• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pengertian Tradisi Dan Tradisi Agama

2. Macam-Macam Tradisi

Tradisi ini mempunyai bentuk atau cara melestarikan serta maksud dan tujuan yang berbeda-beda antara kelompok masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.

Perbedaan ini disebabkan oleh adanya lingkungan tempat tinggal, adat, serta tradisi yang diwariskan turun temurun.56 Ritual keagamaan dalam kebudayaan suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang paling tampak lahir. Sebagaimana diungkapkan oleh Ronald Robertson bahwa agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaan tertinggi dan mutlak tentang tingkah laku manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan akhirat, yakni sebagai manusia yang bertakwa kepada Tuhannya, beradab, dan manusiawi yang berbeda dengan cara-cara hidup hewan dan makluk gaib yang jahat dan berdosa.57 Sistem ritual agama tersebut biasanya berlangsung secara berulang-ulang baik setiap hari, setiap musim atau kadang-kadang saja. Ritual agama yang terjadi di masyarakat diantaranya:

55 Piotr Sztompka, “Sosiologi Perubahan Sosial,” h. 75-76.

56 Koencjaraningrat, “kebudayaan mentalitas dan pembangunan,” (Jakarta: Gramedia, 1985), h.

2.

57 Ronald Robertson, “Agama Dalam Analisi Interpretasi Sosiologi” (Jakarta: Rajawali ,1988), h. 87.

Pertama. Suronan atau tradisi ruronan atau lebih dikenal dengan ritual satu suro merupakan tradisi yang lebih dipengaruhi oleh hari raya Budha dari pada hari raya Islam.

Tradisi ini banyak dirayakan oleh masyarakat yang anti Islam.

Pertumbuhan beberapa sekte anti Islam yang bersemangat sejak masa perang serta munculnya guru-guru keagamaan yang mengatakan perlunya kembali kepada adat jawa yang asli, yaitu melalui slametan satu suro. Masyarakat jawa selain memandang bilan suro sebagai awal tahun jawa juga menganggap sebagai bulan yang sakral atau suci, bulan yang tepat untuk melakukan perenungan , tafakur, dan instropeksi untuk mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa. Cara yang biasa dilakukan oleh orang Jawa untuk instropeksi adalah lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu. Beberapa individu yang anti Islam bahkan juga berpuasa pada bulan suro.58.

Kedua, Muludan tepatnya 12 Mulud merupakan hari dimana Nabi Muhammad SAW dilahirkan dan meninggal dunia.

Selamatan ini disebut muludan, karena merupakan nama bulan tersebut, Mulud juga diambil dari istilah arab Maulud yang berarti kelahiran. Muludan ini biasanya melakukan kegiatan pembacaan berzanji atau ziba yang isinya tidak lain adalah biografi dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW dan adapula yang menambah dengan kegiatan keagamaan seperti menampilkan kesenian hadrah atau pengumuman hasil lomba sedang puncaknya adalah mauidzah hasanah dari muballigh.59

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bukan merupakan kesemarakan seremonial belaka, tetapi sebuah momen spiritual untuk menstabilkan beliau sebagai figur tunggal yang mengisi fikiran, hati dan padangan hidup umat Islam dan sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan serta penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, karena berkat

58 Clifford Geertz, “Agama Jawa “Abangan Santri Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa,” (Depok:

Komunitas Bambu 2014), h. 103.

59 Munawir Abdul Fattah. “Tradisi orang-orang NU,” (Yogyakarta: Pustaka Pesantren 2006), h.

294.

jasa Nabi Muhammad SAW agama Islam sampai kepada seluruh umat Islam. Berkenaan dengan muludan ini di beberapa kraton dirayakan pesta sekaten dan upacara Grebeg Mulud. Upacara ini terjadi di masjid dan halaman kraton Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon. Puncak perayaanya adalah saat dibagikan makanan keramat yang dinamakan gunungan kepada rakyat, yang terdiri atas 10 smpai 12 tumpeng raksasa, masing-masing tingginya dua meter dengan hiasan indah.

Konon upacara ini merupakan kreasi dari para wali sebagai media dakwah dalam upaya menarik orang jawa masuk Islam.

Kata Sekaten berasal dari syahadatain, dua kalimat sahadat yang diucapkan sebagai persaksian bahwa seseorang dinyatakan sebagai pemeluk agama Islam.60 Seperti halnya masyarakat Banyuwangi yang melaksanakan tradisi endog-endogan dalam memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.

Ketiga, Rejeban adalah ritual sebagai perayaan Isra’Mi’raj Nabi Muhammad SAW, yaitu perjalanan Nabi menghadap Allah SWT dalam satu malam. Keempat, Syawalan yaitu satu syawal sebagai akhir puasa yang disebut dengan burwah. Kelima, Mudik adalah kegiatan perantau atau pekerja migran untuk kembali ke kampung halaman. Besaran atau bulan dzulhijah terdapat perayaan Idul Adha dengan upacara penyembelihan hewan korban.61

b. Tradisi Ritual Budaya

Orang jawa di dalam kehidupannya penuh dengan upacara, baik upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia sejak dari keberadaanya dalam perut ibu, lahir, kanak-kanak, remaja, sampai saat kematiannya atau juga upacara-upacara yang berkaitan dengan aktifitas kehidupan sehari-hari dalam mencari nafkah, khususnya petani, pedagang, nelayan, dan upacara-upacara yang berhubungan dengan tempat tinggal, seperti membangun gedung untuk berbagai keperluan, membangun dan meresmikan rumah tinggal, pindah rumah dan sebagainya.

60 Darori Amin, “Islam Dan Kebudayaan Jawa,” (Yogyakarta: Gramedia, 2000), h. 135.

61 Darori Amin, “Islam Dan Kebudayaan Jawa,” (Yogyakarta: Gamamedia, 2000), h. 136.

Diantara ritual budaya yang terdapat di masyarakat yaitu, sebagai berikut:

1) Upacara tingkeban yaitu salah satu tradisi masyarakat Jawa, disebut juga mitoni, berasal dari kata pitu yang artinya tujuh, karena tradisi ini diselenggarakan pada bulan ketujuh kehamilan dan pada kehamilan pertama kali.

2) Upacara perkawinan adalah pada saat pasangan muda-mudi memasuki jenjang rumah tangga. Selamatan yang dilakukan berkaitan dengan upacara perkawinan ini sering dilaksanakan dalam berbagai tahapsebelum akad nikah, pada tahap akad nikah, dan tahap sesudah nikah.

3) Selamatan kematian yaitu selamatan untuk mendoakan orang yang telah meninggal. Upacara ini didahului untuk persiapan penguburan orang mati, yaitu memandikan, mengkafani, menshalati, dan menguburkan. Selanjutnya selamatan ini dilaksanakan pada hari pertama, ketiga, ketujuh, keempat puluh, keseratus, dan hari ulang tahun kematiannya.

Selamatan ini disertai dzikir dan kalimah toyyibah (tahlil).

4) Ruwatan merupakan upacara adat yang bertujuan untuk membebaskan seseorang, komunitas atau wilayah dari ancaman bahaya. Inti upacara ini sebenarnya adalah do’a memohon perlindungan dari ancaman bahaya seperti bencana alam, juga do’a memohon pengampunan, dosa-dosa dan kesalahan yang telah dilakukan yang dapat menyebabkan bencana.

5) Upacara bersih desa yaitu selamatan yang berhubungan dengan penyucian dan pembersihan wilayah. Pembersihan dari roh-roh yang berbahaya dengan mengadakan selametan, dimana hidangan dipersembahkan kepada danyang desa di tempat pemakamannya.

6) Selamatan weton adalah untuk memperingati hari kelahiran.

Selamtan weton dalam tradisi jawa didasarkan dengan hari dan pasarana menurut tahun qomariyah.

Sumber-sumber tradisi tersebut mulanya timbul dari kepercayaan agama, yaitu sebelum datangnya Islam. Agama Islam setelah dibentuk suatu bangsa kemudian baru melahirkan

adat pula. Adat yang dipengaruhi oleh agama Islam merupakan perpaduan ajaran kepercayaan Hindu-Budha. Pengaruh dari paham tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kepercayaan Hindu Budha

Sebelum Islam masuk di Indonesia khususnya jawa, masyarakat masih berpegang teguh pada adat istiadat agama Hindu Budha. Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai.

Maka ketika masuk ke Indonesia, Islam tidak lantas menghapus semua ritual dan kebudayaan Hindu Budha yang telah lama mengakar dalam masyarakat Indonesia. Maka terjadilah akulturasi yang membentuk kekhasan dalam Islam yang berkembang di Indonesia khususnya Jawa. Kegiatan yang masih bercorak Hindu Budha yaitu berupa tradisi-tradisi ritual, dan selamatan.

2) Animisme

Menurut bahasa latin adalah animus dan bahasa yunani avepos, dalam bahasa Sangsekerta disebut prana atau ruh yang artinya nafas atau jiwa. Animisme dalam filsafat adalah doktrin yang menempatkan asal muasal kehidupan mental dan fisik suatu energi yang lepas atau berbeda dari jasad, atau animisme adalah teori bahwa segala objek alam ini bernyawa atau berjiwa, mempunyai spirit bahwa kehidupan mental dan fisik bersumber pada nyawa, jiwa atau spirit.

3) Dinamisme

Pada masa socrates ditumbuhkan dan dikembangkan yaitu dengan menerapkannya terhadap bentuk atau form.

Form adalah anasir atau bagian pokok dari suatu jiwa sebagai bentuk yang memberi hidup kepada materi atau tubuh.

Aktifitas kehidupannya dan alam semesta sebagai sumber dasar dari benda.62

62 Baedhowi, “Kearifan Lokal Kosmologi Kejawen Dalam Agama Dan Kearifan Lokal Dalam Tatanan Global,” (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2008), h. 20.