• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORI

5. Larangan Penimbunan Barang Dalam Islam

Rasulullah SAW sangat menganjurkan agar umat Islam mendistribusikan sebagain harta dan penghasilan mereka untuk membantu saudara- saudara yang kekurangan dibidang ekonomi. Distribusi yang dimaksud Nabi SAW terbagi menjadi dua jenis yaitu:

1) Ditribusi barang dan jasa yang berupa penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, artinya sebagai upaya untuk tersalurkannya barang- barang hasil produksi sehingga dapat dikonsumsi oleh masyrakat luas dan orang yang mendistribusikan mendapat laba (hasil) dari penjual barang yang didistribusikan.

2) Ditribusikan sebagian harta kepada orang- orang yang membutuhkan sebagai wujud solidaritas sosial, artinya orang yang menyalurkan hartanya tidak mendapatkan pembayaran atau keuntungan (profit) lansung tetapi mendapatkan balasan yang baik atau keuntungan dihari kemudian atau akhirat.

Adapun tujuan distribusi dalam Islam antara lain:

1) Menyatukan hati manusia dalam kebaikan dan kebenaran dari nilai- nilai ilahi sehingga mereka semakin taat kepada pencipta-Nya.

2) Membersihkan dan menyusikan manusia dari sifat serakah, tamak, egois dan individualis.

3) Menghindari kegiatan spekulatif kezaliman dalam distribusi pendapatan dan kekayaan.28

Dasar hukum yang digunakan para ulama fiqh yang tidak membolehkan Ikhtikar atau penimbunan barang adalah kandungan nilai- nilai universal Al- Qur’an yang menyataka bahwa setiap perbuatan aniaya, termasuk didalamnya penimbunan barang diharamkan oleh agama Islam.29

Para ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa penimbunan barang yang diharamkan adalah penimbunan barang- barang pokok tertentu, yaitu membelinya pada saat harga mahal dan menjualnya kembali. Ia tidak menjualnya saat itu juga tetapi ia simpan sampai harga melonjak naik.30 Pendapat lain mengatakan bahwa menurut ulama Syafi’iyah, Hanabillah, Malikiyah, Zaidiyah dan Zahiriyah menurut mereka melakukan penimbunan barang hukumnya haram, alasan yang

28Idris, Hadis Ekonomi Ekonomi Dalam Perspektif Hadist Nabi, ( Jakarta: Gema Insani) hal 152

29A. Karim Adiwarman, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani, 2006) hal 52

30Harun Nasrun, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2006) hal 60

23

mereka kemukakan adalah ayat dan hadist- hadist yang telah disebutkan.31 Menurut Malikiyah penimbunan barang hukumnya haram dan dapat dicegah oleh pemerintah dengan segala cara karena perbuatan itu memberikan mudharat yang besar terhadap kehidupan masyarakat, stabilitas ekonomi masyarakat dan negara.32

Pengharaman terhadap perbuatan penimbuanan barang apabila terdapat tiga, yaitu:

1) Barang yang ditimbun harus dibeli terlebih dahulu.

2) Barang yang dibeli merupakan bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat.

3) Adanya kesulitan masyarakat untuk mendapatkan bahan makanan yang dibutuhkan.33

Menurut Sayyid Sabiq dalam fiqh sunnah menyatakan bahwa para ulama sepakat mengharamkan penimbunan barang dengan tiga syarat yaitu:

1) Syarat berlakunya penimbunan barang adalah keberadaanya sampai batas membuat penduduk negeri kesulitan untuk membeli barang yang ditimbun karena realita penimbuan barang tidak akan terjadi kecuali di dalam kondisi ini.

2) Bahwa yang ditumbun adalah kelebihan dari kebutuhannya berikut tanggungannya untuk persediaan setahun penuh.

3) Bahwa orang tersebut menunggu saat- saat memuncaknya harga barang agar ia dapat menjualnya dengan harga yang tinggi karena orang sangat membutuhkan barang tersebut.34

31Yusuf Al- Qardawi, Halal Haram Dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 2000) hal 124

32Yusuf Al- Qardawi, Halal Haram Dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 2000) hal 358

33Yusuf Ahmad Mahmud, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis Ala Kapitalis, Penerjemah: Yahya Abdurrahman, (Bogor: Al- Azhar Press, 2009) hal 12

Penimbunan barang adalah halangan terbesar dalam pengaturan persaingan dalam pasar Islam. Hal tersebut dikarenakan pengaruhnya terhadap jumlah barang yang tersedia dari barang yang ditimbun, dimana beberapa pedagang memilih untuk menahan barang daganganya dan tidak menjualnya karena menunggu harga naik. Perilaku ini mempunyai pengaruh yang negatif dalam fluktuasi kemampuan persediaan dan permintaan barang. Penimbunan dapat menyebabkan pergesaran kurva penawaran dan permintaan yaitu perbuatan yang haram dan melanggar hukum dari penjual.

6. Syarat- Syarat Dikatakan Penimbunan Barang

Penimbunan barangadalah halangan terbesar dalam peraturan persaingan dalam pasar Islam. Hal tersebut dikarenakan pengaruhnya terhadap jumlah barangyang ditimbun, dimana beberapa pedagang memilih untuk menahan barang dagangannya dan tidak menjualnya karena menunggu naiknya harga.35

Imam Al-Syathibi memberi contoh ketika terjadi praktek penimbunan barang (Ikhtikar) sehingga stok hilang dari pasar dan harga melonjak naik.

Apabila seseorang melakukan penimbunan barang dan mengakibatkan melonjaknya harga barang yang ditimbun dan disimpan itu, maka menurutnya, pihak pemerintah boleh memaksa pedagang untuk menjual barangnya itu sesuai dengan harga sebelumnya terjadinya pelonjakan harga. Dalam hal ini menurutnya, pedagang itu wajib menjualkan barangnya sesuai dengan ketentuan pemerintah.36

34A. Karim Adiwarman, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani, 2006) hal 73

35Nurul Huda Dkk, Keuangan Publik Pendekatan Instrumen Kebijakan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2015) hal 42

36Sudarto, Ilmu Fiqih, (Sleman: Budi Utama, 2018) hal 269

25

Penimbunanbarang itu hanya berlaku terhadap barang- barang hasil pembelian saja (barang-barang yang dibeli) dengan demikian penimbunan barang- barang hasil komoditi sendiri atau barang- barang hasil karya sendiri tidak termasuk penimbunan. Sebab ada kemungkinan tidak akan mengalami kelangkaan dan juga tidak akan merusak harga pasar serta stabilitas ekonomi masyarakat.

Para ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa penimbunan yang menyebabkan kelangkaan berang dan merusak mekanisme pasar hukumnya haram. Keharaman Ikhtikar harus memenuhi beberapa ketentuan berikut:

a. Harus diperoleh dengan cara membeli, bukan hasil panen atau menerima hibah dari orang lain.

b. Barang yang ditimbun harus dibutuhkan oleh masyarakat umum, bukan barang yang dibutuhkan dalam keadaan tertentu atau yang menjadi konsumsi masyarakt tertentu.

c. Barang tersebut dibeli masyarakat ketika harganya melonjak tinggi ( melebihi harga normal di pasaran, bukan ketika harganya sedang stabil.

d. Ada tujuan untuk dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi dan harga pasar, bukan untuk konsumsi pribadi atau dijual kembali dengan harga normal.37

Menimbun yang diharamkan menurut kebanyakan ulama fiqih bila memenuhi tiga (3) kriteria sebagai berikut:

37Ahmad Mustaq, Etika Bisnis Dalam Islam Terjemahan Zainal Arifin ( Jakarta: Gema Insani Press, 1997) hal 70

1) Barang yang ditimbun melebihi kebutuhannya dan kebutuhan keluarga untuk masa satu tahun penuh. Kita hanya boleh menyimpan barang untuk keperluan kurang dari satu tahun sebagaimana pernah dilakukan Rasulullah SAW.

2) Menimbun untuk dijual, kemudian pada waktu harganya membumbung tinggi dan kebutuhan rakyat sudah mendesak baru dijual sehingga terpaksa rakyat membelinya dengan harga mahal.

3) Yang ditimbun (dimonopoli) adalah kebutuhan pokok masyarakat seperti sandang, pangan dan lain- lain. Apabila bahan- bahan lainnya ada di tangan banyak pedagang, tetapi tidak termasuk bahan pokko kebutuhan masyarakat dan tidak merugikan masyarakat maka hal itu tidak termasuk menimbun.38

Menurut pendapat Yusuf al-Qardawi bahwa penimbunan barang diharamkan jika memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Dilakukan di suatutempat yang penduduknya akan menderita sebab adanya penimbunan tersebut.

2) Penimbunan dilakukan untuk menaikkan harga sehingga orang merasa susah dan supaya ia mendapat keuntungan yang berlipat ganda.39

Pendapat lain mengatakan bahwa apabila suatu waktu terjadi praktik penimbunan barang (Ikhtikar) sehingga persediaan (stok) hilang dari pasar dan melonjak naik. Apabila terjadi praktik seperti itu, maka pemerintah boleh memaksa para pedagang menjual barang- barang sesuai dengan harga pasar

38Yusuf Al- Qardawi, Halal Haram Dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 2000) hal 84

39Harun Nasrun, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2006) hal 83

27

sebelum terjadi perlonjakan harga barang tersebut, para pedagang wajib memenuhi kebutuhan pemerintah di dalam menentukan harga pasar.40

Praktik penimbunan barang tujuannya untuk mendapat keuntungan besar dari menjual barang dengan harga tinggi, barang- barang yang telah lama ditimbun saat permintaan dari konsumen sedang tinggi. Penimbunan barang yang dilakukan oleh para penjual maka kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan ilegal praktik penimbunan barang terhadap barang- barang yang menjadi kebutuhan poko orang banyak maka dapat dikatakan ini adalah kerugian yang besar khususnya kerugian yang diterima oleh masyarakat selaku sebagai konsumen.

7. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Ikhtikar

Dalam Islam dikenal adanya Fiqh Siyasah Maliyah, dalam Siyasah Maliyah dibahas mengenai persoalan yang berkaitan dengan perekonomian atau pengelolaan harta. Dan juga dibahas mengenai peran pemerintah dalam intervensi persoalan- persoalan ekonomi.

Pengertian Fiqh Siyasah, secara harfiah al- Siyasah berasal dari kata- kata :

س

Artinya: “ Mengatur, mengendalikan, mengurus, atau membuat keputusan”.

مهرمأ ىلوتو مهربد =م وقلا ساس

Artinya:“Mengatur kaum, memerintah dan memimpinya”.

Oleh karena itu, kata al- Siyasah berarti: pemerintahan, pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, pengurusan, pengawasan, perekayasaan dan arti- arti lain.

40Gibtiah, Fikih Kontemporer, (Jakarta: Prenadamedia Gruop, 2016), hal 121

Berkenan dengan hal ini, ada sebuah hadist yang berbunyi:

رْسِإ ْت نا ك : لا ق ِ ىِبهنلا ِن ع ة رْي رُه ىِب أ نع ُس ْوُس ت لْيِء

ُئ ا يِبْن لِا ْمُه

Artinya: “Dari Abu Hurairah, telah bersabda Nabi SAW, Bani Israil dikendalikan oleh Nabi- Nabi mereka”. (HR. Muslim)41

Menurut A.Dzajuli, dalam pengertian al- Siyasah, terkandung dua dimensi yang berkaitan satu sama lain, 1. “tujuan” yang hendak dicapai melalui proses pengendalian, 2. “cara” pengendalian menuju tujuan tersebut. Oleh karena itu al- Siyasah pun diartikan:

ُهُحُلْص ي ا مِب ٍئْي ش ى ل ع ُما يِقْل ا ُة س ا ييِ سلا و

Artinya: “Memimpin sesuatu dengan cara yang membawa kemaslahatan”.42

Pengertian fiqh siyasah secara istilah menurut Ahmad Fathi Bahatsi sebagaimana dikutif oleh A. Dzajuli adalah :

ِع ْرهشلا ِقْف و ى ل ع ِدا بِعْلا ِححِلا ص م ُرْيِب ْد ت

Artinya:” Pengurusan kemaslahatan umat manusia sesuai dengan syar’a”.

Ibn’ Aqil sebagaimana dikutif oleh A. Dzajula dalam I’lam al-Muwaqqi’in Ibn Qayyim, mendefinisikan siyasah dengan :

ُد عْب أ و ِح لًهصلا ى لِإ ُب رلْق أ ُساهنلا ْه ع م ُن ْوُك ي ًلًْع ف نا ك ا مُة سا يِ سل ا هُع رْش ي ْنُك ي ْم ل ْنِا و ِدا س فْلا ِن ع ٌىْح و ِهِب ل ز ن لَ و ُل ْوُس هرلا

Artinya:” Siyasah adalah segala perbuatan yang membawa manusia lebih dekat kepada kemaslahatan dan lebih jauh dari kemasadatan, sekalipun Rasulullah tidak menciptakan dan (bahkan) Allah SWT, tidak menentukanya.43

41A. Dzajuli, Fiqh Siyasah, (Jakarta: kencana, 2003), hal 26

42A. Dzajuli, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Kencana, 2003), hal 26

29

Menurut Ibn Taimiyah dalam proses siyasah terdapat dua unsur yang terlibat. Pertama pemerintah pemegang kekuasaan, kedua rakyat dari kalangan militer maupun sipil. Rumusan ini diambil Ibn Taimiyah dari pemahaman surat an- Nisa ayat 58 dan 59.44

Melihat penjelasan diatas tersebut maka mengenai Siyasah Maliyah, maka dijelaskan dalam masalah al- Ikhtikar (penimbunan barang dagangan) pemerintah mempunyai peran dan tugas yang sangan penting.

Mengenai intervensi pemerintah dalam masalah Ikhtikar, dikalangan ulama fiqh yang melarang Ikhtikar menyatakan jika Ikhtikar telah terjadi, maka pemerintah berhak memaksa pedagang untuk menjual barang tersebut dengan harga pokoknya sebagai hukuman bagi mereka. Bahkan apabila mereka para spekulan yang melakukan Ikhtikar tetap menjual barang dagangnya dengan harga pasar, maka hakim boleh menyita barang dagangnya dan dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan. 45 Oleh karena itu, pemerintah harus mengadakan pengawasan terhadap pasar. Pengawasan pasar ini berguna untuk menjamin berjlannya mekanisme pasar secara sempurna. Dalam agama pengawas pasar didasarkan pada firman Allah surah Ali Imran [3]: 110. Pengawasan pasar yang dilakukan oleh Rasulullah Saw., antara lain melakukan inspeksi secara lansgung ke pasar untuk melihat harga dan mekanisme pasar, maka Rasulullah menegur pelakunya dan memberi nasihat tentang perilaku pasar yang baik.

Ulama yang melarang Ikhtikar berpendapat bahwa:

43A. Dzajuli, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Kencana, 2003), hal 27

44Ibn Taimiyah, al- Siyasah al Syar’iyah fi Ashlah al- Ra’y wa al- Ra’ayah, (Iskadariyah:

Dar al- Iman), hal 12

45Harun Nasrun, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2006) hal 165

1. Pemerintah berhak memaksa penjual untuk berjualan dengan harga standar pasar bila terjadi Ikhtikar

2. Apabila pedagang membantah, hakim berhak menyita dagangannya 3. Harus ada usaha preventif dan refresif pemerintah

4. Pemerintah harus menetapkan harga yang adil pada setiap komoditi.46 B. Konsep Pasar

1. Pengertian Pasar

Pasar terdiri dari semua pelanggan yang potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan itu. Jadi besarnya pasar tergantung jumlah orang yang memiliki kebutuhan, punya sumber daya yang diminati orang lain, dan mau menawarkan sumber daya itu untuk ditukar untuk memenuhi kebutuhan mereka.47

Pengertian pasar dapat dilihat secara sempit dan luas. Secara sempit pasar adalah tempat berkumpul dan bertemunya para penjual atau produsen dan pembeli atau konsumen pada suatu lokasi tertentu. Secara luas pasar adalah mekanisme bertemunya kepentingan konsumen dan produsen, merupakan sumber informasi bagi pelaku ekonomi serta juga merupakan sarana dalam meningkatkan kepuasaan konsumen maupun produsen.48 Sementara itu Budiono menyatakan pasar adalah pertemuan antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Suatu pasar yaitu dimana saja terjadi transaksi antara penjual dan pembeli. Jenis barang atau jasa

46Harun Nasrun, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2006) hal 164

47Sudaryono. Manajemen Pemasaran Teori Dan Implementasi. (Yogyakarta: Andi Offset, 2016), hal 48

48Henry Faizal Noor, Ekonomi Manajerial, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007) , hal 104

31

yang ditransaksikan dapat berupa barang atau jasa apapun, mulai dari beras, sayur- mayur, jasa angkutan, uang maupun tenaga kerja.49

Sedangan pasar secara bahasa Arab disebut souq (bentuk jamak: aswaq atau aswak) yang berarti tempat menjual sesuatu dan proses jual beli berlangsung.

Souq sebuah konsep yang telah ditetapkan selama masa Rasulullah SAW. Sebagai tempat penjualan terjadi, namun terkait dengan transaksi sendiri tidak pada tempat tersebut. Dengan demikian, pasar dalam islam dapat dijalankan dimana pun dan kapanpun ketika terjadi suatu transaksi antara penjual dan pembeli dibawah kesepakatan bersama dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.50

Pasar merupakan lembaga ekonomi dimana para pembeli dan para penjual baik secar langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang atau jasa. Jadi pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Ada dua unsur utama menetukan struktur pasar yaitu jumlah pembeli dan penjual di pasar dan tingkat kebankuan produk.

Sebaliknya faktor- faktor tersebut dipengaruhi oleh:

1) Karakteristik Produk. Jika produk- produk lain merupakan pengganti yang baik dari suatu produk, maka tingkat persaingan di pasar semakin ketat.

2) Fungsi Produk. Industri- industri yang berfungsi produksinya menunjukkan keadaan increasing return scale yang outputnya relative besar dibandingkan dengan permintaan totalnya biasanya jumlah tingkat persaingannya lebih ringan dari pada di dalam industri- indsutri yang berfungsi produknya constant

49Budiono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1 Ekonomi Mikro, (Yogyakarta:BFPE,2002), hal 43

50Veithzal Rivai Zainal, DKK, Islamic Mareketing Management, (Jakarta: Bumi Aksara,2017) , hal 2-3

atau descreasing return to scale yang masuk ke pasar degan tingkat output yang relative kecil dibandingkan dengan permintaan total.

3) Pengaruh Pembeli. Jika hanya ada sedikit pembeli, maka tingkat persaingan akan lebih rendah dari pada jika pembelinya banyak.51

Dalam Ilmu Ekonomi, konsep pasar adalah setiap struktur yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi. Pertukaran barang atau jasa untuk uang disebut dengan transaksi. Pasar terdiri dari semua penjual dan pembeli yang baik yang memengaruhi harganya.

Pengaruh ini merupakan studi utama ekonomi dan telah melahirkan beberapa teori dan model tentang kekuatan pasar penawaran dan permintaan.

2. Fungsi Pasar

Pasar memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut:

1) Pasar berfungsi sebagai sarana distribusi. Dalam hal ini, pasar berfungsi untuk memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen.

Produsen dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen. Pasar dikatakan berfungsi baik jika kegiatan distribusi barang atau jasa dari produsen ke konsumen berjalan lancar. Sebaliknya, pasar dikatakan tidak berfungsi baik jika kegiatan distribusi sering kali mengalami kendala.

2) Pasar berfungsi sebagai pembentuk harga. Dalam hal ini, konsumen yang membutuhkan barang atau jasa tersebut sehingga terjadilah tawar menawar antara kedua belah pihak. Dengan demikian, apabila telah terjadi kesepakatan,

51Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro & Makro, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hal 111

33

terbentuklah harga. Harga yang telah menjadi kesepakatan bersama tentunya tekah diperhitungkan oleh produsen dan konsumen.

3) Pasar berfungsi sebagai sarana promosi. Dalam hal ini, pasar menjadi tempat untuk memperkenalkan dan menginformasikan suatu barang atau jasa tentang manfaat, keunggulan dan kekhasannya kepada konsumen. Promosi dilakukan untuk menarik minat pembeli terhadap barang atau jasayang diperkenalkan.

Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan memasang spanduk, menyebarkan brosur, pameran dan sebagainya. Banyak cara promosi yang dilakukan oleh produsen, membuat konsumen lebih selektif dalam memilih barang yang akan dibeli. Biasanya produsen yang menawarkan barang dengan harga murah dan kualitas bagus akan menjadi pilihan konsumen.52

3. Jenis- jenis Pasar

Menurut para ahli Ekonomi, pasar dibedakan menjadi dua jenis utama yakni:

1) Pasar output (pasar barang atau jasa produksi), merupakan tempat penjualan output barang atau jasa.

2) Pasar input ( pasar faktor produksi), merupakan tempat penjualan jasa faktor produksi.53

Pasar menurut strukturnya:

1) Pasar Persaingan Sempurna

52Veithzal Rivai Zainal, DKK, Islamic Mareketing Management, (Jakarta: Bumi Aksara,2017) , hal 5- 6

53Tri Kunawangsih Pracoyo & Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Mikro, (Jakarta:

Grafindo, 2006), hal 17

Pasar persaingan sempurna terdapat banyak penjual dan pembeli yang sama- sama telah mengetahui keadaan pasar.

2) Pasar Persaingan tidak sempurna

Pasar persaingan tidak sempurna para penjual maupun pembeli mempunyai kebebasan dalam menentukan haga dan jumlah barang yang di perjualbelikan.

Pasar menurut manajemennya:

1) Pasar Tradisional

Pasar Tradisinoal adalah pasar yang bersifat tradisional dimana penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar- menawar secara langsung. Berdasarka Undang- Undang (UU), pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar.54

Pasar Modern adalah pasar yang bersifat modern, dimana barang- barangnya diperjualbelikan dengan harga pas dan layanan mandiri ( swalayan).

Tempat berlangsungnya pasar ini adalah mall, hypermarket, plaza, supermarket dan tempat modern lainnya (toko modern). Berdasarkan Undang- Undang (UU) toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermasket, Departemen Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbnetuk perkulakan.

54Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

35

4. Peran Pemerintah Dalam Pasar

Dalam pasar, kerap kali diperlukan campur tangan pemerintahan untuk menjamin kelancaran mekanisme pasar secara sempurna. Rasulullah SAW sendiri merupakan market supervisor atau Al- Hisbah pada masanya yang kemudian dijadikan acuan dalam peran negara terhadap pasar. Cikal bakal Al Hisbah telah ada sejak zaman Rasulullah SAW ditandai dengan ditunjuknya Muhtasib diberbagai tempat. Al Hisbah mulai dilembagakan secara resmi pada masa pemerintah Umar Bin Khattab dengan cara menunjuk seorang perempuan untuk mengawasi pasar dari tindakan penipuan.

Al Hisbah merupakan lembaga yang berfungsi untuk menentukan kebaikan sehingga menjadi kebiasaan dan melarang hal yang buruk ketika hal itu menjadi kebiasaan umum. Tujuan Al Hisbah menurut Ibnu Taimiyah adalah memerintahkan kebaikan (al ma’ruf) dan mencegah (al munkar) dalam wilayah yang menjadi kewenangan pemerintah untuk mengaturnya, mengadili dalam wilayah umum khusus lainnya yang tidak dapat dijangkau oleh institusi biasa.

Dalam bukunya, Al Hisbah pada masa Rasulullah SAW sering melakukan inspeksi ke pasar untuk mengecek harga dan mekanisme pasar. Dalam inspeksinya beliau sering menemukan praktik bisnis yang tidak jujur sehingga beliau menegurnya. Rasulullah SAW juga telah memberikan banyak pendapat, perintah ataupun larangan demi sebuah pasar yang Islami.55

Peran pemerintah secara garis besar dikelompokkan ke dalam tiga bagian:

55M. Nur Rianto, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik, (Bandung: Pustaka Setia, 2015) hal 230

a. Peran pemerintah yang berkaitan dengan implementasi nilai dan moral dalam Islam, dibagi dalam kategori sebagai berikut:

1) Memastikan dan menjaga implementasi nilai dan moral.

2) Memastikan dan mejaga agar pasar hanya memperjualbelikan barang dan jasa yang halal dan mubah.

3) Memastikan dan mejaga pasar hanya menyediakan barang dan jasa sesuai dengan prioritas kebutuhan sesuai dengan ajaran islam dan kepentingan perekonomian nasional.

4) Membuat berbagai langkah untuk meningkatkan daya saing dan daya beli dari pelaku pasar yang lemah seperti produsen kecil dan konsumen yang miskin.

b. Peran pemerintah yang berkaitan dengan teknis operasional pasar.

1) Pemerintah harus menjamin kebebasan masuk dan keluar pasar, menghilangkan berbagai hambatan dalam persaingan, menyediakan informasi, membongkar penimbunan dan lain sebagainya.

2) Melembagakan nilai- nilai persaingan yang sehat, jujur, terbuka dan adil.

c. Peran pemerintah yang berkaitan dengan kegagalan pasar

1) Mengatasi masalah dengan berpedoman pada nilai- nilai keadilan.

2) Menguasai dan menyediakan barang- barang publik (yaitu segala sesuatu yang berkaitan pemanfaatnnya dibagi bersama, disini pemerintah bertindak sebagai produsen, pengawas atau pengatur), dan melarang penguasaan barang publik oleh orang perorangan.

37

3) Melembagakan nilai dan moralitas Islam.56 5. Mekanisme Pasar Dalam Ekonomi Islam

Pasar dalam Islam merupakan tempat tranksasi ekonomi yang aturannya bernafaskan pada ajaran- ajaran Islam, di dalamnya harus tercipta mekanisme harga yang adil atau harga yang wajar. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian. Nilai Islam bukan semata- mata hanya untuk kehidupan umat muslim, tetapi untuk seluruh makhluk hidup dimuka bumi. Esensi proses Ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai- nilai Islam guna mencapai tujuan agama (falah).57

Ekonomi Islam memandang bahwa pasar, negara dan individu berada dalam keseimbangan. Tidak boleh ada subordinat. Sehingga salah satunya menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam Islam. Pasar bebas menentukan cara- cara produksi dan harga. Tidak boleh ada gangguan yang

Ekonomi Islam memandang bahwa pasar, negara dan individu berada dalam keseimbangan. Tidak boleh ada subordinat. Sehingga salah satunya menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam Islam. Pasar bebas menentukan cara- cara produksi dan harga. Tidak boleh ada gangguan yang