai yaitu metode pembiasaan diri yaitu suatu pendekatan yang berusaha memberikan kesempatan kepada anak asuh agar senantiasa dapat mengamalkan ajaran agamanya. Cara ini dilakukan bertujuan agar anak tersebut dapat mempraktekkan materi yang telah disampaikan oleh pengurus sekaligus guru yang menangani bidang ibadah anak asuh, baik ketika masih berada di asrama maupun ketika keluar nanti. Hal ini sesuai hasil kutipan yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin:

“hemm,, dalam hal sholat baik itu sholat jama’ah maupun

sholat sunnah,, disini kita lebih membiasakan kepada mereka dengan gerakan serta bacaan supaya mereka dapat mempraktekkan sehari-hari baik masih disini maupun pas

keluar nanti,,,”.69

Dengan itu anak asuh mempraktekkan ibadah-ibadah yang sudah diajarkan oleh pengurus ibadah yaitu pelaksanaan sholat dhuha, sholat tahajjud serta sholat sunnah qabliyyah dan ba’diyyah

ini dimaksudkan untuk dipraktekkan dalam keseharian mereka.

B. Penerapan Strategi komunikasi dalam Pembinaan Ibadah terhadap