• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYELESAIAN HUKUM PENDAFTARAN HAK

A. Penyelesaian Permasalahan Secara Pidana

Meskipun penyelesain atas permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini dilakukan secara musyawarah, tetapi dalam penelitian ini dibahas juga penyelesaian atas permasalahan yang telah diurai jika dilaksanakan secara pidana. Penyelesaian permasalahan secara pidana dilaksanakan karena pemilik sertipikat mengajukan permohonan penerbitan sertipikat pengganti atas sertipikat yang telah dibebani hak tanggungan.

Atas dasar itulah pemilik sertipikat bisa disangkakan atas 3 perbuatan yang mengandung unsur pidana yaitu;

1. sumpah palsu dan keterangan palsu yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 242-243

2. memalsukan surat-surat diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 263-276

3. penipuan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 378-395.

Pemilik sertipikat dapat disangkakan telah melakukan sumpah palsu dan Memberikan keterangan palsu karena pada saat permohonan untuk meminta penerbitan sertipikat pengganti, pemohon sertipikat tersebut melakukan

keterangan yang palsu di Kantor Pertanahan Kabupaten Pidie. Dengan keterangan palsu yang ia katakan dan dengan disertai sumpah palsu yang ia lakukan maka sertipikat pengganti tersebut diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Pidie.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 242 ayat 1 berbunyi;

Barang siapa dalam hal-hal yang menurut peraturan Undang-Undang menuntut sesuatu keterangan dengan sumpah atau jika keterangan itu membawa akibat bagi hukum dengan sengaja memberi keterangan palsu, yang ditanggung dengan sumpah, baik dengan lisan atau dengan tulisan, maupun oleh dia sendiri atau kuasanya yang istimewa ditunjuk untuk itu, dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.

Pemilik sertipikat juga bisa disangkakan melakukan perbuatan pidana memalsukan surat-surat yaitu ketika pemilik sertipikat mengajukan permohonan untuk penerbitan sertipikat pengganti tersebut ia membawa surat-surat yang ternyata palsu.

Dan atas perbuatan memalsukan surat-surat tersebut ia dapat dipidana.

Karena dengan adanya perbuatan yang melawan hukum yang telah memenuhi unsur-unsur suatu tindak pidana kejahatan seperti yang telah ditentukan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana yaitu melakukan pemalsuan surat sebagaimana yang diatur di dalam bab xii Pasal 263 tentang Pemalsuan Surat yang berbunyi yaitu:

Adapun rumusan Pasal 263 (1) KUHP menurut R. Soesilo sebagai berikut:

Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan sesuatu hak, suatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau

mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena pemalsuan surat, dengan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.86

Selain 2 (dua) sangkaan perbuatan pidana yang disebutkan diatas, pemilik sertipikat juga bisa disangkakan atas perbuatan pidana penipuan. Penipuan yang disangkakan kepadanya karena ia telah menipu dengan mengatakan bahwa sertipikat tersebut hilang, yang ternyata sertipikat masih ada dan sedang dalam pembebanan hak tanggungan.

Penipuan dalam KUHP diatur pada pasal 378 yang berbunyi;

Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, bai k dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu baik dengan akal tipu muslihat, maupun dengan karangan, perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan suatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.

Walaupun tiga sangkaan yang bisa disangkakan kepada pemilik sertipikat, karena berdasarkan urutan kejadian ketiga sangkaan yang telah disebutkan diataslah yang unsur-unsurnya terpenuhi atau perbuatan yang dilakukan oleh pemilik sertipikat.

namun keputusan Penyidik lah yang akan memutuskan dimana diantara ketiga sangkaan tadi yang akan disangkakan kepada pemilik sertipikat dan hukuman mana yang akan dijatuhi kepada pemilik sertipikat yang disesuaikan dengan perbuatan yang telah dilakukannya.

Dengan adanya aturan diatas jelaslah bahwasanya si pelaku harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dan akan menerima sanksi atas sumpah palsu, pemalsuan surat, dan penipuan atas penerbitan sertipikat pengganti yang

86R. Susilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-komentarnya, (Politea : Bogor, 1995), hal. 195.

dilakukan oleh si pemilik yang disebut sebagai debitor kepada kreditor yang mana akibat perbuatan tersebut kreditor mengalami kerugian atau orang yang sangat dirugikan atas tindakan atau perbuatan melawan hukum tersebut seperti yang telah ditentukan dalam aturan Undang-Undang yang berlaku.

Dikarenakan kasus tersebut tidak sampai di pengadilan melainkan dapat diselesaikan secara musyawarah oleh debitor dan kreditor serta Badan Pertanahan Nasional tetap hal tersebut dapat juga diselesaikan melalui penyelesaian secara hukum pidana karena telah terpenuhinnya unsur-unsur tersebut.

Setelah semua prosedur sebagaimana yang tercantum di dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana nomor 8 tahun 1981 yaitu mulai dari penangkapan, penyelidikan oleh kepolisian serta dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum di pengadilan maka hakim setelah mengetahui perkara tersebut baik dasar hukumnya, delik ataupun kualifikasi tindak pidana yang sebagaimana diketahui olehnya telah melakukan pemalsuan surat akan melakukan suatu tindakan yang tertuang dalam suatu putusan yang akan merupakan suatu penetapan dari pengadilan yaitu:

1. Putusan bebas (vrijspraak)

Pasal 191 ayat (1) KUHAP mengatakan, jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas. Mengenai putusan bebas ini, perbuatan atas kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa sama sekali tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melalui alat-alat bukti yang dihadirkan atau bisa juga putusan bebas ini dikarenakan hakim tidak yakin akan kesalahan terdakwa, oleh karena hakim menjatuhkan putusan bebas (vrijspraak).

2. Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum (ontslag van recht vervolging) Terhadap putusan ini, pengadilan dalam hal ini hakim berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum. Putusan pelepasan ini disebut juga dengan ontslag

van recht vervolging. Dalam putusan ini semua yang didakwakan oleh Penuntut Umum terbukti secara sah, akan tetapi hal yang didakwakan bukan merupakan tindak pidana atau dengan kata lain perbuatan tersebut tidak memenuhi unsur tindak pidana. Sehingga hakim menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum.

3. Putusan Pemidanaan (veroordeling)

Putusan pemidanaan dijatuhkan oleh hakim apabila terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya sesuai ketentuan Pasal 193 ayat (1) KUHAP.87

Setelah melakukan putusan tersebut maka terdakwa atau si pelaku harus menerima putusan yang telah diputuskan oleh hakim yang menjadi penetapan dari pengadilan yang harus di jalankan, sehingga setelah terjadinya putusan tersebut akan membawa efek jera atau membuat diri si pelaku untuk tidak lagi melakukan perbuatan tersebut yang dapat merugikan orang lain.