• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI

3.1.2 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Rasa Aman

Setelah kebutuhan fisiologis, terdapat pula kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan ini adalah kebutuhan bagi seseorang untuk akan keteraturan dan stabilitas dan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya. Ketidak terpenuhinya kebutuhan ini akan membuat seseorang mendapat gangguan neurotik, yaitu rasa cemas dan merasa tidak aman. Dalam novel

Di Tanah Lada, tokoh Ava mengalami sejumlah ketidak terpenuhinya beberapa

kebutuhan akan rasa aman. Ketidak terpenuhinya kebutuhan ini acap kali membuatnya merasa ketakutan, cemas, dan sedih. Pada kutipan berikut, tokoh Ava mengalami kesiagaan bahwa ia akan dimarahi dan dipukuli karena menguping pembicaraan orang tuanya. Karena tindakan menguping itu, Ava kerap kali menerima kekerasan dari Papa Ava. Berikut kutipannya.

(98) Kurasa aku akan kena marah Papa begitu pulang nanti. Papa benci aku. Tapi dia lebih benci lagi kalau aku menguping. Aku sudah berusaha tidak menguping, tapi ternyata menguping itu asyik. Papa sudah berkali-kali menangkapku menguping. Setiap kali aku tertangkap, Papa akan menjewer telingaku dan memukul pantatku dengan sisir. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:19)

Selain itu, tokoh Ava juga mengalami kesiagaan untuk dipukuli ketika membayangkan jika Papa Ava memiliki gitar. Asumsinya tersebut membuktikan bahwa Ava akan selalu menerima hukuman berupa kekerasan dari sang ayah sehingga kebutuhan akan rasa aman tidak terpenuhi sama sekali pada diri tokoh Ava. Berikut kutipannya.

(99) (Untungnya, Papa tidak bisa main gitar. Kalau dia bisa main gitar, dia pasti akan punya gitar. Dan dia akan menggunakannya untuk mementungku). (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:21)

Saking cemasnya akan menerima kekerasan, tokoh Ava bahkan sama sekali tidak dapat mengungkapkan emosinya lewat tangisan. Ia menyadari bahwa tangisannya tersebut justru akan mengundang kekerasan lain terjadi pada dirinya oleh Papa Ava. Kecemasan tersebut dapat terlihat pada kutipan berikut.

(100) Aku tidak suka tikus. Aku juga tidak suka hantu. Aku mau menangis, tapi aku ingat kalau Papa benci sekali kalau aku menangis. Mungkin, bukan cuma sisir, aku juga akan dipukul pakai sapu kalau ketahuan menangis. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:24)

Bukti lain dari ketidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman pada diri tokoh Ava juga dapat dilihat dari ketakutannya akan dipukul ketika pintu kamar mandi diketuk oleh seseorang. Ia menangis dan menjerit meminta maaf karena mengompol, dan bahkan sampai memohon agar jangan dipukul oleh sang ayah. Berikut kutipannya.

(101) Kukira, Papa yang mengetuk pintu karena dia tahu aku mengompol. Jadi, aku langsung menangis dan menjerit: “Maaf! Maaf! Aku yang salah! Jangan pukul aku!” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:49)

Ketakutan dan kecemasan dipukul membuat Ava menjadi pribadi yang tidak bebas menikmati apa pun. Hal ini terlihat dari kehati-hatian Ava dalam menonton televisi. Kehati-hatiannya disebabkan karena ketakutan akan dimarahi oleh Papa Ava jika ia ketahuan menonton televisi. Hal ini dibuktikan pada kutipan berikut.

(102) Di rumah, aku selalu berhati-hati kalau mau menonton televisi. Soalnya, Papa bisa masuk dan marah kalau aku ‘membuat mahal biaya listrik’. Jadi, aku agak takut setiap kali menonton televisi. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:93)

Di sisi lain, kekerasan paling parah juga terjadi pada diri Ava ketika Ava sedang tertidur di dalam koper. Papa Ava yang mengamuk berusaha menjepit tubuh Ava dengan menutup koper ketika Ava dalam keadaan masih tertidur di dalam koper. Kekerasan ini juga membuktikan ketiadaan kebutuhan akan rasa aman yang seharusnya dimiliki oleh anak sekecil Ava. Peristiwa kekerasan ini dapat dibuktikan pada halaman 74-75.

Selain merasa tidak aman dan terancam oleh perbuatan kekerasan sang ayah, tokoh Ava juga pernah merasa terancam dan ketakutan oleh tindakan kekerasan dari orang lain. Dalam novel Di Tanah Lada, Ava merasa terancam melihat perlakuan kasar yang dilakukan oleh Papa Pepper terhadap diri Pepper. Ava yang saat itu berada di dekat Pepper juga ikut-ikutan merasa cemas dan ketakutan. Berikut kutipannya.

(103) Kupeluk Pe erat-erat. Biasanya, aku memeluk Mama ketika aku sedang ketakutan. Tapi, kadang-kadang, Mama tidak ada di dekatku untuk dipeluk. Kalau Mama sedang tidak ada, aku memeluk Pe. Sekarang Mama tidak ada. Jadi, aku memeluk Pe. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:131)

Pada kebutuhan ini, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kebutuhan akan rasa aman yang tidak terpenuhi dengan baik oleh tokoh Ava. Kebutuhan tersebut berupa kesiagaan bahwa tokoh Ava akan dimarahi dan dipukuli

karena menguping pembicaraan orang tuanya. Ava juga berasumsi bahwa ia akan dipukuli jika ayahnya mempunyai gitar yang akan digunakan untuk mementungnya. Saking cemasnya akan menerima kekerasan, tokoh Ava bahkan sama sekali tidak dapat mengungkapkan emosinya lewat tangisan. Ia menyadari bahwa tangisannya tersebut justru akan mengundang kekerasan lain terjadi pada dirinya oleh Papa Ava. Ava juga merasa ketakutan akan dipukul ketika pintu kamar mandi diketuk oleh seseorang. Ia menangis dan menjerit meminta maaf karena mengompol, dan bahkan sampai memohon agar jangan dipukul oleh sang ayah. Ketakutan dan kecemasan dipukul membuat Ava menjadi pribadi yang tidak bebas menikmati apa pun. Ava tidak dapat dengan bebas menonton televisi karena takut akan dimarahi. Di sisi lain, kekerasan paling parah juga terjadi pada diri Ava ketika Papa Ava berusaha menjepit tubuh Ava dengan menutup koper ketika Ava masih tertidur di dalam koper. Selain merasa tidak aman dan terancam oleh perbuatan kekerasan sang ayah, tokoh Ava juga pernah merasa terancam dan ketakutan oleh tindakan kekerasan dari orang lain. Ava merasa terancam melihat perlakuan kasar yang dilakukan oleh Papa Pepper terhadap diri Pepper. Ava yang saat itu berada di dekat Pepper juga ikut-ikutan merasa cemas dan ketakutan.

3.1.3 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Rasa Memiliki-dimiliki dan Kasih Sayang

Kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang adalah kebutuhan di mana seseorang merasa ingin dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati. Tanpa cinta, pertumbuhan dan perkembangan kemampuan seseorang akan terhambat. Dalam novel Di Tanah Lada, tokoh Ava mengalami sejumlah ketidak terpenuhinya beberapa kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang. Pada kutipan berikut, tokoh Ava menganggap bahwa bentuk kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya merupakan ‘bentuk kasih sayang’ Papa. Karena asumsi itu, Ava justru tidak ingin merasa disayang oleh ayahnya. Berikut kutipannya.

(104) Tapi Papa kan suka mencari alasan untuk memarahiku. Mungkin itu yang katanya ‘bentuk kasih sayang’ Papa? Kalau itu benar, aku tidak suka disayang Papa. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:19-20)

Selain itu, ketiadaan cinta kasih dari ayahnya seringkali membuat tokoh Ava menangis. Tokoh Ava sering menangis karena mendapat perlakuan kasar dari Papa Ava. Berikut kutipannya.

(105) “Iya. Papa sering membuat Mama menangis. Aku juga sering dibuat Papa menangis.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:37)

Perlakuan kasar maupun ketiadaan cinta kasih sang ayah membuat tokoh Ava menyadari bahwa dirinya memang dibenci oleh ayahnya. Berikut kutipannya.

(106) Kak Suri merengut. “Kok, Papa kamu mau kasih nama kamu ‘ludah’, sih?” Aku mengangkat bahu. “Soalnya, Papa benci aku.”

Tokoh Ava pun tumbuh menjadi seorang anak yang sangat kekurangan kasih sayang. Ia sangat ingin disayangi dan membutuhkan perhatian Mama Ava, bahkan ketika Ava ingin tidur. Berikut kutipannya.

(107) Aku mulai menangis. Aku benar-benar tidak mau tidur di dalam koper. Aku mau kamar lamaku. Dan aku mau Mama mengantarkan aku tidur. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:71)

Ketiadaan kasih sayang dari Papa Ava juga terlihat dari tindakan sang ayah yang tidak mau digandeng tangannya oleh Ava. Jika Ava mencoba menggandeng tangan ayahnya, tangan Ava terancam diludahi. Berikut kutipannya.

(108) Kalau aku menggandeng tangan Papa, Papa bilang dia akan meludahi tanganku kalau tidak melepasnya. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2015:81) Pada kebutuhan ini, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang yang tidak terpenuhi dengan baik oleh tokoh Ava. Kebutuhan tersebut berupa tokoh Ava yang menganggap bahwa bentuk kekerasan yang dilakukan ayahnya merupakan ‘bentuk kasih sayang’ Papa. Ava pun justru tidak ingin disayang oleh ayahnya. Selain itu, ketiadaan cinta kasih dari ayahnya seringkali membuat tokoh Ava menangis. Perlakuan kasar maupun ketiadaan cinta kasih sang ayah juga membuat tokoh Ava menyadari bahwa dirinya memang dibenci oleh ayahnya. Tokoh Ava pun tumbuh menjadi seorang anak yang sangat kekurangan kasih sayang. Ia sangat ingin disayangi dan membutuhkan perhatian Mama Ava, bahkan ketika Ava ingin tidur. Terakhir, ketiadaan kasih sayang dari Papa Ava juga terlihat dari tindakan sang ayah yang tidak mau

digandeng tangannya oleh Ava. Jika Ava mencoba menggandeng tangan ayahnya, tangan Ava terancam diludahi.

Dokumen terkait