STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN
IBADAH TERHADAP ANAK ASUH YAYASAN
YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH PONDOK
GEDE BEKASI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Farhah Khairiyah
NIM: 107051002805
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 15 Juni 2011
Farhah Khairiyah
ABSTRAK
Farhah Khairiyah107051002805
Strategi Komunikasi Dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi
Pembinaan ibadah sangatlah diperlukan, mengingat zaman sekarang ini, merosotnya tingkat atau nilai-nilai agama yang dimiliki oleh anak, dikarnakan perkembangan zaman yang sudah sangat maju, sehingga bisa menyebabkan anak terjerumus kearah yang tidak baik, terlebih lagi kepada anak yatim yang tidak mempunyai seorang ayah/ibu untuk mendidik serta membimbing mereka agar mereka berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama. Dengan itu perlu adanya upaya pembinaan ibadah kepada anak yatim melalui kegiatan pembinaan ibadah yang intensif, guna menolong batin mereka dari kesusahan serta keguncangan yang terjadi di diri masing-masing untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup terhadap diri mereka.
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah merupakan lembaga yang mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas anak-anak asuh dengan peningkatan ibadah, kemandirian maupun kemampuan daya saing dengan anak seusianya dikala mereka sudah keluar dari yayasan yatim tersebut. Dalam hal ini diperlukan suatu strategi untuk mencapai suatu tujuan yang maksimal yaitu pembinaan ibadah serta pentingnya suatu strategi komunikasi yang diterapkan oleh Yayasan tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi dalam pembinaan ibadah serta faktor pendukung dan penghambat apa saja dalam pembinaan ibadah di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan analisis deskriptif, analisis terhadap strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam pembinaan ibadah terhadap anak asuh, penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh melalui, pengamatan, wawancara dan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data tentang langkah-langkah penyusunan strategi komunikasi serta penerapan dalam pembinaan ibadah terhadap anak asuh Yayasan Al-Barokah, ini terbukti dengan adanya, kegiatan serta tugas yang diberikan berkaitan dengan pembinaan ibadah dalam meningkatkan ibadah serta memperbaiki sifat anak asuh melalui strategi konseling dan penngenalan karakter masing-masing anak asuh. Namun disisi lain hambat an komunikasi yaitu kurangnya kesadaran pada diri anak asuh dalam menjalani kegiatan ibadah dengan tugas yang diberikan oleh pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah sehingga menghambat pembinaan secara maksimal.
DAFTAR ISI
ABSTRAK……….………..…i
KATA PENGANTAR………..……….….ii
DAFTAR ISI……….……….…………v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..…….………1
B. Batasan dan Rumusan Masalah………...….……6
C. Tujuan Penelitian……….…..….…….7
D. Manfaat Penelitian………..….……7
E. Tinjauan Pustaka………..………8
F. Metodologi Penelitian………..…9
G. Sistematika Penulisan……….………16
BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi Komunikasi………..……….…17
1. Pengertian Strategi………..……….17
2. Tahapan-tahapan Strategi……….………19
3. Pengertian Komunikasi………21
4. Pengertian Strategi Komunikasi…………..……….22
5. Langkah-langkah Strategi Komunikasi………24
6. Fungsi Strategi Komunikasi……….………31
B. Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh………...…32
1. Pengertian Pembinaan………...………….…..…32 2. Pengertian Ibadah………..…..……….…34
3. Bentuk-bentuk Ibadah……….……….36
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah…….39
B. Visi, Misi dan Tujuan………...…..44
C. Program Kegiatan………...44
D. Sarana dan Struktur Organisasi……….….49
E. Program Pembinaan Ibadah………...……52
BAB IV ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH A. Langkah-langkah Penyusunan Strategi Komunikasi Yang diterapkan Oleh Yayasan Al-Barokah…………..………...56
B. Penerapan Strategi Komunikasi Dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh……….………..70
C. Faktor Pendukung dan Penghambat yang dimiliki Oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah………...…………....75
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan……….……..….…77
B. Saran-saran……….…79
DAFTAR PUSTAKA……….……….………….80
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan bagian
terpenting dari kehidupan manusia. Adanya komunikasi yang terjalin dengan
harmonis merupakan keadaan yang sangat didambakan oleh setiap keluarga.
Terjalinnya hubungan baik dalam keluarga dipengaruhi oleh pendidikan, kasih
sayang, bimbingan terhadap nilai keagamaan dan lain-lain.
Setiap anak yang lahir, ia berhak mendapat pengasuhan dan
pendidikan dari orang tua ataupun seorang pengasuh tentang pembinaan
ibadah. Sosok pengasuh disini, sangat dibutuhkan oleh seorang anak, jika
mereka tidak memiliki orang tua yang mendidik dan memberikan pengajaran
kepadanya. Karena dalam Islam setiap anak Adam berhak mendapat
pengasuhan dan pendidikan dan dipandang suci dan mulia.
Fungsi yang sangat penting sebagai seorang pengasuh yaitu
berkomunikasi dalam menanamkan serta membina keagamaan yang baik bagi
anak-anak asuhnya, dalam hal ini yayasan. Yayasan Islam sesuai dengan
fungsinya sebagai lembaga pendidikan, tempat untuk mempelajari,
mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang
menerapkan pentingnya moral keagamaan.1
Perkembangan seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan
dimana ia tinggal. Tanpa masyarakat, kepribadian seorang individu tidak dapat
1
berkembang demikian pula halnya dengan aspek moral pada anak. Seorang
anak asuh yang tinggal disebuah yayasan tidak akan merasakan kasih sayang
dan bimbingan dari orang tuanya sebagai panutan yang dicontoh oleh anak
tersebut. Dengan demikian perlu disadari bahwa peranan seorang pengasuh
sangat penting sebagai teladan yang dapat dicontoh oleh anak asuhnya, karena
otomatis anak asuh akan selalu berinteraksi dengan pengasuhnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana layaknya lembaga pendidikan, pendidikan pesantren
yang diterapkan disuatu yayasan juga mempunyai tujuan yang jelas.
Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan suatu pendidikan fikih-sufistik
yang lebih mengedepankan moralitas/akhlak keagamaan demi kepentingan
hidup akhirat.2 Selain itu, suatu yayasan pendidikan Islam dituntut
memberikan pembinaan ibadah terhadap anak asuhnya (santri) sejak sedini
mungkin.
Pembinaan ibadah sangatlah diperlukan, mengingat zaman sekarang
ini, merosotnya tingkat atau nilai-nilai agama yang dimiliki oleh anak,
dikarnakan perkembangan zaman yang sudah sangat maju, dimana anak
sangat dimanjakan oleh arus teknologi, media dan hiburan-hiburan yang
sifatnya melemahkan dan membuat orang lupa, sehingga bisa menyebabkan
anak terjerumus kearah yang tidak baik, terlebih lagi kepada anak yatim yang
tidak mempunyai seorang ayah untuk mendidik serta membimbing mereka
agar mereka berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama.
2
Islam sebagai suatu agama mengajarkan pemeluknya agar peduli
terhadap fenomena lingkungannya. Manusia sendiri dalam perspektif Islam
merupakan makhluk sosial yang antara yang satu dengan yang lainnya harus
saling tolong-menolong termasuk terhadap anak yatim.
Dalam menyantuni anak-anak yatim tidak saja memenuhi kebutuhan
jasmaniahnya saja, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, tetapi juga
memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwa (rasa aman, harga diri, pengembangan
bakat), sosial (dikasihi, mengasihi, pergaulan), dan keruhanian (agama,
ibadah, dan sebagainya), serta menyelenggarakan pendidikan (dan
ketrampilan) bagi mereka.3
Dalam kebutuhan keruhanian, ibadah dapat membuat seorang hamba
akan selalu dekat dengan Tuhannya, bahkan ibadah dapat menolong batinnya
dari kesusahan. Banyak hal yang dapat dipetik dari ibadah. Dari segi sosial,
ibadah merupakan pengakuan akidah setiap anggota masyarakat dan kekuatan
jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan umat Islam.
Dalam hal ini, seorang anak asuh yaitu anak yatim dengan meninggalnya
seorang ayah sebagai pelindung dan pencari nafkah keluarga, demikian pula
kematian ibu sebagai sumber kasih sayang, apalagi kematian keduanya, jelas
akan menimbulkan guncangan pada anak-anak yang ditinggalkan. Merekapun
akan mengalami frustasi atas beberapa kebutuhan, menghayati rasa tak aman,
hampa dan kehilangan kasih sayang, karena merasa kehilangan tokoh panutan
dalam membentuk kepribadian mereka.
3
Dalam kondisi tersebut, perlu adanya upaya pembinaan ibadah kepada
anak yatim melalui kegiatan pembinaan ibadah yang intensif. Guna menolong
batin mereka dari kesusahan serta keguncangan yang terjadi di diri
masing-masing untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup terhadap diri
mereka.
Dalam memenuhi kebutuhan keruhanian, dalam hal ini pembinaan
ibadah, agama Islam tidak hanya menganjurkan kepada perorangan saja ,tetapi
juga kepada suatu yayasan. Pada saat ini lembaga yang mengedepankan
organisasi sosial kemasyarakatan dengan mempunyai anak-anak asuh tumbuh
menjamur dalam berbagai bentuk, seperti salah satunya adalah yayasan yatim
piatu Islam al-barokah yang merupakan lembaga yang mempunyai perhatian
terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas anak asuh yang dapat
menyejajarkan diri dengan anak-anak non-yatim sebayanya, dengan
peningkatan spiritual, keterampilan, kemandirian maupun kemampuan daya
saing dengan anak seusianya dikala mereka sudah keluar dari yayasan yatim
tersebut. Ia juga merupakan sebuah lembaga yang professional dan amanah
dalam mengasuh, membina, mendidik, menggembangkan potensi anak yatim
demi menghantarkan mereka menjadi anak yang mandiri.
Untuk menjalankan pembinaan ibadah ini dibutuhkan perencanaan,
saluran komunikasi yang tepat, metode serta evaluasi yang tepat sehingga
dapat dijalankan dengan efektif. Dalam hal ini, strategi digunakan untuk
mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai
tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak
Strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
komunikasi ini harus mampu menunjukkan operasionalnya secara praktis
harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bias berbeda
sewaktu-sewaktu bergantung pada situasi dan kondisi.
Hal yang menarik dari yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah yang
telah lama berdiri, banyak membuat perubahan pada masyarakat sekitar,
diantaranya dalam bidang keagamaan. Sehingga kehidupan sehari-hari
diwarnai oleh nilai-nilai keagamaan. Selain itu, yayasan yatim piatu ini selain
mempunyai peranan penting sebagai media untuk memberikan pembinaan
ibadah terhadap anak asuhnya, strategi komunikasi yang lakukan oleh yayasan
melalui kegiatan atau program dengan memberikan bimbingan dan pendidikan
dalam pembinaan ibadah sedini mungkin.
Berdasarkan latar belakang di atas dan mengingat pentingnya sebuah
lembaga yang harus memiliki suatu strategi untuk memberikan atmosfir yang
baik kepada anak asuhnya, agar mereka dapat menjadi pribadi yang baik serta
menjunjung nilai-nilai keagamaan dalam hal ini tentang ibadah kepada Allah
SWT. Hal ini yang membuat penulis tertarik mengambil penelitian di Yayasan
Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi, dengan mengangkat
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah peneliti dalam membuat skripsi ini, maka perlu
adanya pembatasan masalah, maka masalah yang akan diteliti oleh penulis
adalah Strategi komunikasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi.
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskannya pada pelaksanaan
Ibadah Khasshah juga bisa disebut dengan ibadah mahdhah yang artinya
hubungan manusia dengan Tuhannya yaitu Allah SWT, yang bersifat ritual
(peribadatan), yaitu ibadah harian meliputi shalat berjama’ah, shalat fardhu dan shalat sunnah. Pilihan ini dikarenakan, ibadah-tersebut merupakan ibadah
sehari-hari yang dapat dengan mudah peneliti lihat dan amati saat observasi.
2. Rumusan Masalah
Dengan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
a. Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi
dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh?
b. Bagaimana Penerapan Strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu
Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah
Terhadap Anak Asuh?
c. Faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dimiliki
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam
Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.
2. Untuk mengetahui Penerapan Strategi komunikasi Yayasan Yatim
Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah
Terhadap Anak Asuh
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja
yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede
Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya kajian
mengenai strategi komunikasi dalam hal mengetahui Pembinaan
ibadah anak yatim yang di asuh untuk kepentingan saat ini dan
selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Dapat menjadi bahan masukan bagi pengurus yayasan atau
lembaga mengenai strategi berkomunikasi dalam hal Pembinaan
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan
kepustakaan di perpustakaan yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
maupun di Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menemukan dari saudara Suhardin M 4, ia meneliti tentang strategi
komunikasi organisasi PT.TKI Jalur Nugraha Eka Kurir dengan meneliti
usaha dalam membina para pegawainya dan bukan keanggotaan lainnya dalam
pembinaan mental keagamaan.
Selanjutnya dari saudari Iin Nurhayati 5, penelitiannya berisi tentang
strategi komunikasi yang dilihat dari pemberdayaan anak asuhnya di Yayasan
Masjid Jami Bintaro Jaya. Selain itu, dari saudari Nia Ekawati 6,
penelitiannya berisi tentang pola komunikasi antara ibu dan anak dalam
menanamkan nilai-nilai agama bagi anak kandungnya yang prasekolah di
Asrama Suku Dinas Pemadam Kebakaran.
Dikarenakan belum adanya menganalisa tentang strategi komunikasi
dan usaha-usaha yang dilakukan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah
tersebut di atas untuk memberikan Pembinaan ibadah terhadap anak asuhnya
khususnya terhadap anak yatim. Maka penulis tertarik untuk meneliti judul
tersebut, karena di indonesia banyak sekali yayasan yang menjadi wadah bagi
anak-anak yatim dalam menyampaikan pendidikan agama.
4
Suhardin M, “Strategi Komunikasi Organisasi Dalam Pembinaan Mental Keagamaan Pegawai PT.TKI Jalur Nugraha Eka Kurir,”(Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 6.
5Iin Nurhayati, “
Strategi Panti Asuhan Baiturrahman Dalam Pemberdayaan Anak Asuh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 10.
6Nia Ekawati, “
Pola Komunikasi Ibu dan Anak Dalam Penanaman Ninai-nilai Keagamaan Pada Anak Usia Prasekolah di Asrama Suku Dinas Pemadam Kebakaran,” (Skripsi S1 Fakultas
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Pendekatan
Dalam melakukan penyusunan penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan pada prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Yaitu
berdasarkan data-data yang diperoleh dan sumber-sumber tertulis
mengenai pokok masalah yang akan dikaji. Sedangkan tipe penelitian
ini menggunakan tipe deskripsi kualitatif, di mana peneliti
mendeskripsikan atau menggambarkan sifat atau karakteristik individu,
keadaan, gejala, kelompok tertentu atau frekuensi adanya hubungan
tertentu dalam suatu masyarakat atau populasi organisme.
Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat
diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi,
dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan
dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis
maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan
informasi-informasi dalam situasi sawajarnya, untuk dirumuskan
menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat
manusia.8
7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rodakarya, 2000) h. 3.
8
Dalam penelitian ini penulis ingin menggambarkan bagaimana
Strategi komunikasi organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah
dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif yaitu
metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara langsung). Tujuan utama
menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk menggambarkan sifat
suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan,
dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.9
Selain itu penelitian deskriptif ditujukan untuk data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal
ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu,
semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti.10
Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah
menguraikan, memaparkan dan menggambarkan serinci mungkin
strategi komunikasi pada pembinaan ibadah oleh anak asuh di Yayasan
yatim piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi.
9
Consuelo G. Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), 2006), cet. 1. Hal. 71.
10
3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan yatim piatu Islam
Al-Barokah yang beralamat di jalan raya Jatimakmur, Kelurahan
Jatimakmur Kecamatan Pondok Gede Bekasi.
b. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini demi mendapatkan data yang
akurat dari subjek penelitian, maka Penelitian ini dilakukan pada bulan
Maret hingga bulan Mei 2011.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Yayasan yatim piatu Islam
Al-Barokah Pondok Gede Bekasi. Dan Objek dalam penelitian yaitu
Strategi komunikasi Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah untuk
memberikan Pembinaan Ibadah terhadap anak asuhnya, yaitu semua
pihak yang terlibat dalam memberikan informasi tentang strategi
komunikasi di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah tersebut.
5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik
triangulasi. Teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.11Teknik
11
triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap
sumber lain.
Dalam hal ini penulis menggunakan santri sebagai anak asuh di
Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah sebagai sumber pengecekan
keabsahan data yang penulis terima dari pembimbing atau pengurus
ibadah mengenai pembinaan ibadah bagi anak asuh tersebut.
6. Sumber Data
Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh
melalui hasil observasi dan wawancara.
b. Data Sekunder
Data pendukung yang diperoleh dari buku, dan berbagai literatur
lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.
7. Instrumen dan Alat Bantu
Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih
banyak bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrument
penelitian, peneliti dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil
keputusan.12 Namun demikian penulis memerlukan alat bantu dalam
melakukan kegiatan pengumpulan dan pencatatan data. Alat bantu
12
tersebut antara lain pedoman wawancara, alat perekam (tape recorder),
dan catatan lapangan.
Pedoman wawancara merupakan format wawancara terstruktur
dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai
dengan masalah penelitian. Jawaban dari setiap pertanyaan dalam
pedoman wawancara terekam dengan menggunakan alat bantu tape
recorder untuk merekam hasil wawancara memerlukan persetujuan
dari subjek penelitian yang diwawancarai. Sedang catatan lapangan
untuk membantunya mencatat pengamatan lapangan dan membantu
penulis ketika menganalisis data.13
8. Teknik Pengumpulan Data
Adapun cara untuk mengumpulkan data-data, penulis
menggunakan cara sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yang dilakukan penulis untuk mendapatkan data
mengenai strategi komunikasi dan Pembinaan Ibadah anak asuh yaitu
tentang langkah-langkah strategi komunikasi yang dilakukan oleh
Yayasan dalam membina ibadah anak asuh serta penerapan strategi
komunikasi tersebut.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu proses Tanya jawab lisan, dimana dua
orang atau lebih berhadapan fisik (face to face). Dalam hal ini, peneliti
13
mengumpulkan data dengan wawancara langsung dengan narasumber,
dengan mempersiapkan sejumlah pertanyaan yang terstruktur, sesuai
dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan topik permasalahan.
Peneliti mewawancarai diantaranya yaitu: Kepala Sekolah MTs Yatim
Piatu Al-Barokah mengenai program ibadah yang diterapkan Yayasan,
yaitu Bapak Samsul Hadi. Tata Usaha MTs Yatim Piatu Al-Barokah
yaitu Bapak Nasrun tentang data seluruh anak asuh. Pengurus bagian
ibadah anak asuh yaitu Bapak Faqihuddin tentang strategi komunikasi
yang dilakukan tentang pembinaan ibadah anak asuh. Serta beberapa
anak asuh yaitu, Armelia Sri Wulandari, Nurdin Salim dan yang
terakhir Diana Punky tentang data diri mereka.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menginfestasi
dokumen-dokumen yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang di teliti.
Peneliti mencari data/informasi tambahan melalui buku, internet dan
lain-lain untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan
penelitian.
9. Teknik Pengolahan Data
Sedangkan pengolahan data digunakan adalah pendekatan
analisis kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif analisis
yaitu menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
faktor-faktor, sifat serta hubungan fenomena dengan yang diteliti.
10.Teknik Analisa Data
Maksud dari Analisis data yaitu proses pengumpulan data dan
mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokan data. Mohammad
Nasir mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat
penting dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat
diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.14
Dalam proses analisis data penulis menelaah semua sumber
data yang tersedia, yang bersumber dari hasil wawancara dengan
beberapa pihak staf, pengurus ibadah santri (anak asuh) dan anak asuh,
selain itu di analisis dengan menggunakan teori langkah-langkah
strategi komunikasi menurut Onong Uchjana. Pada tahap akhir dari
analisis data ini penulis mengecek keabsahan data yang ada, agar
menghasilkan data-data yang konkrit tentang strategi komunikasi yang
dilakukan yayasan yatim piatu Islam al-barokah tentang pembinaan
ibadah terhadap anak asuh.
11. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman kepada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) yang
disusun oleh tim penulis UIN Jakarta dan diterbitkan oleh CeQDA
UIN Jakarta pada tahun 2007. Cet. Ke-2.
14
G. Sistematika Penulisan
Tulisan ini dibagi menjadi 5 (lima) bab secara rinci sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Landasan Teori, yang meliputi Strategi Komunikasi, yang terdiri dari langkah-langkah strategi komunikasi, fungsi strategi
komunikasi, Pembinaan Ibadah dan pengertian Anak Asuh.
Bab III Gambaran Umum Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, yang meliputi Sejarah Singkat Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah,
Visi dan Misi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, Program Kegiatan
dan Struktur Organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.
Bab IV Analisis Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah, yang meliputi Langkah-langkah Penyusunan Strategi Komunikasi yang
diterapkan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, penerapan
Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah, serta Faktor-faktor
pendukung dan penghambat yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam
Al-Barokah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi
Pengertian strategi menurut Hari Murti Kridalaksana, dalam
bukunya Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, yang mengungkapkan
bahwa: ”Strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaa dan akal atau budi daya”.15 Strategi dalam segala hal digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai
tanpa strategi, karena tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena
pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari
strategi.
Sedangkan pengertian strategi secara istilah, sebagaimana
dikatakan oleh Onong Uchjana dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek :
Selain itu strategi komunikasi menurut Din Syamsuddin dalam
bukunya Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani,
mengandung arti diantaranya:
a. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.
b. Seni dalam menyiasati pelaksaan rencana atau program untuk
mencapai tujuan.
c. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan
fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
istilah strategi, “Seni atau ilmu untuk menggunakan sumber daya
untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu.”18
Selain itu, dalam bukunya Strategi Pembangunan Indonesia
dan Pembangunan Dalam Islam, Syarif Usman mengatakan:
“Strategi sebagai kebijaksanaan menggerakkan dan membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya, dan
kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan
kebahagiaan”.19
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, penulis
menyimpulkan bahwa strategi yaitu upaya atau usaha dalam
melakukan sebuah tujuan guna mencapai keberhasilan, dengan
memanfaatkan serta menyesuaikan sumber daya yang ada, baik itu
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), h. 199.
19
Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam
kekuatan, daya dan kemampuan sehingga tujuan dan sasaran akan
tercapai.
2. Tahapan-Tahapan Strategi
Di dalam sebuah strategi, diperlukan adanya beberapa tahapan
dalam menjalankan sebuah strategi, diantaranya, yaitu20:
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan
strategi yang dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah
pengembangan tujuan, mengenai dan ancaman eksternal,
menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu
objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi
untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan
suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau
melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.
b. Implementasi Strategi
Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah
ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi
yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang
telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari
unit, tingkat dan anggota organisasi. Dalam pelaksaan strategi,
maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi
impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu
20
pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan
melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme
kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan
organisasi.
c. Evaluasi Strategi
Tahap yang terakhir dari menyusun strategi adalah evaluasi
strategi. Evaluasi strategi sangat diperlukan karena keberhasilan
yang dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan
berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan
dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat
diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah
dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi
strategi, yakni :
1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi
dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu
hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor
internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil
implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil
yang akan dicapai.
2) Mengukur prestasi (membandingkan dengan kenyataan).
Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan
dari rencana, mengevaluasi prestasi individual, dan menyimak
kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang
diukur dan mudah dibuktikan, criteria yang meramalkan hasil
lebih penting daripada criteria yang mengungkapkan yang
terjadi.
3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi
sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa
strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan
strategi yang baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan
atau hasil tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan semula
atau pencapaian yang diharapkan.
3. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa kata
communicatio (Latin) bersumber dari kata dasar communis yang
berarti “sama”.21
Selain itu komunikasi yaitu:
“Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lainnya, atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi, mengenai pikiran, dan perasaan-perasaan”.22
Secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian
sesuatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pertanyaan
itu jelas komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang
menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, “,,yang terlibat dalam
komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang
dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia, yang sering juga
disebut komunikasi sosial”.23
“Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan”.24
Pengertian-pengertian yang disebutkan diatas pastinya belum
mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak
pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh
gambaran, bahwa komunikasi yaitu suatu bentuk interaksi antara
komunikator dan komunikan melalui pesan yang diterima dengan
sengaja atau tidak. Tidak terbatas pada bentuk komunikasinya dengan
menggunakan bahasa verbal, maupun non verbal.
4. Pengertian Strategi Komunikasi
Adapun strategi komunikasi menurut Muhammad Arni yaitu:
“Paduan antara perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung situasi dan kondisi, jadi dengan demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang akan dipergunakan guna melancarkan
23
Anwar Arifin. Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada). 24
komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.25
Selanjutnya, menurut Anwar Arifin didalam bukunya Ilmu
Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas, ia menyatakan bahwa:
“Sesungguhnya strategi ialah keseluruhan keputusan kondisonal tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektifitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat”.26
Menurut Fred R David, didalam bukunya Manajemen Strategi
Konsep, strategi komunikasi yaitu:
“Strategi komunikasi yaitu perpaduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatannya bias berbeda-beda tergantung pada kondisi dan situasi”.27
Jadi strategi komunikasi adalah suatu cara rencana dasar yang
menyeluruh dari rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan oleh
sebuah organisasi untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa sasaran
dengan memiliki sebuah paduan perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi
25
Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) cet ke-6, h. 65-66.
26
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995) Cet ke-3.
27
(management communication) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
5. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi
Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu
pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan
faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu
diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor
pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut. Seperti
kita ketahui, komponen dalam komunikasi yaitu komunikator,
komunikan, pesan, media dan efek.28
a. Mengenali Sasaran Komunikasi
Sebelum kita melancarkan komunikasi, kita perlu
mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi.
Hal ini berkaitan dengan tujuan komunikasi yang kita lakukan,
apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui (dengan metode
informatif) atau agar komunikan hanya sekadar mengetahui
(dengan metode informatif) atau agar komunikan melakukan
tindakan tertentu (metode persuasif atau instruktif). Apapun
tujuannya, metodenya, dan banyaknya sasaran, pada diri
komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut29:
28
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 35.
29
1) Faktor kerangka referensi
Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada
komunikan harus sesuai dengan kerangka referensi. Kerangka
referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil
panduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup,
status sosial, ideologi, cita-cita dan sebagainya.
Kerangka referensi seseorang akan berbeda dengan
orang lain. Ada yang berbeda secara ekstrem seperti anak
murid SD dengan seorang mahasiswa atau seorang petani
dengan seorang diplomat. Ada perbedaan yang gradual saja
seperti seorang prawira dengan seorang prawira lain yang
sama-sama lulusan Akabri.
Dalam situasi komunikasi antarpersonal mudah
untuk mengenal kerangka referensi komunikan karena ia hanya
satu orang. Jangankan sudah dikenal, tidak dikenalpun mudah
menjajaginya, umpamanya dengan menanyakan kepadanya
mengenai pekerjaan dan asal daerahnya.
Yang sukar ialah mengenal kerangka referensi
komunikan dalam komunikasi kelompok. Ada kelompok yang
individu-individunya sudah dikenal seperti kelompok karyawan
atau kelompok perwira. Ada juga yang tidak dikenal seperti
pengunjung rapat RW. Komunikan harus disesuaikan dengan
Lebih sulit lagi mengenal kerangka referensi para
komunikan dalam komunikasi massa sebab sifatnya sangat
heterogen. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan kepada
khalayak melalui media massa hanya yang bersifat informatif
dan umum, yang dapat dimengerti oleh semua orang, mengenai
hal yang menyangkut kepentingan semua orang. Jika pesan
yang akan disampaikan kepada khalayak adalah untuk
dipersuasikan, maka akan lebih efektif bila khalayak dibagi
menjadi kelompok-kelompok khusus. Lalu diadakan
komunikasi kelompok dengan mereka, yang berarti komunikasi
dua arah secara timbal balik.30
2) Faktor situasi dan kondisi
Yang dimaksudkan dengan situasi disini ialah situasi
komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang
kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya
komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga dating
tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan. Yang dapat diduga
sebelumnya umpamanya mengadakan rapat dengan para
karyawan pada waktu gajian atau berpidato dalam suatu malam
kesenian pada saat para hadirin mengharapkan hiburan segera
dimulai. Yang pertama dapat dihindarkan dengan
menangguhkan atau memajukan harinya, sedangkan yang
kedua dengan memberikan pidato ya singkat, tetapi padat.
30
Hambatan komunikasi yang datang tiba-tiba
umpamanya hujan lebat disertai petir yang menggebu-gebu,
gemuruh hadirin karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya
ketika kita sedang berpidato. Yang pertama dapat diatasi,
umpamanya dengan mempercepat pidato disertai suara yang
lebih keras, sedangkan yang kedua dengan menghentikan
pidato kita sebentar sampai hadirin kembali menaruh
perhatiannya kepada kita.
Yang dimaksudkan dengan kondisi di sini ialah state
of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis
komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi.
Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan dengan
kondisi seperti itu, kadang-kadang kita bisa menangguhkan
komunikasi kita sampai datangnya suasana yang
menyenangkan. Akan tetapi, tidak jarang pula kita harus
melakukannnya pada saat itu juga. Di sini faktor manusiawi
sangat penting.31
b. Pemilihan Media Komunikasi
Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih
salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada
tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik
yang akan dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak
31
media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai
contoh, pesan melalui media tulisan atau cetakan dan media visual
dapat dikaji berulang-ulang dan disimpan sebagai dokumentasi.
c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu,
ini menetukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik
informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi. Seperti yang telah
dikemukakan apapun tekniknya, pertama-tama komunikasi harus
mengerti pesan komunikasi itu.
Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan (the content of the
message) dan lambang (symbol). Isi pesan komunikasi bisa satu,
tetapi lambang yang dipergunakan bisa macam-macam. Lambang
yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah
bahasa, gambar, warna, kial (gesture), dan sebagainya. Dalam
kehidupan sehari-hari banyak isi pesan komunikasi yang
disampaikan kepada komunikan dengan menggunakan gabungan
lambang, seperti pesan komunikasi melalui surat kabar, film atau
televisi.
Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi
ialah bahasa karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan
pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkrit dan yang
datang, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam komunikasi, bahasa
memegang peranan yang sangat penting. Tanpa penguasaan
bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tak akan
dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. Banyak
kesalahan informasi dan kesalahan interpretasi disebabkan oleh
bahasa.
Bahasa terdiri atas kata atau kalimat yang mengandung
pengertian denotatif dan pengertian konotatif. Perkataan yang
mengandung denotatif ialah yang maknanya senagaimana
dirumuskan dalam kamus (dictionary meaning), yang diterima
secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan
kebudayaan yang sama. Sedangkan perkataan yang mengandung
konotatif yaitu yang maknanya dipengaruhi emosi atau evaluasi
(emotional or evaluative meaning), disebabkan oleh latar belakang
dan pengalaman seseorang.
Dalam melancarkan komunikasi, kita harus berupaya
menghindarkan pengucapan kata-kata yang mengandung
pengertian konotatif. Jika terpaksa harus kita katakana karena tidak
ada perkataan lain yang tepat, maka kata yang diduga mengandung
pengertian konotatif itu perlu diberi penjelasan mengenai makna
yang dimaksudkan. Jika dibiarkan, bisa menimbulkan interpretasi
yang salah. 32
32
d. Peranan Komunikator dalam Komunikasi
Ada faktor yang penting dalam diri komunikator bila ia
melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source
attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility).
1) Daya tarik sumber
Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi,
akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan
melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa
bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan lain
perkataan, komunikan merasa ada kesamaan antara
komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat
pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator.
2) Kredibilitas sumber
Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi
berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator.
Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau
keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Sebagai contoh
seorang dokter akan mendapat kepercayaan jika ia
menerangkan soal kesehatan.
Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam
menghadapi komunikan harus bersikap empatik (empaty), yaitu
kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan
orang lain. Dengan kata lain perkataan, dapat merasakan apa yang
empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang
sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa dan sebagainya.33
6. Fungsi Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses
komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara
efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Terutama jika
komunikasi dilakukan lewat media massa yang memiliki khalayak
lebih luas dan beragam, maka kita memerlukan perencanaan lebih
matang dalam menyampaikan pesan yang ingin kita sosialisasikan.
“Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multi-media strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) yang mempunyai fungsi ganda : yang pertama, Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif persuasive, dan intruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal. Dan yang kedua,
Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperoleh dan dioperasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya”.34
B. Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan asal katanya “bina” yang artinya
“membangun,mendirikan”. Dalam bahasa arab berasal dari kata “banaa, yabnaa, banaaun” yang berarti membangun, memperbaiki.35 Dalam kamus umum bahasa Indonesia kata “pembinaan” mengandung
arti: “Penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan yang dilakukan
secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang baik”.36 Adapun pembinaan menurut Zakiah Daradjat yaitu:
“Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras. Pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan
pribadi yang mandiri.”37
Dalam upaya mencapai tujuan dari pembinaan yang telah
ditetapkan, diperlukan adanya unsur pendukung. Adapun
unsur-unsur tersebut adalah38:
a. Materi
Pada dasarnya materi pembinaan ibadah itu tergantung pada
tujuan pembinaan ibadah yang hendak dicapai.
b. Pembina/Pembimbing
Pembina adalah seseorang yang membina sekelompok
orang dalam sebuah pembinaan dan memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Kemampuan professional
2) Memiliki sifat atau kepribadian yang baik
3) Memiliki kemampuan bermasyarakat
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang 1979).
38
c. Peserta Terbina (sasaran pembinaan ibadah)
Faktor ini adalah salah satu unsur yang penting dalam
pembinaan ibadah, karena tujuan dari pembinaan ibadah adalah
untuk keselamatan individu dalam sebuah pembinaan.
d. Metode
Pengertian metode secara harfiah adalah “jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tindakan,” karena kata “metode” berasal dari kata “meta” yang berarti melalui dan “todas” berarti
jalan. Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati
masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
2. Pengertian Ibadah
Adapun pengertian-pengertian ibadah, di antara lain yaitu:
“Ibadah secara bahasa dalam Eksiklopedi Islam yang berarti:
“mematuhi, tunduk, dan berdo’a”. Sedangkan menurut istilah: Ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan Dzat yang memiliki puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa, Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan perkataan) yang dilakukan pada setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk
mencari keridhaan Allah SWT”.39
Dalam pengertian umum, ibadah adalah “Kegiatan atau perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai kehidupan dunia,
yang disertai niat mencari ridha Allah, serta dijalankan dengan
memperhatikan norma-norma keagamaan”.40
“Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi arti ibadah sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari
ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan mematuhi
laranagan-Nya.” Atau dengan kata lain “Segala usaha lahir dan batin,
sesuai dengan perintah Tuhan, untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga,
masyarakat maupun terhadap alam semesta”.41
Selain definisi diatas, ibadah juga mempunyai beberapa definisi
antara lain:
a. “Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya”.
b. “Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa
mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi”.
c. “Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan
atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin”. 42
Disamping itu, ibadah dalam pengertian tak terbatas pada
masalah ritual saja, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan dalam
hubungannya dengan individu dan sosial, dan ritual yang dilandasi
oleh ajaran Islam setelah itu ibadah juga bertujuan agar manusia
mempunyai sifat yang terpuji, baik hubungannya dengan Allah
maupun sesama manusia serta lingkungannya.43
“Ibadah adalah hak Allah yang wajib dipatuhi. Maka manusia
tidak diwajibkan beribadah kepada selain Allah, karena hanya
Allah sendiri yang berhak menerimanya, karena Allah sendiri
41
Depdiknas. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, h. 364
42
Ibid., h. 31-32.
43
yang memberikan nikmat yang paling besar kepada
makhluknya, yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubungan
dengannya”.44
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pembinaan ibadah
adalah tindakan yang dilakukan dengan memperoleh hasil yang baik
sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Tuhan-Nya,
dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain
itu, dengan beribadah seorang hamba akan selalu merasa dekat dengan
Allah, bahkan dapat menolong batinnya dari kesusahan.
3. Bentuk-bentuk Ibadah
Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya “Fiqh Ibadah”, ditinjau dari segi bentuknya, ibadah dibagi menjadi dua macam, yaitu:
“Ibadah Khasshah adalah ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash Al-Qur’an dan Hadits. Seperti sholat, zakat, puasa dan haji. Dan Ibadah „Ammah adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan semata-mata karna Allah SWT. Seperti makan dan minum, amar makruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya”. 45
Ibadah khasshah atau biasa disebut dengan ibadah mahdoh
adalah segala jenis Ibadah yang tata caranya telah ditetapkan oleh
Allah SWT (khusus) atau tersebut. Sedangkan ghoiroh mahdoh atau
44
Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqh Ibadah (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008) h. 32.
45
ibadah ammah adalah segala jenis ibadah kepada Allah dalam
pengertian luas semua perbuatan yang berhubungan dengan Allah
SWT, semua manusia, dan alam lingkungan, misalnya berdzikir
kepada Allah, menolong orang yang kesusahan sesuai dengan
kemampuan kita.
Selain itu, menurut Ahmad Dzajuli Ibadah Khasshah juga bisa
disebut dengan ibadah mahdhah yang artinya:
“hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT, yang
bersifat ritual (peribadatan), seperti shalat, zakat, puasa, dan
haji”.46
4. Pengertian Anak Asuh
Anak asuh adalah “anak yang diberi biaya pendidikan (oleh seseorang) tetapi tetap tinggal pada orang tuanya”. Anak asuh juga diartikan sebagai:
“Anak yang berasal dari keluarga pra sejahtera ataupun yang sudah tidak memiliki orang tua dan mendapat pengasuhan diluar lingkungan keluarga yang sah. Lingkungan itu dapat berupa keluarga yang secara langsung mengasuh dan menyediakan segala keperluan si anak. Dapat juga berupa yayasan ataupun lembaga yang bergerak di bidang pengasuhan dan perlindungan anak”.47
Menurut Ardianus Khatib yang dikutip oleh Chuzaimah T.
Yanggo dan Hafidz Ansharya berpendapat bahwa anak asuh adalah
46
Ahmad Dzajuli, Kaidah-kaidah Fikih (Jakarta: Kencana, 2007), Ed. 1. Cet.2 h. 114.
47
anak yang digolongkan dari keluarga yang tidak mampu, antara lain
sebagai berikut:
a. Anak yatim atau piatu atau anak yatim yang tidak memiliki
kemampuan ekonomi untuk bekal sekolah dan belajar.
b. Anak dari keluarga fakir miskin.
c. Anak dari keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal
tertentu (tuna wisma).
d. Anak dari keluarga yang tidak memiliki ayah dan ibu dan
keluarga dan belum ada orang lain yang membantu biaya
untuk bersekolah atau belajar.48
48
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah
Sebelum berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam,
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah hanyalah sebuah lembaga kursus
dakwah yang sengaja diselenggarakan oleh Almarhum K.H. Abubakar Jamal
dengan tujuan khusus membina dan mencetak kader-kader muballigh. Kursus
dakwah tersebut diikuti oleh peserta-peserta yang umumnya datang dari
wilayah sekitar, seperti Kelurahan Jatimakmur, Jatiasih, Jatikramat,
Jatiwaringin, Ujung Aspal, Jatibening, dan lain-lain.
Kursus dakwah tersebut diselenggarakan setiap hari Ahad, dengan
mengundang narasumber-narasumber yang ahli di bidang dakwah, yang pada
umumnya para narasumber tersebut adalah para guru di Yayasan Al-Barokah,
seperti49:
1. K.H. Thahir Rohili (Pimpinan Pondok Pesantren Ath-Thahiriyah, Jakarta);
2. K.H. Abdullah Syafi’I (Pimpinan Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyyah); 3. K.H. Nur Ali (Pimpinan Pondok Pesantren At-Taqwa, Bekasi);
4. K.H.Zayadi Muhajir (Pimpinan Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Jakarta);
5. Ustadz Tauhid (sebagai guru tetap).
Selain kegiatan tersebut, terdapat pula pengajian rutin setiap malam
yang dihadiri oleh santri-santri “kalong” yang juga berasal dari wilayah sekitar Jatimakmur. Santri-santri tersebut pada umumnya datang pada sore hari yang
49
kemudian mengikuti pengajian dan kembali ke rumah masing-masing pada
keesokan harinya. Demikian seterusnya hingga jumlah mereka terus
bertambah dari hari ke hari.
Dalam memberikan pelajaran-pelajaran agama, Almarhum K.H.
Abubakar Jamal dibantu oleh beberapa ustadz antara lain Ustadz Sya’roni dari
Kuningan dan Ustadz Mulyadi dari Banten. Demikian seterusnya kegiatan
pengajian tersebut berlangsung, hingga pada tahun 1982 Almarhum K.H.
Abubakar Jamal telah mengasuh 12 yatim dan piatu sebagai santri tetap dan
sekaligus tinggal satu atap dengan beliau.
Berangkat dari kondisi tersebut semakin mantaplah hati beliau
untuk merealisasikan cita-cita mulia mendirikan sebuah lembaga Islam. Dan
akhirnya, pada tahun 1982 cita-cita tersebut terlaksana dengan berdirinya
Yayasan Pendidikan Islam Yatim Piatu Al-Barokah dengan Akta Notaris
Soedirja SH, No.8 tanggal 11 Oktober 1982. Maka dengan demikian, resmilah
ia sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang menyelenggarakan pendidikan
formal dan non formal.
Selanjutnya, proses pembangunan Yayasan Yatim Piatu Islam
Al-Barokah dilaksanakan secara bertahap yang dengan rinci proses pembangunan
tersebut teragi atas lima periode dengan penjelasan sebagai berikut 50:
a. Periode I (Agustus 1982 – Juli 1983)
Pada periode ini, Al-Barokah sebagai salah satu elemen
masyarakat, hanyalah merupakan lembaga yang sanagat sederhana ditinjau
dari beberapa sarana dan fasilitas yang dimiliki. Fasilitas tersebut antara
50
lain: satu lokal ruang tamu, 3 ruang asrama (kamar tidur), ruang keluarga
dan kamar mandi. Pada periode ini anak asuh berjumlah 12 orang yatim
dan piatu, terdiri dari 7 santri putra dan 5 santri putri.
b. Periode II (Agustus 1983 – Juli 1984)
Pada periode ini, terdapat penambahan fasilitas antara lain :
1) 2 lokal kelas siap pakai dengan kondisi permanen.
2) Satu lokal ruang kantor Yayasan.
3) Satu lokal ruang kantor guru.
4) Dan satu ruangan dengan kondisi permanen yang terletak diatas ruang
guru yang berfungsi sebagai asrama sementara santri putra.
Jumlah santri pada periode ini bertambah menjadi 20 orang yang terdiri
dari 11 santri putra dan 9 santri putri.
c. Periode III (Agustus 1984 – Juli 1985)
Fasilitas bertambah dengan sebuah gedung bertingkat tiga yang
berfungsi sebagai perkantoran dan ruang kelas. Sedangkan rumah
kediaman Almarhum K.H. Abubakar Jamal dirobohkan untuk dijadikan
areal lapangan terbuka, aula dan sarana olah raga. Pada periode ini jumlah
santri bertambah menjadi 30 orang yang terdiri dari 16 santri putra dan 14
santri putri.
d. Periode IV (Agustus 1985 – Juli 1986)
Penambahan fasilitas pada periode ini terlihat pesat, yakni dengan
terselesaikannya seluruh local dengan 3 lantai yang berfungsi sebagai
ini jumlah santri bertambah menjadi 50 orang, terdiri dari 24 santri putra
dan 26 santri putri.
e. Periode V (1986)
Pada periode ini, pembangunan berlangsung dan lahirnya
perencanaan untuk penambahan fasilitas berupa gedung-gedung antara
lain:
1) Kantor Yayasan dan rumah tidur pengurus Yayasan yang pada saat itu
kondisi pembangunannya telah berjalan 50 persen.
2) Gedung aula khusus putri 2 tingkat sekaligus berfungsi untuk asrama,
20 persen pembangunannya telah berjalan.
3) Penambahan wc putra dan putri.
4) Penambahan 2 tingkat gedung untuk kelas yang terdiri dari
masing-masing 5 lokal.
5) Aula utama termasuk musholla, arena olah raga, yang dibangun di atas
permukaan tanah bekas bangunan rumah Almarhum K.H. Abubakar
Jamal. (Dokumentasi Pesantren Al-Barokah).
Dan pada periode inilah Yayasan Yatim Piatu Islam
Al-Barokah semakin dikenal dan diakui eksistensinya dikalangan masyarakat
luas, terlebih setelah Yayasan tersebut mendapat izin menyelenggarakan
Ujian Negara. Seiring dengan itu, fasilitas, sarana dan prasarana di
Yayasan Yatim Piatu ini semakin diperlengkap hingga sampai pada
tingkat kesempurnaannya51.
Sesuai kebijakan yang berlaku di Yayasan Yatim Piatu Islam
Al-Barokah, hingga saat ini tidak ada prosedur khusus yang digunakan sebagai
51
acuan untuk menerima dan menyeleksi santri atau anak asuh yang kemudian
mendapatkan bimbingan dalam lahnya pembinaan ibadah.
Adapun dalam penerimaan anak asuh itu sendiri, Yayasan
Al-Barokah telah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon santri.
Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Muslim baligh ataupun belum baligh dan mampu membaca Al-Qur’an. b. Bersedia dan sanggup mengikuti pengajian dan peraturan dengan berbagai
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Yayasan Al-Barokah.
c. Bersedia dan sanggup tinggal atau menetap di pondok pesantren selama
pembinaan ibadah.
Sedangkan tata tertib dan peraturan yang harus dipenuhi oleh setiap
anak asuh di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah antara lain sebagai
berikut52 :
a. Seluruh santri wajib mengikuti seluruh kegiatan yang telah ditetapkan;
b. Seluruh santri wajib berpakaian rapih , bersih, dan menutupi aurat.
Dianjurkan untuk memakai pakaian berwarna putih-putih dan dilarang
kaos diwaktu pengajian berlangsung atau kegiatan lain kecuali istirahat
(tidur);
c. Seluruh santri dilarang membuat keributan, kegaduhan, kekacauan dan
lain-lain, yang bertentangan dengan nilai moral;
d. Seluruh santri dilarang merokok, minum-minuman keras, membawa
obat-obatan terlarang, senjata tajam, senjata api dan sejenisnya.
e. Seluruhnya santri yang tidak mengindahkan atau melanggar
ketentuan-ketentuan tersebut, akan dikenakan sanksi.
52
Selanjutnya, jumlah santri terhitung sejak tahun 1982 sanpai 2011
dapat diketahui sebanyak 418 santri (anak asuh) yang terdiri dari 233 santri
putra dan 185 santri putri.
B. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah
Adapun Visi dari Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah:
“Unggulan dalam sopan santun berprestasi dalam teknologi
informasi berdasarkan iman dan taqwa”
Sedangkan Misi dari Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah:
1. Menumbuhkan Penghayatan dan Pengamalan ajaran Agama Islam
2. Penambah wawasan teknologi melalui informasi
3. Keteladanan sikap dan perilaku guru serta karyawan sehari-hari terhadap
santri.
C. Program Kegiatan Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah
Yayasan Yatin Piatu Islam Al-Barokah sebagai lembaga sosial yang
mempunyai perhatian besar terhadap anak yatim, maka untuk mewujudkan
visi dan misinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah memerlukan
kematangan konsep sebagai kunci keberhasilannya. Pematangan konsep yang
dilakukan terhadap kegiatan tidak akan tercapai jika tidak adanya suatu
program.
Dalam menjalankan peranannya, Yayasan Yatin Piatu Islam
melalui dua program, yaitu program jangka panjang dan program jangka
pendek.
1. Program Jangka Pendek
a. Mengadakan pengajian mingguan yang dilaksanakan oleh para santri
putra dan putri.
b. Mencari dana sosial dalam kegiatan besar yang diadakan oleh Yayasan.
c. Menetapkan 3 (pokok) kotak obstib ditempat strategis serta memelihara
bersama dengan anggota guna memudahkan berkomunikasi antara
pengurus dan anggota serta membuka satu minggu sekali seta
membacanya dua minggu sekali.
d. Mengadakan kegiatan pidato (muhadharah) satu minggu dua kali oleh
para santri putra dan putri.
e. Mengadakan seni baca Al-Qur’an dan rawi dengan mendatangkan tenaga dari luar.
2. Program Jangka Panjang
a. Memelihara dan menambah alat-alat kesejahteraan pada setiap asrama.
b. Mengadakan hari-hari besar Islam maupun hari-hari besar Nasional.
Saat ini, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah melaksanakan
program kerjanya melalui sedikitnya 5 unit kegiatan, kegiatan-kegiatan
tersebut yaitu:
a. Pesantren (Pendidikan Non Formal)
Kegiatan yang dilaksanakan melalui unit ini adalah dalam