• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

A. Ajaran Islam

2. Makna, Informasi, dan Maksud

Sesungguhnya persoalan makna memang sangat kompleks. Walaupun mkana merupakan persoalan bahasa, namun keterkaitan dan keterikatannya dengan segala aspek kehidupan manusia sangat erat. Padaha aspek-aspek kehidupan manusia itu sendiri sangat luas dan kompleks yang hingga saat ini belum ada manusia yang mampu mendeskripsikannya secara tuntas.

Sebagai media komunikasi dan alat interaksi sosial, peranan bahasa sangat besar. Hampir tidak ada kegiatan

manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, perdagangan, keagamaan, politik, dan sebagainya. Bahasa telah memudahkan dan memperlancar semua kegiatan manusia. Kita tidak dapt membayangkan bagaimana keadaan masyarakat manusia ini jika tidak ada bahasa. Di samping sunyi dan sepi, juga interaksi sosial akan mengalami hambatan yang sangat serius.

Bahasa memang sangat besar peranannya dalam kehidupan manusia sehari-hari. Namun, dalam praktik berbahasa kita juga sering mendengar orang mengatakan, “Apa arti kalimat ini?” Atau, “Apa maksud pertanyaan itu?” Atau juga keluhan orang banyak yang menyatakan, “Katakan saja itu uang hutang dari luar negeri! Tidak usah ditutup- tutupi dan dikatakan sebagai bantuan dari luar negeri!”

Perkataan atau keluhan seperti itu menunjukkan bahwa sebagai alat komunikasi, penyamapai ide, gagasan, konsep, dan sebagainya, bahasa masih mempunyai persoalan dan hambatan. Persoalan dan hambatan kebahasaan ini memang ada kemungkinan bersumber dari bahasa itu sendiri, seperti adanya lambang-lambang yang dapat melambangkan dua konsep atau lebih. Atau sebaliknya, ada dua lambang atau lebih yang melambangkan konsep-konsep yang samar-samar

dan abstrak. Akan tetapi, agaknya persoalan dan hambatan tersebut lebih banyak terjadi sebagai akibat dari kemampuan berbahasa dan bernalar para penuturnya yang relatif kurang, sehingga seringkali mereka tidak bisa membedakan apa yang disebut makna, irformasi, dan maksud.

Masih cukup banyak orang yang mencampuradukkan konsep tentang makna, informasi, dan maksud. Ketiganya dianggap asama saja sebagai makna, sehingga kalimat seperti Salma membaca Al-Quran dikatakan sama maknanya dengan kalimat Al-Quran dibaca Salma. Begitu pula dianggap sama maksudnya dengan Al-Quran dibaca oleh Salma.

Anggapan tersebut tentunya kurang tepat sebab kalimat

Salma membaca Al-Quran mengandung makna aktif, sedangkan kalimat Al-Quran dibaca Salma mengandung makna pasif. Begitu pula kalimat Al-Quran dibaca Salma tidak sama maknanya dengan kalimat Al-Quran dibaca oleh Salma

sebab makna kalimat pertama tidak mengandung penonjolan pelaku, sedangkan kalimat kedua mengandung penonjolan pelaku, yang ditandai dengan penggunnaan preposisi oleh.

a. Pengertian Makna

Ferdinand de Saussure mengemukakan bahwa setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang diartikan

(signified) dan (2) yang mengartikan (signifier). Yang diartikan

sebenarnya adalah konsep atau makna dari sesuatu tanda bunyi, sedangkan yang mengartikan adalah bunyi-bunyi itu yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, setiap tanda-linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam- bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk/mengacu kepada sesuatu referen yang merupakan unsur luar-bahasa

(ekstralingual).

Misalnya tanda linguistik yang dieja <meja>. Tanda ini terdiri dari unsur makna atau yang diartikan ‘meja’ (table, maktab) dan unsur bunyi atau yang mengartikan dalam wujud runtutan fonem [m, e, j, a]. Lalu tanda <meja> ini, yang dalam hal ini terdiri dari unsur makna dan unsur bunyinya mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa, yaitu meja (benda/barang yang merupakan salah satu perabot rumah tangga). Kalau kata <meja> adalah sebagai hal yang menandai (tanda-linguistik), maka sebuah <meja> sebagai perabot ini adalah hal yang ditandai.

b. Pengertian Informasi

Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa makna adalah unsur dari sebuah kata atau lebih tepatnya sebagai

semantik yang menyatakan bahwa jika bentuk kata berbeda, maka maknanya pun berbeda, meskipun perbedaannya itu hanya sedikit. Jadi, kata ayah dan bapak karena bentuknya berbeda maka berbeda pula maknanya. Begitu pula kalimat

Salma membaca Al-Quran dan kalimat Al-Quran dibaca Salma, maknanya juga berbeda.

Namun, masih banyak juga orang yang menganggap bahwa kata ayah dan bapak maknanya sama saja. Hal ini terjadi karena orang-orang tersebut mengacaukan pengertian tentang makna dengan pengertian tentang informasi. Makna,

sebagaimana telah disinggung di atas, adalah gejala-dalam- ujaran, sedangkan informasi adalah gejala-luar-ujaran. Kata

ayah dan bapak memang memberi informasi yang sama, yaitu ‘orang tua laki-laki’, tetapi maknanya tetap tidak persis sama karena bentuknya berbeda. Dalam kalimat Ayah saya dermawan, kata ayah dapat diganti dengan kata bapak

sehingga menjadi Bapak saya dermawan. Akan tetapi dalam frasa Bapak Rektor yang terhormat, tidak dapat diganti menjadi Ayah Rektor yang terhormat.

c. Pengertian Maksud

Di atas telah dibicarakan perbedaan antara makna dengan informasi. Makna adalah gejala-dalam-ujaran, sedangkan informasi adalah gejala-luar-ujaran. Selain

informasi, masih ada lagi gejala-luar-ujaran yang lain, yaitu

maksud. Informasi dan maksud sama-sama merupakan gejala-luar-ujaran. Bedanya, kalau informasi itu merupakan gejala-luar-ujaran dilihat dari objeknya atau yang dibicarakan, sedangkan maksud dilihat dari si pengujar/orang yang berbicara/subjeknya. Dalam hal ini, orang yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kata, frasa, atau kalimat, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu. Misalnya, seorang guru di depan murid-muridnya berkata, “Anak-anak, papan tulisnya kotor sekali ya?” Meskipun guru tersebut bertanya, tetapi yang dimaksudkannya tentu saja menyuruh agar muridnya membersihkan papan tulis.

Dokumen terkait