BAB III AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN HAK
B. Obyek dan Subyek Hak Tanggungan
Setelah dibahas pengertian hak tanggungan maka akan dibahas objek dan subyek hak tanggungan. Obyek dari hak tanggungan adalah hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, yang wajib didaftar (Syarat publisitas) dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan (agar mudah dan pasti pelaksanaan pembayaran utang yang dijamin pelunasannya).
Dalam undang-undang pokok agrarian tersebut yang ditunjuk sebagai hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan hanyalah hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan, sebagai hak-hak atas tanah yang memenuhi syarat wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan. Oleh karena itu di dalam pasal 51 Undang-undang Pokok Agraria yang harus diatur dengan undang-undang adalah hak tanggungan atas hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan. Dengan demikian undang-undang pokok agrarian telah membatasi dengan menyebutkan hak atas tanah yang kelak menjadi objek hak tanggungan. Salah satu kebijaksanaan yang ingin diwujudkan dalam ketentuan undang-undang Hak Tanggungan adalah penyelesaian lingkup objek Hak Tanggungan dengan keperluan praktek dan perkembangan Hukum Tanah Nasional, sebagaimana yang ditulis oleh J. Sudarjanto Wirjodarsono.66
Kemudian dengan undang-undang nomor 16 tahun 1985 tentang rumah susun, hak pakai dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani fidusia dan dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1996 hak pakai tersebut ditunjuk sebagai objek hak tanggungan. Pernyataan bahwa hak pakai tersebut dapat dijadikan objek hak tanggungan merupakan penyesuaian ketentuan Undang-undang Pokok Agraria dengan perkembangan hak pakai itu sendiri serta kebutuhan masyarakat.67 Mengetahui mengenai apa yang menjadi objek hak tanggungan merupakan hal yang sangat penting dalam memahami hak tanggungan. Adapun objek hak tanggungan diatur dalam pasal 4 dan pasal 27 UU No. 4 Tahun 1996 dan penjelasan Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
66H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta;Andi, 2000), hal. 75.
67Rachmadi Usman, Op. Cit,. hal 78.
Pasal 4 UU Hak Tanggungan tersebut menyatakan objek hak tanggungan adalah;
a. Hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan adalah hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan.
b. Selain hak-hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hak pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dapat juga dibebani hak tanggungan.
c. Pembebanan hak tanggungan pada hak pakai atas tanah hak milik akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
d. Hak tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebenannya dengan tegas dinyatakan di dalam akta pemberian hak tanggungan yang bersangkutan.
e. Apabila bangunan, tanaman dan hasil karya sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4) tidak dimiliki oleh pemegang hak atas tanah, pembebanan hak tanggungan atas benda-benda tersebut hanya dapat dilakukan dengan penandatanganan serta pada akta pemberian hak tanggungan yang bersangkutan oleh pemiliknya atau yang diberi kuasa untuk itu olehnya dengan akta otentik.
Pasal 27 UU Hak Tanggungan tersebut juga menyatakan bahwa ketentuan undang-undang ini berlaku juga terhadap pembebanan hak jaminan atas rumah susun dan hak milik atas satuan rumah susun.68
Dari uraian diatas jelaslah, bahwa untuk jaminan atas tanah, berikut atau tidak berikut benda-benda yang merupakan satu kesatuan dengan tanahnya, berlaku Hak Tanggungan.
b. Subyek Hak Tanggungan
Subyek Hak Tanggungan adalah pemberi maupun pemegang hak tanggungan baik perorangan atau badan hukum yang mempunyai kewenangan
68Tri Widiyono, Agunan Kredit Dalam Financial Engineering, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hal. 162.
untuk melakukan perbuatan hukum, terhadap obyek Hak Tanggungan (Pasal 8 dan 9 UUHT).69 Setelah dibahas apa yang dimaksud dengan Hak Tanggungan maka akan dibahas apa yang dimaksud dengan subyek dari Hak Tanggungan.
Adapun subyek dari Hak Tanggungan adalah Orang atau Badan Hukum, dalam pemberian hak tanggungan dicantumkan beberapa hal yaitu:
a. Nama dan identitas dari pemberi/Penerima Hak Tanggungan (setelah Hak Tanggungan lahir dinamakan pemegang Hak Tanggungan). PPAT wajib meyakini bahwa pemberi Hak Taanggungan sebagai pemegang hak atas tanah berwenang melakukan perbuatan hukum tersebut, pada saat pembuatan APHT. Pemberi Hak Tanggungan wajib hadir sendiri baik dalam pembuatan APHT maupun pada saat memberikan SKMHT Notaris/PPAT wajib meneliti dokumen-dokumen yang diserahkan antara lain : sertifikat hak atas tanah yang sudah dilakukan pengecekan di Kantor Pertanahan, KTP, Kartu Keluarga, Akta Nikah, Perjanjian Kawin, Kewarganegaraan, Pernyataan/Penetapan ganti nama, PBB tahun terakhir, IMB, keterangan ahli waris atau penetapan hak mewaris, akta peralihan haknya dan sebagainya. Untuk tanah yang belum bersertifikat, warkah-warkah pelangkapnya, antara lain keterangan Kepala Desa/Camat, Surat keterangan tidak dalam sengketa, Riwayat Tanah dan sebagainya. Pemegang Hak Tanggungan bisa orang perorangan (termasuk CV, Firma, Yayasan) atau badan hukum sebagai para kreditor.
b. Domisili dari pemberi dan pemegang Hak Tanggungan dalam hal salah satu pihak berdomisili di luar Indonesia maka dapat ditentukan domisili pilihan di Indonesia. Jika domisili pilihan tidak dicantumkan maka domisili PPAT tempat pembuatan APHT tersebut dianggap sebagai domisili yang dipilih.
c. Menyebutkan secara jelas hutang piutang yang dijamin pelunasannya.
d. Nilai Tanggungan.
e. Uraian yang jelas mengenai Obyek Hak Tanggungan mengenai luas, letak serta batas.70
Orang atau badan hukum sebagai subyek hak tanggungan harus langsung menanda tangani di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). Kecuali
69Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan, (Bandung;CV Nuansa Aulia, 2007), hal. 53.
70Hak Tanggungan atas Tanah dan Benda-Benda yang berkaitan dengan tanah, Seminar Fakultas Hukum UNPAD (Bandung;PT. Citra Aditya Bakti,1996), hal. 163-164.
obyek hak tanggungan atas tanah yang belum bersertipikat, yang penanda tanganannya di dalam Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT).