• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUBTADA’ DAN KHABAR (SUBYEK DAN PREDIKAT) Mubtada’ (subyek / permulaan)

Dalam dokumen nahwu shorof (Halaman 86-94)

Ciri-Ciri Mubtada’

Cocok bermakna “adapun”

Berada di awal perkataan dan sebagai kalimat pokok Berupa isim zahir / dlomir / fi’il mud}ari’ yang di dahului نأ Biasanya berupa isim ma’rifat

Contoh:

و لا عيمس

(Allah adalah Zat yang maha mendengar).

Penjelasan

Mubtada’ adalah isim yang beri’rab rafa’ yang menjadi permulaan dari suatu perkataan, yang tidak didahului oleh amil lafzi (yang tampak lafaznya). Jadi, Amil yang memerintah mubtada’ untuk beri’rab rafa’ bukan berupa amil lafzi, tapi amil ma’nawi ibtida’i (amil yang tidak tampak yang memerintah mubtada’ untuk beri’rab rafa’). Contoh:

كاوخخسلا

بحتسم

(bersiwak itu adalah disunnahkan).

كاوسلا

: mubtada’ : i’rabnya rafa’

بحتسم :

khabar : i’rabnya rafa’

Jadi,

كاوسلا

kedudukannya sebagai mubtada’ karena menjadi permulaan dari suatu perkataan. Lafaz

كاوخخسلا

i’rabnya rafa’ karena kedudukannya menjadi mubtada’. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena

كاوسلا

berupa isim mufrad. Amil yang memerintah

كاوخخخسلا

sebagai mubtada’ ini bukan amil lafzi (amilnya tidak tampak), akan tetapi amilnya adalah amil yang tidak tampak (amil ma’nawi ibtida’). Amil ma’nawi ibtida’i inilah yang memerintah lafaz

كاوسلا

untuk beri’rab rafa’ karena kedudukannya sebagai mubtada’

Khabar adalah isim yang dibaca rafa’, yang disandarkan kepada mubtada’ dan berfungsi sebagai penyempurna makna

bagi mubtada’. Contoh:

بحتخخخخخسم كاوخخخخخسلا

(bersiwak itu disunnahkan).

كاوسلا

(bersiwak) : Mubtada’ / subyek

بحتسم

(disunnahkan) : khabar / predikat

Amil mubtada’nya tidak tampak, karena amilnya berupa amil ma’nawi ibtida’i

Macam-Macam Mubtada’

Ada dua pembagian mubtada’, yaitu: Dilihat dari segi bentuknya, ada 2:

Mubtada’ muawwal (ditakwil / ditafsirkan)

Yaitu mubtada’ yang berupa kalimat yang dita’wil masdar. Contoh:

مخخكل رخخيخ اوموخخصت نأو

(puasanya kamu itu lebih baik)

Jadi,

اوموخخخخخصت نأ

kedudukannya sebagai mubtada’, khabarnya adalah

ريخ

. Lafaz

اوموصت نأ

adalah mubtada’ berupa kalimat fi’il mud}ari’ yang dita’wil masdar. Takwil dari

اوموصت نأ

adalah

مكموص

(bentuk isim masdar dari

ا وموصت نأ

).

Lafaz

اوموخخخصت نأ

i’rabnya adalah rafa’ secara mahalli (kedudukannya). Artinya

اوموصت نأ

i’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai mubtada’. Tapi secara lafaz,

اوموخخصت نأ

i’rabnya adalah nashab karena berupa fi’il mud}ari’ yang didahului oleh amil nashab, yaitu

نأ

Mubtada’ sarih

Yaitu mubtada’ yang bukan berupa kalimat yang dita’wil masdar. Contoh:

ةتخخخس ءوخخخضولا ضورخخخف

(fardlu-fardlunya wudlu’ ada 6).

Jadi,

ضورف

kedudukannya sebagai mubtada’. Khabarnya adalah

ةتس .

Lafaz

ضورخخف

adalah kalimat isim asli dan bukan kalimat yang dita’wil masdar.

ضورخخف

i’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya manjadi mubtada’. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena

ضورخخف

adalah jamak taksir.

Dilihat dari segi jelas atau tidaknya, ada 2, isim zahir dan isim d}amir. Rinciannya sebagai berikut:

Mubtada’ isim zahir (isim yang tampak/bukan kata ganti) yaitu mubtada’ yang berupa isim zahir (isim yang tampak / bukan isim d}amir). Contoh:

بخخجاو ءاجنتخخسلا

(beristinja’ itu wajib)

ءاجنتخخسلا

kedudukannya sebagai mubtada’, khabarnya adalah

بجاو

. lafaz

ءاجنتسلا

adalah mubtada’ berupa isim zahir (bukan isim d}amir).

ءاجنتسلا

i’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya manjadi mubtada’. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena

ءاجنتخخسلا

adalah isim mufrad.

Mubtada’ isim zahir ada 2 macam, yaitu:

Mubtada’ yang punya khabar. Contoh:

بخخجاو ءاجنتخخسلا

(beristinja’ itu wajib).

ءاجنتسلا

adalah mubtada’.

بجاو

adalah khabar. Jadi, mubtada’ (

ءاجنتخخخخسلا

) disini mempunyai khabar, yaitu

بجاو.

Mubtada’ yang tidak punya khabar, tapi punya isim yang dirafa’kan (sebagai fa’il / naibul fa’il) yang menempati kedudukannya khabar. Syarat dari mubtada’ ini harus berupa isim sifat (isim fa’il, isim maf’ul, isim sifat musyabihat, atau S}ighat mubalaghah) yang didahului oleh:

Nafi (peniadaan, seperti

ام

). Contoh:

ءاخخم ديز لمعتسم ام

سجنلا

(zaid tidak menggunakan air najis)

لمعتخخسم

adalah mubtada’ berupa isim fa’il,

دخخيز

adalah fa’il. Jadi,

لمعتسم

ini adalah mubtada’ yang tidak ada khabarnya, akan tetapi mempunyai isim yang dibaca rafa’, yaitu

دخخيز

yang kedudukannya sebagai fa’il, yang mengganti kedudukannya khabar.

Nahi (petanyaan, seperti

له

). Contoh:

ءاخملا سخجنتم له

(apakah air itu dijatuhi najis)

سخخخخجنتم

adalah mubtada’ berupa berupa isim maf’ul,

ءاخخملا

adalah naibul fa’il. Jadi

سخخجنتم

ini adalah mubtada’ yang tidak ada khabarnya, akan tetapi mempunyai isim yang dibaca rafa’, yaitu

ءاملا

yang keudukannya sebagai naibul fa’il, yang menggantikan kedudukannya khabar

Mubtada’ isim d}amir

Yaitu mubtada’ yang berupa isim d}amir (kata ganti). Contoh:

ةمئاخخص يخخه

(dia perempuan adalah orang yang berpuasa)

يه

adalah mubtada, khabarnya adalah

ةمئاص

. Lafaz

يه

adalah mubtada’ berupa isim d}amir. Berbeda dengan mubtada’ isim zahir diatas, mubtada’ isim d}amir ini hukumnya mabni (huruf akhirnya tidak bisa berubah). Jadi selamanya harokat huruf akhir

يه

adalah fathah, tidak akan bisa berubah.

Yang perlu digarisbawahi disini, isim d}amir yang berupa isim d}amir muttasil (bersambung dengan fi’ilnya seperti ت) tidak bisa menjadi mubtada’. Yang bisa menjadi mubtada’ adalah isim d}amir munfasil (terpisah), seperti contoh diatas:

ةمئاخخخخص يخخخخه

(dia perempuan adalah orang yang berpuasa).

يه

ini adalah mubtada’ berupa isim d}amir munfasil.

Rincian mubtada’ berupa isim d}amir munfasil sebagai berikut:

Mubtada’ Isim

d}amir Munfasil Khabar Mubtada’

Arti Isim d}amir

Munfasil

وه

مئاخخخخخخخص (

orang yang berpuasa

)

Dia satu laki-laki

امه

نامئاص

Dia dua laki-laki

مه

نومئاص

Mereka laki-laki

يه

ةمئاص

Dia satu perempuan

امه

ناتمئاص

Dia dua perempuan

نه

تامئاص

Mereka perempuan

تنأ

مئاص

Kamu satu laki-laki

امتنأ نامئاص

Kamu dua laki-laki

متنأ

نومئاص

Kamu banyak

laki-laki

تنأ

ةمئاص

Kamu satu perempuan

امتنأ

ناتمئاص

Kamu dua perempuan

نتنأ تامئاص

Kamu banyak perempuan

انأ

ةمئاص \ مئاص

Saya laki-laki / perempuan

نحن

تامئاص \ نومئاص

Kami laki-laki / perempuan

KETERANGAN

Mubtada’ pasti beri’rab rafa’. Contoh:

بخخجاو ءاجنتخخسلا

(beristinja’ itu wajib).

ءاجنتخخخسلا

kedudukannya sebagai mubtada’, khabarnya adalah

ءاجنتسلا

.

بجاو

I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya manjadi mubtada’. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena

ءاجنتسلا

adalah isim mufrad

Akan tetapi adakalanya mubtada’ beri’rab jer jika didahului oleh huruf jer, yaitu:

Huruf jer ba’ (

ب

), contoh:

لا كبسحب

(cukuplah bagimu pertolongan Allah).

كبسحب

kedudukannya sbagai mubtada’. Pada dasarnya mubtada’ beri’rab rafa’. Tapi lafaz كبخخخخسحب ini, walaupun kedudukannya sebagai mubtada’, i’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer ba’ (

ب

)

huruf jer

نم

. Contoh:

مخخكقزري خخلا رخخيغ قلاخ نم له

(adakah pencipta selain Allah yang mencukupi rizkimu). قلاخخخخ kedudukannya sebagai mubtada’. Pada dasarnya mubtada’ beri’rab rafa’. Tapi lafaz

قلاخخخخ

ini , walaupun kedudukannya mubtada’, i’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer (

نم

)

بر

. contoh:

ةمايقلا موي ةيراع ايندلا يف ةيساك بر اي

(betapa banyak orang yang berpakaian di dunia tapi telanjang di hari kiamat).

ةيساك

kedudukannya sebagai mubtada’. Pada dasarnya mubtada’ beri’rab rafa’. Tapi lafaz

ةيخخساك

ini, walaupun kedudukannya mubtada’, i’rabnya adalah jer karena didahului oleh

بر

.

Mubtada’ harus berupa isim ma’rifat. Contoh:

غابدخلاب رخهطت ةتيملا دولجو

(kulit bangkai itu bisa suci dengan cara disamak).

دوخخخلجو

kedudukannya sebagai mubtada’, khabarnya adalah

رهطت

. Lafaz

دولج

adalah mubtada’ berupa isim ma’rifat, yaitu ma’rifat berupa isim yang dimulofkan kepada isim ma’rifat dengan al (

ةتيملا

).

Akan tetapi, adakalnya mubtada’ bisa berupa isim nakirah dengan syarat tersebut harus bisa memberi faidah, diantaranya: Mubtada’ berupa isim nakirah yang dimud}afkan kepada isim

nakirah yang lain. Contoh:

لا نهبتك تاولص سمخ

(lima sholat itu dicatat oleh Allah).

سخخمخ

kedudukannya sebagai mubtada’ berupa isim nakirah yang dimud}afkan kepada isim nakirh yang lain, yaitu

تاولص

Mubtada’ berupa isim nakirah yang disifati oleh kalimat yang lain. Contoh:

كرخخشم نخخم رخخيخ نمؤخخم دخخبعل

(budak yang beriman itu lebih baik dari pada orang musyrik).

دخخخبع

kedudukannya sebagai mubtada’ berupa isim nakirah yang disifati oleh kalimat yang lain, yaitu:

نمؤم

Khabar mubtada’nya berupa susunan zaraf atau jer majrur yang berada sebelum mubtada’. Contoh:

ةخختيم تيبخخلا يخخف

(dirumah itu ada bangkai).

ةخختيم

kedudukannya sebagai mubtada’ berupa

isim nakirah karena khabarnya berupa susunan jer majrur (

يف

تيبلا

) yang berada sebelum mubtada’

Mubtada’ tersebut berada setelah nafi (peniadaan, seperti:

اخخم

: apakah), atau setelah nahi (pertanyaan, seperti:

له

: apakah), atau setelah

لول

(andaikan tidak/bukan), atau setelah

اذإ

(tiba-tiba). Contoh:

لا عم هلإأ

(apakah ada tuhan lain yang menyertai Allah).

هلإ

adalah mubtada’ berupa isim nakirah yang didahului oleh nahi, yaitu alif (

أ

: apakah)

Dan lain-lain

KHABAR (PREDIKAT / BERITA)

Ciri-Ciri Khabar

Cocok bermakna “adalah”

Menjadi pelengkap dari mubtada’ dan sebagai kalimat pokok Berupa mufrad / jumlahismiyah/ jumlahFi’liyah / jer majrur /

zaraf

Contoh:

و لا عيمس

(Allah adalah Zat yang maha mendengar).

Penjelasan

Khabar adalah isim yang dibaca rafa’, yang disandarkan kepada mubtada’ dan berfungsi sebagai penyempurna makna bagi mubtada’. Contoh:

بحتخخسم كاوخخسلا

(bersiwak itu adalah disunnahkan).

بحتخخسم

adalah khabar,

كاوخخسلا

adalah mubtada’. Jadi,

بحتخخسم

adalah khabar yang menyempurnakan makna

كاوسلا

sebagai mubtada’.

بحتسم

i’rabnya rafa’ karena kedudukannya menjadi khabar. Tanda khabarnya adalah dlommah karena

بحتخخسم

adalah isim mufrad.

Jadi, Ketika ada mubtada’ tanpa ada khabarnya, maka makna mubtada’ ini tidak sempurna. Contoh

كاوخخسلا

(bersiwak itu adalah....). lafaz

كاوخخسلا

ini adalah mubtada’, tapi tidak ada khabar atau pengganti khabarnya. Maka makna mubtada’ ini tidak sempurna.

Tapi ketika mubtada’ ini ada khabarnya, maka makna mubtada’ ini menjadi sempurna, contoh:

بحتخخخخسم كاوخخخخسلا

(bersiwak itu adalah disunnahkan).

كاوسلا

(bersiwak) : Mubtada’ / subyek : sebagai amil (yang memerintah)

بحتسم

(disunnahkan) : khabar / predikat : sebagai ma’mul (yang diperintah)

Macam-Macam Khabar

Khabar ada 2 macam, yaitu:

Khabar mufrad (tunggal / bukan jumlah).

Yaitu khabar yang tidak terdiri dari jumlahatau syibhul jumlah, seperti contoh-contoh diatas. Contoh:

بحتسم كاوسلا

(bersiwak itu adalah disunnahkan). Lafaz

كاوخخسلا

adalah mubtada’.

بحتخخسم

adalah khabar berupa khabar mufrad karena tidak terdiri dari jumlahatau syibhul jumlah.

بحتسم

i’rabnya rafa’ karena kedudukannya menjadi khabar. Tanda i’rab rafa’nya adalah dlommah karena

بحتسم

adalah isim mufrad.

Khabar ghairu mufrad (jumlah)

Yaitu khabar yang terdiri dari jumlahatau syibhul jumlah. Contoh

زبخخخلالخخكأ دخخمحم

(Muhammad telah makan roti). دخخمحم adalah mubtada’. Khabarnya adalah

لكأ

. jadi,

لخخكأ

adalah khabar berupa ghoiru mufrad karena terdiri dari jumlahFi’liyah, dalam hal ini berupa susunan fi’il (

لكأ

) dan fa’il

وه

, yaitu d}amir mustatir yang tersimpan pada lafad

لخخكأ

. Susunan

لخخكأ

I’rabnya adalah rafa’ secara mahalli (kedudukannya) saja. Artinya,

لخخكأ

I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai khabar. tapi secara lafaz adalah mabni karena

لكأ

adalah fi’il mad}i.

Khabar ghoiru mufrad ini dibagi menjadi 2, yaitu:

Jumlah, yaitu khabar yang terdiri dari susunan kalimat. Khabar jumlah ini ada macam, yaitu:

Ismiyah (mubtada’ & khabar)

Yaitu khabar berupa susunan mubtada dan khabar. Contoh:

ميلع هوبا ديز

(zaid adalah ayahnya yang alim). Lafaz

دخخيز

adalah mubtada. Khabarnya adalah

هوخخبا مخخيلع

. jadi,

هوخخبا مخخيلع

adalah khabar yang berupa jumlahismiyah, yaitu khabar berupa susunan mubtada’ (

هوبا

) dan khabar (

ميلع

).

ديز

: mubtada’

ميلع

هوبا

: khabar, yang berupa jumlah ismiyah {khabar berupa susunan mubtada’ (

هوخخبا

) dan khabar khabar (

ميلع

)}

Fi’liyah (fi’il & fa’il)

Yaitu khabar berupa susunan fi’il dan fa’il . contoh:

زبخلا لكأ دمحم

(muhammad telah makan roti) Lafaz

دمحم

adalah mubtada’. Khabarnya adalah

لخخكأ

. Jadi,

لخخكأ

adalah khabar yang berupa jumlah Fi’liyah, yaitu khabar berupa susunan fi’il (

لكأ

) dan fa’il (

وه

, yaitu d}amir mustatir yang tersimpan pada lafad

لكأ

).

Susunan

لخخخخخخكأ

I’rabnya rafa’ secara mahalli (kedudukannya) karena kedudukannya menjadi khabar. Tapi secara lafaz,

لكأ

adalah mabni karena

لكأ

adalah fi’il mad}i dan

وه (

yaitu d}amir mustatir yang tersimpan pada lafad

لكأ

) I’rabnya rafa’ karena menjadi fa’il.

دمحم

: mubtada’

زبخلا لكأ

: khabar, yang berupa jumlahFi’liyah { khabar berupa susunan fi’il (

لكأ

) dan fa’il (

وه

, yaitu d}amir mustatir yang tersimpan pada lafad

لكأ

).

Syibhul jumlah (serupa dengan jumlah) Zaraf (kata keterangan)

yaitu khabar berupa susunan zaraf (keterangan), baik keterangan waktu atau keterangan tempat. Contoh:

تيبلا ماما ذاتسلا

(ustadz itu ada di depan rumah) . lafaz

ذاتسلا

adalah mubtada’. Khabarnya adalah

تيبخخلا ماخخما

. jadi,

تيبخخلا ماخخما

adalah khabar yang berupa susunan zaraf. Susunan

تيبلا ماما

i’rabnya adalah rafa’ secara mahalli (kedudukannya) karena kedudukannya menjadi khabar. Tapi secara lafaz,

ماخخخما

i’rabnya nashab karena menjadi zaraf dan

تيبخخلا

i’rabnya jer karena menjadi mud}af ilaih .

ذاتسلا

: mubtada’

تيبلا ماما

: khabar berupa zaraf

Jer majrur (huruf jer dan isim yang dijerkan)

yaitu khabar yang terdiri dari huruf jer dan isim yang dibaca jer. Contoh:

دجخخسملا يخخف ملسملا

(seorang muslim ada di masjid). Lafaz

ملخخخخسملا

adalah mubtada’. Khabarnya adalah

دجخخسملا يخخف

. jadi,

دجخخسملا يخخف

adalah khabar berupa susunan jer (

يف

) dan majrur (

دجسملا

). Susunan

دجخخخسملا يخخخف

i’rabnya rafa’ secara mahalli (kedudukannya) karena kedudukannya menjadi khabar. Tapi secara lafaz,

يف

adalah mabni karena

يف

adalah kalimat huruf dan

دجخخسملا

i’rabnya jer karena didahului huruf jer.

ملسملا

: mubtada’

دجسملا يف

: khabar berupa susunan jer (

يف

) dan majrur (

دجسملا

)

KETERANGAN

Khabar harus sesuai dengan mubtada’ dalam hal jenis (muzakkar & muannas) dan jumlahnya (mufrad, tasniyah, & jama’). Contoh:

بحتخخسم كاوخخسلا

(bersiwak itu adalah disunnahkan).

بحتخخسم

adalah khabar. Mubtada’nya adalah

كاوسلا

. Lafaz

بحتسم

sebagai khabar harus sesuai dengan كاوسلا sebagai mubtada’ dari segi jenis dan jumlahnya.

كاوسلا

: mufrad muzakkar

بحتسم

: mufrad muzakkar

Jadi, pada

بحتسم كاوسلا

, khabar sudah sesuai dengan mubtada’nya dari segi jenis (muzakkar) dan jumlahnya (mufrad). Contoh lain:

MUBTADA’ KHABAR

Dalam dokumen nahwu shorof (Halaman 86-94)