• Tidak ada hasil yang ditemukan

Luas Wilayah dan Penduduk

Dalam dokumen 349204647 Buku Panca Balikrama pdf (Halaman 77-84)

BAB IV DESA BESAKIH

4.2. Luas Wilayah dan Penduduk

Desa Besakih adalah salah satu desa diantara enam desa dinas, dan diantara 22 Desa adat yang berada di wilayah kecamatan Rendang kabupaten

Karangasem. Desa ini merupakan salah satu desa tua diantara desa-desa yang ada di Bali. Desa ini memiliki batas wilayah, yaitu di sébelah Timur Desa Sebudi, di sébelah Selatan Desa Menanga, di Sebelah Barat Desa Pempatan, dan di sébelah Utara ádalah Gunung Agung.

Desa ini memiliki luas wilayah 21,23 km2, berpenduduk 5.408 jiwa ( 2010 ), terdiri dari 50, 86 persen penduduk laki-laki dan 49, 14 perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk 254 per km2. Jarak Desa ini dari kota Kecamatan 6 (enam) km.

4.3. Pemaksan dan Pragunung

Desa Pekraman Besakih memiliki 11 Banjar adat (Dusun) dan 8 Pemaksan. Banjar adat dan Pemaksan serta warga Pragunung memiliki peran penting dalam struktur masyarakat Besakih . Ketiga lembaga adat tersebut sangat berperan dalam pelaksanaan aktivitas masyarakat , termasuk memperlancar pelaksanaan kegiatan adat , agama dan upacara yang dilaksanakan masyarakat, termasuk juga di Pura Besakih. Sebelas Dusun dan delapan pemaksan tersebut adalah pemaksan Pura Batu Madeg, Penataran Kangin, Penataran Kawan, Kiduling Kerteg, pemaksan Basukian, Banua Kawan, Banua Kanginan, pemaksan Pura Ulun Kulkul. Keanggotaan Pemaksan berasal dari beberapa anggota Banjar adat yang berada di lingkungan Besakih.

Fungsi Pemaksan adalah betanggungjawab atas tugas-tugas ( ayah – ayahan ) di masing-masing pura yang diempon. Keanggotaan sebagai warga dan anggota pemaksan diwarisi dari keluarga anggota pemaksan secara turun temurun. Hubungan antara pura dengan warga Pemaksan, dimana suatu pura secara niskala mempunyai semacam ikatan dengan warga pemaksan di sebuah pura sungsungannya.

Disamping ikatan niskala anggota pemaksan bisa diikat secara sekala. Secara sekala karena berada dalam lingkungan keluarga pemaksan sejak dahulu kala memiliki hubungan dengan anggota pemaksan lainnya . Sedangkan secara

niskala ada kaitan dengan pura sungsungan. Hal inilah yang menjadi hubungan tersebut bersifat permanen secara turun temurun. Demikian halnya ketika ada upacara upacara besar di Pura Besakih.

Pada saat Panca Balikrama tahun 2009, pemaksan memiliki tanggungjawab melaksanakan segala kegiatan yang berkaitan dangan pembuatan upakara, termasuk nyanggra pelaksanaan upacara yang berlangsung di pura masing masing.Tetapi tidak demikian halnya bagi warga pragunung, tidak seperti warga pemaksan.Warga Pragunung bertempat tinggal di lereng-lereng Gunung Agung. Mereka termasuk anggota Banjar Dinas menurut wilayah dimana mereka tinggal. Bisa saja seorang warga pragunung menjadi warga pemaksan. Dalam pelaksanaan Panca Balikrama maupun upacara lainnya, warga pragunung memiliki semacam tugas yang lebih pasti ketimbang warga pemaksan sebuah pura.

Warga pragunung memiliki tugas tetap jika ada upacara upacara besar seperti Panca Balikrama. Mereka memiliki tugas seperti, memundut Pralingga Bhatara, membawa pengawin, umbul-umbul, bidang kebersihan dan sebagainya. Seseorang warga adat maupun pemaksan tidak berani mengambil alih tugas pragunung, karena tugas tersebut sudah memiliki ikatan secara turun temurun. Keberadaan warga pragunung memiliki peran penting juga dalam pelaksanaan panca Bali krama.Karena tempat tinggal mereka berjauhan dengan kondisi Pura Besakih, secara ekonomis mereka tidak dapat merasakan implikasi secara langsung . Tetapi secara sosial releiius mereka memiliki ikatan niskala dengan Ida Bhatara di Besakih , sehingga secara batin mereka merasakan getaran getaran hubungan tersebut.

4.4. Deskripsi Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Besakih

Desa Besakih merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Rendang terletak di Kabupaten Karangasem terkenal dengan Pura Besakihnya. Bila melihat sisi kehidupan masyarakat desa ini dari sosial dan dapat dilihat melalui aktivitas kehidupan masyarakat dibidang social, meliputi aktivitas keseharian penduduk desa , kondisi kesehatan masyarakat ,

pendidikannya, aktivitas agama dan sosial budaya. Sedangkan dalam bidang ekonomi meliputi mata pencaharian penduduk desa serta aktivitas sosial ekonomi. Secara adat agama dan budaya serta Sosial ekonomi Desa Besakih memiliki gambaran adalah sebagai berikut :

Desa ini penduduknya mayoritas beragama Hindu , memiliki 22 pura sebagai tempat persembahyangan dengan pura terbesar ádalah Pura Besakih. Sebagai pura terbesar yang berada di Desa Besakih sekaligus di Bali menjadikan pura ini sebagai pura Kahyangan Jagat atau pura umum.

Di Pura ini dilaksanakan berbagai upacara , sehingga menjadikan pura Besakih menarik bagi wisatawan. Adat masyarakat Besakih kental dengan berbagai tradisi sosial keagamaan sehingga menjadi aktivitas masyarakat bersifat sosial religius. Budaya masyarakat Besakih dicirikan dengan adanya beberapa kesenian tua yang diwarisi, seperti adanya gambelan Selonding yang tersimpan di Merajan Selonding Besakih.

Sarana penunjang kesehatan yang dimiliki seperti, Puskesmas dengan tenaga kesehatannya, Mantri, dukun bidan, Pos KB dan Poslin Desa. Desa ini terjangkau penerangan listrik sehingga menunjang aktivitas masyarakat. Tingkat keamanan desa ini sangat kondusif , memiliki Babinsa, Babinkantibmas, Hansip , sehingga desa ini bebas dari tindak kejahatan, hampir tidak ada tindak kejahatan sehingga tergolong sangat aman. Sedangkan tingkat pendidikan masyarakat desa Besakih tidak jauh dengan desa desa yang lain. Fasilitas pendidikan yang dimiliki seperti ada, Taman Kanak-Kanak , Sekola Dasar dengan berbagai fasilitas penunjang.

Kondisi ekonomi masyarakat desa Besakih, ditandai dominan penduduk memiliki mata pencaharian di bidang pertanian dalam arti luas, dengan hasil produksi seperti kopi, cengkeh, kelapa, kakao, budidaya lidah buaya dan lain lain. Juga hasil peternakan seperti ternak sapi, babi, kambing dan unggas seperti ayam dan itik. Disamping bergerak di sektor pertanian masyarakat Besakih juga bergerak di sektor perdagangan baik grosir maupun eceran, industri dan jasa.

Di Desa ini terdapat beberapa warung , rumah makan, arshop toko sovenir yang lebih banyak terpusat disekitar areal Pura Besakih. Selain dalam bidang perdagangan terdapat juga jasa seperti jasa Foto studio , reparasi kendaraan , jam , reparasi sepeda motor ,tukang cukur, tukang jahit . Untuk menunjang kelancaran aktivitas, masyarakat memiliki Sarana transportasi seperti truk , kendaraan Pic up , Sepeda motor, dan memiliki sarana komunikasi seperti telepon.

Dalam mengembangkan ekonomi dan perdagangan desa , desa ini tidak memiliki pasar dan tidak memiliki subak . Dalam menunjang kegiatan perekonomian Besakih terdapat lembaga keuangan yaitu dua Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dengan tenaga kerja 12 orang, dua Koperasi dengan anggota 30 orang.

Secara ekonomis desa ini tidak mengitu berkembang dan menonjol, hal ini disebabkan kondisi sosial geografis tidak memungkin untuk berkembang karena keterbatasan sarana penunjang sektor ekonomi dalam arti riil, kecuali bidang wisata sepiritual dan, agrowisata mulai berkembang secara kecil kecilan. Penduduk desa memiliki mata pencaharian adalah dalam bidang pertanian, pekerkebunan, perdagangan, industri rumah tangga dan jasa lainnya.

Desa ini pada mulanya tidak memiliki pasar, Rumah makan, kios, artshop. Namun dalam perkembangan , searah dengan di kenalnya pura Besakih yang terdapat di desa Besakih menjadi salah satu objek wisata sepritual maka mulailah tumbuh fasilitas penunjang sektor ekonomi seperti warung arsop dan jasa penunjang wisata seperti Guide , ojek dan jasa lainnya. Di Desa ini awalnya terdapat fasilitas seperti warung 18 dengan tenaga kerja 33 orang , dan yang berprofesi sebagai pedagang eceran 10 orang selanjutnya berkembang menjadi puluhan sampai ratusan yang lebih banyak terkosentrasi di sekitar pura Besakih.

Begitu banyaknya pura terdapat di desa ini, maka hampir dapat dipastikan saban hari, saban bulan tahun pasti selalu ada ritual (upacara agama) dari tingkat kecil sampai yang tergolong besar. Dengan ciri

demikian menunjukan kehidupan masyarakat desa ini adalah masyarakat sosial-relegius. Secara sosial relegius kehidupan masyarakat desa kental dengan kehidupan ritual.

Kondisi kehidupan sosial masyarakat Besakih yang sosial relegius tersebut , menjadi andil besar dalam menunjang kehidupan masyarakat secara ekonomi, dimana saban hari ada ritual menjadi semakin banyak orang datang ke desa ini apakah kedatangannya untuk sembahyang atau bagi wisatawan sebagai objek wisata sepiritual. Hal ini diungkapkan oleh kepala Desa Besakih Bapak I Nyoman Ada dan seperti disampaikan oleh Bendesa Adat Besakih, I Wayan Gunantra., “ Dalam satu Tahun hanya ada tujuh hari tanpa upacara di Desanya”, Inilah yang menjadi daya tarik bagi Wisatawan salah satu nya untuk berkunjung Ke Besakih sekaligus sebagai tempat Pura Besakih. Hasil Wawancara yang dilakukan penulis , tanggal 14 Juni 2011

BAB V

Dalam dokumen 349204647 Buku Panca Balikrama pdf (Halaman 77-84)