• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi komunikasi dalam pembeinaan ibadah terhadap anak asuh yayasan tatim piatu Islam al-Barokah Pondok gede Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi komunikasi dalam pembeinaan ibadah terhadap anak asuh yayasan tatim piatu Islam al-Barokah Pondok gede Bekasi"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN

IBADAH TERHADAP ANAK ASUH YAYASAN

YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH PONDOK

GEDE BEKASI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Farhah Khairiyah

NIM: 107051002805

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 15 Juni 2011

Farhah Khairiyah

(3)

ABSTRAK

Farhah Khairiyah

107051002805

Strategi Komunikasi Dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi

Pembinaan ibadah sangatlah diperlukan, mengingat zaman sekarang ini, merosotnya tingkat atau nilai-nilai agama yang dimiliki oleh anak, dikarnakan perkembangan zaman yang sudah sangat maju, sehingga bisa menyebabkan anak terjerumus kearah yang tidak baik, terlebih lagi kepada anak yatim yang tidak mempunyai seorang ayah/ibu untuk mendidik serta membimbing mereka agar mereka berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama. Dengan itu perlu adanya upaya pembinaan ibadah kepada anak yatim melalui kegiatan pembinaan ibadah yang intensif, guna menolong batin mereka dari kesusahan serta keguncangan yang terjadi di diri masing-masing untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup terhadap diri mereka.

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah merupakan lembaga yang mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas anak-anak asuh dengan peningkatan ibadah, kemandirian maupun kemampuan daya saing dengan anak seusianya dikala mereka sudah keluar dari yayasan yatim tersebut. Dalam hal ini diperlukan suatu strategi untuk mencapai suatu tujuan yang maksimal yaitu pembinaan ibadah serta pentingnya suatu strategi komunikasi yang diterapkan oleh Yayasan tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi dalam pembinaan ibadah serta faktor pendukung dan penghambat apa saja dalam pembinaan ibadah di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan analisis deskriptif, analisis terhadap strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam pembinaan ibadah terhadap anak asuh, penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh melalui, pengamatan, wawancara dan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data tentang langkah-langkah penyusunan strategi komunikasi serta penerapan dalam pembinaan ibadah terhadap anak asuh Yayasan Al-Barokah, ini terbukti dengan adanya, kegiatan serta tugas yang diberikan berkaitan dengan pembinaan ibadah dalam meningkatkan ibadah serta memperbaiki sifat anak asuh melalui strategi konseling dan penngenalan karakter masing-masing anak asuh. Namun disisi lain hambat an komunikasi yaitu kurangnya kesadaran pada diri anak asuh dalam menjalani kegiatan ibadah dengan tugas yang diberikan oleh pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah sehingga menghambat pembinaan secara maksimal.

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….………..…i

KATA PENGANTAR………..……….….ii

DAFTAR ISI……….……….…………v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..…….………1

B. Batasan dan Rumusan Masalah………...….……6

C. Tujuan Penelitian……….…..….…….7

D. Manfaat Penelitian………..….……7

E. Tinjauan Pustaka………..………8

F. Metodologi Penelitian………..…9

G. Sistematika Penulisan……….………16

BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi Komunikasi………..……….…17

1. Pengertian Strategi………..……….17

2. Tahapan-tahapan Strategi……….………19

3. Pengertian Komunikasi………21

4. Pengertian Strategi Komunikasi…………..……….22

5. Langkah-langkah Strategi Komunikasi………24

6. Fungsi Strategi Komunikasi……….………31

B. Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh………...…32

1. Pengertian Pembinaan………...………….…..…32 2. Pengertian Ibadah………..…..……….…34

3. Bentuk-bentuk Ibadah……….……….36

(5)

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah…….39

B. Visi, Misi dan Tujuan………...…..44

C. Program Kegiatan………...44

D. Sarana dan Struktur Organisasi……….….49

E. Program Pembinaan Ibadah………...……52

BAB IV ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH A. Langkah-langkah Penyusunan Strategi Komunikasi Yang diterapkan Oleh Yayasan Al-Barokah…………..………...56

B. Penerapan Strategi Komunikasi Dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh……….………..70

C. Faktor Pendukung dan Penghambat yang dimiliki Oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah………...…………....75

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan……….……..….…77

B. Saran-saran……….…79

DAFTAR PUSTAKA……….……….………….80

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan bagian

terpenting dari kehidupan manusia. Adanya komunikasi yang terjalin dengan

harmonis merupakan keadaan yang sangat didambakan oleh setiap keluarga.

Terjalinnya hubungan baik dalam keluarga dipengaruhi oleh pendidikan, kasih

sayang, bimbingan terhadap nilai keagamaan dan lain-lain.

Setiap anak yang lahir, ia berhak mendapat pengasuhan dan

pendidikan dari orang tua ataupun seorang pengasuh tentang pembinaan

ibadah. Sosok pengasuh disini, sangat dibutuhkan oleh seorang anak, jika

mereka tidak memiliki orang tua yang mendidik dan memberikan pengajaran

kepadanya. Karena dalam Islam setiap anak Adam berhak mendapat

pengasuhan dan pendidikan dan dipandang suci dan mulia.

Fungsi yang sangat penting sebagai seorang pengasuh yaitu

berkomunikasi dalam menanamkan serta membina keagamaan yang baik bagi

anak-anak asuhnya, dalam hal ini yayasan. Yayasan Islam sesuai dengan

fungsinya sebagai lembaga pendidikan, tempat untuk mempelajari,

mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang

menerapkan pentingnya moral keagamaan.1

Perkembangan seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan

dimana ia tinggal. Tanpa masyarakat, kepribadian seorang individu tidak dapat

1

(7)

berkembang demikian pula halnya dengan aspek moral pada anak. Seorang

anak asuh yang tinggal disebuah yayasan tidak akan merasakan kasih sayang

dan bimbingan dari orang tuanya sebagai panutan yang dicontoh oleh anak

tersebut. Dengan demikian perlu disadari bahwa peranan seorang pengasuh

sangat penting sebagai teladan yang dapat dicontoh oleh anak asuhnya, karena

otomatis anak asuh akan selalu berinteraksi dengan pengasuhnya dalam

kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana layaknya lembaga pendidikan, pendidikan pesantren

yang diterapkan disuatu yayasan juga mempunyai tujuan yang jelas.

Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan suatu pendidikan fikih-sufistik

yang lebih mengedepankan moralitas/akhlak keagamaan demi kepentingan

hidup akhirat.2 Selain itu, suatu yayasan pendidikan Islam dituntut

memberikan pembinaan ibadah terhadap anak asuhnya (santri) sejak sedini

mungkin.

Pembinaan ibadah sangatlah diperlukan, mengingat zaman sekarang

ini, merosotnya tingkat atau nilai-nilai agama yang dimiliki oleh anak,

dikarnakan perkembangan zaman yang sudah sangat maju, dimana anak

sangat dimanjakan oleh arus teknologi, media dan hiburan-hiburan yang

sifatnya melemahkan dan membuat orang lupa, sehingga bisa menyebabkan

anak terjerumus kearah yang tidak baik, terlebih lagi kepada anak yatim yang

tidak mempunyai seorang ayah untuk mendidik serta membimbing mereka

agar mereka berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama.

2

(8)

Islam sebagai suatu agama mengajarkan pemeluknya agar peduli

terhadap fenomena lingkungannya. Manusia sendiri dalam perspektif Islam

merupakan makhluk sosial yang antara yang satu dengan yang lainnya harus

saling tolong-menolong termasuk terhadap anak yatim.

Dalam menyantuni anak-anak yatim tidak saja memenuhi kebutuhan

jasmaniahnya saja, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, tetapi juga

memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwa (rasa aman, harga diri, pengembangan

bakat), sosial (dikasihi, mengasihi, pergaulan), dan keruhanian (agama,

ibadah, dan sebagainya), serta menyelenggarakan pendidikan (dan

ketrampilan) bagi mereka.3

Dalam kebutuhan keruhanian, ibadah dapat membuat seorang hamba

akan selalu dekat dengan Tuhannya, bahkan ibadah dapat menolong batinnya

dari kesusahan. Banyak hal yang dapat dipetik dari ibadah. Dari segi sosial,

ibadah merupakan pengakuan akidah setiap anggota masyarakat dan kekuatan

jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan umat Islam.

Dalam hal ini, seorang anak asuh yaitu anak yatim dengan meninggalnya

seorang ayah sebagai pelindung dan pencari nafkah keluarga, demikian pula

kematian ibu sebagai sumber kasih sayang, apalagi kematian keduanya, jelas

akan menimbulkan guncangan pada anak-anak yang ditinggalkan. Merekapun

akan mengalami frustasi atas beberapa kebutuhan, menghayati rasa tak aman,

hampa dan kehilangan kasih sayang, karena merasa kehilangan tokoh panutan

dalam membentuk kepribadian mereka.

3

(9)

Dalam kondisi tersebut, perlu adanya upaya pembinaan ibadah kepada

anak yatim melalui kegiatan pembinaan ibadah yang intensif. Guna menolong

batin mereka dari kesusahan serta keguncangan yang terjadi di diri

masing-masing untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup terhadap diri

mereka.

Dalam memenuhi kebutuhan keruhanian, dalam hal ini pembinaan

ibadah, agama Islam tidak hanya menganjurkan kepada perorangan saja ,tetapi

juga kepada suatu yayasan. Pada saat ini lembaga yang mengedepankan

organisasi sosial kemasyarakatan dengan mempunyai anak-anak asuh tumbuh

menjamur dalam berbagai bentuk, seperti salah satunya adalah yayasan yatim

piatu Islam al-barokah yang merupakan lembaga yang mempunyai perhatian

terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas anak asuh yang dapat

menyejajarkan diri dengan anak-anak non-yatim sebayanya, dengan

peningkatan spiritual, keterampilan, kemandirian maupun kemampuan daya

saing dengan anak seusianya dikala mereka sudah keluar dari yayasan yatim

tersebut. Ia juga merupakan sebuah lembaga yang professional dan amanah

dalam mengasuh, membina, mendidik, menggembangkan potensi anak yatim

demi menghantarkan mereka menjadi anak yang mandiri.

Untuk menjalankan pembinaan ibadah ini dibutuhkan perencanaan,

saluran komunikasi yang tepat, metode serta evaluasi yang tepat sehingga

dapat dijalankan dengan efektif. Dalam hal ini, strategi digunakan untuk

mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai

tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak

(10)

Strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi

(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication

management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi

komunikasi ini harus mampu menunjukkan operasionalnya secara praktis

harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bias berbeda

sewaktu-sewaktu bergantung pada situasi dan kondisi.

Hal yang menarik dari yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah yang

telah lama berdiri, banyak membuat perubahan pada masyarakat sekitar,

diantaranya dalam bidang keagamaan. Sehingga kehidupan sehari-hari

diwarnai oleh nilai-nilai keagamaan. Selain itu, yayasan yatim piatu ini selain

mempunyai peranan penting sebagai media untuk memberikan pembinaan

ibadah terhadap anak asuhnya, strategi komunikasi yang lakukan oleh yayasan

melalui kegiatan atau program dengan memberikan bimbingan dan pendidikan

dalam pembinaan ibadah sedini mungkin.

Berdasarkan latar belakang di atas dan mengingat pentingnya sebuah

lembaga yang harus memiliki suatu strategi untuk memberikan atmosfir yang

baik kepada anak asuhnya, agar mereka dapat menjadi pribadi yang baik serta

menjunjung nilai-nilai keagamaan dalam hal ini tentang ibadah kepada Allah

SWT. Hal ini yang membuat penulis tertarik mengambil penelitian di Yayasan

Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi, dengan mengangkat

(11)

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah peneliti dalam membuat skripsi ini, maka perlu

adanya pembatasan masalah, maka masalah yang akan diteliti oleh penulis

adalah Strategi komunikasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi.

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskannya pada pelaksanaan

Ibadah Khasshah juga bisa disebut dengan ibadah mahdhah yang artinya

hubungan manusia dengan Tuhannya yaitu Allah SWT, yang bersifat ritual

(peribadatan), yaitu ibadah harian meliputi shalat berjama’ah, shalat fardhu dan shalat sunnah. Pilihan ini dikarenakan, ibadah-tersebut merupakan ibadah

sehari-hari yang dapat dengan mudah peneliti lihat dan amati saat observasi.

2. Rumusan Masalah

Dengan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

a. Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi

dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh?

b. Bagaimana Penerapan Strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu

Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah

Terhadap Anak Asuh?

c. Faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dimiliki

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi

(12)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis yaitu:

1. Untuk mengetahui Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam

Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.

2. Untuk mengetahui Penerapan Strategi komunikasi Yayasan Yatim

Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah

Terhadap Anak Asuh

3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja

yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede

Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya kajian

mengenai strategi komunikasi dalam hal mengetahui Pembinaan

ibadah anak yatim yang di asuh untuk kepentingan saat ini dan

selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Dapat menjadi bahan masukan bagi pengurus yayasan atau

lembaga mengenai strategi berkomunikasi dalam hal Pembinaan

(13)

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan

kepustakaan di perpustakaan yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi

maupun di Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis

menemukan dari saudara Suhardin M 4, ia meneliti tentang strategi

komunikasi organisasi PT.TKI Jalur Nugraha Eka Kurir dengan meneliti

usaha dalam membina para pegawainya dan bukan keanggotaan lainnya dalam

pembinaan mental keagamaan.

Selanjutnya dari saudari Iin Nurhayati 5, penelitiannya berisi tentang

strategi komunikasi yang dilihat dari pemberdayaan anak asuhnya di Yayasan

Masjid Jami Bintaro Jaya. Selain itu, dari saudari Nia Ekawati 6,

penelitiannya berisi tentang pola komunikasi antara ibu dan anak dalam

menanamkan nilai-nilai agama bagi anak kandungnya yang prasekolah di

Asrama Suku Dinas Pemadam Kebakaran.

Dikarenakan belum adanya menganalisa tentang strategi komunikasi

dan usaha-usaha yang dilakukan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

tersebut di atas untuk memberikan Pembinaan ibadah terhadap anak asuhnya

khususnya terhadap anak yatim. Maka penulis tertarik untuk meneliti judul

tersebut, karena di indonesia banyak sekali yayasan yang menjadi wadah bagi

anak-anak yatim dalam menyampaikan pendidikan agama.

4

Suhardin M, “Strategi Komunikasi Organisasi Dalam Pembinaan Mental Keagamaan Pegawai PT.TKI Jalur Nugraha Eka Kurir,”(Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 6.

5Iin Nurhayati, “

Strategi Panti Asuhan Baiturrahman Dalam Pemberdayaan Anak Asuh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 10.

6Nia Ekawati, “

Pola Komunikasi Ibu dan Anak Dalam Penanaman Ninai-nilai Keagamaan Pada Anak Usia Prasekolah di Asrama Suku Dinas Pemadam Kebakaran,” (Skripsi S1 Fakultas

(14)

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Pendekatan

Dalam melakukan penyusunan penelitian ini, peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan pada prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Yaitu

berdasarkan data-data yang diperoleh dan sumber-sumber tertulis

mengenai pokok masalah yang akan dikaji. Sedangkan tipe penelitian

ini menggunakan tipe deskripsi kualitatif, di mana peneliti

mendeskripsikan atau menggambarkan sifat atau karakteristik individu,

keadaan, gejala, kelompok tertentu atau frekuensi adanya hubungan

tertentu dalam suatu masyarakat atau populasi organisme.

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat

diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi,

dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan

dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis

maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan

informasi-informasi dalam situasi sawajarnya, untuk dirumuskan

menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat

manusia.8

7

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rodakarya, 2000) h. 3.

8

(15)

Dalam penelitian ini penulis ingin menggambarkan bagaimana

Strategi komunikasi organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif yaitu

metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang

keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara langsung). Tujuan utama

menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk menggambarkan sifat

suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan,

dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.9

Selain itu penelitian deskriptif ditujukan untuk data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal

ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu,

semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa

yang sudah diteliti.10

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah

menguraikan, memaparkan dan menggambarkan serinci mungkin

strategi komunikasi pada pembinaan ibadah oleh anak asuh di Yayasan

yatim piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi.

9

Consuelo G. Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), 2006), cet. 1. Hal. 71.

10

(16)

3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan yatim piatu Islam

Al-Barokah yang beralamat di jalan raya Jatimakmur, Kelurahan

Jatimakmur Kecamatan Pondok Gede Bekasi.

b. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini demi mendapatkan data yang

akurat dari subjek penelitian, maka Penelitian ini dilakukan pada bulan

Maret hingga bulan Mei 2011.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Yayasan yatim piatu Islam

Al-Barokah Pondok Gede Bekasi. Dan Objek dalam penelitian yaitu

Strategi komunikasi Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah untuk

memberikan Pembinaan Ibadah terhadap anak asuhnya, yaitu semua

pihak yang terlibat dalam memberikan informasi tentang strategi

komunikasi di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah tersebut.

5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik

triangulasi. Teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.11Teknik

11

(17)

triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap

sumber lain.

Dalam hal ini penulis menggunakan santri sebagai anak asuh di

Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah sebagai sumber pengecekan

keabsahan data yang penulis terima dari pembimbing atau pengurus

ibadah mengenai pembinaan ibadah bagi anak asuh tersebut.

6. Sumber Data

Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh

melalui hasil observasi dan wawancara.

b. Data Sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari buku, dan berbagai literatur

lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.

7. Instrumen dan Alat Bantu

Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih

banyak bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrument

penelitian, peneliti dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil

keputusan.12 Namun demikian penulis memerlukan alat bantu dalam

melakukan kegiatan pengumpulan dan pencatatan data. Alat bantu

12

(18)

tersebut antara lain pedoman wawancara, alat perekam (tape recorder),

dan catatan lapangan.

Pedoman wawancara merupakan format wawancara terstruktur

dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai

dengan masalah penelitian. Jawaban dari setiap pertanyaan dalam

pedoman wawancara terekam dengan menggunakan alat bantu tape

recorder untuk merekam hasil wawancara memerlukan persetujuan

dari subjek penelitian yang diwawancarai. Sedang catatan lapangan

untuk membantunya mencatat pengamatan lapangan dan membantu

penulis ketika menganalisis data.13

8. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara untuk mengumpulkan data-data, penulis

menggunakan cara sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yang dilakukan penulis untuk mendapatkan data

mengenai strategi komunikasi dan Pembinaan Ibadah anak asuh yaitu

tentang langkah-langkah strategi komunikasi yang dilakukan oleh

Yayasan dalam membina ibadah anak asuh serta penerapan strategi

komunikasi tersebut.

b. Wawancara

Wawancara yaitu suatu proses Tanya jawab lisan, dimana dua

orang atau lebih berhadapan fisik (face to face). Dalam hal ini, peneliti

13

(19)

mengumpulkan data dengan wawancara langsung dengan narasumber,

dengan mempersiapkan sejumlah pertanyaan yang terstruktur, sesuai

dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan topik permasalahan.

Peneliti mewawancarai diantaranya yaitu: Kepala Sekolah MTs Yatim

Piatu Al-Barokah mengenai program ibadah yang diterapkan Yayasan,

yaitu Bapak Samsul Hadi. Tata Usaha MTs Yatim Piatu Al-Barokah

yaitu Bapak Nasrun tentang data seluruh anak asuh. Pengurus bagian

ibadah anak asuh yaitu Bapak Faqihuddin tentang strategi komunikasi

yang dilakukan tentang pembinaan ibadah anak asuh. Serta beberapa

anak asuh yaitu, Armelia Sri Wulandari, Nurdin Salim dan yang

terakhir Diana Punky tentang data diri mereka.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan menginfestasi

dokumen-dokumen yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang di teliti.

Peneliti mencari data/informasi tambahan melalui buku, internet dan

lain-lain untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan

penelitian.

9. Teknik Pengolahan Data

Sedangkan pengolahan data digunakan adalah pendekatan

analisis kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif analisis

yaitu menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

faktor-faktor, sifat serta hubungan fenomena dengan yang diteliti.

(20)

10.Teknik Analisa Data

Maksud dari Analisis data yaitu proses pengumpulan data dan

mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokan data. Mohammad

Nasir mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat

penting dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat

diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.14

Dalam proses analisis data penulis menelaah semua sumber

data yang tersedia, yang bersumber dari hasil wawancara dengan

beberapa pihak staf, pengurus ibadah santri (anak asuh) dan anak asuh,

selain itu di analisis dengan menggunakan teori langkah-langkah

strategi komunikasi menurut Onong Uchjana. Pada tahap akhir dari

analisis data ini penulis mengecek keabsahan data yang ada, agar

menghasilkan data-data yang konkrit tentang strategi komunikasi yang

dilakukan yayasan yatim piatu Islam al-barokah tentang pembinaan

ibadah terhadap anak asuh.

11. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman kepada buku

pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) yang

disusun oleh tim penulis UIN Jakarta dan diterbitkan oleh CeQDA

UIN Jakarta pada tahun 2007. Cet. Ke-2.

14

(21)

G. Sistematika Penulisan

Tulisan ini dibagi menjadi 5 (lima) bab secara rinci sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori, yang meliputi Strategi Komunikasi, yang terdiri dari langkah-langkah strategi komunikasi, fungsi strategi

komunikasi, Pembinaan Ibadah dan pengertian Anak Asuh.

Bab III Gambaran Umum Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, yang meliputi Sejarah Singkat Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah,

Visi dan Misi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, Program Kegiatan

dan Struktur Organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.

Bab IV Analisis Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah, yang meliputi Langkah-langkah Penyusunan Strategi Komunikasi yang

diterapkan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, penerapan

Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah, serta Faktor-faktor

pendukung dan penghambat yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam

Al-Barokah.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi

Pengertian strategi menurut Hari Murti Kridalaksana, dalam

bukunya Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, yang mengungkapkan

bahwa: ”Strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaa dan akal atau budi daya”.15 Strategi dalam segala hal digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai

tanpa strategi, karena tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena

pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari

strategi.

Sedangkan pengertian strategi secara istilah, sebagaimana

dikatakan oleh Onong Uchjana dalam bukunya yang berjudul Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktek :

(23)

Selain itu strategi komunikasi menurut Din Syamsuddin dalam

bukunya Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani,

mengandung arti diantaranya:

a. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.

b. Seni dalam menyiasati pelaksaan rencana atau program untuk

mencapai tujuan.

c. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan

fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.17

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

istilah strategi, “Seni atau ilmu untuk menggunakan sumber daya

untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu.”18

Selain itu, dalam bukunya Strategi Pembangunan Indonesia

dan Pembangunan Dalam Islam, Syarif Usman mengatakan:

“Strategi sebagai kebijaksanaan menggerakkan dan membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya, dan

kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan

kebahagiaan”.19

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, penulis

menyimpulkan bahwa strategi yaitu upaya atau usaha dalam

melakukan sebuah tujuan guna mencapai keberhasilan, dengan

memanfaatkan serta menyesuaikan sumber daya yang ada, baik itu

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), h. 199.

19

Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam

(24)

kekuatan, daya dan kemampuan sehingga tujuan dan sasaran akan

tercapai.

2. Tahapan-Tahapan Strategi

Di dalam sebuah strategi, diperlukan adanya beberapa tahapan

dalam menjalankan sebuah strategi, diantaranya, yaitu20:

a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan

strategi yang dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah

pengembangan tujuan, mengenai dan ancaman eksternal,

menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu

objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi

untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan

suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau

melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.

b. Implementasi Strategi

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah

ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi

yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang

telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari

unit, tingkat dan anggota organisasi. Dalam pelaksaan strategi,

maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi

impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu

20

(25)

pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan

melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme

kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan

organisasi.

c. Evaluasi Strategi

Tahap yang terakhir dari menyusun strategi adalah evaluasi

strategi. Evaluasi strategi sangat diperlukan karena keberhasilan

yang dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan

berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan

dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat

diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah

dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi

strategi, yakni :

1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi

dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu

hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor

internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil

implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil

yang akan dicapai.

2) Mengukur prestasi (membandingkan dengan kenyataan).

Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan

dari rencana, mengevaluasi prestasi individual, dan menyimak

kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang

(26)

diukur dan mudah dibuktikan, criteria yang meramalkan hasil

lebih penting daripada criteria yang mengungkapkan yang

terjadi.

3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi

sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa

strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan

strategi yang baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan

atau hasil tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan semula

atau pencapaian yang diharapkan.

3. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa kata

communicatio (Latin) bersumber dari kata dasar communis yang

berarti “sama”.21

Selain itu komunikasi yaitu:

“Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lainnya, atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi, mengenai pikiran, dan perasaan-perasaan”.22

Secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian

sesuatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pertanyaan

itu jelas komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang

menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, “,,yang terlibat dalam

(27)

komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang

dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia, yang sering juga

disebut komunikasi sosial”.23

“Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan”.24

Pengertian-pengertian yang disebutkan diatas pastinya belum

mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak

pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh

gambaran, bahwa komunikasi yaitu suatu bentuk interaksi antara

komunikator dan komunikan melalui pesan yang diterima dengan

sengaja atau tidak. Tidak terbatas pada bentuk komunikasinya dengan

menggunakan bahasa verbal, maupun non verbal.

4. Pengertian Strategi Komunikasi

Adapun strategi komunikasi menurut Muhammad Arni yaitu:

“Paduan antara perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung situasi dan kondisi, jadi dengan demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang akan dipergunakan guna melancarkan

23

Anwar Arifin. Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada). 24

(28)

komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.25

Selanjutnya, menurut Anwar Arifin didalam bukunya Ilmu

Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas, ia menyatakan bahwa:

“Sesungguhnya strategi ialah keseluruhan keputusan kondisonal tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektifitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat”.26

Menurut Fred R David, didalam bukunya Manajemen Strategi

Konsep, strategi komunikasi yaitu:

“Strategi komunikasi yaitu perpaduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatannya bias berbeda-beda tergantung pada kondisi dan situasi”.27

Jadi strategi komunikasi adalah suatu cara rencana dasar yang

menyeluruh dari rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan oleh

sebuah organisasi untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa sasaran

dengan memiliki sebuah paduan perencanaan komunikasi

(communication planning) dengan manajemen komunikasi

25

Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) cet ke-6, h. 65-66.

26

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995) Cet ke-3.

27

(29)

(management communication) untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

5. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi

Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu

pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan

faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu

diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor

pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut. Seperti

kita ketahui, komponen dalam komunikasi yaitu komunikator,

komunikan, pesan, media dan efek.28

a. Mengenali Sasaran Komunikasi

Sebelum kita melancarkan komunikasi, kita perlu

mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi.

Hal ini berkaitan dengan tujuan komunikasi yang kita lakukan,

apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui (dengan metode

informatif) atau agar komunikan hanya sekadar mengetahui

(dengan metode informatif) atau agar komunikan melakukan

tindakan tertentu (metode persuasif atau instruktif). Apapun

tujuannya, metodenya, dan banyaknya sasaran, pada diri

komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut29:

28

Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 35.

29

(30)

1) Faktor kerangka referensi

Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada

komunikan harus sesuai dengan kerangka referensi. Kerangka

referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil

panduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup,

status sosial, ideologi, cita-cita dan sebagainya.

Kerangka referensi seseorang akan berbeda dengan

orang lain. Ada yang berbeda secara ekstrem seperti anak

murid SD dengan seorang mahasiswa atau seorang petani

dengan seorang diplomat. Ada perbedaan yang gradual saja

seperti seorang prawira dengan seorang prawira lain yang

sama-sama lulusan Akabri.

Dalam situasi komunikasi antarpersonal mudah

untuk mengenal kerangka referensi komunikan karena ia hanya

satu orang. Jangankan sudah dikenal, tidak dikenalpun mudah

menjajaginya, umpamanya dengan menanyakan kepadanya

mengenai pekerjaan dan asal daerahnya.

Yang sukar ialah mengenal kerangka referensi

komunikan dalam komunikasi kelompok. Ada kelompok yang

individu-individunya sudah dikenal seperti kelompok karyawan

atau kelompok perwira. Ada juga yang tidak dikenal seperti

pengunjung rapat RW. Komunikan harus disesuaikan dengan

(31)

Lebih sulit lagi mengenal kerangka referensi para

komunikan dalam komunikasi massa sebab sifatnya sangat

heterogen. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan kepada

khalayak melalui media massa hanya yang bersifat informatif

dan umum, yang dapat dimengerti oleh semua orang, mengenai

hal yang menyangkut kepentingan semua orang. Jika pesan

yang akan disampaikan kepada khalayak adalah untuk

dipersuasikan, maka akan lebih efektif bila khalayak dibagi

menjadi kelompok-kelompok khusus. Lalu diadakan

komunikasi kelompok dengan mereka, yang berarti komunikasi

dua arah secara timbal balik.30

2) Faktor situasi dan kondisi

Yang dimaksudkan dengan situasi disini ialah situasi

komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang

kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya

komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga dating

tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan. Yang dapat diduga

sebelumnya umpamanya mengadakan rapat dengan para

karyawan pada waktu gajian atau berpidato dalam suatu malam

kesenian pada saat para hadirin mengharapkan hiburan segera

dimulai. Yang pertama dapat dihindarkan dengan

menangguhkan atau memajukan harinya, sedangkan yang

kedua dengan memberikan pidato ya singkat, tetapi padat.

30

(32)

Hambatan komunikasi yang datang tiba-tiba

umpamanya hujan lebat disertai petir yang menggebu-gebu,

gemuruh hadirin karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya

ketika kita sedang berpidato. Yang pertama dapat diatasi,

umpamanya dengan mempercepat pidato disertai suara yang

lebih keras, sedangkan yang kedua dengan menghentikan

pidato kita sebentar sampai hadirin kembali menaruh

perhatiannya kepada kita.

Yang dimaksudkan dengan kondisi di sini ialah state

of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis

komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi.

Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan dengan

kondisi seperti itu, kadang-kadang kita bisa menangguhkan

komunikasi kita sampai datangnya suasana yang

menyenangkan. Akan tetapi, tidak jarang pula kita harus

melakukannnya pada saat itu juga. Di sini faktor manusiawi

sangat penting.31

b. Pemilihan Media Komunikasi

Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih

salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada

tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik

yang akan dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak

31

(33)

media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab

masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai

contoh, pesan melalui media tulisan atau cetakan dan media visual

dapat dikaji berulang-ulang dan disimpan sebagai dokumentasi.

c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu,

ini menetukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik

informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi. Seperti yang telah

dikemukakan apapun tekniknya, pertama-tama komunikasi harus

mengerti pesan komunikasi itu.

Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan (the content of the

message) dan lambang (symbol). Isi pesan komunikasi bisa satu,

tetapi lambang yang dipergunakan bisa macam-macam. Lambang

yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah

bahasa, gambar, warna, kial (gesture), dan sebagainya. Dalam

kehidupan sehari-hari banyak isi pesan komunikasi yang

disampaikan kepada komunikan dengan menggunakan gabungan

lambang, seperti pesan komunikasi melalui surat kabar, film atau

televisi.

Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi

ialah bahasa karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan

pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkrit dan yang

(34)

datang, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam komunikasi, bahasa

memegang peranan yang sangat penting. Tanpa penguasaan

bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tak akan

dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. Banyak

kesalahan informasi dan kesalahan interpretasi disebabkan oleh

bahasa.

Bahasa terdiri atas kata atau kalimat yang mengandung

pengertian denotatif dan pengertian konotatif. Perkataan yang

mengandung denotatif ialah yang maknanya senagaimana

dirumuskan dalam kamus (dictionary meaning), yang diterima

secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan

kebudayaan yang sama. Sedangkan perkataan yang mengandung

konotatif yaitu yang maknanya dipengaruhi emosi atau evaluasi

(emotional or evaluative meaning), disebabkan oleh latar belakang

dan pengalaman seseorang.

Dalam melancarkan komunikasi, kita harus berupaya

menghindarkan pengucapan kata-kata yang mengandung

pengertian konotatif. Jika terpaksa harus kita katakana karena tidak

ada perkataan lain yang tepat, maka kata yang diduga mengandung

pengertian konotatif itu perlu diberi penjelasan mengenai makna

yang dimaksudkan. Jika dibiarkan, bisa menimbulkan interpretasi

yang salah. 32

32

(35)

d. Peranan Komunikator dalam Komunikasi

Ada faktor yang penting dalam diri komunikator bila ia

melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source

attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility).

1) Daya tarik sumber

Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi,

akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan

melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa

bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan lain

perkataan, komunikan merasa ada kesamaan antara

komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat

pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator.

2) Kredibilitas sumber

Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi

berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator.

Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau

keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Sebagai contoh

seorang dokter akan mendapat kepercayaan jika ia

menerangkan soal kesehatan.

Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam

menghadapi komunikan harus bersikap empatik (empaty), yaitu

kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan

orang lain. Dengan kata lain perkataan, dapat merasakan apa yang

(36)

empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang

sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa dan sebagainya.33

6. Fungsi Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses

komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara

efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Terutama jika

komunikasi dilakukan lewat media massa yang memiliki khalayak

lebih luas dan beragam, maka kita memerlukan perencanaan lebih

matang dalam menyampaikan pesan yang ingin kita sosialisasikan.

“Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multi-media strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) yang mempunyai fungsi ganda : yang pertama, Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif persuasive, dan intruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal. Dan yang kedua,

Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperoleh dan dioperasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya”.34

B. Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan asal katanya “bina” yang artinya

“membangun,mendirikan”. Dalam bahasa arab berasal dari kata “banaa, yabnaa, banaaun” yang berarti membangun, memperbaiki.35 Dalam kamus umum bahasa Indonesia kata “pembinaan” mengandung

(37)

arti: “Penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan yang dilakukan

secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang baik”.36 Adapun pembinaan menurut Zakiah Daradjat yaitu:

“Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras. Pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan

pribadi yang mandiri.”37

Dalam upaya mencapai tujuan dari pembinaan yang telah

ditetapkan, diperlukan adanya unsur pendukung. Adapun

unsur-unsur tersebut adalah38:

a. Materi

Pada dasarnya materi pembinaan ibadah itu tergantung pada

tujuan pembinaan ibadah yang hendak dicapai.

b. Pembina/Pembimbing

Pembina adalah seseorang yang membina sekelompok

orang dalam sebuah pembinaan dan memiliki syarat-syarat sebagai

berikut:

1) Kemampuan professional

2) Memiliki sifat atau kepribadian yang baik

3) Memiliki kemampuan bermasyarakat

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang 1979).

38

(38)

c. Peserta Terbina (sasaran pembinaan ibadah)

Faktor ini adalah salah satu unsur yang penting dalam

pembinaan ibadah, karena tujuan dari pembinaan ibadah adalah

untuk keselamatan individu dalam sebuah pembinaan.

d. Metode

Pengertian metode secara harfiah adalah “jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tindakan,” karena kata “metode” berasal dari kata “meta” yang berarti melalui dan “todas” berarti

jalan. Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati

masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.

2. Pengertian Ibadah

Adapun pengertian-pengertian ibadah, di antara lain yaitu:

“Ibadah secara bahasa dalam Eksiklopedi Islam yang berarti:

“mematuhi, tunduk, dan berdo’a”. Sedangkan menurut istilah: Ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan Dzat yang memiliki puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa, Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan perkataan) yang dilakukan pada setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk

mencari keridhaan Allah SWT”.39

Dalam pengertian umum, ibadah adalah “Kegiatan atau perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai kehidupan dunia,

yang disertai niat mencari ridha Allah, serta dijalankan dengan

memperhatikan norma-norma keagamaan”.40

“Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi arti ibadah sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari

(39)

ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan mematuhi

laranagan-Nya.” Atau dengan kata lain “Segala usaha lahir dan batin,

sesuai dengan perintah Tuhan, untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga,

masyarakat maupun terhadap alam semesta”.41

Selain definisi diatas, ibadah juga mempunyai beberapa definisi

antara lain:

a. “Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya”.

b. “Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa

mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi”.

c. “Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan

atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin”. 42

Disamping itu, ibadah dalam pengertian tak terbatas pada

masalah ritual saja, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan dalam

hubungannya dengan individu dan sosial, dan ritual yang dilandasi

oleh ajaran Islam setelah itu ibadah juga bertujuan agar manusia

mempunyai sifat yang terpuji, baik hubungannya dengan Allah

maupun sesama manusia serta lingkungannya.43

“Ibadah adalah hak Allah yang wajib dipatuhi. Maka manusia

tidak diwajibkan beribadah kepada selain Allah, karena hanya

Allah sendiri yang berhak menerimanya, karena Allah sendiri

41

Depdiknas. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, h. 364

42

Ibid., h. 31-32.

43

(40)

yang memberikan nikmat yang paling besar kepada

makhluknya, yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubungan

dengannya”.44

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pembinaan ibadah

adalah tindakan yang dilakukan dengan memperoleh hasil yang baik

sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Tuhan-Nya,

dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain

itu, dengan beribadah seorang hamba akan selalu merasa dekat dengan

Allah, bahkan dapat menolong batinnya dari kesusahan.

3. Bentuk-bentuk Ibadah

Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya “Fiqh Ibadah”, ditinjau dari segi bentuknya, ibadah dibagi menjadi dua macam, yaitu:

“Ibadah Khasshah adalah ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash Al-Qur’an dan Hadits. Seperti sholat, zakat, puasa dan haji. Dan Ibadah „Ammah adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan semata-mata karna Allah SWT. Seperti makan dan minum, amar makruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya”. 45

Ibadah khasshah atau biasa disebut dengan ibadah mahdoh

adalah segala jenis Ibadah yang tata caranya telah ditetapkan oleh

Allah SWT (khusus) atau tersebut. Sedangkan ghoiroh mahdoh atau

44

Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqh Ibadah (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008) h. 32.

45

(41)

ibadah ammah adalah segala jenis ibadah kepada Allah dalam

pengertian luas semua perbuatan yang berhubungan dengan Allah

SWT, semua manusia, dan alam lingkungan, misalnya berdzikir

kepada Allah, menolong orang yang kesusahan sesuai dengan

kemampuan kita.

Selain itu, menurut Ahmad Dzajuli Ibadah Khasshah juga bisa

disebut dengan ibadah mahdhah yang artinya:

“hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT, yang

bersifat ritual (peribadatan), seperti shalat, zakat, puasa, dan

haji”.46

4. Pengertian Anak Asuh

Anak asuh adalah “anak yang diberi biaya pendidikan (oleh seseorang) tetapi tetap tinggal pada orang tuanya”. Anak asuh juga diartikan sebagai:

“Anak yang berasal dari keluarga pra sejahtera ataupun yang sudah tidak memiliki orang tua dan mendapat pengasuhan diluar lingkungan keluarga yang sah. Lingkungan itu dapat berupa keluarga yang secara langsung mengasuh dan menyediakan segala keperluan si anak. Dapat juga berupa yayasan ataupun lembaga yang bergerak di bidang pengasuhan dan perlindungan anak”.47

Menurut Ardianus Khatib yang dikutip oleh Chuzaimah T.

Yanggo dan Hafidz Ansharya berpendapat bahwa anak asuh adalah

46

Ahmad Dzajuli, Kaidah-kaidah Fikih (Jakarta: Kencana, 2007), Ed. 1. Cet.2 h. 114.

47

(42)

anak yang digolongkan dari keluarga yang tidak mampu, antara lain

sebagai berikut:

a. Anak yatim atau piatu atau anak yatim yang tidak memiliki

kemampuan ekonomi untuk bekal sekolah dan belajar.

b. Anak dari keluarga fakir miskin.

c. Anak dari keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal

tertentu (tuna wisma).

d. Anak dari keluarga yang tidak memiliki ayah dan ibu dan

keluarga dan belum ada orang lain yang membantu biaya

untuk bersekolah atau belajar.48

48

(43)

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

Sebelum berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam,

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah hanyalah sebuah lembaga kursus

dakwah yang sengaja diselenggarakan oleh Almarhum K.H. Abubakar Jamal

dengan tujuan khusus membina dan mencetak kader-kader muballigh. Kursus

dakwah tersebut diikuti oleh peserta-peserta yang umumnya datang dari

wilayah sekitar, seperti Kelurahan Jatimakmur, Jatiasih, Jatikramat,

Jatiwaringin, Ujung Aspal, Jatibening, dan lain-lain.

Kursus dakwah tersebut diselenggarakan setiap hari Ahad, dengan

mengundang narasumber-narasumber yang ahli di bidang dakwah, yang pada

umumnya para narasumber tersebut adalah para guru di Yayasan Al-Barokah,

seperti49:

1. K.H. Thahir Rohili (Pimpinan Pondok Pesantren Ath-Thahiriyah, Jakarta);

2. K.H. Abdullah Syafi’I (Pimpinan Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyyah); 3. K.H. Nur Ali (Pimpinan Pondok Pesantren At-Taqwa, Bekasi);

4. K.H.Zayadi Muhajir (Pimpinan Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Jakarta);

5. Ustadz Tauhid (sebagai guru tetap).

Selain kegiatan tersebut, terdapat pula pengajian rutin setiap malam

yang dihadiri oleh santri-santri “kalong” yang juga berasal dari wilayah sekitar Jatimakmur. Santri-santri tersebut pada umumnya datang pada sore hari yang

49

(44)

kemudian mengikuti pengajian dan kembali ke rumah masing-masing pada

keesokan harinya. Demikian seterusnya hingga jumlah mereka terus

bertambah dari hari ke hari.

Dalam memberikan pelajaran-pelajaran agama, Almarhum K.H.

Abubakar Jamal dibantu oleh beberapa ustadz antara lain Ustadz Sya’roni dari

Kuningan dan Ustadz Mulyadi dari Banten. Demikian seterusnya kegiatan

pengajian tersebut berlangsung, hingga pada tahun 1982 Almarhum K.H.

Abubakar Jamal telah mengasuh 12 yatim dan piatu sebagai santri tetap dan

sekaligus tinggal satu atap dengan beliau.

Berangkat dari kondisi tersebut semakin mantaplah hati beliau

untuk merealisasikan cita-cita mulia mendirikan sebuah lembaga Islam. Dan

akhirnya, pada tahun 1982 cita-cita tersebut terlaksana dengan berdirinya

Yayasan Pendidikan Islam Yatim Piatu Al-Barokah dengan Akta Notaris

Soedirja SH, No.8 tanggal 11 Oktober 1982. Maka dengan demikian, resmilah

ia sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang menyelenggarakan pendidikan

formal dan non formal.

Selanjutnya, proses pembangunan Yayasan Yatim Piatu Islam

Al-Barokah dilaksanakan secara bertahap yang dengan rinci proses pembangunan

tersebut teragi atas lima periode dengan penjelasan sebagai berikut 50:

a. Periode I (Agustus 1982 – Juli 1983)

Pada periode ini, Al-Barokah sebagai salah satu elemen

masyarakat, hanyalah merupakan lembaga yang sanagat sederhana ditinjau

dari beberapa sarana dan fasilitas yang dimiliki. Fasilitas tersebut antara

50

(45)

lain: satu lokal ruang tamu, 3 ruang asrama (kamar tidur), ruang keluarga

dan kamar mandi. Pada periode ini anak asuh berjumlah 12 orang yatim

dan piatu, terdiri dari 7 santri putra dan 5 santri putri.

b. Periode II (Agustus 1983 – Juli 1984)

Pada periode ini, terdapat penambahan fasilitas antara lain :

1) 2 lokal kelas siap pakai dengan kondisi permanen.

2) Satu lokal ruang kantor Yayasan.

3) Satu lokal ruang kantor guru.

4) Dan satu ruangan dengan kondisi permanen yang terletak diatas ruang

guru yang berfungsi sebagai asrama sementara santri putra.

Jumlah santri pada periode ini bertambah menjadi 20 orang yang terdiri

dari 11 santri putra dan 9 santri putri.

c. Periode III (Agustus 1984 – Juli 1985)

Fasilitas bertambah dengan sebuah gedung bertingkat tiga yang

berfungsi sebagai perkantoran dan ruang kelas. Sedangkan rumah

kediaman Almarhum K.H. Abubakar Jamal dirobohkan untuk dijadikan

areal lapangan terbuka, aula dan sarana olah raga. Pada periode ini jumlah

santri bertambah menjadi 30 orang yang terdiri dari 16 santri putra dan 14

santri putri.

d. Periode IV (Agustus 1985 – Juli 1986)

Penambahan fasilitas pada periode ini terlihat pesat, yakni dengan

terselesaikannya seluruh local dengan 3 lantai yang berfungsi sebagai

(46)

ini jumlah santri bertambah menjadi 50 orang, terdiri dari 24 santri putra

dan 26 santri putri.

e. Periode V (1986)

Pada periode ini, pembangunan berlangsung dan lahirnya

perencanaan untuk penambahan fasilitas berupa gedung-gedung antara

lain:

1) Kantor Yayasan dan rumah tidur pengurus Yayasan yang pada saat itu

kondisi pembangunannya telah berjalan 50 persen.

2) Gedung aula khusus putri 2 tingkat sekaligus berfungsi untuk asrama,

20 persen pembangunannya telah berjalan.

3) Penambahan wc putra dan putri.

4) Penambahan 2 tingkat gedung untuk kelas yang terdiri dari

masing-masing 5 lokal.

5) Aula utama termasuk musholla, arena olah raga, yang dibangun di atas

permukaan tanah bekas bangunan rumah Almarhum K.H. Abubakar

Jamal. (Dokumentasi Pesantren Al-Barokah).

Dan pada periode inilah Yayasan Yatim Piatu Islam

Al-Barokah semakin dikenal dan diakui eksistensinya dikalangan masyarakat

luas, terlebih setelah Yayasan tersebut mendapat izin menyelenggarakan

Ujian Negara. Seiring dengan itu, fasilitas, sarana dan prasarana di

Yayasan Yatim Piatu ini semakin diperlengkap hingga sampai pada

tingkat kesempurnaannya51.

Sesuai kebijakan yang berlaku di Yayasan Yatim Piatu Islam

Al-Barokah, hingga saat ini tidak ada prosedur khusus yang digunakan sebagai

51

(47)

acuan untuk menerima dan menyeleksi santri atau anak asuh yang kemudian

mendapatkan bimbingan dalam lahnya pembinaan ibadah.

Adapun dalam penerimaan anak asuh itu sendiri, Yayasan

Al-Barokah telah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon santri.

Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Muslim baligh ataupun belum baligh dan mampu membaca Al-Qur’an. b. Bersedia dan sanggup mengikuti pengajian dan peraturan dengan berbagai

ketentuan yang telah ditetapkan oleh Yayasan Al-Barokah.

c. Bersedia dan sanggup tinggal atau menetap di pondok pesantren selama

pembinaan ibadah.

Sedangkan tata tertib dan peraturan yang harus dipenuhi oleh setiap

anak asuh di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah antara lain sebagai

berikut52 :

a. Seluruh santri wajib mengikuti seluruh kegiatan yang telah ditetapkan;

b. Seluruh santri wajib berpakaian rapih , bersih, dan menutupi aurat.

Dianjurkan untuk memakai pakaian berwarna putih-putih dan dilarang

kaos diwaktu pengajian berlangsung atau kegiatan lain kecuali istirahat

(tidur);

c. Seluruh santri dilarang membuat keributan, kegaduhan, kekacauan dan

lain-lain, yang bertentangan dengan nilai moral;

d. Seluruh santri dilarang merokok, minum-minuman keras, membawa

obat-obatan terlarang, senjata tajam, senjata api dan sejenisnya.

e. Seluruhnya santri yang tidak mengindahkan atau melanggar

ketentuan-ketentuan tersebut, akan dikenakan sanksi.

52

(48)

Selanjutnya, jumlah santri terhitung sejak tahun 1982 sanpai 2011

dapat diketahui sebanyak 418 santri (anak asuh) yang terdiri dari 233 santri

putra dan 185 santri putri.

B. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

Adapun Visi dari Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah:

“Unggulan dalam sopan santun berprestasi dalam teknologi

informasi berdasarkan iman dan taqwa”

Sedangkan Misi dari Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah:

1. Menumbuhkan Penghayatan dan Pengamalan ajaran Agama Islam

2. Penambah wawasan teknologi melalui informasi

3. Keteladanan sikap dan perilaku guru serta karyawan sehari-hari terhadap

santri.

C. Program Kegiatan Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

Yayasan Yatin Piatu Islam Al-Barokah sebagai lembaga sosial yang

mempunyai perhatian besar terhadap anak yatim, maka untuk mewujudkan

visi dan misinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah memerlukan

kematangan konsep sebagai kunci keberhasilannya. Pematangan konsep yang

dilakukan terhadap kegiatan tidak akan tercapai jika tidak adanya suatu

program.

Dalam menjalankan peranannya, Yayasan Yatin Piatu Islam

(49)

melalui dua program, yaitu program jangka panjang dan program jangka

pendek.

1. Program Jangka Pendek

a. Mengadakan pengajian mingguan yang dilaksanakan oleh para santri

putra dan putri.

b. Mencari dana sosial dalam kegiatan besar yang diadakan oleh Yayasan.

c. Menetapkan 3 (pokok) kotak obstib ditempat strategis serta memelihara

bersama dengan anggota guna memudahkan berkomunikasi antara

pengurus dan anggota serta membuka satu minggu sekali seta

membacanya dua minggu sekali.

d. Mengadakan kegiatan pidato (muhadharah) satu minggu dua kali oleh

para santri putra dan putri.

e. Mengadakan seni baca Al-Qur’an dan rawi dengan mendatangkan tenaga dari luar.

2. Program Jangka Panjang

a. Memelihara dan menambah alat-alat kesejahteraan pada setiap asrama.

b. Mengadakan hari-hari besar Islam maupun hari-hari besar Nasional.

Saat ini, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah melaksanakan

program kerjanya melalui sedikitnya 5 unit kegiatan, kegiatan-kegiatan

tersebut yaitu:

a. Pesantren (Pendidikan Non Formal)

Kegiatan yang dilaksanakan melalui unit ini adalah dalam

Gambar

gambaran, bahwa komunikasi yaitu suatu bentuk interaksi antara
TABEL III.1
GAMBAR III.2
TABEL III.2

Referensi

Dokumen terkait

Sulistiyowati (2017), menilai bahwa hasil analisis yang dilakukan di kawasan pesisir pantai Pangempang memiliki potensi wisata bahari dengan latar belakang hutan

pelayanan yang ramah, nyaman, dan efisien. b) Mengumpulkan modal untuk mengembangkan usaha dengan cara menggandeng investor atau pinjaman bantuan modal, bisa berupa

Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia,komputer,teknologi informasi dan prosedur kerja), ada

Goreng belado ikan salai selais dan gulai ikan salai baung adalah masakan khas Riau yang sangat digemari masyarakat (sumber foto: www.imgrum.net dan duta indonesia.

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan usia, lama kerja, masa kerja dan indeks massa tubuh

Iringan Ayak-ayak Slendro Pathet Nem , iringan suwuk , lalu tampil Guwarsa dan Guwarsi dari gawang kiri dengan iringan Sendhon Pananggalan Slendro Nem lalu dilanjutkan

[r]

Kemampuan menyampaikan informasi, mengelola pembelajaran, meningkatkan minat sampai membentuk sikap peserta didik adalah beberapa hal yang berkaitan dengan efikasi