• Tidak ada hasil yang ditemukan

makan Artinya Zaraf makan Artinya

Dalam dokumen nahwu shorof (Halaman 131-137)

مامأ

Didepan

ءاذح

Di depan

فلخ

Di belakang

دنع

Di sisi-sisi

ءارو

Di belakang

نود

Di arahnya /

di bawah

مادق

Di depan

لبق

Sebelum

نيمي

Di sebelah

kanan

دعب

Sesudah

لامش

Di sebelah

kiri

كانه

Di sana

ءاقلت

Di depan

مث

Di sana

قوف

Di atas

اخسرف

Satu farsakh

تحت

Di bawah

اديرب

Satu barid

ءازإ

Di depan

انهه

Di sini

عم

Bersama

كانه

Di sana

1 mil = 4000 langkah

1 farsakh = 3 mil = 12.000 langkah

1 barid = 4 farsakh = 12 mil = 48.000 langkah MUSTASNA (YANG DIKECUALIKAN)

Ciri-Ciri Mustasna

Berada setelah adat istisna’

Sebagai kalimat yang dikecualikan

contoh:

اودجسف لإ

سيلبإ

(kemudian para malaikat itu sujud kecuali iblis).

Penjelasan

Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) adalah Mustasna. Secara istilah, Mustasna adalah isim yang berada setelah adat istisna’ (lafaz untuk mengecualikan), yang dikeluarkan dari hukum lafaz yang berada sebelum adat istisna’ . Contoh:

ريزنخلاو بلكلا دلج لإ غابدلاب رهطت ةتيملا دولجو

(kulit-kulit bangkai itu bisa menjadi suci dengan cara disamak, kecuali bangkai anjing dan babi).

ةتيملا دولجو

: Mustasna minhu (yang mempunyai hukum)

غابدلاب رهطت

: Hukum

لإ

: Adat istisna’

دلج

: Mustasna (yang dikecualikan)

Jadi,

دلج

i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai Mustasna. Tanda i’rabnya adalah fathah karena

دلج

adalah isim mufrad. Lafaz

دلج

disebut Mustasna karena merupakan lafaz yang berada setelah adat istisna’ (

لإ

), yang mana lafaz

دلج

(kulit) itu dikeluarkan dari hukum (

غابدلاب رهطت

) lafaz yang berada sebelum adat istisna’ (

ةتيملا دولجو

).

Jadi pada contoh tersebut, semua kulit bangkai bisa disucikan dengan cara disamak. Tapi kulit anjing dan babi (

ريزنخلاو بلكلا دلج

: sebagai Mustasna) dikeluarkan / dikecualikan dari hukum bisa suci itu. Maka kulit anjing dan babi itu tidak bisa disucikan walau sudah disamak.

Istilah-Istilah Dalam Istisna’

Ada beberapa istilah dalam Mustasna ini yang perlu diperhatikan untuk mempermudah pemahaman tentang i’rab istisna’ (proses pengecualian), yaitu dibagi dalam dua bagian:

Istilah-istilah yang terdapat pada rukun istisna’ :

Hukum: yaitu suatu peristiwa / kejadian yang dimiliki pada Mustasna minhu

Adat istisna’ : yaitu lafaz yang berfungsi mengeluarkan / mengecualikan Mustasna dari hukum yang dimiliki Mustasna minhu . Adat istisna’ dibagi menjadi empat, yaitu:

Berupa huruf : لإ

Berupa isim:

ريغ ,ءاوس ,يوس ,يوس

Berupa fi’il:

نوكي ل ,سيل

Berupa huruf / fi’il:

لخ ,ادع ,اشاح / شاح / اشح

Mustasna minhu : yaitu lafaz yang berada sebelum adat istisna’ , yang memiliki hukum tertentu, yang mana Mustasna dikeluarkan / dikecualikan dari hukum yang dimiliki oleh Mustasna minhu .

Mustasna: yaitu lafaz yang berada setelah adat istisna’ , yang dikeluarkan / dikecualikan dari hukum yang dimiliki oleh Mustasna minhu

Contoh dari istilah-istilah itu adalah:

اديز لإ بلطلا رضح

(murid-murid hadir kecuali zaid).

رضح

(hadir) : hukum

بلطلا

(murid-murid) : Mustasna minhu

لإ

(kecuali) : adat istisna’

اديز

(zaid) : Mustasna

رضح

disebut hukum karena merupakan peristiwa (yaitu hadir) yang dimiliki oleh murid-murid (

بلطلا

: Mustasna minhu ). Jadi peristiwa yang dimiliki oleh murid-murid adalah hadir (

رضح

).

لإ

disebut istisna’ karena berfungsi mengecualikan zaid (

اديز

: Mustasna) dari peristiwa datang (

رخخخضح

: hukum) yang dimiliki oleh murid-murid (

بلطلا

: Mustasna minhu )

بلطلا

disebut Mustasna minhu karena berada sebelum

لإ

(adat istisna’ ), dan memiliki peristiwa hadir (

رخخضح

: hukum). Jadi, yang hadir adalah murid-murid (

بلطلا

)

اديز

disebut Mustasna karena berada setelah

لإ

(adat istisna’ ), dan merupakan lafaz yang dikecualikan dari peristiwa hadir (

رضح

: hukum) yang dimiliki oleh murid-murid (

بلطلا

: Mustasna minhu ). Jadi, semua murid itu hadir, kecuali zaid (

اديز

) yang tidak hadir.

Istilah-istilah yang terdapat pada susunan kalimat istisna’ :

Kalam Tam: yaitu susunan kalam istisna’ yang Mustasna minhu nya disebutkan. Contoh:

ادخخيز لإ بلطلا رخخضح

(murid-murid hadir kecuali zaid). Jadi, susunan istisna’ ini disebut kalam tam karena Mustasna minhu nya disebutkan (

بلطلا

) Kalam naqis: yaitu susunan kalam istisna’ yang Mustasna

minhu nya tidak disebutkan. Contoh:

دخخيز لإ رخخضح ام

(tidak ada yang hadir kecuali zaid). Susunan istisna’ ini disebut kalam naqis karena Mustasna minhu nya tidak disebutkan. Kalam mujab: susunan kalam istisna’ yang tidak didahului

oleh nafi (peniadaan, seperti

ام

) atau yang menyerupai nafi {nahi (larangan, seperti

ل

) dan nahi (pertanyaan,

seperti

له

)}. Contoh

: اديز لإ بلطلا رضح

(murid-murid hadir kecuali zaid). Susunan istisna’ ini disebut kalam mujab karena tidak didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi (

رضح

).

Kalam ghoiru mujab / kalam manfi: yaitu susunan kalam istisna’ yang didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi (nahi dan nahi)

دخخيز لإ رخخضح اخخم

(tidak ada yang hadir kecuali zaid). Susunan istisna’ ini disebut kalam ghoiru mujab karena didahului oleh nafi (

رضح ام

)

Istisna’ muttasil: yaitu susunan kalam istisna’ yang mustananya sejenis dengan Mustasna minhu nya. Contoh:

اديز لإ بلطلا رضح

(murid-murid hadir kecuali zaid). Susunan istisna’ ini disebut istisna’ muttasil karena Mustasnanya (

اديز

) sejenis dengan Mustasna minhu nya (

بلطلا

). Jadi, zaid (

اديز

) adalah sejenis dan merupakan bagian dari murid-murid (

بلطلا

)

Istisna’ munqoti’ / munfasil: yaitu susunan kalam istisna’ yang mustasnya tidak sejenis dengan Mustasna minhu nya. Contoh:

مهبتك لإ بلطلا رضح

(murid-murid hadir kecuali buku-buku mereka). Susunan istisna’ ini disebut istisna’ munqoti’ karena Mustasnanya (

بتك

) tidak sejenis dengan Mustasna minhu nya (

بلطلا

). Jadi, kitab-kitab (

بختك

) tidak sejenis dan bukan merupan bagian dari murid (

بلطلا

)

I’rab Mustasna

I’rab Mustasna ada 4 macam:

Jika adat istisna’ nya berupa

لإ

, maka I’rab mustasna sebagai berikut:

Jika berupa kalam tam mujab, maka mustasna beri’rab nashab, baik berupa istisna’ muttasil atau munqoti’.

Contoh yang berupa istisna’ muttasil:

ادخخيز لإ بلطلا رخخضح

(murid-murid hadir kecuali zaid).

اديز

i’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai Mustasna dari kalam tam mujab.

Disebut tam karena Mustasna minhu nya disebutkan (

بلطلا

). Disebut mujab karena tidak didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi (

رخخضح

). Disebut muttasil karena Mustasna (

اديز

) sejenis dengan Mustasna minhu (

بلطلا

)

Contoh berupa istisna’ munqoti’:

مهبتك لإ بلطلا رضح

(murid-murid hadir kecuali buku-buku mereka).

بخختك

i’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai Mustasna dari kalam tam mujab.

Disebut tam karena Mustasna minhu nya disebutkan (

بلطلا

). Disebut mujab karena tidak didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi (

رخخضح

). Disebut munqoti’

karena Mustasna (

بتك

) tidak sejenis dengan Mustasna minhu (

بلطلا

)

Jika berupa kalam tam manfi, maka I’rab Mustasna dibagi menjadi dua:

Jika berupa istisna’ muttasil, maka lebih baik Mustasna kedudukannya menjadi badal (pengganti) dan I’rabnya sesuai dengan kalimat yang diganti. Contoh:

اخخخخم

ديز لإ بلطلارضح

(tidak ada yang hadir kecuali zaid).

ديز

I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai badal (pengganti) dari

بلطلا

yang I’rabnya juga rafa’ karena menjadi fa’il.

Disebut tam karena Mustasna minhu nya disebutkan (

بلطلا

). Disebut manfi karena didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi (

رضح ام

). Disebut muttasil karena Mustasna (

اديز

) sejenis dengan Mustasna minhu (

بلطلا

) Jika berupa istisna’ munqoti’, maka I’rab Mustasna adalah

nashab. Contoh:

ام مهبتك لإ بلطلا رضح

(murid-murid tidak ada yang hadir kecuali kitab-kitab mereka).

بتك

I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya menjadi mustatsna berupa tam manfi munqoti’.

Disebut tam karena Mustasna minhu nya disebutkan (

بلطلا

). Disebut manfi karena didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi (

رضح ام

). Disebut muttasil karena Mustasna (

بتك

) tidak sejenis dengan Mustasna minhu (

بلطلا

)

Jika berupa kalam naqis}, maka adat istisna’

لإ

tidak difungsikan. Oleh karena itu I’rab mustatsna adalah sesuai dengan tuntutan amil.

Contoh:

ديز لإ رضح ام

(tidak ada yang hadir kecuali zaid).

ديز

i’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari fi’il (

رضح

). Sedangkan adat istitsna’

لإ

tidak difungsikan. Disebut naqis karena Mustasna minhu tidak disebutkan.

Contoh lain:

ةأرخخم لإ فخخيفع ىأر اخخم

(afif tidak melihat kecuali kepada perempuan).

ةأرم

i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih (objek). Sedangkan adat istitsna’

لإ

tidak difungsikan. Disebut naqis karena Mustasna minhu tidak disebutkan

Jika adat istisna’ nya berupa

رخيغ ,ءاوخس ,يوخس ,يوخس

, maka i’rab Mustasna adalah jer sebagai mud}af ilaih. Contoh:

بلطلا رضح

ديز ريغ

(murid-murid hadir selain zaid). ديز (Mustasna) i’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih.

jika adat istisna’ nya berupa

نوكي ل

,

سيل

, maka i’rab Mustasna adalah nashab sebagai khabar dari

نوكي ل

,

سيل

. contoh:

رضح

اديز اوسيل بلطلا

(murid-murid hadir selain zaid).

اديز

(Mustasna)

i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai khabar

سيل

.

Jika adat istisna’ nya berupa

لخ ,ادع

,

اشاح

/

شاح

/

اشح

, maka i’rab Mustasna adalah jer sebagai majrur (isim yang dijerkan oleh huruf jer). Contoh:

ديز ادع بلطلا رضح

(murid-murid hadir selain zaid).

ديز

(Mustasna) i’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai majrur (isim yang dijerkan oleh huruf jer)

KETERANGAN

I’rab / mabni adat istisna’ adalah sebagai berikut:

Jika berupa

لإ

, maka hukumnya mabni karena

لإ

adalah huruf . Jadi selamanya lam berharokat fathah (

لإ

)

Jika berupa isim (

ريغ ,ءاوس ,يوس ,يوس

), maka i’rabnya adalah sama seperti i’rab Mustasna yang berada setelah adat istisna’

لإ

. rinciannya sebagai berikut:

Jika berada pada kalam tam mujab, maka wajib beri’rab nashab. Contoh:

ديز ريغ بلطلا رضح

(murid-murid hadir selain zaid).

ريغ

i’rabnya nashab karena berupa kalam tam mujab. Jika berada pada kalam manfi muttasil, maka lebih baik

menjadi badal (pengganti) dan i’rabnya sama dengan kalimat yang diganti. Contoh:

دخخيز رخخيغ بلطلارخخضح ام

(murid-murid tidak hadir selain zaid).

ريغ

(sebagai badal) i’rabnya rafa’ karena berupa kalam manfi muttasil.

Jika berada pada kalam manfi munqoti’, maka lebih baik beri’rab nashab. Contoh: ام

مهبتك ريغ بلطلا رضح

(murid-murid tidak hadir selain buku-buku mereka). ريغ i’rabnya nashab karena berupa kalam manfi munqoti’.

Jika berada pada kalam naqis, maka i’rabnya sesuai dengan tuntutan amil. Contoh

: ةأرم ريغ فيفع ىأر ام

(afif tidak melihat selain kepada seorang perempuan).

ريغ

(sebagai maf’ul bih) i’rabnya adalah nashab karena berupa kalam naqis. Khusus adat istisna’ berupa

ءاوس ,يوس ,يوس

, tanda i’rabnya adalah seperti isim maqshur, yaitu tanda i’rabanya adalah dengan harokat yang dikira-kira pada alif.

Jika berupa

لخ ,ادخخع ,اخخشاح / شاخخح / اخخشح

, maka hukumnya mabni karena berupa huruf atau fi’il. jadi selamanya keaadaan huruf akhirnya tetap dan tidak berubah.

Jika adat istisna’

لخ ,ادع ,اشاح / شاح / اشح

didahului oleh

ةيردصملا ام

(maka menjadi

اخخم لخ ,ادخع اخم ,اخشاح اخم / شاخخح ام / اشح ام

), maka i’rab Mustasnanya adalah nashab sebagai maf’ul bih. Contoh:

رخخضح

ادخخيز لخ اخخم بلطلا

(murid-murid hadir selain zaid).

ادخخيز

i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih’

J. ISIM

ل

Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) adalah isim

ل

. yang dimaksud dengan

ل

disini adalah

ل

سخخنجلا يخخفنل

, yaitu

ل

berfungsi menghilangkan segala jenis dan beramal seperti amalnya

نإ

, yaitu menashabkan isimnya dan merafa’kan khabarnya.

Akan tetapi,

ل

tersebut bisa beramal seperti amalnya

نإ

(menashabkan isimnya dan merafa’kan khabarnya) dengan syarat sebagai berikut:

Isim dan khabar

ل

harus berupa isim nakirah

Isim

ل

harus berupa mud}af atau yang menyerupai mud}af Antara

ل

dan isim

ل

harus bersambung tanpa ada pemisah

Harus berurutan, yaitu mendahulukan isim ل dan mengakhirkan khabar

ل

.

Contohnya adalah:

موخخيلا رخخضاح ةخخسردم بلاخخط ل

(tidak ada satupun

Dalam dokumen nahwu shorof (Halaman 131-137)