• Tidak ada hasil yang ditemukan

TENTANG PRINSIP UMUM KEISLAMAN

B. Prinsip Kemanusian ( Al-Insaniyah )

Selain berorientasi ketuhanan, ternyata Islam adalah ajaran yang sangat manusiawi. Islam itu istimewa dengan kecenderungan kemanusiaannya yang jelas, tetap, dan asli dalam akidah, syariat, dan akhlak. Buah dari al-insaniyah

dalam Islam adalah prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Ukhuwah (persaudaraan)

Ukhuwah adalah ikatan jiwa yang melahirkan perasaan kasih sayang, cinta, dan penghormatan yang mendalam terhadap setiap orang, di mana keterpautan jiwa itu ditautkan oleh ikatan akidah Islam, iman dan takwa. Persaudaraan yang tulus ini akan melahirkan rasa kasih sayang yang mendalam pada jiwa setiap muslim dan mendatangkan dampak positif, seperti saling menolong, mengutamakan orang lain, ramah, dan mudah untuk saling memaafkan. Dan sebaliknya dengan ukhuwah juga akan terhindarkan dari hal-hal yang merugikan dengan menjauhi setiap hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi orang

lain, baik yang berkaitan dengan jiwa, harta, kehormatan, atau hal-hal yang merusak harkat dan martabat mereka (http://tabayyun.wordpress.com/makna-ukhuwah/, diakses pada 7 Desember 2014).

Prinsip persaudaraan dalam Islam adalah karena berasal dari satu keturunan, yaitu Adam dan Hawa. Di samping itu, dasar keimanan merupakan bagian dari dasar persaudaraan yang mengikat kaum muslimin di manapun berada.

Amak menanamkan niali-nilai persaudaraan ke dalam diri Alif. Nilai-nilai persaudaraan merupakan bagian dari ajaran Rasulullah saw. Ketika kawan-kawan Alif berkelahi, Amak memanfaatkan momentum itu untuk mendidik Alif tentang contoh-contoh perilaku yang termasuk dalam nilai- nilai persaudaraan, misalnya mengucapkan salam dan bersikap ramah terhadap sesama (tersenyum), sebagaimana tampak dalam kutipan berikut.

‘‘Apakah kawan-kawan yang main dan berkelahi tadi orang Islam? tanya Amak lembut.

Aku mengangguk sambil memajukan bibirku, merengut.

‘‘Apa perintah Nabi kita kepada sesama muslim?’’ “Memberi salam.’’ “Yang lain?’’ “Tersenyum.’’ “Yang lain?’’ “Bersaudara”

“Nah, bersaudara itu berteman, tidak berkelahi, saling menyayangi. Itu Nabi kita. Mau ikut Nabi?’’

“Mau.’’

“Jadi harus bagaimana ke kawan-kawan? “Kali ini Amak bertanya sambil tersenyum damai.

“Bersaudara dan tidak berkelahi,” kataku

“Itu baru anak Amak dan umat Nabi Muhammad,” katanya sambil merengkuh kepalaku dan menyuruh mandi.

Begitulah Amak. Di saat hatiku rusuh dan nyeri, dia selalu datang dengan sepotong senyum yang sangup merawat hatiku yang guncah. Senyumnya adalah obat yang sejuk (N5M : 137- 138).

Dalam proses pembelajaran di PM juga sangat memperhatikan penanaman nilai-nilai persaudaraan ke dalam pribadi para santri. Penanaman nilai-nilai persaudaraan di PM tidak hanya melalui ceramah di kelas, tetapi melalui praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari para santri. Misalnya dengan cara mengatur penghuni kamar, yakni setiap kamar berisi santri dari berbagai daerah. Begitu pula, setiap enam bulan sekali penghuni kamar diacak lagi sehingga setiap santri semakin kenal dengan banyak santri yang lain.

Kawan-kawan di kelas dan di kamar datang dari berbagai daerah di Indonesia. Sudah diatur supaya tidak ada orang satu daerah tinggal di satu kamar. Juga anggota kamar akan diacak setiap 6 bulan sehingga kami makin banyak teman (N5M:145).

Demikian pula, ketika para santri mendapatkan kiriman sesuatu dari orangtua/walinya, barang-barang kiriman itu sebagian akan dibagikan ke para penghuni kamar. Sebuah pembiasaan hidup penuh kebersamaan yang sangat baik untuk membentuk kepribadian yang tidak egois, tetapi memiliki kepekaan sosial terhadap sesama.

Seperti memenangkan piala dunia, masing- masing kardus kami arak ke kamar. Di bawah kerubutan kawan-kawan, aku meletakkan paket di tengah kamar. Semua penasaran dan menahan napas. Siapa pun penerima paket di kamar ini, berarti membawa kebahagiaan buat semua (N5M:270).

2. Persamaan

Persamaan merupakan perwujudan kehidupan di dalam masyarakat yang saling menghormati dan menghargai orang lain dengan tanpa membeda-bedakan latar belakang sosialnya. Prinsip persamaan pada hakikatnya merupakan manifestasi dari wujud kehormatan manusia. Kehormatan ini terletak pada keunggulan kemanusiaan, bukan pada superioritas individual. Kehormatan diterapkan secara global melalui solidaritas persamaan secara mutlak. Semua adalah keturunan Adam, jika Adam tercipta dari tanah dan mendapat kehormatan di sisi Allah, maka seluruh anak cucunya pun mendapat kehormatan yang sama.

Amak menanamkan nilai-nilai persamaan ke dalam diri Alif tidak hanya melalui kata-kata, tetapi melalui praktik langsung dalam memperlakukan anak kandungnya (Alif) di tengah-tengah muridnya yang lain. Ketika Alif kurang disiplin dalam mengikuti pelajaran Kesenian, Amak memberi nilai tidak bagus, yakni 5 meskipun Alif adalah anak kandungnya sendiri. Demikian konkret dan merasuk cara Amak menanamkan nilai-nilai persamaan kepada murid- muridnya, sebagaimana tampak pada kutipan berikut.

Ketika aku duduk di kelas satu SD, kebetulan wali kelasku Amak sendiri. Ujian catur wulan pertama tiba dan Amak mengadakan ujian kesenian. Seperti teman sekelas lainnya aku harus maju ke depan untuk menyanyikan sebuah lagu sebagai persyaratan mendapatkan nilai. Sayang sekali aku tidak hapal satu lagu pun karena tidak pernah masuk TK. Selain itu aku memang pemalu dan meresa suaraku sumbang. Jadi aku menolak maju ke depan kelas. (N5M :138).

Tiga kali Amak memanggilku dari meja guru. “Berikutnya Alif Fikri untuk maju ke depan”. Tiga kali pula aku menggeleng dan tidak beringsut. Amak akhirnya menyerah dengan muka kecewa. Dua mingu kemudian, dari penerimaan rapor, aku baru tahu efeknya. Ayah yang datang untuk mengambil rapor sampai terbelalak. Sebuah angka merah bertengger di raporku, pelajaran kesenianku dapat angka 5. Dan nilai itu dari Amak sendiri! (N5M : 138).

“Bang, ambo ingin berlaku adil, dan keadilan harus dimulai dari diri sendiri, bahkan dari anak sendiri. Aturannya adalah siapa yang tidak mau praktek menyanyi dapat angka merah,” kata Amak ketika Ayah bertanya, kok tega memberi angka buruk buat anak sendiri. (N5M :139).

“Tapi ini kan hanya masalah kecil, cuma pelajaran kesenian,” bela Ayah.

“Justru karena ini hal kecil. Jangan sampai dia meremehkan suatu hal, sekecil apa pun. Semua pilihan hidupnya ada konsekuensi, walau hanya sekadar pelajaran kesenian. Itu juga supaya dia belajar bahwa tidak ada yang diistimewakan. Semuanya harus berdasarkan usaha sendiri,” timpal Amak. (N5M : 139).

“Tapi kan dia baru 6 tahun.”

“Justru malah dari usia ini kita didik dia.”

Ayah diam saja. Dia cukup mafhum cara berpikir Amak yang keras hati. Aku meguping pembicaraan mereka dari balik pintu. Amak tidak memandang bulu (N5M : 139).

3. Kebebasan.

Manusia adalah makhluk bebas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai hak dan kebebasan. Tugas yang diemban manusia tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan, sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri. Dengan kata lain, manusia itu diberi kebebasan oleh Allah untuk berbuat apapun dengan penuh tanggung jawab, karena semua perbuatannya itu kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat.

Kebebasan merupakan elemen penting dalam ajaran Islam. Kehadiran Islam memberikan jaminan pada kebebasan manusia agar terhindar dari kesia-siaan dan tekanan, baik yang berkaitan dengan masalah agama, politik maupun ideologi. Namun demikian, pemberian

kebebasan terhadap mansia bukan berarti mereka dapat menggunakan kebebasan tersebut mutlak, tetapi dalam kebebasan tersebut terkandung hak dan kepentingan orang lain yang harus dihormati juga. Dengan kata lain, kebebasan manusia itu tidak tak terbatas alias dibatasi oleh aturan dari Allah yang pada hakikatnya untuk menyelamatkan manusia. Ibarat jalan raya, semua pengguna jalan bebas melalui jalan itu menuju masing-masing tempat yang dituju. Akan tetapi, semua pengguna jalan dibatasi kebebasannya dengan rambu-rambu di jalan yang harus ditaati agar selamat sampai di tujuan.

Para santri di PM dibebaskan dalam mengikuti kegiatan pengembangan bakat masing-masing santri. Demikian pula, para santri juga bebas membaca buku apa saja tetapi tentu dibatasi dengan aturan bahwa buku yang dibaca harus buku-buku yang bermanfaat, tidak sembarang buku bacaan karena faktanya yang beredar di masyarakat tidak sedikit buku-buku bacaan yang tidak mendidik atau merusak moral generasi muda.

05.30-07.00

Aktifitas bebas. Digunakan untuk pengembangan minat dan bakat baik di bidang olahraga, kesenian, bahasa, dll. Selain itu, ini juga waktu kami untuk mandi, cuci dan makan pagi. Kalau sudah mencuci baju, biasanya tidak sempat sarapan.

Masuk kelas pagi. Tidak bisa terlambat sedikit pun. Ada jadwal istirahat setengah jam yang bisa dipakai kalau belum sempat makan pagi.

12.30-14.00

Shalat Zuhur berjamaah di kamar masing-masing dan makan siang di dapur umum. Oya, untuk makan kami bawa piring dan gelas sendiri dan sebuah kupon makan untuk mendapatkan sepotong lauk. Lauknya sering sepotong tempe atau tahu.

14.00-14.45

Masuk kelas sore untuk pelajaran tambahan pagi hari.

14.45-15.30

Shalat Ashar berjamaah dan membaca Al-Qur’an di kamar.

15.30-17.15

Waktu bebas. Biasanya dipakai untuk olahraga, mandi, cuci, dan kegiatan lainnya. Yang paling enak adalah bersantai sejenak di bawah menara di dekat masjid bersama beberapa teman dekat.

17.15-18.30

Kami sebanyak 3000 orang murid sudah harus berkumpul di masjid Jami untuk membaca Qur’an, shalat berjamaah dan kemudian dilanjutkan membaca Qur’an di kamar.

18.30-19.30

Makan malam. Antrian makan biasanya agak panjang.

19.30-20.00

Shalat berjamaah Isya di kamar lagi. 20.00-22.00

Belajar malam dibimbing wali kelas di kelas. Kami bebas membaca buku pelajaran apa saja (N5M:146- 147).

Dokumen terkait