• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TOKOH DAN PENOKOHAN SERTA LATAR DALAM NOVEL

2.3 Tokoh dan Penokohan Tokoh Tambahan

2.4.3 Latar Sosial

Latar sosial merujuk pada perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat dalam karya fiksi. Latar sosial yang terdapat dalam novel Di Tanah Lada adalah kehidupan masyarakat metropolitan Jakarta. Berikut analisisnya.

Kota Jakarta memiliki predikat sebagai kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia. Karena itu, kemacetan di jalan raya merupakan hal yang umum di ibukota tersebut. Hal ini digambarkan oleh pengarang dengan menggunakan teknik ekspositori berikut.

(76) Rasanya lama sekali kami di dalam mobil. Ada kemacetan hebat di jalan. aku tidur lama sekali, dan begitu terbangun, kami belum juga sampai. Papa mulai marah-marah dan mencoba merenggut setir dari Pak Sopir Taksi. Pak Sopir Taksi mulai balas membentak. Mama tampak hampir menangis. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:12)

Latar sosial lain yang terjadi dalam novel ini adalah masih terjadinya budaya berjudi dalam sebagian masyarakat. Hal ini terjadi pada masyarakat yang tinggal di sekitar Rusun Nero yang masih ikut dalam permainan judi di rumah perjudian. Pengarang menggambarkan kondisi ini dengan menggunakan teknik dramatik berupa teknik cakapan dan tingkah laku seperti pada kutipan berikut.

(77) “Tergantung kamu mau main yang mana. Bisa pakai ayam. Seringnya sih pakai kartu. Kalau jam segini, biasanya mereka lagi main yang pakai ayam, tuh. Kalau yang pakai kartu, biasanya malam-malam banget mainnya.”

“Kamu nggak main, sih. Cuma ngeliatin ayam berantem saja.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:31)

(78) Kami berjalan sedikit lebih jauh lagi. Aku sudah bisa melihat cahaya lampu redup menyala-nyala beberapa langkah dari tempatku sekarang. Ada banyak sekali orang di sana. Dan berisik sekali. Aku juga bisa mendengar suara ayam.

“Itu tempatnya.”

Kami berdiri beberapa jauh dari kerumunan. Ada banyak sekali bapak-bapak kerempeng berkerumun di sana. hanya mengenakan celana pendek atau sarung atau celana panjang kedodoran yang warnanya sudah pudar. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:34)

Selain itu, melihat apa yang dilakukan tokoh Papa Ava dan Papa Pepper, peneliti melihat bahwa masih saja terdapat tindakan KDRT yang terjadi pada istri maupun anak-anak. Pengarang menggambarkan kondisi ini dengan menggunakan teknik dramatik berupa teknik cakapan dan tingkah laku seperti pada kutipan berikut.

(79) Papa berusaha menutup koper sementara aku masih terbaring di dalamnya, tapi Mama terus-terusan berusaha mendorongnya. Papa mendorong Mama sebagai balasan. Mama terjatuh di lantai. Papa menamparnya, lalu berusaha menutup koperku lagi. Mama menarik-narik kaki Papa sambil menangis keras-keras. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:75)

(80) Lalu, kulihat itu: luka bakar mengerikan di lengan Pepper. Luka itu tidak ada ketika kami berada di dalam kamar kardus. Berarti, si Tangan Gorila yang melakukannya. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:132)

Tidak hanya KDRT, kota metropolitan Jakarta juga sarat akan pergaulan bebas di antara kehidupan remaja. Hal inilah yang terjadi pada tokoh Kak Suri yang sering tidur bersama lelaki yang berlainan. Pengarang menggambarkan penokohan ini dengan menggunakan teknik dramatik berupa teknik cakapan dan teknik tingkah laku. Berikut kutipannya.

(81) “Kamu mana bisa membesarkan anak sementara kerjaan kamu setiap hari gonta-ganti teman tidur!” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:138)

(82) “Siapa, nih?” Ada seorang laki-laki yang keluar dari kamar Kak Suri. Aku tidak pernah melihatnya. Dan, dari tampangnya, sepertinya Pepper juga tidak mengenalnya. (hlm. Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:133)

Akibat dari menjamurnya budaya pergaulan bebas, banyak anak-anak yang kemudian lahir dari hubungan di luar pernikahan. Anak-anak hasil hubungan di luar pernikahan pun tak jarang ditelantarkan dan tak terurus. Hal ini tergambar dari pengakuan Mas Alri terhadap Pepper di akhir cerita, yaitu bahwa ayah dan ibu kandung Pepper yang sebenarnya adalah Mas Alri dan Kak Suri. Pengakuan yang terlambat dari Mas Alri ini membuktikan bahwa Pepper adalah anak di luar hubungan nikah Mas Alri dan Kak Suri, serta bukti penelantaran mereka terhadap Pepper. Pengarang menggambarkan latar ini dengan menggunakan teknik dramatik berupa teknik cakapan seperti pada kutipan berikut.

(83) “Kata Mas Alri, Kak Suri ngelahirin aku waktu dia 17 tahun,” katanya. “Terus, aku dibawa kakaknya Kak Suri yang sudah menikah sama Papa aku. Tapi, terus, kakaknya Kak Suri kabur dari Papa aku.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:220)

(84) “Papa aku Mas Alri,” kata P. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:221)

Di atas itu semua, masyarakat Jakarta masih mempunyai rasa kepedulian antar sesama. Kesulitan apa pun yang terjadi pada Ava dan Pepper, selalu akan ada bala bantuan yang datang. Dalam novel Di Tanah Lada rasa kepedulian itu ditunjukkan oleh beberapa tokoh, yaitu Mama Ava, Mas Alri, Bapak dan Ibu Penjaga

Rusun, masyarakat penghuni Rusun Nero, dan Pak dan Bu Tukang Sate. Berikut kutipannya.

(85) “Dia bilang, ada banyak yang tidak dia mengerti.”

Mama mengangguk lagi. “Kalau ada yang tidak dia mengerti, dia boleh datang ke kamar. Nanti kita pahami sama-sama.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:54)

(86) Sekali lagi, Mas Alri menghela napas. Tapi, kali ini, dia mengangguk.

“Mas antar kalian sampai ke rumah Nenek Isma,” katanya. “Dengan begitu, seenggaknya, Mas tahu kamu selamat. Mas nggak perlu bertanya-tanya kamu mati di mana.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:183)

(87) Jadi, kami memutuskan untuk makan pindang ikan Ibu Penjaga Rusun. Dia memberi kami nasi dan minum air putih juga. Ibu Penjaga Rusun menyuapiku, dan Si Anak Pengamen makan sendiri pakai tangan.

Kami berdua diperbolehkan nonton televisi dulu sebelum pulang. Ketika adzan Isya, kami berdua baru keluar dari rumah Bapak dan Ibu Penjaga Rusun. Mereka bilang, kalau aku terkunci di luar lagi, aku boleh datang kapan saja. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:41-42)

(88) Banyak orang yang memperhatikan keributan yang dibuat Mama dan Papa. Ada juga yang berusaha melerai keduanya. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:57)

(89) Beberapa orang sepertinya menggedor pintu sampai akhirnya seseorang berhasil membuka pintu kami. Orang-orang berhamburan masuk dan menjauhkan Papa dari koperku. Mereka menenangkan Mama yang menangis menjerit-jerit. Ada juga yang menarik tanganku dan membawaku ke Mama. Mama langsung memelukku dan menangis terisak-isak di belakang bahuku. Mama dan orang-orang membawaku keluar dari kamar dan mengantar kami sampai ke depan Rusun Nero. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:75)

(90) “Suruh tidur di rumah saja, Bu,” saran Pak Tukang Sate. “Nanti besok pagi, Bapak antar ke pasar buat beli sepeda.”

“Ya sudah,” katanya. “Kalian berdua habiskan makanannya. Nanti, Ibu antar ke rumah. Rumah Ibu ‘ndak jauh, kok. Tangan kamu ‘ndak apa-apa, Dek? Mau Ibu suapinin aja?” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:163)

Pada latar sosial ini, peneliti menyimpulkan bahwa kehidupan masyarakat yang mendominasi cerita pada novel Di Tanah Lada adalah kehidupan masyarakat metropolitan Jakarta. Kota Jakarta memiliki predikat sebagai kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia. Karena itu, kemacetan di jalan raya merupakan hal yang umum. Selain itu, masih terjadinya budaya berjudi dalam sebagian masyarakat. Hal ini terjadi pada masyarakat yang tinggal di sekitar Rusun Nero yang masih ikut dalam permainan judi di rumah perjudian. Selain berjudi, tindakan KDRT juga masih terjadi pada istri maupun anak-anak. Tidak hanya KDRT, kota metropolitan Jakarta juga sarat akan pergaulan bebas di antara kehidupan remaja. Hal inilah yang terjadi pada tokoh Kak Suri yang sering tidur bersama lelaki yang berlainan. Akibat dari menjamurnya budaya pergaulan bebas, banyak anak-anak yang kemudian lahir dari hubungan di luar pernikahan. Anak-anak hasil hubungan di luar pernikahan pun tak jarang ditelantarkan dan tak terurus. Pepper adalah anak di luar hubungan nikah Mas Alri dan Kak Suri, serta bukti penelantaran mereka terhadap Pepper. Di atas itu semua, masyarakat Jakarta masih mempunyai rasa kepedulian antar sesama. Kesulitan apa pun yang terjadi pada Ava dan Pepper, selalu akan ada bala bantuan yang datang.

Dokumen terkait