• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TOKOH DAN PENOKOHAN SERTA LATAR DALAM NOVEL

2.3 Tokoh dan Penokohan Tokoh Tambahan

2.4.1 Latar Tempat

Latar tempat yang mendominasi cerita sekaligus yang berkaitan pada diri tokoh utama terdiri dari dua, yaitu latar Jakarta dan Bandar Lampung.

a. Latar Jakarta

Latar Jakarta yang dilalui oleh tokoh Ava terdiri Rusun Nero, Tempat Judi, Hotel Kristal, Rumah Sakit, Rumah Bapak dan Ibu Tukang Sate, Stasiun Dekat Monas, hingga Pelabuhan dan Kapal.

1) Rusun Nero

Rusun Nero digambarkan oleh pengarang sebagai tempat tinggal yang mengerikan. Hal itu dikarenakan memang terdapat banyak hal-hal buruk di Rusun Nero. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut.

(51) Tante Lisa bilang, seharusnya aku senang, karena Rusun Nero mengerikan. Ada banyak hantu, orang jahat (termasuk Papa), dan serigala di Rusun Nero. Rusun Nero bisa roboh kapan saja. Rusun Nero kotor dan bikin sakit. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:92)

(52) Kami kembali ke Rusun Nero. Aku tak percaya betapa mengerikannya tempat ini. Sepertinya, setiap retakan di dinding itu mengeluarkan kutu. Selokan bau di pinggirnya, tumpukan sampah di sana-sini, lalat yang berdenging... (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:101)

Rusun Nero juga digambarkan oleh pengarang sebagai tempat tinggal yang akan dihuni oleh Ava sekeluarga setelah menerima warisan dari kematian kakeknya. Sang ayah menyeret secara paksa istrinya dan Ava untuk tinggal di Rusun Nero. Alasan yang membuat sang ayah ingin tiba-tiba tinggal di tempat ini hanyalah karena lokasinya yang dekat dengan kasino atau tempat perjudian. Pengarang melukiskan hal ini seperti pada halaman 13-17.

Selain itu, Rusun Nero juga merupakan tempat di mana Ava sering ditinggalkan sendirian oleh kedua orangtuanya. Papa Ava biasanya memaksa Mama Ava untuk menemaninya ke mana pun ia pergi. Tentunya Papa Ava hanya ingin ditemani oleh istrinya saja, tidak dengan Ava. Karena ketidak kuasaan Mama Ava untuk menolak paksaan sang suami, Ava pun akhirnya selalu sendirian di Rusun Nero. Pada halaman 27-28, Ava yang baru saja pulang dari mencari makan siang

menemukan pintu kamarnya sudah terkunci dan tidak ada Mama Ava yang menjawab panggilannya. Belakangan baru diketahui bahwa Mama Ava sedang menemani suaminya di tempat judi. Pada halaman 57, Papa Ava kembali memaksa Mama Ava untuk menemaninya mencari makan. Ava sekali lagi ditinggalkan begitu saja.

Karena beberapa kali ditinggalkan sendirian, Rusun Nero juga menjadi saksi bisu dari pertemuan pertama Ava dan Pepper. Pertemuan pertama itu dimulai di rumah makan yang terletak persis di sebelah Rusun Nero. Ava yang saat itu sedang makan bertemu dengan Pepper yang kala itu juga ingin makan. Ava tidak bisa memakan makanannya sendiri karena ketidakmampuannya untuk memisahkan daging ayam dan tulangnya. Pepper yang kemudian menyadari hal itu pun meninggalkan makanannya sendiri dan membantu Ava untuk makan. Di sana, mereka berkenalan dan akhirnya menjadi teman. Pengarang menggambarkan latar tersebut seperti pada halaman 20-26.

Rusun Nero juga disebut-sebut oleh Mas Alri sebagai tempat di mana orang-orang tak waras berkumpul. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut.

(53) “Nggak tahu,” katanya. “Tinggalnya di Rusun Nero, sih.”

Mas Alri mengangguk dan tertawa lagi. “Tempat orang-orang nggak waras berkumpul.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:100)

Terakhir, Rusun Nero juga menjadi tempat di mana Ava melihat dengan mata kepalanya sendiri penyiksaan ayah Pepper kepada diri Pepper. Pepper saat itu disiksa oleh ayahnya dengan menggunakan setrika panas. Setelah itu, Ava dan Pepper

dengan cepat melarikan diri ke kamar Kak Suri. Ava bersama Kak Suri, kemudian membawa Pepper ke rumah sakit. Pengarang menggambarkan latar tersebut seperti pada halaman 130-136.

Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Ava memandang Rusun Nero sebagai tempat mengerikan karena memang terdapat banyak hal-hal buruk di sana. seperti hantu, orang jahat, serigala, berpotensi roboh, kotor dan membuat sakit, retakan dinding yang mengeluarkan kutu, selokan bau, tumpukan sampah di sana-sini, serta lalat-lalat yang berdenging di sekitar tempat itu. Rusun Nero juga merupakan tempat tinggal yang akan dihuni oleh Ava sekeluarga setelah menerima warisan dari kematian kakeknya. Selain itu, Rusun Nero juga merupakan tempat di mana Ava sering ditinggalkan sendirian oleh kedua orangtuanya. Karena beberapa kali ditinggalkan sendirian, Rusun Nero juga menjadi saksi bisu dari pertemuan pertama Ava dan Pepper. Rusun Nero juga disebut-sebut oleh Mas Alri sebagai tempat di mana orang-orang tak waras berkumpul. Terakhir, Rusun Nero juga menjadi tempat di mana Ava melihat dengan mata kepalanya sendiri penyiksaan ayah Pepper kepada diri Pepper.

2) Tempat Judi

Tempat Judi dalam novel Di Tanah Lada digambarkan sebagai tempat perjudian di mana orang-orang melakukan dua jenis permainan, yaitu judi kartu dan judi ayam. Pengarang menggambarkan hal ini seperti pada kutipan berikut.

(54) “Tergantung kamu mau main yang mana. Bisa pakai ayam. Seringnya sih pakai kartu. Kalau jam segini, biasanya mereka lagi main yang pakai ayam, tuh. Kalau yang pakai kartu, biasanya malam-malam banget mainnya.”

“Oh ya? Kalau pakai ayam, bagaimana mainnya?”

“Kamu nggak main, sih. Cuma ngeliatin ayam berantem saja.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:31)

Selain itu, Tempat Judi adalah tempat di mana Ava menemukan ayah dan ibunya. Saat itu, Ava tidak dapat menemukan orangtuanya di Rusun Nero (hlm 27-28), sehingga Pepper mengusulkan untuk mencari kedua orangtua Ava di Tempat Judi. Di sana, Ava menemukan ayahnya yang sedang asyik berjudi dan ibunya yang terpaksa menemaninya. Ava sempat bercakap-cakap sebentar bersama ibunya. Mama Ava mengatakan bahwa ia tidak bisa meninggalkan Papa Ava. Karena jika Mama Ava meninggalkan suaminya begitu saja di Tempat Judi, Papa Ava akan mengamuk dan memukul mereka berdua. Ava pun diminta untuk menunggu di Rusun Nero sampai kedua orangtuanya kembali. Ava menurut dan pulang kembali ke Rusun Nero bersama Pepper. Latar ini digambarkan oleh pengarang pada halaman 34-37.

Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Tempat Judi digambarkan sebagai tempat perjudian di mana orang-orang melakukan dua jenis permainan, yaitu judi kartu dan judi ayam. Selain itu, Tempat Judi adalah tempat di mana Ava menemukan ayah dan ibunya

3) Hotel Kristal

Hotel Kristal dalam novel Di Tanah Lada merupakan tempat di mana Ava dan ibunya melarikan diri dari ayahnya di Rusun Nero. Pengarang menggambarkan hal ini seperti pada kutipan berikut.

(55) Aku bertanya lagi pada Pak Koki yang Sedang Masak Telur (ada banyak sekali telur yang harus dia masak hari itu). Pak Koki menjawab, “Ini Hotel Kristal.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:86).

Selain itu menjadi tempat tujuan Ava dan Mama Ava setelah melarikan diri dari Papa Ava, Hotel Kristal juga menjadi tempat di mana Ava dan ibunya bertemu dengan Tante Lisa dan Om Ari. Tante Lisa adalah kakak dari Papa Ava, sementara Om Ari adalah adik dari Mama Ava. Ava mendengar bahwa Tante Lisa dan Om Ari menyarankan Mama Ava untuk menceraikan Papa Ava saja. Ketika Ava “disingkirkan” dari pembicaraan orang dewasa, Ava menelpon Pepper, memberitahu di mana posisinya pada Pepper, serta memutuskan untuk memanggil nama Pepper dengan “Pepper”. Ketika Mama Ava sedang tidur siang, Ava keluar kamar diam-diam untuk turun ke lobi hotel. Di sana, ia bertemu dengan Pepper dan Mas Alri yang datang mengunjunginya. Ketika Pepper akan kembali ke Rusun Nero, Ava mengalami pertentangan batin melihat ia akan berpisah dari Pepper. Ava ingin bermain bersama Pepper, tapi ia tidak bisa meninggalkan ibunya begitu saja. Akhirnya, Ava memutuskan untuk ikut Pepper pulang ke Rusun Nero. Setelah memberitahu ke mana ia akan pergi lewat SMS, Ava meninggalkan Mama Ava di Hotel Kristal. Latar ini digambarkan oleh pengarang pada halaman 75-99.

Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Hotel Kristal merupakan tempat di mana Ava dan ibunya melarikan diri dari ayahnya di Rusun Nero. Selain itu, Hotel Kristal merupakan tempat di mana Ava bertemu dengan Tante Lisa dan Om Ari, juga bertemu dengan Pepper dan Mas Alri. Ava mengalami konflik batin karena harus memilih untuk mengikuti Pepper atau tetap bersama ibunya di hotel. Akhirnya, Ava memutuskan untuk ikut pulang bersama Pepper ke Rusun Nero meninggalkan Mama Ava di hotel.

4) Rumah Sakit

Rumah Sakit dalam novel Di Tanah Lada merupakan tempat tujuan Ava dan Kak Suri untuk mendapat pengobatan bagi Pepper setelah disiksa oleh ayahnya. Pepper yang mengalami luka bakar akibat tangannya disetrika oleh ayahnya langsung dilarikan ke Rumah Sakit oleh Ava dan Kak Suri. Pengarang menggambarkan hal ini seperti pada kutipan berikut.

(56) Taksi datang sekitar satu jam kemudian. Kami berangkat ke rumah sakit. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:136)

(57) Aku tidak boleh masuk UGD. Katanya, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk. Karena aku bukan dokter dan perawat, aku tidak boleh masuk. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:137)

Di Rumah Sakit, Ava yang sedang menunggu Pepper menyaksikan pertengkaran Mas Alri dan Kak Suri. Mereka memperdebatkan apa yang terjadi pada Pepper jika ayah Pepper diringkus oleh polisi. Di tengah-tengah pertengkaran,

Pepper yang sudah mendapatan perawatan mengajak Ava pergi ke kantin rumah sakit meninggalkan Mas Alri dan Kak Suri. Di kantin, Ava diberitahu oleh Pepper bahwa ia tidak akan pernah lagi kembali ke Rusun Nero. Pepper akan melakukan perjalanan ke tempat berbintang di mana harapan akan terkabul. Untuk melakukan perjalanan tersebut, Pepper akan menjual ponselnya. Setelah mendengar hal itu, Ava merasakan sebuah pertentangan batin. Ava harus kembali menemui ibunya, tapi ia juga tidak mau berpisah dengan Pepper. Apalagi Pepper akan semakin susah dicari setelah menjual ponselnya. Ava pun akhirnya memutuskan untuk pergi bersama Pepper menuju rumah Nenek Isma di Bandar Lampung. Mereka pergi ke rumah Nenek Isma karena di sana terdapat banyak bintang yang bisa mengabulkan harapan. Latar ini digambarkan oleh pengarang pada halaman 137-156.

Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Rumah Sakit merupakan tempat tujuan Ava dan Kak Suri untuk mendapat pengobatan bagi Pepper setelah disiksa oleh ayahnya. Selain itu, Ava kemudian menyaksikan pertengkaran Mas Alri dan Kak Suri mengenai diri Pepper. Pepper yang sudah mendapat perawatan mengajak Ava ke kantin rumah sakit. Di sana, Ava dan Pepper memutuskan untuk bersama-sama melakukan perjalanan ke rumah Nenek Isma di Bandar Lampung di mana terdapat banyak bintang yang bisa mengabulkan harapan.

5) Rumah Pak dan Bu Tukang Sate

Rumah Pak dan Bu Tukang Sate dalam novel Di Tanah Lada merupakan tempat peristirahatan pertama Ava dan Pepper setelah melarikan diri bersama dari rumah sakit. Rumah tersebut memiliki dua kamar. Satu kamar untuk ditinggali Pak dan Bu Tukang Sate, satunya lagi untuk kamar tamu. Berikut kutipannya.

(58) Sepanjang jalan, dia menceritakan soal rumahnya. Katanya, rumahnya tidak besar, tapi nyaman. Kamarnya ada dua. Satu ditempati Pak dan Bu Tukang Sate. Satunya untuk anak mereka. Tapi, karena anak mereka sudah tidak tinggal bersama mereka lagi, sekarang kamar itu dipakai untuk kamar tamu. Sekarang, tidak ada tamu. Jadi, kamarnya kosong. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:165)

Pak dan Bu Tukang Sate melihat bahwa Ava dan Pepper hendak tidur di masjid. Maka, Pak dan Bu Tukang Sate menawarkan tempat untuk tidur bagi mereka. Pengarang menggambarkan hal ini seperti pada kutipan berikut.

(59) “Suruh tidur di rumah saja, Bu,” saran Pak Tukang Sate. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:163)

(60) Kami, akhirnya, masuk ke dalam rumah. Aku baru sadar kalau aku kedinginan. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:168)

Dini hari setelah tidur, Pepper memberitahu Ava bahwa ia mendengar Pak dan Bu Tukang Sate akan melaporkan Ava dan Pepper kepada polisi. Karena takut dimasukkan ke penjara, Ava dan Pepper memutuskan untuk kembali melarikan diri pada jam 6 pagi saat Ibu berangkat ke pasar. Pengarang menggambarkan latar tersebut seperti pada kutipan berikut.

(61) “Mungkin,” kata Pepper pelan. “Tapi, kayaknya kita nggak bakal bisa ke rumah Nenek Isma.”

“Kenapa?”

“Soalnya, si Ibu mau melapor ke polisi,” kata Pepper. “Kalau kita dilaporkan ke polisi, berarti kita harus masuk penjara.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:169)

(62) “Kita bisa pergi nanti,” kata Pepper, buru-buru. Sepertinya, dia tahu kalau aku mengantuk. “Nanti, sekitar jam 6, waktu Ibu pergi ke pasar, kita kabur.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:171)

Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Rumah Pak dan Bu Tukang Sate merupakan tempat peristirahatan pertama Ava dan Pepper setelah melarikan diri bersama dari rumah sakit. Rumah tersebut memiliki dua kamar. Kamar pertama ditinggali Pak dan Bu Tukang Sate, sementara kamar lain dipakai sebagai kamar tamu. Rumah Pak dan Bu Tukang Sate juga menjadi tempat penawaran dari mereka untuk ditinggali satu malam oleh Ava dan Pepper. Kemudian, Pepper dan Ava ketakutan untuk dimasukkan ke penjara oleh polisi karena Pak dan Bu Tukang Sate akan melaporkan mereka. Untuk itu, mereka melarikan diri dari rumah tersebut pada jam 6 pagi saat Ibu berangkat ke pasar.

6) Stasiun Dekat Monas

Stasiun Dekat Monas dalam novel Di Tanah Lada merupakan tempat tujuan Ava dan Pepper setelah melarikan diri dari rumah Pak dan Bu Tukang Sate. Di sana, mereka langsung memesan tiket kereta untuk keberangkatan. Berikut kutipannya.

(63) Kami masuk ke dalam stasiun. Sepertinya, Pepper sudah tahu betul jalan di dalamnya. Soalnya, dia langsung ke tempat penjualan tiket. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:177)

Selain itu, Stasiun Dekat Monas juga merupakan tempat di mana Mas Alri menemukan Ava dan Pepper. Pengarang menggambarkan kondisi tersebut seperti pada kutipan berikut.

(64) Kami berdua mengangkat kepala. Di belakang kami, Mas Alri berdiri. Kelihatan menjulang. Wajahnya merah. Seperti Pepper, waktu kecapekan mengayuh sepeda. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:179)

Stasiun Dekat Monas juga merupakan tempat di mana Mas Alri melarang Ava dan Pepper melanjutkan perjalanan. Tiket yang sudah dibeli oleh Pepper pun dikembalikan oleh Mas Alri. Pada mulanya, Mas Alri mengatakan akan mengantarkan Ava ke rumah Om Ari. Mas Alri juga mendesak Pepper untuk tinggal bersama-sama dengannya di Bandung. Ada pertentangan batin yang terjadi pada diri Ava setelah mendengar hal itu. Ava merasa sedih karena ia akhirnya akan berpisah dengan Pepper, namun ia juga merasa senang karena Pepper akan tinggal bersama Mas Alri yang akan menjaganya dengan baik. Meski begitu, Pepper menolak tawaran Mas Alri karena dirinya masih ingin ke rumah Nenek Isma menemani Ava agar dapat melihat bintang yang dapat mengabulkan permohonan. Mendengar hal itu, Mas Alri pun setuju untuk mengantarkan mereka berdua ke rumah Nenek Isma. Penggambaran kejadian pada latar ini dapat dibuktikan pada halaman 180-183.

Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Stasiun Dekat Monas adalah tempat tujuan Ava dan Pepper setelah melarikan diri dari rumah Pak dan Bu Tukang Sate. Di tempat yang sama, Mas Alri menemukan Ava dan Pepper. Stasiun Dekat Monas juga adalah tempat di mana Mas Alri melarang Ava dan Pepper melanjutkan

perjalanan. Mas Alri akan mengantar Ava ke rumah Om Ari sementara Pepper akan dibawanya untuk tinggal bersama di Bandung. Pepper menolak hal itu karena ia masih ingin menemani Ava ke rumah Nenek Isma. Akhirnya, Mas Alri pun setuju untuk mengantarkan mereka berdua ke rumah Nenek Isma.

7) Kapal

Kapal dalam novel Di Tanah Lada adalah kendaraan yang digunakan oleh Ava, Pepper, dan Mas Alri menuju rumah Nenek Isma. Pengarang menggambarkan latar ini seperti pada kutipan berikut.

(65) “Di mana?” katanya pelan, dengan suara mengantuk.

“Di kapal,” sahut Mas Alri. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:190)

Setelah Mas Alri tertidur dalam kapal, Ava dan Pepper ke lantai atas. Lantai atas hanya diisi ruangan yang digunakan sebagai mushola. Di sana, Ava dan Pepper bersama-sama mengartikan makna dari puisi Aku karya Chairil Anwar. Pemahaman makna puisi dibantu oleh kamus Bahasa Indonesia milik Ava. Penggambaran kondisi dalam latar ini dapat dibuktikan pada halaman 191-194.

Setelah Pepper tertidur, Ava selanjutnya menghabiskan waktu bersama dengan Mas Alri yang sudah terbangun. Ava mengajak Mas Alri untuk mencari nama sungguhan yang dapat disandang sebagai nama Pepper kelak. Pengarang menggambarkan hal ini seperti pada kutipan berikut.

Dia tersenyum, mengangguk, dan menhabiskan sisa waktu sisa waktu kami mengapung-ngapung di atas lautan sambil membaca buku kamus untuk mencari nama. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:200)

Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Kapaladalah kendaraan yang digunakan oleh Ava, Pepper, dan Mas Alri menuju rumah Nenek Isma. Di kapal, Ava dan Pepper sempat bersama-sama mengartikan makna dari puisi Aku karya Chairil Anwar. Pemahaman makna puisi dibantu oleh kamus Bahasa Indonesia milik Ava. Setelah Pepper tertidur, Ava selanjutnya mengajak Mas Alri untuk mencari nama sungguhan yang dapat disandang sebagai nama Pepper kelak.

b. Latar Bandar Lampung

Latar Bandar Lampung merupakan tempat tujuan akhir dari perjalanan Ava, Pepper, dan Mas Alri. Latar Bandar Lampung hanya meliputi latar Pantai Kiluan.

1) Pantai Kiluan

Pantai Kiluan dalam novel Di Tanah Lada adalah tempat pertama yang dituju oleh Ava, Pepper dan Mas Alri di Bandar Lampung, sekaligus menjadi latar terakhir yang menjadi ending cerita. Berikut kutipannya.

(67) Sesuai janji, Mas Alri berhenti sekitar 1-2 jam kemudian. Saat itu, sudah sore. Kami berhenti di pantai, dan Mas Alri mengajak kami turun. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:210)

Selain itu, Pantai Kiluan digambarkan sebagai pantai yang sangat indah. Ada berbagai macam orang yang berwisata di pantai tersebut, mulai dari turis lokal

sampai turis asing. Ava terpana melihat semua hal itu. Pengarang menggambarkan hal tersebut seperti pada kutipan berikut.

(68) Pantai itu indah sekali. Ada banyak orang di sana. Mereka semua memakai kaos, celana pendek, dan sandal jepit. Anak-anak seusiaku naik sepeda. Mereka telanjang kaki. Telapak kaki mereka dipenuhi pasir. Ada banyak orang bule juga. Aku terbengong-bengong melihat rambut mereka yang sewarna pasir. Ada juga yang rambutnya cokelat, seperti Mas Alri dan Pepper. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:210-211)

Di dermaga Pantai Kiluan, Ava memberikan nama sungguhan yang telah dibuatnya khusus untuk Pepper. Pengarang menggambarkan keadaan ini seperti pada kutipan berikut.

(69) “Ya sudah. Apa namanya?”

Aku membuka halaman paling belakang, tempat aku menuliskan namanya dengan pena di halaman kosong.

“Patibrata Praharsa,” bacanya. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:231)

Selain itu, dermaga Pantai Kiluan juga menjadi tempat di mana Ava diberitahu fakta yang mengejutkan dari Pepper. Yaitu bahwa ayah dan ibu kandung Pepper yang sebenarnya adalah Mas Alri dan Kak Suri. Setelah mengetahui fakta tersebut, ada konflik batin yang terjadi pada diri Ava. Ia berpikir bahwa seharusnya Mas Alri memberitahu hal ini pada Pepper lebih cepat agar Pepper tidak terlantar sedemikian lama. Tapi, jika Mas Alri memberitahu hal ini lebih cepat, Ava mungkin tidak akan pernah bertemu dan berteman dengan Pepper di Rusun Nero. Kondisi ini digambarkan oleh pengarang seperti pada halaman 220-222.

Akhir dari cerita ini ditutup di latar yang sama di mana Ava dan Pepper ingin bersama-sama menuju bintang di langit. Meski begitu, bintang-bintang di langit juga

berada di bawah kaki mereka karena lautan pun berisi bintik-bintik yang memantulkan bintang-bintang. Maka, Ava dan Pepper melompat menuju lautan pantulan bintang yang dingin, gelap, dan hitam. Ending cerita ini digambarkan oleh pengarang seperti pada kutipan berikut.

(70) Aku memandang ke bawah. Lautan yang tadi sore berwarna biru, sekarang berwarna hitam. Ada bintik-bintik putih yang bersinar. Pantulan bintang. Lautan tampak seperti langit cair (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:234) (71) Jadi, aku mengambil tangan yang dia ulurkan. Aku tersenyum. Mengangguk

balik. Bergandengan tangan, kami berdua menjejakkan kaki dan melompat meninggalkan ujung jembatan kayu yang mengubungkan kami dengan tanah itu.

Kupejamkan mataku. Langit yang memantul di permukaan laut menelanku bulat-bulat. Dingin. Hitam. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:236-237) (72) Gelap. Di sini dingin dan gelap. Tapi kami masih berpegangan tangan.

Mengarungi langit di dasar laut bersama.

Sehidup semati. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:240)

Dari latar di atas, peneliti menyimpulkan Pantai Kiluan adalah tempat pertama yang dituju oleh Ava, Pepper dan Mas Alri di Bandar Lampung. Ava melihat bahwa Pantai Kiluan adalah pantai yang sangat indah. Ada berbagai macam orang yang berwisata di pantai tersebut, mulai dari turis lokal sampai turis asing. Ava terpana melihat semua hal itu. Pantai Kiluan juga adalah tempat di mana Ava memberikan nama sungguhan yang telah dibuatnya khusus untuk Pepper. Selain itu,

Dokumen terkait