• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.2 Keragaan Hasil Pendugaan Ketersediaan dan Akses

5.2.2 Luas Areal Panen Padi

Peubah-peubah penjelas yang terdiri dari rasio harga riil gabah di tingkat petani dengan harga riil beras eceran di Jawa, lag harga riil jagung di tingkat produsen di Jawa, lag harga pupuk Urea di Jawa, konversi lahan sawah di Jawa, intensitas pertanaman di Jawa, dan lag luas real panen padi di Jawa secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik (95.749 persen) keragaman nilai peubah luas areal panen padi di Jawa, sedangkan sisanya (4.251 persen) dijelaskan oleh peubah lain yang tidak dimasukkan dalam model. Arah dan besaran nilai parameter dugaan dari semua peubah penjelas juga sesuai dengan yang diharapkan.

Persamaan luas areal panen padi di Jawa secara nyata dipengaruhi oleh peubah harga riil pupuk Urea di Jawa tahun sebelumnya, konversi lahan sawah di Jawa, dan intensitas pertanaman di Jawa. Namun demikian, hanya peubah intensitas pertanaman di Jawa yang memiliki respon elastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai elastisitasnya sebesar 1.021 (jangka pendek) dan 1.116 (jangka panjang). Intensitas pertanaman di Jawa yang elastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang menunjukkan bahwa sistem pengairan di Jawa relatif sudah baik, dimana luas lahan sawah irigasi di Jawa meliputi 51 persen dari total luas sawah irigasi yang ada di Indonesia, sedangkan sisanya sebesar 49 persen berada di luar Jawa.

Harga riil pupuk Urea di Jawa tahun sebelumnya yang merupakan harga input menjadi pertimbangan bagi petani untuk meningkatkan luas areal panen padinya. Harga input yang meningkat akan berpotensi mendorong petani mengurangi luas areal pertanaman padinya yang kemudian berakibat terhadap penurunan luas areal panen, walaupun perubahannya relatif kecil (inelastis). Hal

ini ditunjukkan oleh nilai elastisitasnya yang bertanda negatif, dimana setiap peningkatan 1 persen harga riil pupuk Urea di Jawa, ceteris paribus, akan menurunkan luas areal panen padi di Jawa sebesar 0.024 persen pada jangka pendek dan 0.026 persen pada jangka panjang (Tabel 11). Konversi lahan sawah irigasi di Jawa tentunya akan berdampak terhadap pengurangan luas areal panen dan produksi beras di Indonesia, karena sekitar 60 persen produksi beras nasional dihasilkan dari Jawa (BPS, 1990 – 2011).

Tabel 11 Hasil pendugaan parameter luas areal panen padi di Jawa (LAPJ) Peubah Parameter

Estimasi

Elastisitas Prob > |T| Keterangan Peubah Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept -309 785.000 - - 0.363

(HGTTJR / HBEJR) 21 693.230 0.008 0.008 0.191 Rasio harga riil gabah di tkt petani dg harga riil beras eceran di Jawa

LHJTPJR -70.459 -0.019 -0.021 0.221 Lag harga riil jagung di tkt produsen di Jawa

LHUREJR -224.238 -0.024 -0.026 0.020 Lag harga riil pupuk Urea di Jawa

KLSJ -2.006 -0.015 -0.016 0.000 Konversi lahan sawah

di Jawa

IPJ 3 358 886.000 1.021 1.116 0.000 Intensitas pertanaman di Jawa

LLAPJ 0.085 - - 0.219 Lag luas areal panen

padi di Jawa Prob>|F| = <.00010 R2 = 0.95749 Dw = 1.34678 Dh = 1.65955

Hasil pendugaan model persamaan luas areal panen padi di luar Jawa menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 90.61 persen, yang berarti peubah penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan keragaman nilai peubah endogennya sebesar 90.61 persen, sedangkan sisanya sebesar 9.39 persen dijelaskan oleh peubah di luar persamaan tersebut. Arah dan besaran nilai parameter dugaan sesuai harapan.

Respon luas areal panen padi di luar Jawa terhadap seluruh peubah penjelasnya (rasio harga riil gabah di tingkat petani di luar Jawa terhadap harga riil gabah di tingkat petani Indonesia, lag harga riil jagung di tingkat produsen di luar Jawa, harga riil pupuk Urea di luar Jawa, lag konversi lahan sawah di luar

Jawa, intensitas pertanaman di luar Jawa, dan lag luas areal panen padi di luar Jawa) bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini ditunjukkan oleh nilai elastisitas jangka pendeknya yang berkisar antara 0.007 – 0.454 dan nilai elastisitas jangka panjang antara 0.014 – 0.947 (Tabel 12).

Tabel 12 Hasil pendugaan parameter luas areal panen padi di luar Jawa (LAPLJ) Peubah Parameter

Estimasi

Elastisitas Prob > |T| Keterangan Peubah Jangka

Pendek

Jangka Panjang

Intercept 179 787.800 - - 0.418

(HGTTLJR / HGTTIR) 527 040.200 0.092 0.191 0.035 Rasio harga riil gabah di tkt petani di luar Ja- wa dg hrg riil gabah di tkt petani di Indonesia LHJTPLJR -293.320 -0.078 -0.162 0.272 Lag hrg riil jagung di

tkt produsen di luar Jawa

HURELJR -41.537 -0.005 -0.010 0.387 Harga riil pupuk Urea di luar Jawa

LKLSLJ -0.620 -0.007 -0.014 0.043 Lag konversi lahan

sawah di luar Jawa IPLJ 2 182 419.000 0.454 0.947 0.007 Intensitas pertanaman

di luar Jawa

LLAPLJ 0.521 - - 0.012 Lag luas areal panen

padi di luar Jawa Prob>|F| = <.00010 R2 = 0.90610 Dw = 2.51132 Dh = -2.88745

Faktor harga (output dan input) belum mampu menjadi pertimbangan bagi petani di luar Jawa untuk memperluas areal panen padinya. Peubah rasio harga riil gabah di tingkat petani di luar Jawa terhadap harga riil gabah di tingkat petani Indonesia berpengaruh secara nyata, sedangkan peubah harga lainnya (dalam persamaan ini adalah lag harga riil gabah di tingkat petani dan harga riil pupuk Urea) berpengaruh tidak nyata pada taraf probabilitas 15 persen. Namun demikian, respon luas areal panen padi di luar Jawa terhadap ketiga peubah harga ini bersifat inelastis. Hal ini menunjukkan bahwa faktor harga bukanlah faktor utama yang mendorong petani untuk meningkatkan luas areal panen padi di luar Jawa. Fenomena ini diduga karena terdapat faktor eksternal yang lebih penting, seperti teknologi dan kelembagaan, yang mempengaruhi petani dalam meningkatkan luas areal panen padi.

Adanya konversi lahan sawah yang terjadi pada tahun sebelumnya akan mengurangi luas baku sawah dan kemudian berakibat terhadap pengurangan areal panen padi di luar Jawa. Konversi lahan sawah yang bersifat kumulatif menyebabkan penurunan produksi padi tahun sebelumnya akan mengakumulasi produksi padi pada tahun berikutnya. Berbeda dengan fenomena di Jawa, respon luas areal panen padi di luar Jawa terhadap intensitas pertanaman padi bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa intensitas pertanaman di luar Jawa tidak sebaik di Jawa, baik dilihat dari sisi kualitas dan kuantitas luas areal irigasi maupun dari sisi kesuburan tanahnya.

Sementara itu, hasil pendugaan pada persamaan luas areal panen padi di Indonesia menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 89.66 persen, yang berarti peubah penjelas yang terdiri dari rasio harga riil gabah di tingkat petani di Indonesia, harga riil jagung di tingkat produsen di Indonesia, harga riil pupuk Urea di Indonesia, lag konversi lahan sawah di Indonesia, intensitas pertanaman di Indonesia, dan lag luas areal panen padi di Indonesia sebesar 89.66 persen mampu secara bersama-sama menjelaskan keragaman nilai peubah endogennya, sedangkan sisanya sebesar 10.34 persen dijelaskan peubah di luar persamaan. Semua peubah penjelas mempunyai arah dan besaran nilai parameter dugaan sesuai harapan.

Sebagaimana di luar Jawa, respon luas areal panen padi di Indonesia terhadap semua peubah penjelasnya (rasio harga riil gabah di tingkat petani, lag harga riil jagung di tingkat produsen, harga riil pupuk Urea, lag konversi lahan sawah di Indonesia, intensitas pertanaman, dan lag luas areal panen padi di Indonesia) bersifat inelastis pada jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam jangka pendek dan jangka panjang, luas areal panen padi di Indonesia responsif terhadap faktor eksternal lain di luar persamaan, seperti teknologi dan kelembagaan.

Hasil pendugaan juga menunjukkan bahwa jagung merupakan tanaman pesaing bagi tanaman padi, yang ditunjukkan oleh elastisitas silangnya yang bertanda negatif. Kondisi yang sama juga terjadi pada luas areal panen padi di luar Jawa dan Indonesia. Selain kenaikan harga riil jagung di tingkat produsen, kenaikan harga riil pupuk Urea dan lag konversi lahan sawah juga menurunkan

luas areal panen padi di Indonesia, sebagaimana ditunjukkan oleh parameter dugaan yang bertanda negatif. Respon luas areal panen padi bersifat inelastis terhadap perubahan ketiga peubah penjelas ini pada jangka pendek dan jangka panjang. Peningkatan harga riil jagung di tingkat produsen dan harga riil pupuk Urea mengakibatkan petani mengurangi luas pertanaman padinya yang kemudian dapat mengurangi luas areal panen padi di Indonesia, walaupun dengan nilai pengurangan yang kecil. Hal ini ditunjukkan oleh nilai elastisitas peubah harga riil pupuk Urea di Indonesia pada jangka pendek sebesar -0.067 (Tabel 13), yang berarti setiap terjadi kenaikan harga riil pupuk Urea sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan menurunkan luas areal panen padi di Indonesia sebesar 0.067 persen.

Tabel 13 Hasil pendugaan parameter luas areal panen padi di Indonesia (LAPI) Peubah Parameter

Estimasi

Elastisitas Prob > |T| Keterangan Peubah Jangka

Pendek

Jangka Panjang

Intercept 2 886 463.000 - - 0.018

(HGTTIR / HGTTIR) 128 519.000 0.012 0.017 0.278 Rasio harga riil gabah di tkt petani di Indonesia

HJTPIR -258.459 -0.033 -0.049 0.276 Harga riil jagung di tkt produsen di Indonesia

HUREIR -523.550 -0.067 -0.101 0.014 Harga riil pupuk Urea di Indonesia

LKLSI -0.031 0.000 0.000 0.466 Lag konversi lahan

sawah di Indonesia IPI 4 123 558.000 0.509 0.765 0.000 Intensitas pertanaman

di Indonesia

LLAPI 0.335 - - 0.030 Lag luas areal panen

padi di Indonesia Prob>|F| = <.00010 R2 = 0.89660 Dw = 2.09002 Dh = -0.29219

Berdasarkan fenomena ini dapat disimpulkan bahwa kebijakan harga riil gabah di tingkat petani dan harga riil pupuk Urea yang diimplementasikan pemerintah dinilai belum mampu menjadi insentif yang efektif bagi petani untuk meningkatkan luas areal pertanaman padi di Indonesia, tanpa didukung adanya kebijakan eksternal lain di luar persamaan, seperti teknologi dan kelembagaan. Maraknya konversi lahan sawah yang terjadi di Indonesia akan mengurangi luas

baku lahan sawah yang kemudian berdampak terhadap penurunan luas areal panen padi (dengan asumsi intensitas pertanaman tetap). Hal ini karena luas areal panen padi dipengaruhi oleh luas baku sawah dan intensitas pertanamannya.

Sebagaimana luar Jawa, respon luas areal panen padi di Indonesia terhadap intensitas pertanaman padi bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang, walaupun peubah ini berpengaruh secara nyata pada taraf probabilitas 15 persen. Intensitas pertanaman (IP) maksimum di Indonesia adalah 3 kali dalam setahun dan ini dinilai sudah sangat tinggi, sehingga peningkatan IP padi secara teknis sulit dilakukan (Sumarno, 2011). Ini pun hanya dapat diaplikasikan di beberapa daerah tertentu, baik di Jawa maupun luar Jawa. Oleh karena itu, salah satu upaya optimalisasi intensitas pertanaman padi dalam meningkatkan luas areal panen padi di Indonesia adalah dengan tidak mengkonversi lahan sawah irigasi itu sendiri, karena intensitas pertanaman sangat tergantung pada ketersediaan air pada lahan sawah irigasi.

Luas areal panen padi di Jawa, luar Jawa, dan tak terkecuali di Indonesia secara keseluruhan juga dijelaskan oleh peubah luas areal panen tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi petani dalam memutuskan untuk menambah atau mengurangi luas areal pertanaman padinya. Petani akan menyesuaikan kembali pada tingkat keseimbangan sebagai respon terhadap perubahan yang terjadi, baik perubahan teknologi, kelembagaan, maupun ekonomi.

5.2.3 Produktivitas Padi

Koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dari pendugaan parameter produktivitas padi di Jawa adalah sebesar 84.78 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peubah penjelas yang terdiri dari rasio lag harga riil gabah di tingkat petani dengan harga riil pupuk Urea di Jawa, jumlah penggunaan pupuk TSP di Jawa, curah hujan di Jawa, rasio luas irigasi di Jawa dan tren waktu secara bersama- sama mampu menjelaskan keragaman produktivitas padi di Jawa dengan baik, yakni sebesar 84.78 persen, sedangkan sisanya sebesar 15.22 persen dijelaskan oleh peubah di luar persamaan. Semua peubah penjelas mempunyai arah dan besaran yang sesuai harapan (Tabel 14).

Tabel 14 Hasil pendugaan parameter produktivitas padi di Jawa (YPPJ) Peubah Parameter

Estimasi

Elastisitas Prob > |T| Keterangan Peubah Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept 1.768 - - 0.014

(LHGTTJR/ LHUREJR) 0.044 0.045 - 0.011 Rasio lag harga riil gabah di tkt petani dg lag harga riil pupuk Urea di Jawa

JTSPJ 0.018 0.405 - 0.000 Jumlah penggunaan

pupuk TSP di Jawa

CHJ 4.200x10-5 0.013 - 0.273 Curah hujan di Jawa

(LASIJ / LLASIJ) 0.496 0.098 - 0.193 Rasio luas irigasi di Jawa

T 0.040 - - 0.001 Tren waktu

Prob>|F| = <.00010 R2 = 0.84780 Dw = 1.81188

Perilaku produktivitas padi di Jawa dipengaruhi secara nyata oleh peubah rasio lag harga riil gabah di tingkat petani dengan harga riil pupuk Urea di Jawa, jumlah penggunaan pupuk TSP di Jawa, dan tren waktu. Sementara itu peubah curah hujan dan rasio luas areal irigasi di Jawa tidak berbeda nyata pada taraf probabilitas 15 persen. Respon produktivitas padi di Jawa terhadap semua peubah penjelasnya bersifat inelastis dalam jangka pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa saat ini produktivitas lahan sawah di Jawa telah mengalami pelandaian produksi (leveling-off), sehingga untuk memperoleh tingkat produktivitas yang sama dibutuhkan faktor produksi yang lebih banyak atau proporsi penambahan faktor produksi itu lebih kecil dibandingkan dengan proporsi penambahan produksi padinya. Rata-rata produktivitas padi di Jawa dalam 21 tahun terakhir ini, yaitu sekitar 5.071 ton/ha dinilai sudah mendekati produktivitas maksimal operasional dari seluruh areal tanam yang ada di Indonesia, yaitu 5.8 ton/ha (Sumarno, 2011). Peningkatan produktivitas padi secara teknis masih dapat dioptimalkan, namun demikian kenaikannya akan terus mengalami penurunan sebagaimana “law of diminishing return” dimana tingkat produksi akan optimum pada kondisi hara tertentu. Fenomena ini diperkuat dengan respon produktivitas padi di Jawa terhadap penggunaan pupuk TSP yang bersifat inelastis dalam jangka pendek, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai elastisitas jangka pendeknya sebesar 0.405. Hal ini diartikan bahwa setiap kenaikan 1 persen penggunaan

pupuk TSP, ceteris paribus, hanya akan meningkatkan produktivitas padi di Jawa sebesar 0.405 persen.

Demikian pula respon produktivitas padi di Jawa terhadap peubah penjelas lainnya yang juga inelastis dalam jangka pendek, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai elastisitasnya. Peningkatan rasio lag harga riil gabah di tingkat petani dengan lag harga riil pupuk Urea tidak direspon cepat oleh petani di Jawa untuk meningkatkan produktivitas padinya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai elastisitas jangka pendeknya sebesar 0.045 yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 persen rasio lag harga riil gabah di tingkat petani dengan lag harga riil pupuk Urea,

ceteris paribus, akan meningkatkan produktivitas padi di Jawa sebesar 0.045 persen saja. Fenomena ini mengindikasikan bahwa kebijakan peningkatan harga output dan input yang diimplementasikan pemerintah ternyata tidak lagi efisien dijadikan sebagai insentif bagi petani untuk meningkatkan produktivitas padinya, sehingga diperlukan kombinasi kebijakan dalam mengatasi permasalahan ini.

Curah hujan dan rasio luas areal irigasi juga mempengaruhi produktivitas padi di Jawa, walaupun tidak signifikan pada taraf probabilitas 15 persen. Respon produktivitas padi di Jawa inelastis terhadap curah hujan (0.013) dan rasio luas areal irigasi (0.098) pada jangka pendek. Secara kuantitas dan kualitas, luas areal irigasi di Jawa relatif lebih baik daripada di luar Jawa. Sesuai fungsinya, areal irigasi berfungsi sebagai penampung air hujan dan pengatur debit air untuk mengairi sawah-sawah di sekitar irigasi tersebut. Namun demikian, laju konversi lahan sawah irigasi di Jawa yang tinggi menyebabkan berkurangnya areal penampung air hujan, sehingga curah hujan yang tinggi tidak lagi tertampung bahkan langsung menggenangi lahan sawah. Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan radiasi matahari rendah dan kelembaban tinggi, sehingga berakibat pada meningkatnya penyakit tanaman yang dapat mengurangi produktivitas padi. Tingginya konversi areal irigasi di Jawa juga mengakibatkan fungsi sistem pengairan sawah di Jawa mengalami penurunan, sehingga berdampak terhadap penurunan produktivitas padi di Jawa. Oleh karena itu, konversi lahan sawah merupakan konsen utama yang harus segera dikendalikan agar dampak negatifnya (terutama terhadap ketersediaan dan akses pangan) dapat ditekan. Jika dilihat dari tren, ceteris paribus, produktivitas padi di Jawa masih mengalami peningkatan

walaupun dengan nilai yang sangat kecil yaitu sebesar 0.014 ton per hektar setiap tahunnya. Namun demikian, tingkat kesuburan tanah alami yang relatif lebih baik dan ditunjang pula oleh adopsi teknologi budidaya yang lebih maju, menyebabkan terjadinya kesenjangan produktivitas yang tinggi antara di Jawa dan luar Jawa, dimana produktivitas padi di Jawa pada tahun 2010 adalah sebesar 5.58 ton/ha, sedangkan di luar Jawa baru sebesar 4.207 ton/ha (BPS, 2011).

Hasil pendugaan pada persamaan produktivitas padi di luar Jawa menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 97.529 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa keragaman nilai peubah endogen sekitar 97.529 persen mampu secara bersama-sama dijelaskan oleh peubah-peubah penjelasnya (rasio harga riil gabah di tingkat petani dengan harga riil pupuk Urea di luar Jawa, rasio jumlah penggunaan pupuk TSP di luar Jawa, curah hujan di luar Jawa, luas areal irigasi di luar Jawa, dan lag produktivitas padi di luar Jawa, sedangkan sisanya sebesar 2.471 persen dijelaskan oleh peubah di luar persamaan. Semua arah dan besaran sesuai harapan, kecuali besaran lag produktivitas padi di luar Jawa yang lebih besar dari 1, sekalipun kelebihannya sangat kecil yaitu 0.029. Namun demikian, besaran lag yang lebih besar dari 1 mengakibatkan perubahan arah elastisitas jangka panjang. Tetapi karena nilai elastisitas adalah mutlak, maka perubahan arah ini tidak akan mempengaruhi arti elastisitas dari masing-masing peubah penjelasnya.

Produktivitas padi di luar Jawa hanya dipengaruhi secara nyata oleh peubah produktivitas padi tahun sebelumnya (Tabel 15). Hal ini memperkuat pendapat yang ada bahwa produktivitas padi telah mengalami pelandaian produksi (leveling-off). Sebagaimana halnya produktivitas di Jawa, respon produktivitas padi di luar Jawa respon terhadap semua peubah penjelasnya dalam jangka pendek bersifat inelastis, kecuali peubah lag produktivitas padi di luar Jawa. Sementara itu, respon produktivitas padi di luar Jawa terhadap peubah rasio harga riil gabah di tingkat petani dengan harga riil pupuk Urea di luar Jawa, rasio jumlah penggunaan pupuk TSP di luar Jawa, curah hujan di luar Jawa bersifat inelastis dalam jangka panjang, kecuali luas irigasi dan lag produktivitas padi di luar Jawa. Produktivitas padi di luar Jawa masih rendah dibandingkan di Jawa,

sehingga masih berpeluang ditingkatkan sesuai potensi hasilnya, salah satunya dengan penggunaan pupuk yang tepat.

Tabel 15 Hasil pendugaan parameter produktivitas padi di luar Jawa (YPPLJ) Peubah Parameter

Estimasi

Elastisitas Prob > |T| Keterangan Peubah Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept -0.417 - - 0.185

(HGTTLJR/ HURELJR) 0.003 0.003 -0.116 0.362 Rasio harga riil gabah di tkt petani dg harga riil pupuk Urea di luar Jawa

(JTSPLJ / LJTSPLJ) 0.091 0.025 -0.866 0.155 Rasio jumlah peng- gunaan pupuk TSP di luar Jawa

CHLJ 2.100x10-5 0.011 -0.379 0.240 Curah hujan di luar Jawa

LASILJ 9.817x10-8 0.061 -2.087 0.189 Luas irigasi di luar Jawa

LYPPLJ 1.029 - - 0.000 Lag produktivitas padi

di luar Jawa

Prob>|F| = <.00010 R2 = 0.97529 Dw = 2.38848 Dh = -0.93257

Penggunaan pupuk TSP spesifik lokasi yang sesuai dengan rekomendasi nasional berdasar hasil uji tanah dan dikombinasikan dengan penggunaan pupuk organik akan memberikan efisiensi yang lebih tinggi terhadap peningkatan produktivitas padi, terutama di luar Jawa, dalam jangka panjang. Sebagaimana ditunjukkan oleh hasil pendugaan parameter produktivitas padi di luar Jawa bahwa respon produktivitas padi di luar Jawa terhadap rasio jumlah penggunaan pupuk TSP dalam jangka panjang lebih tinggi daripada dalam jangka pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan pupuk TSP yang ada masih dapat ditingkatkan sesuai dosis yang direkomendasikan. Penggunaan pupuk yang spesifik lokasi ini tidak saja efisien dalam meningkatkan produktivitas padi, tetapi juga dapat menekan biaya produksi, sehingga pendapatan petani pun meningkat.

Respon produktivitas padi di luar Jawa terhadap luas irigasi di luar Jawa adalah inelastis dalam jangka pendek, tetapi elastis dalam jangka panjang, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai elastisitasnya jangka pendek dan jangka panjang masing-masing sebesar 0.061 dan 2.087. Kontribusi fungsi irigasi di luar Jawa terhadap peningkatan produktivitas padi dalam jangka pendek lebih kecil

dibandingkan dalam jangka panjang. Fenomena ini mengindikasikan bahwa produktivitas padi di luar Jawa masih dapat ditingkatkan melalui peningkatan luas areal irigasi dan mengoptimalisasikan fungsi irigasi tersebut. Konversi lahan sawah yang terjadi, terutama lahan sawah irigasi, akan berakibat pada penurunan produktivitas padi di luar Jawa, sehingga upaya untuk menekan laju konversi ini harus segera dilakukan. Produktivitas padi di luar Jawa juga responsif terhadap peubah lag-nya (peubah bedakala) pada jangka pendek dan jangka panjang, yang mengindikasikan adanya tenggang waktu yang lambat bagi produktivitas padi di luar Jawa dalam merespon perubahan yang terjadi, baik perubahan perekonomian, teknologi maupun kelembagaan, atau dengan kata lain, produktivitas padi di luar Jawa relatif tidak stabil.

Hasil pendugaan pada persamaan produktivitas padi di Indonesia menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas yang terdiri dari rasio harga riil gabah tingkat petani dengan harga riil pupuk Urea di Indonesia, jumlah penggunaan pupuk Urea di Indonesia, curah hujan di Indonesia, luas irigasi di Indonesia, dan lag produktivitas padi di Indonesia secara bersama-sama mampu menjelaskan keragaman peubah endogennya dengan baik (97.74 persen), sedang- kan 2.26 persen dijelaskan oleh peubah lain di luar persamaan. Arah dan besaran semua peubah penjelas sesuai harapan.

Produktivitas padi Indonesia tidak elastis terhadap perubahan peubah- peubah penjelasnya dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini dapat dilihat dari nilai elastisitas yang kurang dari 1 (Tabel 16). Produktivitas padi Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh rasio harga riil gabah tingkat petani dengan harga riil pupuk Urea, jumlah penggunaan pupuk Urea, curah hujan, dan