• Tidak ada hasil yang ditemukan

Raja Purana Pura Besakih

Dalam dokumen 349204647 Buku Panca Balikrama pdf (Halaman 116-120)

BAB IV DESA BESAKIH

PURA BESAKIH

18. Pura Peninjauan

5.8. Raja Purana Pura Besakih

Bila berbicara mengenai pura Besakih dan pelaksanaan upacaranya , tidak dapat dipisahkan dengan Raja Purana Besakih. Lontar ini merupakan satu kesatuan yang utuh, antara Raja (Dalem) yang berkuasa, pura Besakih sebagai persemayaman para dewa yang disusung Raja dan rakyat Bali. Hal ini juga merupakan Piagam raja (Raja Purana) serta merupakan Surat peringatan raja berkuasa (Dalem) kepada seluruh rakyat Bali saat itu, untuk memelihara pura Besakih dan mempersembahkan yadnya dengan biaya dari pelaba pura yang diberikan pihak raja. Sebagai sumbernya adalah sebuah naskah lontar Raja Pengandika Ring Gunung Agung atau yang sering disebut dengan Raja Purana Besakih.

Raja Purana Pangandika Ring Gunung Agung yang ditulis pada masa kemuliaan Kerajaan Majapahit di Bali, berupa suratan piagam yang mengandung kewajiban hukum secara jasmani dan rohani sebagai mengikat masyarakat di Bali pada zamannya. Secara mitologi suratan tersebut adalah sebuah anugerah sabda dari Dewata Nawasanga kepada Raja dan masyarakat Bali yang berkewajiban untuk memelihara Pura Besakih. Piagam Raja Purana Besakih mengatur berbagai hal, dari masalah pelaba pura (tegalan dan persawahan, milik pura, tata cara pengaturannya, pemeliharaan pura – pura khususnya di Besakih, sampai dengan kewajiban umat mengaturkan yadnya, puja wali dalam berbagai tingkatannya di Pura Besakih, beserta maknannya. (Putra, 1995 : 6)

Sebagaimana dikatakan Putra (1995: 8 ), “ Uduh kita manusa pada, aja kita langgana ring aku, Tatan kita amungu kahyangan ring Gunung Agung, linggih sedewa dewa. Yan hana rug tan kita anangun, tan kakten wastu kita masuduk ring pun kita, wastu tan hurip, Tumpur kita pada tan kita pada anjengan rahayu“. (Hai kamu manusia di mayapada jangan engkau durhaka kepadaku, jika engkau tidak memelihara pura-pura di Besakih persemayaman para Dewa masing-masing dan kalau ada yang rusak tidak engkau perbaiki atau tidak bhakti; semoga kamu saling tikam dengan keluargamu dan semoga engkau binasa, martabatmu akan surut dan menderita serta jauh dari keselamatan).

Petikan Naskah Raja purana tersebut menunjukan bagaimana peringatan diberikan Dewata Nawasanga kepada raja dan rakyatnya akan pentingnya untuk memperhatikan pura Besakih sebagai Stana pemujaan Ida Sang Hyang Widhi dan para dewa untuk memohon keselamatan dunia.

Selanjutnya dikatakan dalam lontar tersebut memberikan petunjuk kepada masyarakat Bali, mengenai tata cara menentramkan dunia, agar selamat dari mara bahaya, seperti kekeringan, perang sehingga berpala mulia. Disamping itu juga merupakan petunjuk dasar untuk mengetahui para leluhur dan manisfestasi Sanghyang Widhi yang distanakan dalam berbagai pelinggih yang ada di Pura Besakih. Juga mengatur bentuk bangunan dan saji-sajian yang mesti diaturkan di Pura Besakih dan Gunung Agung.

Raja Purana nampaknya merupakan suatu peringatan kepada rakyat Bali untuk memelihara pura Besakih sebagai madyaikang Bhuwana, dengan menghaturkan berbagai upacara sesuai tingkatan dalam upaya memohon

keselamatan dan ketentraman dunia. Dalam hal mengaturkan yadnya, Raja Purana menonjolkan penyebutan saji-saji yang harus dihaturkan untuk pura Besakih, dari haturan prasyascitta salwiring durmanggala, amanca Bali Krama, sampai Eka Dasa Rudra. Seperti petikan Raja Purana Bagian A berupa teks oleh Warna dkk, ( 1986 : 12 ) sebagai berikut :

“ Nihan amanca Bali krama,Druwya Dalem, rawuh anemu salin tenggek, ring penataran, ring Gunung Agung, husan ring Gunung Agung ring bancingah agung ,nora sahika ring Pasar Agung, wus ring desa desa, nista madhya uttama, caru ring sor.

(terjemahan : Ini kurban Manca Balikrama, menjadi kewajiban dan tanggungjawab raja. Dilaksanakan setiap pergantian bilangan puluhan tahun Saka di Penataran Agung Besakih. Sesudah di pura Besakih, di Bancingah Agung. Kalau tidak demikian di Pasar Agung, setelah dilaksanakan di pura- pura dengan kurban yang kecil (nista), sedang (madhya), dan besar (uttama). (Warna, dkk, 1986 : 36 )

Yadnya yang dipersembahkan dalam bentuk Karya Agung Panca Balikrama yang telah dilaksanakan beberapa kali di Pura Besakih sebagai wujud bhakti umat kehadapan Ida Sang Hyang Widhi (TuhanYang Maha Esa). Secara teknis Teks lontar Raja Purana Pangandika Ring Gunung Agung mengingatkan kepada para petugas seperti Anglurah Kabayan, Sedan Ler di selat (Baledan ) memelihara dan menegakan isi piagam Dalem ini. Seperti diuraikan dalam teks Raja Purana B terjemahan oleh Warna dkk, (1986 : 23) , dari bernomor 1 b sampai 28 b, menguraikan dan berisikan hal-hal pokok sebagai berikut:

1b, berisi tentang ketentuan dan kewajiban di Pura Besakih (gunung Agung) yang tercantum dalam Piagam Raja (Dalem). Anglurah Kebayan di Besakih, dan Sedahan Ler di selat mempunyai tugas memelihara dan menegakan piagam raja ini disebutkan persembahan raja berupa tanah sawah untuk pelaba pura yang ada di beberapa wilayah.

2a, Persembahan Dalem kehadapan Batara di Batu Madeg, Basukihan dan Batara Tulus dewa laba pura di wilayah tertentu.2b, 3b,

tentang Warga keturunan dari Majapahit yang ikut bersama Sri Kresna Kepakisan yang menjadi raja di Bali.

4a, Perihal upaya untuk menentramkan pulau Bali supaya selamat dan selalu berpahala. Sepatutnya Nglurah Sideman mengatur dan mengawasi pura- pura tempat persemayaman para Dewa dan Bhatara, dilambangkan Padmasana sebagai lambang gunung.

4b, Penataran persemayaman para Dewa dengan Meru bertingkat. 5ª, Tentang Bale tempat beristirahatnya Delem dan Nglurah Sideman. 5b, Ketentuan mengenai persemayaman para Dewa yang diemong Nglurah Sideman bersama para arya yang berada di sébelah timur Sungai Telagawaja. Semua bangunan suci yang berada di Penataran Agung juga menjadi tanggungjawab raja.

6ª, Bangunan suci di pura Dangin Kreteg ditetapkan diemong oleh Arya Karangasem.

Anugerah Batara Maospahit, kepada turunanku raja majapahit yang diberi gelar ratu Kepakisan yang menjadi raja secara Turun temurun harus mentaati piagam ini dan sebarkan seluruh Bali dibantu oleh para Arya dan punggawa.

7 b, Ijin pengambilan hasil bumi, peringatan kepada sedan penyarikan supaya menaikan padi ke lumbung.

8ª, Bhatara bersabda ,Hai kamu manusia taatilah titahku , piagam ini telah direstui Dewa Nawasanga. Jika tidak ditaati piagam ini semoga kamu sirna menjadi lintah. Ini Piagam ini dikeluarkan tahun 1007 masehi (929 saka). Betara Indra, Batara Maospahit bersemayam bersama sama di Pulau Bali.

8 b, Pengambilan hasil bumi dan akasa, pesisir dan gunung untuk biaya upakara kehadapan Batara di Besakih (Gunung Agung).

Sabda Bhatara, kepada manusia diwajibkan memelihara dan memperbaiki kerusakan pura-pura di Besakih, jika tidak dilakukan kena kutukan Batara.

9ª, 9b , 10 a, 10 b, Apabila dalam bersembahyang kelihatan ciri yang nampak, mencirikan turunnya Bhatara - Bhatara, maka diucapkan mentera . 11 a, 11 b, Laba pura di pajenengan Dalem

12 a, 12 b , 13 a, 13b, 14ª, 14 b Laba pura persembahan raja kepada Bhatara 15ª, Ketetapan Arya Kepakisan raja Bali bermusyawarah dengan beberpa arya, tentang mendukung keputusan raja, agar bakti ikut memelihara pura-pura seperti, Bangun Sakti, Manik Mas, Pengubengan, Pura tirta dan sebagainya 15 b, Mengenai persemayaman Bhatara Siwa

16ª, Persembahan raja pada Bhatara di Penataran Agung diterima Sedahan ler Ki Prejo, dan Ki Panyuruhan di Selat untuk menyimpan hasil.

16 b, Kewajiban menyelengarakan kurban kepada I Dewa Penyarikan, I Dewa Pasek, Bhatara di Batu Madeg, Besakih, Dalem Puri,

17 a , Kewajiban mempersembahkan kurban di Pura Besakih, Melasti, pada Dewa pura lain.

17b, Ngaturan pengodal Batara wisesa, dll 18 a, Ngaturan pangodal I Dewa Manik Maketel.

18b, Ini peleburan segala bencana dan malapetaka dengan sesajen. 19ª, Ini penebusan para Pemangku yang sudah suci.

19b, Ini upacara penebusan kepada semua yang menyebabkan bencana beserta tempatnya.

20ª,20b,21ª, Ini Kurban Manca Balikrama.

21b,22ª, Sesajen Panihis mehyu di pura Besakih Dangin Kerteg.

22b,23ª,23b,24ª,24b, Ini kurban pabalik sumpah di Penataran Agung dan di Bancingah Agung sewilayah Dalem sesuai dengan tingkatanya dan waktu pelaksanaan.

25ª, Upacara pada penampahan Galungan,Peringatan untuk masyarakat desa berkewajiban mengusung usung dewa.

26ª, Menyangkut danda (denda) sebagai sangsi kepada masyarakat yang tidak memenuhi kewajiban.

26b, Persembahan masyarakat Desa Yeh Bias kepada Batara di Besakih. Desa tusan,Kamukus

27a, Yang dikeluarkan Desa Tusan jika malis ke laut, dan ke sungai. 27b, Kewajiban masyarakat desa Griana, desa Kawubakal ke pura Besakih. 28a, Pajak persembahan dari banjar Galihyang. Peringatan pada waktu Dewa turun keajeng, Peringatan untuk orang mengadu ayam usaba Srawana (Juli). 28b, Kewajiban masyarakat Nyanggelan, masyarakat Panida.

BAB VI.

Dalam dokumen 349204647 Buku Panca Balikrama pdf (Halaman 116-120)