• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rancangan terstruktur yang mencakup perbaikan di segala bidang guna peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Pembangunan nasional yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia

dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan yang hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi terpusat dan tidak merata serta tidak diimbangi kehidupan sosial, politik, ekonomi yang demokratis dan adil akan menghasilkan fundamental pembangunan ekonomi yang rapuh. Perekonomian nasional yang rapuh telah mengakibatkan Indonesia terjebak dalam krisis ekonomi yang berkepanjangan pada tahun 1997 serta menurunkan daya saing ekonomi nasional.

Krisis global pada tahun 2008 yang melanda perekonomian Amerika Serikat turut mengakibatkan goncangan pada berbagai sektor bisnis di seluruh dunia. Sektor industri skala besar mengalami stagnasi bahkan kebangkrutan. Industri dengan orientasi ekspor memiliki berbagai hambatan untuk mengembangkan usahanya akibat adanya krisis global. Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu bertahan dari ancaman krisis global. Ekonomi

Indonesia mampu tumbuh positif walau hanya sebesar 3-4 persen1 akibat

kontribusi dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai pilar pembangunan ekonomi rakyat yang tetap tangguh walau dilanda krisis global.

UKM di Indonesia mampu tampil sebagai salah satu sektor yang relatif sedikit mendapat pengaruh krisis global dalam perekonomian dunia. UKM sebagai cerminan ekonomi kerakyatan merupakan industri mikro yang tidak bergantung kepada perdagangan internasional sehingga tidak terpengaruh dampak krisis global. Eksistensi UKM tersebut dikarenakan berbagai faktor, antara lain UKM tidak mengandalkan bahan baku impor dalam menjalankan kegiatan produksinya. Pangsa pasar dalam negeri yang masih sangat prospektif menjadikan UKM tidak berkontribusi aktif dalam kegiatan perdagangan internasional. UKM juga tidak memiliki pinjaman dalam jumlah besar kepada perbankan dikarenakan

1

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/11/eksistensi-dan-kinerja-ukm-di-indonesia-3/ [Diakses 15 Januari 2012]

nilai investasi yang digunakan relatif kecil. Kegiatan UKM sebagian besar digerakkan dengan modal milik pribadi. Oleh karena itu, risiko UKM relatif kecil dalam memanfaatkan dana perbankan. Faktor-faktor tersebut membuat UKM mampu melewati krisis global dengan baik.

UKM memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perolehan PDB Nasional. Peran UKM terhadap penciptaan PDB Nasional pada tahun 2007 menurut harga berlaku adalah sebesar Rp 2.121,31 triliun atau 53,60 persen dari

total PDB Nasional2. Sumbangan UKM terhadap pembentukan PDB Nasional

pada tahun 2009 mencapai 56,5 persen. Oleh karena itu, UKM berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta terbukti mampu menjadi garda depan pewujudan stabilitas perekonomian nasional.

UKM merupakan kelompok usaha yang memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Hal ini dapat ditinjau dari semakin banyaknya UKM di Indonesia yang berdiri dari tahun ke tahun. Populasi UKM pada tahun 2006 ialah 48,9 juta unit usaha. Eksistensi UKM pada tahun 2007 sejumlah 49,84 juta unit. Pada tahun 2009, jumlah UKM mencapai 52,8 juta unit usaha atau meningkat sebesar 2,9 persen dari tahun 2008. Selain itu, UKM memiliki potensi cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan setiap unit investasi pada sektor UKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Dalam hal penyerapan kerja, peran UKM pada tahun 2007 tercatat sebesar 88.739.744 orang atau 96,95 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada. Pada tahun 2008, UKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.270 orang atau 97,04 persen dari total tenaga kerja yang ada. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 sebesar

2,43 persen3. UKM mampu menyerap tenaga kerja hingga 96,2 juta orang pada

tahun 2009 atau meningkat sebesar 2,3 persen dari tahun sebelumnya4. Dengan

demikian, UKM merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja serta memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat.

2

http://smecda.com/deputi7/menu/files/berita_resmi_statistik_ukm_bps_2008.pdf [Diakses 15 Januari 2012]

3

http://mediahki.wordpress.com/vol-viino-01februari-2010/kolom-hki-2-2/ [Diakses 15 Januari 2012]

4

http://library.gunadarma.ac.id/repository/files/222000/20207750/bab-i.pdf [Diakses 15 Januari 2012]

UKM telah menjadi kelompok usaha penggerak pertumbuhan Indonesia pasca krisis global yang melanda dunia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah UKM di Indonesia hingga tahun 2010 ialah 51,26 juta unit usaha. Kontribusi UKM terhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) Nasional mencapai

Rp 2.609 triliun atau hampir seperempat dari total PDB Indonesia5.

Kota Bogor merupakan salah satu daerah yang memberdayakan UKM sebagai komponen pembangunan daerah. Perkembangan perekonomian Kota Bogor dari tahun ke tahun dapat ditinjau berdasarkan perolehan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor. PDRB Kota Bogor sebagai potret keadaan perekonomian memberikan gambaran situasi serta merupakan alat untuk mengkaji dan mengevaluasi kondisi perekonomian Kota Bogor. Perolehan nilai PDRB Kota Bogor mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Nilai PDRB Kota Bogor pada tahun 2010 secara umum mengalami kenaikan sebesar 18,19 persen dibanding tahun 2009, yaitu dari Rp 11.904.599,66 juta menjadi Rp 14.070.351,26 juta di tahun 2010.

Tabel 1. PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2010

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010

PDRB (juta rupiah)

7.257.742,09 8.558.035,70 10.089.943,96 11.904.599,66 14.070.351,26

Sumber: Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor (2011)

Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor didukung oleh berbagai

macam subsektor, diantaranya ialah industri pengolahan. Kontribusi subsektor industri pengolahan dalam perolehan PDRB Kota Bogor pada tahun 2010 ialah sebesar 25,90 persen. Peran serta industri pengolahan ini meningkat sebesar 1,3 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2009. Lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran merupakan subsektor yang memberikan andil terbesar dalam penyusunan komponen PDRB Kota Bogor dengan persentase sebesar 37,16 persen. Kontribusi berbagai sektor penyusun perekonomian Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.

5

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=81164ukmstrategis- tanggulangi-kemiskinan&catid=77&Itemid=131 [Diakses 15 Januari 2012]

Tabel 2. Kontribusi Sektor Dalam Perekonomian Kota Bogor Tahun 2009-2010 Lapangan Usaha

PDRB Atas Dasar Harga yang Berlaku (persen)

2009 2010

Pertanian 0,2 0,19

Industri Pengolahan 25,57 25,90

Listrik, Gas dan Air Bersih 2,06 2,00

Bangunan 5,49 5,29

Perdagangan, Hotel dan Restoran 38,40 37,16

Angkutan dan Komunikasi 14,45 15,35

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

10,22 10,39

Jasa-Jasa 3,97 3,72

Sumber: Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor (2011)

Industri pengolahan merupakan salah satu subsektor yang berperan dalam menopang roda perekonomian Kota Bogor. Industri makanan ialah salah satu komponen penyusun dalam industri pengolahan non migas di Kota Bogor. Industri makanan ini mencakup industri besar, sedang, industri kecil dan rumah tangga. Potensi industri pengolahan non migas khususnya industri makanan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Potensi Industri Pengolahan Non Migas Khususnya Industri Makanan di Kota Bogor tahun 2008-2010

Jenis Industri 2008 2009 2010 Jumlah Usaha (Unit) Tenaga Kerja (Orang) Jumlah Usaha (Unit) Tenaga Kerja (Orang) Jumlah Usaha (Unit) Tenaga Kerja (Orang) Industri menengah atau besar 22 1402 25 1422 25 1422 Industri kecil formal 213 2.062 225 2.167 240 2.213 Industri kecil non

formal

1.017 4.693 1.037 4.793 1.057 4.895 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor (2011)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Bogor yang bergerak di bidang industri makanan, baik yang berupa industri kecil formal maupun non- formal, mengalami peningkatan dari segi jumlah unit usaha dan tenaga kerja. Hal ini membuktikan bahwa UKM merupakan industri yang sangat potensial untuk diberdayakan lebih lanjut karena mampu menyerap tenaga kerja serta tidak membutuhkan modal yang terlalu besar dalam menjalankan kegiatan produksinya.

UKM merupakan usaha yang fleksibel dengan penerapan jiwa wirausaha sehingga memiliki ketahanan yang relatif tinggi dalam menghadapi krisis global yang melanda Indonesia.

Industri rotidi Kota Bogor merupakan salah satu jenis industri pengolahan

makanan yang prospektif untuk dikembangkan. Roti merupakan produk makanan yang bahan utamanya tepung (kebanyakan tepung terigu) dan dalam pengolahannya melibatkan proses pemanggangan. Produk roti contohnya adalah bakery, pie, bagel, pastry, cake dan cup cake, biskuit, kue kering (cookies), crackers, muffin, rolls, pretzel, donat, dll. Brownies sebagai bagian dari cake merupakan kue bantat yang berwarna cokelat pekat dengan berbagai aneka variasi topping yang menarik. Pertumbuhan industri brownies di Kota Bogor ditunjukkan

dengan semakin banyaknya usaha pengolahan brownies yang terdaftar di Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor dari tahun ke tahun. Daftar nama

produsen brownies di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Daftar Nama Perusahaan Brownies di Kota Bogor

Nama Perusahaan Alamat Tahun Daftar

Elsari Brownies &

Bakery

Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 2006

Brownies Kukus

“Bie&Bie” Jl. Batu Tulis Gg. Lurah No 12 RT 04/04 Kec. Bogor Selatan

2007

Monika Kebon Pedes RT 02/10 Kec.

Tanah Sareal

2007

Ramana Kebon Pedes RT 02/10 2007

Brownies“Keisha” Jl. Sukasari III No. 35 RT 07/RW 01 Kelurahan Sukasari

2010

Brownies Lapis Bogor Jl. Dr. Semeru Blok 102 No 7 RT

1/11

2011

Akasia Cake Kedung Waringin 2011

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor (2012)

Elsari Brownies and Bakery merupakan salah satu industri kecil yang

bergerak dalam bidang pengolahan brownies di Kota Bogor. Elsari ialah produsen

brownies pertama di Kota Bogor. Elsari telah melakukan kegiatan pemasaran hingga ke daerah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Serang, Karawang, Cibubur, Sukabumi, dan Bandung. Elsari juga memiliki berbagai agen perseorangan dan counter titip jual yang membantu kegiatan pemasaran produk brownies.

Perkembangan Elsari Browniesand Bakery dari tahun ke tahun tidak lepas dari peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor yang secara rutin memberikan pembinaan kepada manajemen Elsari untuk meningkatkan

kompetensinya. Persaingan industri brownies yang relatif ketat di Kota Bogor

menuntut manajemen Elsari untuk terus mencari inovasi agar mampu

memenangkan pasar serta tetap mendapatkan perhatian dari pecinta brownies.