• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI PENERIMAAN PESAN DAKWAH

A. Makna Dakwah dalam Islam

Agama besar di dunia dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian: agama dakwah (missionary) dan agama non-dakwah (non-missionary). Kelompok pertama mencakup Buddhisme, Kristen, dan Islam. Sementara kelompok kedua adalah Yahudi, Hindu, dan Zoroaster (Majusi). Istilah agama dakwah atau agama missioner ditujukan untuk agama yang memiliki ajaran mendakwahkan keyakinan dan menarik orang lain untuk meyakini dan mengamalkan ajaran agama tersebut.1 Misionari menjadi semangat kebenaran yang menyala dalam hati para penganut dan tidak bisa ditinggalkan, bahkan ditunjukkan dalam pemikiran, kata-kata, dan perbuatan. Mereka tidak akan berhenti menyebarkan ajaran agama yang dipahami sampai ajaran tersebut diterima dan diyakini seluruh manusia di dunia.2

Dalam konteks Islam, dakwah menjadi inspirasi kaum muslimin untuk menyebarkan agama yang dibawa Nabi Muhammad sampai ke penjuru dunia. Menurut Thomas W. Arnold, penyebaran Islam ke berbagai belahan dunia ini disebabkan oleh banyak hal: latar belakang sosial, politik, dan doktrin agama. Tapi dari berbagai penyebab itu, faktor terbesar yang menyebabkan massifnya penyebaran Islam adalah munculnya tenaga-tenaga misionaris Muslim.3 Kewajiban dakwah bukan hal baru dalam sejarah Islam, ini sudah menjadi keyakinan sejak awal bagi orang yang memeluk agama Islam. Kewajiban dakwah ini sebagaimana tergambar dalam QS. al-Nahl [16]: 125, QS. al-Shūra> [42]: 14-15, QS. Ali ‘Imrān [3]: 20, QS. Ali ‘Imrān [3]: 103-104, dan QS. al-Ḥaj [22]: 67-68. Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat” (HR: al-Bukhārī, no. 3461). Keharusan berdakwah ini menurut Andi Faisal Bakti menjadi filosofi setiap Muslim. Meskipun seorang pedagang misalnya, mereka tetap membawa misi dakwah dan menyebarluaskan ajaran Islam di mana mereka berdagang.

Dakwah Islam termasuk perbuatan yang mulia, apalagi sampai membuat orang lain masuk Islam. Kendati demikian, Islam tidak mengizinkan untuk dakwah dan menyebarluaskan ajarannya dengan cara-cara kekerasan, sebab agama tidak

1 Thomas W. Arnold, Sejarah Lengkap Penyebaran Islam di Dunia, penerjemah Muhammad Qoqim, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), h. 13. Baca juga Andi Faisal Bakti, “Major Conflicts in Indonesia: How Can Communication Contribute To A Solution,” Human Factor Studies, vol. 6, no. 2, 2000, h. 33.

2 Thomas W. Arnold, Sejarah Lengkap Penyebaran..., h. 14.

28

boleh dipaksakan, harus datang dari keinginan sendiri.4 Tetapi, dalam kajian dakwah juga dikenal metode propaganda, yaitu sebuah usaha untuk membujuk massa secara massal, persuasif, dan bersifat paksaan. Makna dari “massal” di sini adalah dengan memanfaatkan teknologi komunikasi massa. Makna “paksaan” di sini bukan berarti dengan menggunakan kekerasan, tetapi dengan pernyataan-pernyataan yang menggugah emosi, rasa cinta, dan kesetiaan kepada agama.5

Dakwah berasal dari kata da’ā yang memiliki berbagai macam makna dan arti. Dalam bahasa Arab, kata da’wah bisa berarti ajakan, permintaan, undangan, permohonan, dan lain-lain.6 Penggunaan kata dakwah sendiri dalam al-Qur’an, hadis, dan pendapat ulama, menurut Andi Faisal Bakti, maknanya sangat bervariasi dan tidak tunggal.7 Dalam al-Qur’an misalnya, kata dakwah dalam berbagai bentuknya ada sebanyak 198 kali, tapi juga ada yang menyebut 212 kali.8 Moh. Ali Aziz menyimpulkan, setidaknya ada 10 makna dakwah dalam al-Qur’an. Pertama, mengajak dan menyeru (QS. al-Baqarah [2]: 221); kedua, doa (QS. Ali Imrān [3]: 68); ketiga, mendakwa atau menganggap tidak baik (QS. Maryam [19]: 91); keempat, mengadu (QS. al-Qamar [54]: 10); kelima, memanggil atau panggilan (QS. al-Rūm [30]: 25); keenam, meminta (QS. al-Ṣad [38]: 51); Ketujuh, mengundang (QS. al-Qaṣaṣ [28]: 25); kedelapan, malaikat Israfil sebagai penyeru (QS. Ṭaha [20]: 108); kesembilan, panggilan nama atau gelar (QS. al-Nūr [24]: 63); kesepuluh, anak angkat (QS. al-Aḥzāb [33]: 4).9 Selain kata dakwah, al-Qur’an juga menggunakan kata lain yang semakna dengan dakwah, seperti tablīgh, naṣīḥah, tabshīr, tandhīr, khutbah, tarbiyyah, ta’līm, dan amr ma’rūf wa nahy ‘an al-munkar.10

Para ahli ketika mendefinisikan dakwah selalu berangkat dari pengertian dakwah secara bahasa. Kata-kata ajakan, seruan, panggilan, selalu ada dalam defenisi dakwah. Ini menunjukkan dakwah bersifat persuasif, bukan represif. Dakwah bersifat informatif, bukan manipulatif.11 Dakwah tidak dibenarkan dengan kekerasaan dan pemaksaan. Karena itu, karakteristik utama dakwah Islam menurut al-Faruqi adalah persuasif. Pemaksaan dalam dakwah dianggap bertentangan dan melanggar hak asasi manusia.12 Kendati dakwah secara umum berati ajakan, Andi Faisal Bakti menggarisbawahi penggunaan kata dakwah ini tidak selalu berarti

4 Andi Faisal Bakti, “Major Conflicts in Indonesia...,” h. 36.

5 Masykur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: Al-Amin Press, 2008), h. 20.

6 Lihat Ibn Manẓūr, Lisān al-‘Arab, Vol. 6, (Beirut: Dār al-Kutub, tt), h. 185-189.

7 Andi Faisal Bakti, “Islamic Dakwah in Southeast Asia,” Oxford Journal 1/01, 2011, h. 1.

8 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 5. Bandingkan dengan Suhaimi, “Integrasi Dakwah Islam dengan Ilmu Komunikasi”, Miqot, vol. XXXVII, no. 1 Januari-Juni 2013, h. 216.

9 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah..., h. 5-8.

10 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah..., h. 17-35.

11 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah..., h. 36.

12 Ismail Raji al-Faruqi, Dakwah Islam dan Misi Kristen: Sebuah Dialog Internasional, penerjemah Ahmad Noer Z, (Bandung: Risalah, 1984), h. 45.

29

ajakan pada yang baik.13 Dalam QS. al-Fāṭir [35]: 6, QS. Luqmān [31]:21, dan QS. Ibrāhim [14]: 22 misalnya, kata dakwah digunakan untuk setan yang berusaha mengajak pengikutnya ke dalam neraka. Jadi, kata dakwah kalau dikaitkan dengan Allah dan Rasul berati mengajak pada jalan kebenaran, sementara kalau dikaitkan dengan setan berati mengajak pada kesesatan.14

Andi Faisal Bakti membagi dakwah ada tiga: dakwah yang benar (da’wah al-ḥaq), dakwah yang salah (da’wah al-bātil), dan dakwah kepada kebodohan (da’wah al-jāhiliyyah).15 Dakwah yang pertama adalah benar, sementara dua dakwah yang lainnya merupakan kesalahan dan kesesatan yang tidak perlu diikuti. Pelajaran utama dalam al-Qur’an yang bisa diambil adalah Tuhan memperingatkan agar tidak menyembah pada selain Allah. Al-Qur’an menegaskan, penyembahan terhadap selain Allah itu tidak akan menghasilkan apa-apa, baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu, makna dasar dari dakwah Islam menurut Andi Faisal Bakti adalah mendeklarasikan bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Dakwah adalah Islam, Islam adalah dakwah.16

Senada dengan Andi Faisal Bakti, Muhammad Abū al-Fatḥ al-Bayānūnī berpendapat dakwah adalah mengajak manusia kepada ajaran Islam, menawarkan kepada mereka, dan mengupayakan agar mereka mau menerima dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.17 Dari pengertian ini, al-Baya>nūnī menyimpulkan ada tiga komponen utama dalam dakwah: tablīghiyyah (penyampaian), takwi>niyyah (pembentukan), dan tanfidhiyyah (penerapan). Tiga komponen ini merujuk pada QS. al-Jumu’ah [62]: 2, di mana di dalam ayat itu ada tiga kata kunci yang perlu diperhatikan dalam tahapan dakwah Rasulullah: pertama, yatlū ‘alayhim āyātihi (yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka), tahapan pertama berarti menyampaikan informasi (tablīgh); kedua, wa yuzakkīhim (menyucikan mereka), tahapan kedua adalah pendidikan dan pembentukan (tarbiyyah wa takwīn); ketiga, wa yu’allimuhum al-kitāb wa al-h}ikmah

(mengajarkan kepada mereka kitab dan sunnah), tahapan akhir adalah pembuktian dan penerapan ajaran al-Qur’an dan hadis dalam kehidupan sehari-hari.18

Tahapan dakwah ini dielaborasi lebih lanjut oleh pakar Komunikasi Islam untuk menunjukkan bahwa dakwah adalah ilmu komunikasi Islam. Dakwah dalam pandangan Andi Faisal Bakti dapat dikatakan sebagai komunikasi Islam, karena dakwah adalah usaha untuk meyakinkan manusia untuk bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam.19 Istilah komunikasi Islam (Islamic Communication) ini sebagai pembeda dari Secular Communication. Konsep utama dalam komunikasi Islam menurut Bakti adalah tablīgh, taghyīr, amr al-ma’rūf wa nahy al-munkar (takwīn al-ummah), dan akhlak (ummah khairiyyah). Sementara landasan utama

13 Andi Faisal Bakti, “Islamic Dakwah in Southeast...,” h. 1.

14 Suhaimi, “Integrasi Dakwah Islam...,” h. 216-217.

15 Andi Faisal Bakti, “Islamic Dakwah in...,” h. 1.

16 Andi Faisal Bakti, “Islamic Dakwah in...,” h. 1.

17 Muhammad Abū al-Fatḥ al-Bayānūnī, al-Madkhal ila ‘Ilm al-Da’wah, (Beirut: Muassis al-Risālah, 1995), h. 16.

18 Muhammad Abū al-Fatḥ al-Bayānūnī, al-Madkhal ila ‘Ilm..., h. 17.

30

komunikasi sekuler adalah information, development, ethics/wisdom.20 Sebelum Andi Faisal Bakti, Hamid Mowlana juga mengelaborasi konsep tablīgh dan ‘aṣabiyyah yang dirumuskan Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah sebagai konsep utama dalam komunikasi Islam.21 Tablīgh sebagai ide dasar dari komunikasi Islam ini memiliki empat prinsip utama: monoteisme (tauḥīd), menyuruh pada kebaikan dan melarang kemunkaran (amr al-ma’rūf wa nahy ‘an al-munkar), komunitas (ummah), dan kesalehan (taqwa).22