• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi Usaha

Dalam dokumen KELAYAKAN SNIS BOGOR SKRIPSI SARWANTO (Halaman 80-86)

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

6.2.1. Lokasi Usaha

perusahaan. Ekspansi tersebut dapat mengarah pada perkembangan peternakan dan penambahan skala usaha yang berarti menambah jumlah kandang untuk proses produksi

6.1.4.3.  Posisi Perusahaan

Peternakan Maju Bersama memposisikan diri sebagai peternakan penghasil itik pedaging di wilayah Bogor. Perusahaan juga memposisikan sebagai penghasil itik karkas.

Berdasarkan analisis aspek pasar, dapat dikatakan bahwa Peternakan Maju Bersama layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan masih terbukanya peluang pasar dari itik pedaging. Bahkan menurut pemilik, berapapun jumlah itik pedaging yang dihasilkan, pasti akan terserap oleh pasar. Saran yang dapat diberikan yaitu peternakan perlu membentuk kelompok usaha dengan peternak lain atau ikut ke dalam keanggotaan asosiasi yang relevan dengan bisnis itik pedaging yang telah ada. Hal itu dimaksudkan untuk menambah informasi mengenai bisnis itik, mengurangi tingkat persaingan, dan meningkatkan daya tawar perusahaan.

6.2. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Beberapa aspek teknis yang perlu dianalisis dalam studi kelayakan bisnis diantaranya lokasi bisnis, luas produksi, pemilihan jenis teknologi dan peralatan, layout, dan proses produksi (Nurmalina et al. 2009).

6.2.1. Lokasi Usaha

Peternakan Maju Bersama berlokasi di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi tersebut merupakan lokasi kandang itik dan pusat semua kegiatan peternakan. Pada saat ini peternakan memiliki satu buah kandang permanen dengan kapasitas 2.000 ekor itik.

Analisis pada lokasi usaha menunjukan bahwa Peternakan Maju Bersama memilih lokasi yang tepat. Hal ini dikarenakan semua variabel utama dapat

67 dipenuhi dengan baik. Variabel-variabel utama antara lain meliputi: ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Analisis mengenai variabel bukan utama juga menunjukan bahwa lokasi peternakan didukung dengan variabel bukan utama yang meliputi aspek hukum dan peraturan, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat, dan rencana masa depan perusahaan.

6.2.1.1. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan komponen penting dalam proses produksi. Pada Peternakan Maju Bersama bahan baku yang diperlukan berupa input produksi yang diantaranya adalah bibit atau DOD (Day Old Duck), pakan, obat-obatan, vitamin, dan vaksin.

Jumlah DOD yang diperlukan peternakan dalam satu siklus produksi sesuai dengan kapasitas kandang yaitu sebesar 2.000 ekor. Hal itu berarti dalam satu tahun yang berjumlah lima siklus produksi pada tahun ke-2 sampai ke-5 diperlukan bibit sebesar 10.000 ekor per tahun. Pada tahun ke-1 peternakan hanya dapat melakukan produksi sebanyak empat siklus produksi sehingga jumlah bibit yang diperlukan yaitu 8.000 ekor. Pada tahun ke-0 digunakan bibit sebanyak 900 ekor. Dengan demikian total keperluan bibit selama umur bisnis sebesar 48.900 ekor.

Kebutuhan bibit yang cukup besar dipenuhi dari pemasok yang berasal dari daerah Jawa Tengah. Alasan dalam memilih pemasok diantaranya pemasok tersebut sudah dapat dipercaya, kualitas itik dari pemasok tersebut cukup baik, dan bebas biaya pengiriman karena telah ditanggung pemasok.

Jenis itik yang dibudidayakan yaitu jenis itik mojosari. Hal ini didasarkan atas pertimbangan manajemen perusahaan bahwa itik mojosari cukup baik sebagai itik penghasil daging. Selain itu harga DOD itik mojosari juga lebih rendah dibandingkan jenis lain misalnya itik peking, tiktok, dan mentok.

Kebutuhan pakan terdiri dari pakan buatan pabrik dan pakan buatan sendiri. Pakan pabrik yang berupa pakan broiler, dan pakan pur didapatkan dari toko pakan yang berada di daerah Pasar Leuwi Liang. Kebutuhan pakan broiler cukup tinggi terutama untuk itik umur 0 – 4 minggu karena pada umur tersebut

68 itik memerlukan komposisi nutrisi pakan yang tepat yang terdapat pada pakan buatan pabrik.

Untuk pakan buatan sendiri, dipenuhi dengan cara membuat ransum pakan yang terdiri dari campuran pakan broiler, pur, dedak, ampas tempe, limbah sayuran pasar, dan ubi. Bahan-bahan tersebut cukup banyak tersedia di sekitar lokasi usaha sehingga memudahkan untuk mendapatkannya.

Selain bahan baku, pemilihan lokasi peternakan juga mempertimbangkan kemudahan mendapatkan peralatan dan ketersediaan lahan. Peralatan kerja dapat diperoleh dari pasar terdekat yang banyak terdapat disekitar lokasi kandang sehingga banyak alteratif pemilihan pemasok peralatan. Dengan demikian dapat dipilih harga yang paling rendah dengan kualitas yang sama.

Lahan cukup banyak tersedia di sekitar lokasi peternakan. Banyak tersedianya lahan memudahkan peternakan untuk memperluas skala usahanya. Sistem penggunaan lahan yakni dengan sistem sewa per tahun. Kelebihan dengan sistem sewa adalah peternakan tidak mengeluarkan dana yang terlalu besar untuk kegiatan pra investasi pengadaan lahan. Pada awal perjanjian juga disepakati adanya penambahan sewa kontrak per tahunnya. Hal ini menjamin kesiapan lahan untuk digunakan hingga umur proyek.

6.2.1.2. Letak Pasar yang Dituju

Berkembangnya rumah makan dan restoran yang menyediakan menu bebek di daerah Jabodetabek memberikan keuntungan bagi Peternakan Maju Bersama yang berada diwilayah yang sama. Hal tersebut dikarenakan daerah pemasaran utama dari Peternakan Maju Bersama yakni daerah Jabodetabek dengan target pasar utama yaitu Jakarta. Lokasi peternakan ke daerah pemasaran dapat dikatakan cukup strategis karena Bogor sendiri merupakan wilayah Jabodetabek dan cukup dekat dengan target pasar utama yaitu Jakarta. Melihat jarak yang tidak terlalu jauh, maka lokasi perusahaan cukup strategis dengan daerah pemasaran.

69

6.2.1.3. Supply Tenaga Kerja

Tenaga kerja cukup mudah didapatkan dari lokasi sekitar peternakan. Tenaga kerja yang dibutuhkan meliputi tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Tenaga kerja tetap diperlukan pada proses produksi sedangkan tenaga kerja tidak tetap dibutuhkan pada kegiatan pasca panen misalnya untuk pencabutan bulu, pembersihan itik, dan pengiriman. Hingga saat ini, perusahaan tidak kesulitan dalam mendapatkan tenaga kerja.

6.2.1.4. Ketersediaan Air dan Listrik

Air dan listrik merupakan variabel yang sangat penting pada Peternakan Maju Bersama. Fungsi utama air yaitu untuk minum itik dan membersihkan peralatan kerja. Fungsi utama listrik yaitu sebagai penghangat suhu kandang pada induk buatan untuk bibit. Sejak bibit didatangkan hingga umur 2 minggu suhu udara harus tetap hangat. Selain itu, listrik juga berfungsi untuk penerangan di malam hari.

Air dan listrik cukup banyak tersedia di sekiar lokasi peternakan. Pemasangan instalasi untuk kedua sumber daya tersebut semakin memudahkan dalam memenuhi kebutuhan air dan listrik. Dalam penggunaan air, manajemen tidak menggunakan air selokan yang tersedia cukup banyak. Hal ini karena dikhawatirkan air yang berasal dari persawahan telah tercemar polutan misalnya pestisida sehingga membahayakan kelangsungan itik atau menjadi residu di dalam tubuh itik sehingga berbahaya untuk dikonsumsi.

Untuk penyediaan listrik peternakan telah membangun instalasi listrik. Listrik sudah masuk ke wilayah tersebut sehingga pembangunan instalasi listrik dapat dilakukan dengan baik.

6.2.1.5. Fasilitas Transportasi

Transportasi terutama dibutuhkan dalam mengangkut input dan output produksi misalnya mengangkut pakan dan mengirim karkas. Untuk kegiatan harian peternakan masih menggunakan fasilitas transportasi yang berupa sepeda motor pemilik dan karyawan. Untuk mendatangkan DOD, itik dikirim langsung

70 oleh pemasok dengan biaya transportasi ditanggung sepenuhnya oleh pengirim. Untuk mengirim karkas biasanya menggunakan kendaran pribadi pemilik atau karyawan yang berupa sepeda motor. Karkas yang dikirim ke tujuan Jakarta menggunakan alat transportasi sepeda motor dari peternakan sampai ke Stasiun Bogor dan menggunakan kereta dari Stasiun Bogor hingga Stasiun Cawang.

Prasarana transportasi yang tersedia yakni jalan yang bisa dilewati kendaraan sepeda motor. Sekitar jarak 200 meter dari lokasi kandang terdapat jalan beraspal yang bisa dilewati kendaraan roda empat. Hal ini dapat dipandang cukup baik mengingat jaraknya tidak terlalu jauh dengan peternakan. Sarana transportasi yang dapat digunakan dengan kondisi demikian yakni kendaraan roda dua dan roda empat.

6.2.1.6. Hukum dan Peraturan

Hukum dan peraturan termasuk variabel penentuan lokasi yang bukan utama. Namun demikian, penting untuk diperhatikan Peternakan Maju Bersama. Regulasi yang terdapat di lokasi perusahaan dan di Kabupaten Bogor memungkinkan peternakan untuk berkembang. Hal ini dikarenakan tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

Peraturan yang perlu diperhatikan adalah peraturan tentang unggas dari kementerian pertanian dan peraturan yang terdapat di DKI Jakarta yang berupa Perda No. 4 Tahun 2007 tentang pengendalian, pemeliharaan, dan peredaran unggas yang melarang para peternak itik untuk menjual atau mendistribusikan itik dalam bentuk hidup memasuki wilayah kota Jakarta. Perda DKI Jakarta no 4 tersebut tidak terlalu berdampak buruk bagi perkembangan perusahaan karena Peternakan Maju Bersama menjual itik ke wilayah DKI Jakarta dalam bentuk karkas sehingga tidak melanggar perda tersebut. Dengan demikian, adanya peraturan tersebut tidak menjadi penghambat bagi perkembangan peternakan.

6.2.1.7. Agroekosistem

Lokasi yang sesuai untuk itik dapat dilaksanakan hampir di semua jenis lokasi. Lokasi peternakan itik dapat dilaksanakan di dekat pantai, di pegunungan, di tempat yang terlindung matahari, di tempat terbuka dan terkena panas matahari

71 penuh, daerah berbatu-batu dan berumput. Bahkan dalam keadaan apapun itik dapat hidup (Windhyarti, 2000). Dengan demikian itik dapat hidup hampir di seluruh lokasi termasuk di Kabupaten Bogor.

Hal yang harus diperhatikan adalah masalah lingkungan. Itik tidak cocok untuk hidup di daerah yang bising dan terlalu ramai. Keadaan tersebut akan membuat itik menjadi stress yang dapat menyebabkan kematian (Windhyarti, 2000).

Peternakan Maju Bersama telah memerhatikan lingkungan yang cocok untuk hidup itik. Lokasi peternakan cukup jauh dari karamaian dan permukiman warga sekitar. Peternakan juga tidak mencemari permukiman warga karena jaraknya yang cukup jauh tersebut. Kondisi lingkungan demikian mendukung dalam usaha pembesaran itik.

6.2.1.8. Sikap dari Masyarakat

Sikap masyarakat sekitar lokasi peternakan tidak menentang berdirinya usaha pembesaran itik. Hal ini dapat diketahui dari belum pernah ada pengaduan dari warga masyarakat dengan berdirinya Peternakan Maju Bersama. Selain itu lokasi peternakan juga cukup jauh dari permukiman warga sehingga warga kurang begitu mengenal peternakan dan tidak ada masalah bagi warga sekitar mengenai Peternakan Maju Bersama. Selain itu, peternakan juga telah memiliki perizinan lingkungan dari RT dan RW setempat.

Kendala utama di bidang sosial masyarakat yang mungkin dihadapi adalah adanya kekhawatiran masyarakat mengenai isu flu burung. Akan tetapi, saat ini isu tersebut sudah semakin berkurang karena gencarnya kampanye yang menekankan pentingnya unggas yang baik untuk kesehatan dan kampanye langkah-langkah pencegahan flu burung. Selain itu, wabah flu burung pada saat ini juga sudah semakin berkurang terkait gencarnya berbagai penelitian yang menghasilkan vaksin dan obat flu burung.

6.2.1.9. Rencana Masa Depan Perusahaan

Perencanaan masa depan tentunya sesuai dengan visi yang dimiliki setiap perusahaan. Peternakan Maju Bersama yang memiliki visi ingin menjadi

72 peternakan besar tentunya memiliki rencana perluasan kapasitas yaitu melalui penambahan jumlah kandang. Penambahan jumlah kandang akan meningkatkan kebutuhan lahan untuk lokasi dibangunnya kandang tersebut. Kandang yang ada saat ini menempati lahan di tengah-tengah areal palawija. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan perluasan lahan dengan menyewa atau membeli lahan dari pemiliknya.

Dalam dokumen KELAYAKAN SNIS BOGOR SKRIPSI SARWANTO (Halaman 80-86)