• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proyeksi Arus Kas (Cash flow)

Dalam dokumen KELAYAKAN SNIS BOGOR SKRIPSI SARWANTO (Halaman 102-107)

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

7.1. Proyeksi Arus Kas (Cash flow)

Aktivitas dalam bisnis diantaranya dapat dilihat dari penerimaan dan pengeluaran perusahaan. Aliran penerimaan dan pengeluaran tersebut dikenal dengan istilah aliran kas (cash flow). Suatu aliran kas (cash flow) terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan tahapan-tahapan kegiatan

89 bisnis. Unsur-unsur dalam cash flow diantaranya, inflow (arus kas mauk), outflow (arus kas keluar), dan manfaat bersih.

7.1.1. Arus Kas Masuk

Arus kas masuk adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan proyek. Pada Peternakan Maju Bersama penerimaan berasal dari produk utama, produk sampingan, limbah produksi, dan nilai sisa. Produk utama perusahaan berupa karkas itik pedaging lengkap dengan kepala dan ceker sedangkan produk sampingan berupa ati ampela dan limbah produksi berupa pupuk kandang. Nilai sisa berasal dari peralatan investasi atau reinvestasi yang tidak habis dipakai selama umur bisnis.

7.1.1.1. Penerimaan Penjualan Karkas

Pada Peternakan Maju Bersama karkas dijual dalam satuan ekor dengan ukuran satu kilogram per ekor. Harga jual karkas yaitu sebesar Rp 30.000,00 per ekor.

Pada tahun ke-2 sampai ke-5 produksi itik diproyeksikan sebanyak lima siklus produksi per tahun. Dalam satu siklus produksi, itik yang dibudidayakan sesuai dengan kapasitas kandang yaitu 2.000 ekor. Tingkat kelangsungan hidup itik diperkirakan sebesar 75 persen sehingga besarnya itik yang dipanen 2.000 ekor dikalikan 75 persen yaitu 1.500 ekor per siklus produksi. Dalam satu tahun dilakukan lima siklus produksi sehingga itik yang dipanen sebanyak 7.500 ekor per tahun. Harga satuan itik sebesar Rp 30.000,00 sehingga penerimaan pada tahun ke-2 sampai ke-5 sebesar Rp 30.000,00 per ekor dikalikan 7.500 ekor hasilnya yaitu Rp 225.000.000,00 per tahun. Proyeksi Jumlah Produksi dan Panen Itik Peternakan Maju Bersama per siklus produksi per tahun dari tahun ke-2 hingga ke-5 dapat dilihat pada Tabel 12.

90

Tabel 12. Proyeksi Produksi dan Panen Itik Tahun ke-2 hingga ke-5

Produksi ke- Jumlah Produksi (Ekor) SR (%)

Jumlah Panen Tahun ke-

2 3 4 5 1 2.000 75 1.500 1.500 1.500 1.500 2 2.000 75 1.500 1.500 1.500 1.500 3 2.000 75 1.500 1.500 1.500 1.500 4 2.000 75 1.500 1.500 1.500 1.500 2.000 75 1.500 1.500 1.500  1.500 Total Panen (Ekor) 7.500 7.500 7.500 7.500 Harga karkas per ekor (Rp) 30.000 30.000 30.000 30.000 Nilai Penerimaan (Rp) 225.000.000 225.000.000 225.000.000  225.000.000

Pada tahun ke-1 produksi yang dapat dilakukan sebanyak empat siklus produksi. Sama seperti pada tahun ke-2 sampai ke-5 jumlah itik yang dibudidayakan dalam satu siklus produksi yaitu 2.000 ekor sehingga dalam satu tahun diproyeksikan dapat membudidayakan itik sebanyak 8.000 ekor. Dengan tingkat kelangsungan hidup itik sebesar 75 persen, maka itik yang berhasil dipanen dan dijual sebesar 6.000 ekor. Harga jual sebesar Rp 30.000 persatuan sehingga penerimaan pada tahun ke-1 yaitu 6.000 ekor dikalikan Rp 30.000,00 per ekor hasilnya yaitu Rp 180.000.000,00. Proyeksi Jumlah Produksi dan Panen Itik Peternakan Maju Bersama per siklus produksi pada tahun ke-1 dapat dilihat dalam Tabel 13.

Tabel 13. Proyeksi Produksi dan Panen Itik Tahun ke-1

Produksi ke- Jumlah Produksi (Ekor) SR (%) Jumlah Panen (ekor) 1 2.000 75 1.500 2 2.000 75 1.500 3 2.000 75 1.500 4 2.000 75 1.500

Total Panen (Ekor) 6.000

Harga karkas per ekor (Rp) 30.000

Nilai (Rp) 180.000.000

7.1.1.2. Penerimaan Penjualan Ati Ampela

Jumlah penjualan ati ampela disesuaikan dengan jumlah itik yang berhasil dipanen. Pada tahun ke-0 tidak terdapat penerimaan dari ati ampela karena itik dijual dalam bentuk hidup.

91 Pada tahun ke-2 sampai ke-5 jumlah ati ampela yang dihasilkan sebanyak jumlah itik yang dipenen yaitu 7.500 pasang. Harga ati ampela yaitu Rp 1.000,00 per pasang sehingga penerimaan dari ati ampela sebesar Rp 7.500.000,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah itik yang dipanen sebanyak 6.000 ekor sehingga jumlah ati ampela yang dihasilkan sebanyak 6.000 pasang. Penerimaan dari penjualan ati ampela sebesar Rp 1.000,00 per pasang dikalikan 6.000 pasang hasilnya adalah Rp 6.000.000,00.

7.1.1.3. Penerimaan Penjualan Pupuk Kandang

Pupuk kandang yang dihasilkan dari Peternakan Maju Bersama berupa kotoran itik yang bercampur dengan sekam yang sebelumnya digunakan sebagai alas lantai. Harga satu karung pupuk kandang yaitu Rp 3.000,00. Pada tahun ke-0 jumlah pupuk kandang yang dihasilkan sebanyak 50 karung. Penerimaan dari pupuk kandang sebesar Rp 3.000,00 per karung dikalikan 50 karung sehingga nilai penerimaannya adalah Rp 150.000,00.

Pada tahun ke-2 jumlah kotoran yang dihasilkan sebanyak 10 karung per dua minggu sesuai dengan penggantian sekam setiap dua minggu sekali. Lama pemeliharaan sebanyak 10 minggu sehingga selama satu kali produksi menghasilkan pupuk kandang sebanyak 50 karung. Pupuk kandang yang dihasilkan dari tahun ke-2 sebanyak 50 karung per produksi dikalikan lima kali produksi yang hasilnya 250 karung. Harga jual pupuk kandang yaitu Rp 3.000,00 per karung sehingga penerimaan dari penjualan pupuk kandang sebesar Rp 750.000,00. Penerimaan dari pupuk kandang pada tahun ke-3 hingga ke-5 sama dengan penerimaan pada tahun ke-2 yaitu Rp 750.000,00 per tahun.

Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi. Jumlah pupuk dalam satu siklus produksi sebanyak 50 karung. Jumlah produksi pada tahun ke-1 sebanyak empat siklus sehingga pupuk kandang yang dihasilkan sebanyak 200 karung. Dengan harga Rp 3.000,00 per karung maka penerimaan dari penjualan pupuk kandang pada tahun ke-1 yaitu Rp 3.000,00 per karung dikalikan 200 karung hasilnya adalah Rp 600.000,00.

92

7.1.1.4. Penerimaan Penjualan Itik Hidup

Penerimaan penjualan itik hidup terjadi pada tahun ke-0 yaitu pada produksi percobaan. Pada produksi percobaan tersebut peternakan mencoba membudidayakan itik dengan jumlah 900 ekor. Itik yang berhasil dijual hanya sekitar 135 ekor. Harga jual juga jauh di bawah harga pasar yaitu Rp 10.000,00 per ekor yang dijual hidup. Total penerimaan dari penjualan itik hidup sebesar Rp 10.000,00 dikalikan 135 ekor yang hasilnya adalah Rp 1.350.000,00.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari manajemen peternakan, pada produksi percobaan dapat dikatakan mengelami kegagalan panen. Kegagalan panen diakibatkan terlalu sedikitnya pakan broiler yang diberikan.

7.1.1.5. Penerimaan Nilai Sisa

Nilai sisa berasal dari nilai investasi yang tidak habis nilai ekonomisnya pada akhir umur bisnis yaitu tahun ke-5. Peralatan itu diantaranya pisau besar, pisau kecil, panci, baskom, dan gayung. Pada Peternakan Maju Bersama, jumlah nilai sisa sebesar Rp 161.333,33. Perincian nilai sisa dapat dilihat dalam

Lampiran 6.

7.1.2. Arus Kas Keluar (Outflow)

Arus kas keluar adalah komponen biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya yang dikeluarkan dibedakan menjadi biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam proses produksi. Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan agar usaha bisa berlangsung.

7.1.2.1. Biaya Investasi

Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 bisnis. Biaya ini digunakan untuk membangun kandang dan mengadakan mesin dan peralatan yang diperlukan dalam usaha pembesaran itik pedaging. Rincian biaya investasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

93

1) Kandang

Kandang merupakan komponen investasi terbesar pada Peternakan Maju Bersama. Peternakan memiliki satu buah kandang dengan kapasitas 2.000 ekor itik. Kandang pada Peternakan Maju Bersama merupakan kandang permanen dan tertutup. Kandang ini dilengkapi dengan fasilitas penghangat dari lampu yang dinamakan induk buatan. Fasilitas ini berfungsi sebagai induk bagi itik. Hal ini dilakukan karena pada anak itik masih tidak tahan dengan cuaca dingin.

Pembangunan kandang menghabiskan biaya yang cukup besar yakni mencapai Rp 23.140.500,00. Umur ekonomis kandang diperkirakan sekitar lima tahun operasional atau enam tahun sejak kandang dibangun.

Dalam dokumen KELAYAKAN SNIS BOGOR SKRIPSI SARWANTO (Halaman 102-107)