BAB IV DESA BESAKIH
2 MANGGALANING KARYA
III. Areal Utama Mandala
5. Sanggar Tawang di sebelah Utara (Utara)
Sanggar Tawang ini, memiliki Rong 3, untuk meletakankan upakara dalam upaya memohon Anugerah kesejahteraan kepada Bhatara Wisnu yang menguasai arah Uttara dalam prabawa sebagai dewa pemelihara.
6.7.Wali dan Wewalian
Dalam setiap upacara besar di pura Besakih, pasti dipentaskan tari Wali dan wewalian sebagai pelengkap pelaksanaan upacara. Tari wali begitu penting perannya dalam setiap dilaksanakan upacara, hal ini disebabkan karena persyaratan sebuah upacara agar lengkap sebaiknya dipertunjukan tari wali ataupun wewalian.
Telah dirasakan oleh masyarakat penyelenggara upacara, bila upacara dilengkapi dengan tari wali, maka upacara tersebut dirasakan meriah dan semarak, karena keberadaan tari wali selain sebagai sebagai pemenuhan syarat kelengkapan , juga memberikan nuasa hiburan bagi semua orang yang ada pada saat itu.
Berbagai jenis tari wali dan wewalian yang sering dipersembahkan dan dipertunjukan , seperti rejang , baris , pepedetan , gabor , topeng, wayang. Menurut Made Bandem ( dkk ) , tari yang biasa dipentaskan dihalaman pura paling dalam adalah seperti , Berutuk , Sanghyang dedari
, Rejang , Baris Gede , Gabor , Memendet , dan baris pendet. Di halaman pura bagian tengah tarian klasik seperti gambuh. Tarian Bebali seperti topeng Group, seperti topeng pajegan, barong kedingkling dan wayang wong, sedangkan di luar pura seperti tarian sekuler seperti legong kebyar sendratari , parwa arja , baris modern , topeng panca , prembon.
Pada rangkaian Karya Agung Panca Balikrama di pura Besakih pada 25 Maret 2009, tari wali yang dipersembahkan di areal upacara tawur di Bancingah Agung pura Besakih adalah seperti :
1. Tari Rejang Dewa 2. Baris Gede 3. Topeng sidakarya 4. Wayang Lemah (gedog)
Mengapa Tari wali tersebut dipersembahkan, menurut Yudabakti: 114, karena tari wali tersebut berfungsi untuk upacara keagamaan sehingga tari tersebut bersifat sakral. Tarian tersebut mengandung mitos. Dalam lontar usana Bali disebutkan bahwa rejang adalah simbol Widyadari yang turun kedunia menuntun Ida Bhatara pada waktu melasti atau tedun kebale peselang. Oleh sebab itu tarian ini harus ditarikan oleh para daha-daha atau para gadis yang belum kawin. (Yudabhakti : 68). Sedangkan Topeng Sidakarya mengandung mitos, yang menyatakan Karya selesai tuntas (puput) dan sukses jika dipersembahkan topeng sidakarya , jika tidak, sering diaggap tidak selesai (puput secara niskala). Demikian halnya tarian Baris gede ditarikan oleh penari pria secara berkelompok dengan membentuk formasi seperti halnya formasi milier. Kata Baris berarti membentuk formasi militer, sedangkan Gede berarti besar atau hebat. Menurut Bandem : 24, Para penari Baris Gede dianggap sebagai pengawal para Dewa yang sementara waktu menempati pretima. Senjata yang dibawa anggota Baris Gede adalah senjata pusaka yang sakral seperti, tombak, panah, tameng, keris atau di beberapa desa menggunakan senapan.
Jumlah kelompok penari baris bervariasi dari delapan hingga lusinan tergantung dari kostum dan senjata yang tersedia, bisa mencapai
60 orang. Saat Karya Panca Balikrama di Pura besakih tarian Baris gede yang dipersembahkan berasal dari Kubu Bangli, Tegalalang, Sumampan, Kemenuh Gianyar. Sedangkan Wayang lemah dipersembahkan adalah berupa wayang kulit dan wayang wong. Wayang kulit dipentaskan dalam bentuk wayang lemah, melengkapi runtutan karya, demikian pula untuk wayang wong selain sebagai pelengkap wali juga sebagai media hiburan. Wayang dipentaskan hampir 13 kali pertunjukan dalam rangkaian karya Panca Balikrama di pura Besakih.
Sedangkan tari wewalian dan Bebalian setelah hari H, dipertunjukan mulai tanggal 26 Maret sampai dengan 24 April 2009 ada 18 macam tari- tarian adalah :
1. Wayang Ramayama (malam) 2. Gong Kebyar 3. Topeng sidakarya 4. Wayang 5. Arja 6. Gambuh 7. Rejang dewa 8. Wayang Gedog 9. Baris Gede 10. Topeng pajegan 11. Prembon 12. Wayang Wong 13. Sendratari Ramayana 14. Calonarang 15. Janger 16. Arja kolaborasi
17. Legong semar pegulingan 18. Tari lepas
Tarian yang dominan berulangkali dipersembahkan di pura Penataran Agung dalam rangka rangkaian upacara Bhatara Turun Kabeh sebagai rangkaian Panca Balikrama adalah seperti, Rejang dewa, Topeng Sidakarya, Topeng pajegan Wayang lemah, Gambuh, dan Baris gede. Sedangkan pada malam hari dipentaskan Wayang Ramayana, pada tanggal 26 Maret 2009. Bali-balihan dipentaskan di Wantilan jaba sisi seperti, Gong kebyar, Wayang, Arja,Prembon, Wayang Wong, Sendratari, Calonarang, Janger, Legong, Tarian lepas. Dari 18 jenis tari pertunjukan
yang dilaksanakan selama karya berlangsung, baik yang tergolong sakral, wewalian, maupun bebalian, sifatnya ngaturan ayah bukan komersiil (diupah).
6.8. Uperengga
Setiap upacara dalam ajaran agama Hindu, tidak dapat dipisahkan penggunaan peralatan atau alat alat upacara. Peralatan atau simbul-simbul memiliki makna keagamaan. Alat upacara merupakan satu kesatuan dengan upakara maupun dalam suatu upacara, sehingga peralatan tersebut menjadi cukup penting,karena berfungsi sebagai peralatan atau alat-alat yang harus dibuat atau disediakan dalam upacara. Perangkat upacara tersebut sesungguhnya adalah merupakan kebudayaan Hindu, yang mesti dilestarikan, disamping itu perangkat-perangkat tersebut menjadi atribut- atribut yang memiliki makna keagamaan yang telah membudaya dari sejak dahulu kala sampai sekarang. Semua perangkat-perangkat upacara tersebut, dari semua perangkat yang ada pada Panca Yadnya disebut Uperengga. Upa diartikan sebagai perantara , Re berati Raditya (Sinar Suci) pancaran sinar suci Sanghyang Widhi, rengga sebagai wujud. Dengan demimikian Uparengga dapat diberikan arti bahwa “Semua bentuk sebagai perangkat upacara adalah merupakan simbul perwujudan Sang Hyang Widhi melalui kekuatan sinar sucinya“ (Sudarsana, 2003:1- 2)
Dalam Karya Panca Balikrama di pura Besakih menggunakan beberapa uperengga anatara lain :
1. Sanggar Tawang 2. Sanggar Agung 3. Sanggar Tutuan 4. Sanggah Arda Candra 5. Sanggah Suku Tiga 6. Tebu 7. Bandrangan 8. Umbul-umbul 9. Kober 10. Tedung 11. Lelontek
12. Payung Pagutan 13. Kelabang 14. Pancak/kelakat 15. Kelakat sudamala 16. linggayoni 17. Orti 18. Ider-ider 19. Kelabang dangap-dangap 20. Sasat
21. Bentuk sampian sampian
22. Rerebasan (sate renteng atau Dangsil 23. Gayah
24. Taman Bebangkit 25. Taman Pula Gembal 26. Jajan Sarad
27. Alat alat Pedudusan
28. Alat peralatan penyucian beras, dan membuat madu parka 29. Sibuh pepek
30. Pedagingan 31. Ulap-ulap
32. Kain Wastra dan rantasan 33. Sunari
34. Pindekan 35. Penjor
36. Pulakerti Alit dan Agung 37. Bagia Alit dan Agung 38. Dirgayusa Bhumi 39. Penyejeg Bhumi 40. Teteg Agung 41. Jatah Agung
42. Peralatan Pedanan- danan 43. Pretima dan Prerai 44. Keris
45. Kentungan dan Alu (alat menumbuk padi) 46. Simbol dewa dewi
47. Sanggah cucuk
48. Tenggala (bajak) lampid dan tulud 49. Api prapak
50. Sapu lidi 51. Kulkul 52. Arak berem
53. Daun lontar dan Daun daunan, 54. Pala gantung dan Buah buahan 55. Benang berbagai warna 56. Tikar
58. Sosokan 59. Dulang
60. Ngiu dan Tempeh
61. Macam periuk tanah dan sejenisnya 62. Pis Bolong
63. Bokoran dan Saab 64. Kuskusan dan Kekeb 65. Carat coblong 66. Eteh eteh Daksina 67. Bunga Mas/perak 68. Kayu Sakti ( dadap) 69. Macam duri
70. Tepung alat mebumi suda 71. Sepit
72. Lembu untuk eedan upacara madu parka, dan mebumi suda 73. Peralatan kecil-kecil lainya
74. Penggorengan 75. Talenan
76. Belakas pengerames caru 77. Tempat Tirta
78. Cili
79. Barang-barang untuk pedanan 80. Bangunan Pawedan
81. Asagan
82. Penyengker Tawur
Lapang kosong, di sebelah wantilan Sasana Budaya Pura Agung Besakih. Tempat ini bisa dicapai, ketika mau menuju Pura PenataranBesakih setelah lapangan parkir. Beberapa kali pelaksanaan Karya Panca Balikrama, umumnya mengambil tempat atau lokasi di Bancingah agung, yaitu untuk tahun 1978, tahun 1989, tahun 1999 dan untuk tahun 2009. Sedangkan pelaksanaan Tahun 1933 dan tahun 1960 tidak ditemukan informasi yang jelas .
Denah Lokasi Karya Agung Panca Balikrama di Bancingah Agung Pura Besakih beserta detailnya, nampak jelas pada gambar 6.1
BAB VII.