• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Metode Penelitian

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah analisis data kualitatif yaitu analisis data yang tidak mempergunakan angka-angka tetapi

berdasarkan atas peraturan perundang-undangan, pandangan-pandangan dari nara sumber sehingga dapat menjawab permasalahan dari penelitian ini.

Semua data yang diperoleh disusun secara sistematis, diolah dan diteliti serta di evaluasi kemudian data dikelompokkan atas data yang sejenis untuk kepentingan analisis. Sedangkan evaluasi dan penafsiran dilakukan secara kualitatif yang dicatat satu persatu untuk dinilai kemungkinan persamaan jawaban. Oleh karena itu, data yang telah dikumpulkan kemudian diolah, dianalisis secara kualitatif dan diterjemahkan secara logis sistematis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode pendekatan deduktif, sehingga diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini.

BAB II

PENYEBAB TERBITNYA SERTIPIKAT PENGGANTI NAMUN KEMUDIAN DIKETAHUI SERTIPIKATNYA GANDA

A. Pengertian Sertipikat Tanah

Sertipikat Tanah merupakan tanda bukti hak atas tanah yang dimiliki seseorang sebagai bukti kepemilikannya atas tanah tersebut. Karena bukti kepemilikannya itulah didalam sertipikat tertulis siapa nama pemiliknya, dan lokasi tanah tersebut berada. Selain nama dan lokasi tanah didalam sertipikat juga tercantum mengenai batas, luas, dan gambar ukur. Sertipikat merupakan surat yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, yaitu Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Di sertipikat dijahitkan surat ukur atau gambar situasi yang menjadi satu kesatuan dari sertipikat tersebut, sertipikat berwarna hijau yang sampul depannya diketik Badan Pertanahan, bertuliskan SERTIPIKAT dan berlogo burung Garuda dan lembaran dalamnya ditanda tangani oleh Kepala Kantor Pertanahan dimana lokasi Kabupaten/Kota tanah tersebut berada.

Secara etimologi sertifikat berasal dari bahasa Belanda “Certificat” yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu. Jadi kalau dikatakan sertifikat tanah adalah surat keterangan yang membuktikan hak seseorang atas sebidang tanah, atau dengan kata lain keadaan tersebut menyatakan bahwa ada seseorang yang memiliki bidang-bidang tanah tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat yang dibuat oleh instansi yang berwenang inilah yang disebut sertifikat tanah tadi.37

Karena sebagai tanda bukti hak atas tanah maka sertipikat mempunyai fungsi sebagai alat bukti yang kuat atas kepemilikan sebidang tanah. Badan

37Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Op. Cit,. hal. 204.

Pertanahan Nasional sebagai pihak yang ditunjuk oleh Negara untuk mengeluarkan sertipikat mengadministrasi proses pensertipikatan. Dengan fungsi sertipikat sebagai alat bukti yang kuat atas kepemilikan sebidang tanah, maka sertipikat dapat dijadikan bukti jika terjadi sengketa atas kepemilikan maupun batas-batasnya di depan pengadilan.

Karena sebagai alat bukti tanah, maka sertipikat dapat dijadikan sebagai jaminan hukum yang kuat bagi seseorang atas kepemilikan sebidang tanah. Dan apabila seseorang membeli tanah yang sudah bersertipikat terlebih dahulu dilakukan akta jual belinya di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), kemudian balik nama sertipikatnya di Kantor Pertanahan.

Selain fungsi yang telah disebutkan diatas, sertipikat juga dapat dijadikan jaminan atas utang seseorang terhadap lembaga pembiayaan baik bank maupun bukan bank. Dengan dijadikannya sertipikat sebagai agunan dari lembaga pembiayaan baik bank maupun bukan bank, maka sertipikat tersebut dibebani hak tanggungan.

sehingga karena adanya jaminan hukum atas kepemilikan tanah tersebut, lalu seseorang dapat menerimanya sebagai surat berharga. Surat berharga yang nilai ekonomisnya tinggi, maka si pemilik dapat menggunakannya untuk dijadikan sebagai jaminan hutang. Baik sebagai jaminan utang kepada lembaga Pembiayaan baik bank maupun bukan bank. Apabila seseorang membutuhkan pinjaman uang ke lembaga Pembiayaan baik Bank maupun bukan bank. maka sebagai Agunan atas uang yang dipinjam tadi dijadikan sertipikat tanah tersebut sebagai jaminannya. Yang oleh Undang-Undang diatur dalam Undang-Undang hak Tanggungan, sebagaimana disebutkan pengaturannya dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas tanah dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah (dulu Hipoti dan crediet verband).38

Dengan dijadikannya sertipikat sebagai jaminan utang, maka sertipikat

38Ibid, hal. 205.

juga bisa meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Pinjaman utang tersebut dipergunakan untuk membantu kelancaran usaha dari si pemilik sertipikat.

Dengan diterbitkannya sertipikat maka telah tercipta tertib hukum dalam sistem Pertanahan di Indonesia. Tertib hukum tersebut sangat diperlukan karena Indonesia sebagai Negara yang menjunjung tinggi penegakan hukum.

Sehingga dengan pengeluaran sertipikat ini, menandakan telah ada pendaftaran tanah yang dilakukan. Dan pendaftaran ini akan menciptakan keuntungan akibat pelaksanaan administrasi pertanahan yang sah. Dengan ini dapat memunculkan konsekwensinya yakni sebagai berikut:

1. Memberikan jaminan keamanan penggunaan bagi pemiliknya;

2. Mendorong atau meningkatkan penarikan pajak oleh Negara;

3. Meningkatkan fungsi tanah sebagai jaminan kredit;

4. Meningkatkan pengawasan pasar tanah;

5. Melindungi tanah Negara;

6. Mengurangi sengketa tanah;

7. Memfasilitasi kegiatan rural land reform;

8. Meningkatkan urban planning dan memajukan infrastruktur;

9. Mendorong pengelolaan lingkungan hidup yang berkualitas;

10. Dapat menyediakan data statistik tanah yang baik.39

Dikarenakan begitu banyaknya keuntungan yang diperoleh dari diterbitkannya sertipikat, Badan pertanahan Nasional sebagai satu-satunya lembaga resmi yang ditunjuk oleh Pemerintah dalam hal mengurusi pertanahan hendaknya meningkatkan peranan sosialisasinya kepada masyarakat dalam memberikan penyuluhan tentang betapa pentingnya pensertipikatan atas tanah agar masyarakat dapat memanfaatkan dengan maksimal segala keuntungan atas tanah yang telah bersertipikat.

Meskipun begitu banyak keuntungan yang diperoleh dari penerbitan sertipikat, tidak selalu pemilik sertipikat dapat mempergunakan sertipikat tersebut

39Land Administration Guidelines with Special Reference to Countries in Transition, United Nation, 1966, New York and Jeneva. Dalam Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, (Mandar Maju, Bandung, 2010), hal.206.

dengan leluasa. Terkadang pemilik sertipikat masih saja terganggu dan merasa tidak amanan atas sertipikat yang dimilikinya. Contohnya bila ada sanggahan dari pihak lain yang mengaku bahwa atas tanah tersebut adalah milik dari orang lain tersebut, dan mengajukan permohonan pembatalan sertipikat ke pengadilan.

Jika pengadilan mengabulkan permohonan untuk membatalkan sertipikat tersebut, maka si pemilik sertipikat sudah barang tentu dirugikan karenanya. Dan akibatnya si pemilik sertipikat tidak merasa aman walaupun ia telah mempunyai bukti kepemilikan hak atas tanah.

Seharusnya menghadapi persoalan yang demikian, Pemerintah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dapat secara tegas memperlakukan bahwa setelah lima tahun sertipikat diterbitkan, wajib melindungi formalitas dan materil (subyek dan obyek) dari hak itu sendiri. Cita-cita sistem publikasi negatif bertendensi positif yang dianut oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 benar-benar diwujudkan.40

Sehingga dengan diberlakukannya sistem publikasi negatif bertendensi positif benar-benar terwujud, seseorang yang memiliki sertipikat merasa aman dan terlindungi secara hukum. Karena proses penerbitan sertipikat telah melalui tahap-tahapan yang sesuai prosedur hukum.

B. Jenis-Jenis Hak Atas Tanah Yang Dapat Dibebani Hak Tanggungan

Seperti yang telah diuraikan diatas Kegunaan Tanah sebagai hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan memiliki bukti kepemilikan atas tanah seseorang dapat memberikan bukti bahwa atas tanah tersebut benar miliknya. Bukti kepemilikan hak atas tanah adalah sertipikat. Kepemilikan atas

40Ibid,. hlm. 207.

sertipikat dapat melindungi seseorang dari perbuatan sewenang-wenang orang lain.

Di Indonesia dikenal beberapa jenis hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan dan diatur dalam UUHT, berikut ini akan diurai jenis-jenis hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan, yaitu;

1. Hak Milik (HM)

Hak milik merupakan hak yang paling kuat atas tanah, yang memberikan kewenangan kepada pemiliknya untuk memberikan kembali suatu hak lain di atas bidang tanah Hak Milik yang dimilikinya tersebut (dapat berupa Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai, dengan pengecualian Hak Guna Usaha), yang hampir sama dengan kewenangan negara (sebagai penguasa) untuk memberikan hak atas tanah kepada warganya.41

Definisi berdasarkan Pasal 20 ayat (1) UUPA:

(1) “Hak milik merupakanHak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang orang atas tanah dengan mengingat pertaturan ketentuan dalam pasal 6”.

(2) Hak Milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.42

Jadi, Hak Milik merupakan hak yang paling kuat atas tanah, yang memberikan kewenangan kepada pemiliknya untuk memberikan kembali suatu hak lain di atas bidang tanah Hak Milik yang dimilikinya tersebut.43

Kata-kata “terkuat dan terpenuh” itu dimaksud untuk membedakannya dengan hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai dan lainnya yaitu untuk menunjukan bahwa diantara hak-hak atas tanah yang dimiliki orang, hak miliklah yang mempunyai kekuatan hukum paling kuat dan penuh. Yang dimaksud dengan hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai

41Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan, (Jakarta; Prenada Media, 2003), hal. 30.

42R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Undang-Undang Pokok Agraria, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2001), hal. 522.

43Kartini Muljadi dan Guna, Seri Hukum Harta Kekayaan Hak-Hak Atas Tanah, (Jakarta;

Prenada Media, 2003), hal. 30.

orang atas tanah, dengan kewenangan menguasai yang luas bagi pemilik tersebut untuk menguasai, mengolah dan memilikinya, dengan batasan ketentuan fungsi sosial dari kepemilikan tanah tersebut.44

Sebagai hak yang terkuat dan terpenuh Hak milik memiliki fungsi ekonomi tinggi, yaitu dapat dijadikan sebagai jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan sebagaimana diatur dalam pasal 25 UUPA. Hak milik juga hak yang dapat dipindah tangankan, yaitu karena peralihan yang dilakukan dengan jual beli, hibah, pembahagian hak bersama ataupun kewarisan. Dalam UUPA pasal 21 ayat (1) dan ayat (2), diatur mengenai pembatasan-pembatasan terhadap kepemilikan atas tanah. Pasal tersebut menjelaskan bahwa yang berhak atas hak milik adalah warga negara Indonesia dan badan-badan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah dan memenuhi syarat-syarat dapat mempunyai hak milik.

Sementara itu, orang-orang yang wajib melepaskan hak milik nya atas tanah menurut Pasal 21 ayat (3) dan (4) UUPA, sebagai berikut :

a. Warga negara asing.

b. Warga negara Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah berlakunya UUPA ini kehilangan kewarganegaraannya.

c. Seseorang yang memiliki dua status kewarganegaraan.

Orang asing atau bukan warga Negara Indonesia yang karena pewarisan tanpa wasiat atau karena pencampuran harta karena perkawinan memperoleh hak milik atas tanah setelah berlakunya UUPA, wajib melepaskan hak miliknya itu dalam jangka waktu satu tahun sejak dipeolehnya hak milik tersebut.45

44Eko Yulian Isnur, S.H., Tata Cara Mengurus Segala Macam Surat Rumah Dan Tana, (Yogyakarta; Pustaka Yustisia ,2012), hlm 9.

45Florianus SP Sangsun, Tata Cara Pengurusan Sertifikat Tanah, (Jakarta: Visimedia, 2009), hal. 7.

Sedangkan bagi setiap warga Negara Indonesia yang mempunyai kepemilikan atas tanah dapat memiliki sertipikat hak milik.

2. Hak Guna Usaha (HGU)

Hak Guna Usaha adalah hak yang diberikan untuk mengusahakan tanah yang tanah tersebut dikuasai oleh Negara dan berbatas waktu. Apabila waktu telah habis maka tanah tersebut diserahkan kembali kepada Negara. Tetapi walaupun waktunya telah habis orang atau badan hukum yang memiliki hak guna usaha dapat memohonkan untuk diperpanjang kembali hak guna usahanya.

Artinya kepemilikan hak atas tanah pada hak guna usaha bersifat sementara sebagaimana yang diatur melalui Pasal 29 UUPA.

Usaha yang dapat dilakukan diatas tanah yang bersertipikat hak guna usaha yaitu usaha di bidang pertanian, perikanan, atau peternakan. Sertipikat hak guna usaha dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia serta berkedudukan di Indonesia. Seperti hak milik, hak guna usaha juga dapat dijadikan jaminan utang orang atau badan hukum dengan dibebani hak tanggungan.

Ketentuan hukum mengenai Hak Guna Usaha diatur dalam Pasal 28 UUPA yang menetapkan sebagai berikut :

a. Hak guna usaha merupakan hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai negara dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam pasal 29 UUPA, guna perusahaan petanian, perikanan, atau peternakan.

b. Hak guna usaha diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektare dengan ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektare atau lebih, harus memakai investasi modal yang layak dan teknik perusahaan yang baik sesuai dengan perkembangan zaman.

c. Hak guna usaha dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.46

Ada beberapa hal yang menyebabkan hak guna usaha dapat dihapus haknya seperti jangka waktunya berakhir, dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi, dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir, dicabut karena dipergunakan untuk kepentingan umum, ditelantarkan begitu saja, tanahnya musnah disebabkan oleh berbagai macam musibah atau bencana, dan karena ketentuan Pasal 30 ayat (2) UUPA.

Sebagaimana halnya hak milik, HGU juga dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Perorang atau badan hukum yang memiliki HGU atas tanah, harus memiliki bukti hukum atas tanah tersebut yang berupa sertipikat HGU.47

3. Hak Guna Bangunan (HGB)

Hak Guna Bangunan adalah hak yang diberikan kepada orang atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas sebidang tanah dan tanah tersebut bukan kepunyaan dari pemilik bangunan dan jangka waktu kepemilikannya paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktunya. Selain itu, HGB juga dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan.

46R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Op. Cit, hal. 524.

47Florianus SP Sangsun, Op. Cit, hal. 9.

Seperti halnya hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan juga dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain dengan syarat atau perjanjian yang jelas dan benar menurut hukum.

Hapusnya Hak Guna Bangunan terjadi karena beberapa hal, yaitu karena Jangka waktu yang berakhir, dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi, dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakahir, dicabut karena dipergunakan untuk kepentingan umum, ditelantarkan begitu saja, tanahnya musnah disebabkan oleh berbagai macam musibah atau bencana, atau karena ketentuan dalam pasal 36 ayat (2) UUPA.

Segala hal tentang HGB, baik syarat-syarat pemberiannya , setiap peralihan, dan hapusnya hak tersebut harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19 UUPA. Pendaftaran tersebut merupakan alat bukti hukum yang kuat terutama jika terjadi gugatan hukum atas hapusnya HGB, sahnya peralihan hak, dan sahnya penghapusan atas hak tersebut, kecuali dalam hal hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir .48

4. Hak Pakai (HP)

Hak Pakai adalah hak yang diberikan kepada warga Negara Indonesia, orang asing yang berkedudukan di Indonesia, badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia, dan berkedudukan di Indonesia, dan badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.

Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau

48Ib id,. hal. 10.

perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan UUPA.49

Penggunaan hak pakai dapat diberikan secara cuma-cuma, atau melalui pembayaran yang ditentukan sendiri dan pemberian hak pakai tidak boleh memakai syarat-syarat yang mengandung unsur-unsur pemaksaan maupun pemerasan.

Sertipikat hak pakai yang dapat dimiliki oleh warga Negara Indonesia, orang asing yang berkedudukan di Indonesia, badan hukum yang didirikan menurut hukum di Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, dan badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia dapat dialihkan kepada pihak lain, dengan ketentuan;

Mengenai tanah yang dikuasai oleh negara, hak pakainya hanya dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin pejabat yang berwenang. Sedangkan Hak Pakai atas tanah milik dapat dialihkan kepada pihak lain jika dimungkinkan menurut perjanjian yang telah disepakati bersama antara pemilik tanah dengan pemegang Hak Pakai.50

Selain Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai yang dapat dibebani hak tanggungan pemerintah melalui Badan Pertanahan Nasional juga mengatur tentang tata cara pemberian hak pengelolaan. Tata cara pemberian hak pengelolaan diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (perkaban) nomor 9 tahun 1999 Bab III pasal 67 sampai dengan pasal 75.

C. Cara Penerbitan Sertipikat

Sertipikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional tidak begitu

49Ib id. hal 11

50Ib.id, hal. 12.

saja diberikan kepada yang berhak memperolehnya. Subyek hukum yang berhak mendapatkan sertipikat yaitu orang atau badan hukum. Ketika akan memperoleh sertipikat harus melalui tahapan-tahapan proses pendaftaran tanah untuk pertama kali sebagai suatu proses yang harus dilalui hingga akhirnya diterbitkannya sertipikat. Pendaftaran sertipikat untuk pertama kali adalah proses awal yang dilalui dalam sistem pendaftaran tanah.

Dalam kegiatan pendaftaran tanah dikenal dan diawali dari pendaftaran tanah untuk pertama kali. Hal tersebut sekaligus menggambarkan bahwa kegiatan pendaftaran tanah itu teratur dan terus menerus berkesinambunagan.51

Kegiatan Pendaftaran Tanah untuk pertama kali dapat dilakukan dengan dua tahapan yaitu:

a. Pendaftaran Tanah Secara Sistematik

Pendaftaran Tanah pertama kali secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak bersama-sama yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan. Pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali secara sistematik didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan di wilayah-wilayah yang penentuan wilayahnya ditetapkan oleh Menteri karena pendaftaran tanah untuk pertama kali secara sistematik dilaksanakan atas prakarsa pemerintah, maka kegiatan tersebut didasarkan pada suatu rencana kerja yang ditetapkan oleh Menteri.

51Tampil Anshari Siregar, Pendaftaran Tanah Kepastian Hak, (Medan:Multi Grafik, 2007).

hal. 80.

Pada pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali secara sistematis pemohon harus memenuhi persyaratan-persyaratan untuk diterbitkannya sertipikat. Persyaratan-persyaratan untuk terbitnya sertipikat tersebut yaitu;

Pada pendaftaran tanah secara sistematik pemegang hak atas tanah, kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk:

1. Memasang tanda-tanda batas pada bidang tanahnya sesuai ketentuan yang berlaku;

2. Berada di lokasi pada saat panitia ajudikasi melakukan pengumpulan data fisik dan data yuridis;

3. Menunjukkan batas-batas bidang tanahnya kepada panitia ajudikasi;

4. Menunjukkan bukti kepemilikan atau penguasaan tanahnya kepada panitia ajudikasi;

5. Memenuhi persyaratan yang ditentukan bagi pemegang hak atau kuasanya atau selaku pihak lain yang berkepentingan. (Pasal 56 ayat (3) Permen-Agra/Ka.BPN No. 3/1997).52

Prosedur Pendaftaran Tanah Secara Sistematik menurut Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 yaitu:

1. Adanya rencana kerja (Pasal 13 (2))

Dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria.

2. Pembentukan Panitia Ajudikasi (Pasal 8).

3. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran (Pasal 15-16)

Pengukuran untuk pembuatan peta dasar pendaftaran diikatkan dengan titik-titik dasar teknik nasional sebagai kerangka dasarnya. Peta dasar pendaftaran menjadi dasar untuk pembuatan peta pendaftaran.

4. Penetapan batas bidang-bidang tanah (Pasal 17-19)

Diupayakan penataan batas berdasarkan kesepakatan para pihak yang berkepentingan. Penempatan tanda2 batas termasuk pemeliharaannya dilakukan oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Jika surat ukur/gambar situasi tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, maka Panitia Ajudikasi berdasarkan penunjukan batas oleh pemegang Hak Atas Tanah yang bersangkutan dengan sedapat mungkin disetujui oleh pemegang Hak Atas Tanah yang bersangkutan. Persetujuan batas-batas bidang tanah dituangkan dalam Berita Acara yang di tandatangani oleh mereka yang memberikan persetujuan. Jika tidak ada kesepakatan diantara mereka, maka sementara dilakukan berdasarkan batas-batas yang menurut kenyataannya merupakan batas-batas bidang-bidang tanah yang bersangkuatan.

5. Pembuatan peta dasar pendaftaran (Pasal 20) 6. Pembuatan daftar tanah (Pasal 21)

7. Pembuatan surat ukur (pasal 22)

52Florianus SP Sangsun, Op. Cit, hal. 24.

8. Pengumpulan dan Penelitian data yuridis (Pasal 24-25)

Berasal dari konversi hak, dibuktikan dengan bukti tertulis, keterangan saksi, jika tidak tersedia alat pembuktian yang lengkap dapat dilakukan dengan pernyataan penguasaan fisik selama 20 tahun berturut-turut, dengan syarat : a. Penguasaan dilakukan dengan itikad baik secara terbuka dikuatkan oleh

kesaksian orang yang dapat dipercaya (umumnya oleh lurah).

b. Tidak ada permasalahan dalam hal penguasaan baik sebelum maupun setelah pengumuman.

9. Pengumuman hasil penelitian data yuridis dan hasil pengukuran (Pasal 26-27) dilakukan untuk 30 hari.

10. Pengesahan hasil pengumuman (pasal 28).

Jika setelah berakhirnya jangka waktu pengumuman masih ada kekurangan data fisik dan/atau data yuridis atau masih ada keberatan yang belum diselesaikan, makan pengesahan dilakukan dengan catatan. Pengesahan dilakukan dalam suatu berita acara sebagai dasar untuk :

a. Pembukuan Hak Atas Tanah dalam buku tanah b. Pengakuan Hak Atas Tanah

c. Pemberian Hak Atas Tanah

11. Pembukuan Hak dilakukan dalam buku tanah. (Pasal 29)

Didasarkan pada alat bukti hak-hak lama dan berita cara pengesahan pengumuman data fisik dan data yuridis.

12. Penerbitan sertifikat (Pasal 31)

Diterbitkan oleh Kantor Pertanahan di tandatangani oleh Ketua Panitia Ajudikasi atas nama Kantor Pertanahan.53

Dalam pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali secara sistematik pihak Badan Pertanahan Nasional lebih aktif mendatangi para pemohon sertipikat, sangat berbeda dengan pendaftaran tanah secara sporadik, yang para pemohonnya lebih aktif mendatangi Kantor Pertanahan untuk mendaftarkan

Dalam pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali secara sistematik pihak Badan Pertanahan Nasional lebih aktif mendatangi para pemohon sertipikat, sangat berbeda dengan pendaftaran tanah secara sporadik, yang para pemohonnya lebih aktif mendatangi Kantor Pertanahan untuk mendaftarkan